Minggu, 31 Mei 2009

ARTIKEL: TUGAS-TUGAS SINTUA PADA AWAL PELAYANAN PADA JEMAAT DI TANAH BATAK

Pertama kali Nommensen menginjakan kakinya di Barus untuk membawa misi1 Allah di tanah Batak, dia langsung mencari orang-orang yang dapat membantunya melaksanakan tugasnya. Pertama, dia memerlukan seorang yang dapat membantunya dalam hal bahasa, aturan dan hukum adat-istiadat dan soal-soal kebiasaan di tempat yang baru itu2. Kemudian setelah sekian lama pelayanan di tanah Batak, sekiranya ia berkehendak mendirikan sebuah jemaat di suatu kampung, ia akan mencari orang-orang yang dapat membantunya dalam pekerjaannya. Mengapa Nommensen melakukan hal tersebut? Karena ladang pelayanan Nommensen pada waktu itu tidak memungkinkan ia mengerjakannya sendiri. Nommensen banyak membuka jemaat baru dalam kampung-kampung yang diinjilinya, namun Nommensen tidak akan dapat mengurusi mereka terus-menerus dan setiap saat, sedangkan di sisi lain jemaat yang baru butuh pemimpin rohani yang mampu membimbing mereka kedalam kedewasan dan penghayatan kehidupan Kristen. Oleh karenanya, Nommensen memilih orang-orang tertentu untuk dapat membantu dan meneruskan pelayanan injil yang telah disampaikan kepada jemaat pada waktu itu3. Inilah salah satu contoh pendelegasian pelayanan.
Orang-orang yang dipilih oleh Nommensen adalah orang yang dapat dipercaya olehnya4. Mereka adalah yang terbaik dari sekian orang yang terlibat dalam pelayanan Nommensen. Mereka yang dipilih inilah yang disebut sintua. Pada awalnya jabatan sintua dipilih dalam periode 2 (dua) tahun. Namun saat ini jabatan sintua berlangsung seumur hidup.
Walaupun memiliki tugas yang sangat berat (akan dijelaskan kemudian). Dalam pelayanannya, sintua memenuhi tugasnya secara sukarela dan tanpa imbalan materi atau penghormatan manusia5. Mereka bukanlah tenaga yang terdidik6, namun mereka bersedia untuk menerima panggilan misi Allah apa adanya sambil terus memohon pertolongan dari Allah. Dalam keterbatasan mereka, mereka harus mampu menjadi pendorong, penolong dan penjaga kehidupan keselamatan jemaat pada waktu itu.
Beberapa tugas pelayanan sintua pada waktu itu akan disebut dan diuraikan, sebagai berikut:
1. Sintua ditugaskan mengamati tingkah laku setiap anggota supaya mereka melaksanakan tata kehidupan Kristen sesuai dengan ketentuan yang diaturkan. Mereka juga harus mampu menjelaskan hukum-hukum Tuhan yang harus ditaati dalam kehidupan mereka dan juga mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan iman yang ditanyakan. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang sulit, tentu sintua harus menanyakan kembali kepada misioner yang berkunjung ke kampung mereka atau sermon yang diadakan untuk para sintua pada waktu itu.
2. Sintua harus mampu membimbing orang-orang yang mau menjadi Kristen. Membimbing orang untuk menjadi Kristen bukanlah pekerjaan mudah, butuh ketekunan, kesabaran dan pengorbanan diri. Apalagi untuk menjadi Kristen pada waktu itu menuntut komitmen untuk meninggalkan tradisi-tradisi yang bertentangan dengan hukum Allah, yang pada waktu sebelum masuknya kekristenan (pra-kristen) dianut secara kuat oleh bangsa batak. Ini tentu sangat sulit, mengingat bangsa batak adalah bangsa yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi tradisi kehidupan, termasuk pada waktu itu tradisi kehidupan yang bertentangan dengan iman kristen.
3. Sintua harus mengawasi supaya kebaktian-kebaktian rumah tangga yang sudah ditetapkan berlangsung dengan baik dan berjalan sesuai rencana.
4. Sintua harus mengusahakan supaya semua orang yang menderita sakit agar tidak mencari pertolongan pada datu/dukun guna mendapat perawatan dan obat-obatan7. Ini adalah konsekuensi iman untuk tidak pergi dan mempercayai datu/dukun. Sebagai orang yang turut mengiyakan perintah tersebut, sintua harus bertanggungjawab mencari solusi8 atas sakit-penyakit yang menimpa jemaat pada waktu itu dan memikul tanggung jawab untuk merawat orang yang sakit. Tidak semua sakit penyakit dapat sembuh dengan sendirinya dengan cukup beristirahat saja, tetapi ada penyakit yang hanya dapat sembuh jikalau seorang yang sakit meminum obat-obatan tertentu. Sintua dengan usaha terbaik, harus mampu mencari solusinya, termasuk mencarikan obat-obatan yang tepat untuk kesembuhan penyakitanya. Dalam ke-awam-an sintua dalam bidang medis, mencari obat-obatan untuk penyakit tertentu adalah tugas berat dan penuh dengan resiko, namun itu harus diambil sebagai konsekuensi larangan pergi ke datu/ dukun bagi yang sakit. Sintua dalam hal ini juga dapat meminta petunjuk misionaris tentang obat-obat yang dapat diberikan kepada orang yang sakit.
5. Sintua harus mengamati supaya para wanita tidak menjunjung keranjang atau beban di kepala, pergi ke ladang atau sawah pada hari-hari minggu/ peribadatan. Melarang orang mencari rejeki atau makanan untuk kehidupan keluarganya pada waktu tertentu bukanlah tugas yang mudah, sintua harus mampu meyakinkan para wanita tersebut untuk ingat kepada Tuhan dalam kehidupannya, karena Tuhanlah sumber berkat tersebut, janganlah khawatir bahwa Tuhan itu akan memelihara kehidupan umatNya.
6. Mengingat keberadaan misionaris/ pendeta yang tidak menetap dalam suatu jemaat kampung pada waktu itu, sintua harus mampu memberikan pelayanan yang dibutuhkan jemaat secara tiba-tiba, misalnya pelayanan untuk penguburan, baptisan dan sebagainya.
7. Sintua harus mengawasi tertibnya acara ibadah dengan baik. Pada waktu kebaktian berlangsung, sintua duduk di depan jemaat supaya mereka dapat melihat siapa-siapa yang hadir dan tidak hadir. Mereka juga dapat melihat dan menjauhkan hal-hal yang mengganggu kebaktian yang sedang berjalan. Misalnya tangisan anak kecil, orang yang ribut/ berisik dalam kebaktian, dan sebagainya.
8. Sintua juga harus mampu menjalankan tugas untuk melakukan kunjungan rumah tangga. Mereka yang diutus harus mampu menghadapi keragaman sifat, karakter dan cara-ra kehidupan orang-orang yang hendak dikunjungi. Dengan kemampuan menghadapi keragaman diharapkan kunjungan itu membawa manfaat yang sebaik-baiknya.
9. Sintua juga bertugas untuk mengumpulkan persembahan dalam bentuk uang atau bahan mentah (hasil sawah atau ladang). Tugas itu tetap dilaksanakan langsung oleh sintua walaupun dalam jemaat tersebut telah ada bendahara.
Dari uraian tugas sintua diatas, jelas sintua adalah sosok yang sangat vital dan penting dalam tugas pelayanan pada waktu itu, sehingga Nommensen menyebut mereka ‘tentara keselamatan’. Tugas tentara tentu bukan tugas yang mudah, mereka harus berperang untuk mengalahkan musuh dengan resiko nyawa yang melayang. Bagaimana agar musuh dapat dikalahkan? Selain strategi perang yang tepat, setiap tentara yang berperang harus membekali dirinya semaksimal mungkin untuk memiliki kemampuan dan keahliannya terjun dalam medan perang. Selamat Berperang Amang/Inang Sintua Kami, Kami Membutuhkan Anda Di Baris Terdepan.

Catatan Kaki:
1.Misi dan pemberitaan injil bukanlah sesuatu yang sama namun saling berkaitan. Pemberitaan injil adalah salah satu bagian dari misi. Misi adalah gereja yang diutus ke dunia untuk mengasihi, melayani, memberitakan, mengajar, menyembuhkan, membebaskan. Dengan demikian misi mencakup seluruh aspek yang menolong membebaskan manusia dari perbudakan yang ada, perbudakan karena keadaan ekonomi sampai perbudakan karena ketiadaan Allah dalam hidup manusia.
2.Apa yang dilakukan Nommensen sangatlah tepat, misionaris sebelum terjun langsung/ masuk ke target pelayanan haruslah terlebih dahulu menguasai segi-segi kehidupan masyarakat tempat target pelayanannya. Pengetahuan akan segi-segi masyarakat setempat akan sangat membantu strategi terbaik dan efektif yang dapat dilambil dalam menjalankan misi pelayanannya.
3.Cara-cara Nommensen diilhami dari cara rasul dalam Alkitab membangun jemaat. Contoh rasul yang telah menerapkan cara ini adalah Rasul Paulus.
4.Saya pikir dalam memilih orang-orang yang dapat dipercaya tersebut, Nommensen ekstra hati-hati dan penuh pertimbangan, karena salah memilih orang tentunya akan berdampak pada kelanjutan atau tidaknya misi kekristenan yang telah dimulainya di tanah batak. Doa dan mohon petunjuk dari Tuhan pasti menjadi bagian penting dalam penunjukan sintua pada waktu itu.
5.Pelayan, termasuk sintua, harus fokus dalam melayani yaitu hanya untuk kebesaran kerajaan Tuhan saja. Pelayan yang kosentrasi sudah tidak tertuju atau sudah pecah selain untuk kebesaran kerajaan Tuhan, adalah pelayan yang telah mencemari janji pelayanannya kepada Tuhan.
6.Tidak terdidik dalam arti mengemban pendidikan dan keterampilan formal, karena pendidikan dan keterampilan formal pada waktu itu belum ada.
7.Dalam hal apapun, orang Kristen dilarang untuk meminta pertolongan kepada datu/ dukun, karena setiap pertolongan dari datu/dukun akan menggunakan jampi-jampi dan memanggil roh. Orang yang masih meminta pertolongan kepada datu/dukun akan ditegur dan dikenakan sanksi oleh gereja.
8.Tentu, tugas sintua ini akan sangat mudah jikalau kita melihat pada keadaan zaman modern ini, dimana petugas kesehatan banyak kita jumpai tersebar di pelosok negeri, apalagi di kota besar seperti Jakarta. Tinggal kita suruh ke rumah sakit, puskesmas, klinik kesehatan dan sebagainya, beres sudah, paling-paling sintua tinggal melakukan kunjungan rohani kepada mereka yang sedang sakit.

Daftar Pustaka:
1. Pdt. Andar M. Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, diterjemahkan oleh K.M. Lumbantobing, Ny. K.M. Lumbantobing-Lezar dan Jan S. Aritonang, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cet.2, 1996).
2. Lothar Schreiner, Adat Dan Injil: Perjumpaan Adat Dan Iman Kristen di Tanah Batak, diterjemahkan oleh P.S. Naipospos, Th van den End dan Jan S. Aritonang, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cet.7, 2003).
3. David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, diterjemahkan oleh Stephen Suleeman, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cet.5, 2002).

(Penulis adalah Benny Manurung, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juli 2007)

ARTIKEL: KILAS BALIK PARHEHEON NAPOSOBULUNG HKBP SEMPER 2000-2006

Banyak orang bijak mengatakan, jangan pernah lupa akan sejarah. Gak hanya bangsa atau manusia yang memiliki sejarah, Parheheon Naposobulung pun punya sejarah yang bisa bercerita banyak hal. Ada suka, ada duka. Ada konflik, ada penyelesaian. Juga kadang tangis yang kemudian berubah menjadi tawa. Tapi satu yang sama, setiap parheheon Naposobulung pasti selalu bercerita semangat yang sama. Semangat Pemuda. Mau tahu lebih banyak, yuk kita lihat rangkuman cerita parheheon sejak tahun 2000 sampai tahun 2006.

PARHEHEON 2000
Dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2000, dengan mengambil tema :
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkankamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati”. (Roma 12 : 1)
Parheheon tahun ini dilaksanakan dalam bentuk konser puji-pujian. Panitia ingin mengajak semua untuk melihat sisi kehampaan dan sisi kesukacitaan saat kita memuji dan menyembah Allah. Sekaligus mengajak naposobulung untuk menjadi pemuji dan penyembah Allah yang benar serta mempersembahkan tubuh sebagai ibadah yang sejati melalui konser puji-pujian yang diadakan.
Personil Paduan suara berjumlah 45 orang. Dalam konser tersebut Paduan Suara Naposobulung menyanyikan 8 (delapan) lagu. Disetiap babaknya diiringi tarian dari Talent Dancer, Liturgi Ekspresif juga Narator. Lagu terakhir berjudul Bapa Kupersembahkan Tubuhku Paduan Suara dibantu duet Vina Silaen dan Lina Nainggolan yang saat itu masih berusia remaja. Dan juga tak kalah menariknya adalah sebelum ibadah dimulai, yang mengiringinya alunan musik dari ensamble.
Dilihat dari banyaknya pengisi acara, saat itu jumlah Naposobulung dan remaja yang ikut terlibat sekitar 60 orang.

PARHEHEON 2001
Dilaksanakan seminar pada tanggal 17 Agustus 2001, dengan mengambil tema :
“.. dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik” (Titus 2 : 7a)
Dengan dilatarbelakangi dunia yang semakin keras dan penuh persaingan ini, maka naposobulung dituntut untuk memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup memadai seperti kemampuan komputer, bahasa asing, akuntansi, pajak serta karakter dan moral yang baik dalam menghadapi masa yang akan datang. Maka parheheon mengambil bentuk parheheon seminar sehari dengan tema mempertahankan karakter Kristen dalam era globalisasi. Dengan tujuan menjelaskan status kita sebagai orang yang telah ditebus Tuhan dapat dipakai, karena dimasa yang akan datang sangat dibutuhkan pribadi-pribadi yang memiliki keseimbangan antara karakter dan kemampuan / skill.
Adapun narasumber pada seminar tersebut adalah Pdt. P. Marpaung, S.Th yang membawakan tema “Arti era globalisasi dan kondisi yang akan terjadi pada masa globalisasi/masa depan”, Drs. BH. Sitohang, MBA, MM, AAIJ yang membawakan materi “Persiapan yang harus dimiliki seorang Kristen dalam menghadapi tantangan dan era globalisasi” serta Pdt. I.V.T. Simatupang, STM yang membawakan sesi “Mempertahankan karakter Kristen dalam era globalisasi”. Dengan dimoderatori K. Pohan Siahaan dan Pdt. R.E.M. Sitorus S.Th.
Peserta Seminar tidak hanya terbatas pada Naposobulung HKBP Semper saja, saat itu undangan tersebar kebeberapa Gereja HKBP dan Gereja lainnya disekitar HKBP Semper. Tujuannya tentu saja ingin menjalin persahabatan diantara pemuda-pemudi Kristen.
Perayaan puncaknya sendiri dilaksanakan pada tanggal 9 September 2001.

PARHEHEON 2002
Di Dilaksanakan pada tanggal 2 November 2002 bertempat di Gereja Tongkonan Toraya, Kelapa Gading dengan mengambil tema :
“Membangun dalam kasih”. (Efesus 4 : 16)
Bentuk Konser Paduan Suara memang telah dilakukan pada tahun 2000. Dan mengapa tahun 2002 dilakukan kembali. Yang membedakan Konser kali ini adalah bagaimana Naposobulung menggarapnya dengan sangat serius dan profesional. Karena Naposobulung HKBP Semper sebagai generasi penerus ingin memberikan kontribusinya dalam mewujudnyatakan pembangunan gereja yang terlihat. Konser Naposobulung bertajuk “Konser Kasih Malam Pengumpulan Dana”.
Dengan beranggotakan 39 personil, paduan suara naposobulung HKBP Semper membawakan 11 lagu dari ciptaan berbagai musisi seperti George Fredrick Handel, Issac Watts, Felix Mendelssohn Bartholdy, dan lain-lain. Konser tersebut dibagi menjadi 2 Babak yang setiap babaknya diselingi dengan fragmen. Selain itu dimeriahkan juga dengan tarian.
Selesai konser, acara dilanjutkan dengan makan malam dan pengumpulan dana yang di meriahkan oleh Swara Pemazmur serta lelang yang hasilnya diberikan kepada gereja yang sedang mempersiapkan kebutuhan untuk persiapan resort.

PARHEHEON 2003
Parheheon tahun ini dimeriahkan oleh lunggu-lunggu yang mempersembahkan talentanya masing-masing. Lunggu semper menampilkan drama musical, lunggu tipar instrumentalia, vocal group dari lunggu kampung kandang, kampung baru, kampung mangga, walikota dan rawa indah serta tor-tor dari lunggu sukapura.

PARHEHEON 2004
Dengan mengambil tema : “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Roma 12 : 11 ) dan sub tema “Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Yesus Kristus mereka dapat bersaksi dengan leluasa” (1 Timotius 3 : 13 ), parheheon NHKBP Semper dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 2004 dalam bentuk seminar Hymnology. Seminar ini menghadirkan Williams Bill Mailoa yang membawakan materi “Selayang pandang sejarah musik gereja” dan Binsar Jonathan Pakpahan yang pada waktu itu sebagai calon pendeta HKBP sebagai narasumber yang membawakan materi “mengenal liturgi HKBP”.
Selain seminar, Panitia juga mengadakan acara Porseni (Pekan Olahraga dan seni). Perlombaan dan pertandingan yang diadakan antara lain lomba tebak lagu buku ende dan kidung jemaat, cerdas cermat yang diikuti oleh hampir seluruh lunggu yang ada di HKBP Semper. Berbagai pertandingan olah raga seperti catur, catur jawa, tenis meja, sepakbola dll.
Acara puncaknya sendiri dilaksanakan pada tanggal 5 September 2004 yang dilaksanakan dalam bentuk festival VG antar lunggu. Dimana lunggu semper keluar sebagai juara umum dalam serangkaian acara parheheon ini.

PARHEHEON 2005
Parheheon tahun 2005 dilaksanakan dengan tujuan :
- mempertahankan budaya Batak sebagai wadah parheheon / kebangunan naposobulung dan remaja
- sebagai wadah perekrutan naposobulung dan remaja yang tidak aktif
- mencari dana untuk mendukung pelayanan naposobulung dan remaja HKBP Semper
Dengan bertema “Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya. Haleluya! (Mazmur 117 : 1 – 2) dan sub tema : biarlah melalui kekayaan budaya batak kita dapat bersama-sama memuliakan Tuhan.
Parheheon tersebut dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2005 dalam bentuk pertunjukan opera batak. Opera ini mengisahkan tentang kehidupan seorang ibu “namabalu” (janda)yang takut akan Tuhan (ina sipartangiang), yang berjuang menyekolahkan anak-anaknya hingga dapat hidup mandiri. Dimana sang ibu di dalam memperjuangkan anak-anaknya selalu mengandalkan TUhan dalam mencapai semua harapannya. Sebagai seorang ibu yang dibesarkan dan dibina di keluarga Batak, sang ibu juga mengajarkan adat istiadat kepada anak-anaknya. Dalam opera ini, yang ditunjukkan adalah adat kematian dan adat perkawinan.
Acara puncaknya sendiri dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2005 yang dimeriahkan puji-pujian berupa paduan suara, vocal group dan tor-tor dari lunggu Tipar, Semper, Walikota, Rawa Indah, kampung Baru, dan Kampung Mangga.

PARHEHEON 2006
Dengan dilatarbelakangi usaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas remaja dan naposobulung HKBP Semper, maka tim kerja parheheon melaksanakan parheheon dalam bentuk kreativitas seni.
Acara yang dipusatkan di gereja HKBP Semper tersebut dilangsungkan pada tanggal 2 Juli 2006 dengan dimeriahkan oleh ; paduan suara naposobulung, paduan suara remaja dan vocal group pelajar sidi. Tidak ketinggalaan tor-tor yang diikuti oleh seluruh lunggu yang ada di HKBP Semper.

(Penulis adalah Uly Panjaitan -Pemimpin Redaksi Buletin Narhasem-, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juni 2007)

Rabu, 27 Mei 2009

ARTIKEL: PEMUDA RIWAYATMU……

1. Pendahuluan
Aku pernah muda, bahkan belum lama melewati masa mudaku. Jika masih diijinkan, aku juga ingin menganggap diriku muda saat ini, meski sudah melewati angka 34. Terkenang masa muda, bagiku itu merupakan saat-saat terindah, masa-masa keemasan bagi seorang anak manusia, yang tidak akan mungkin terulang kembali. Ketika itulah aku meletakkan fondasi / dasar bagi kehidupanku selanjutnya. Sebelum berusia 25 tahun, aku berada di puncak idealisme dan semangat untuk mencapai yang terbaik. Ketika itulah aku menyelesaikan studi sarjanaku, mengawali masa pelayananku sebagai vikariat Pendeta, ditahbiskan menjadi Pendeta, kemudian menerima Surat Keputusan Pimpinan untuk melayani secara definitif. Ketika ada hal yang kurasakan tidak sesuai, aku memilih “beristirahat” sejenak dari keterikatan dinas dengan HKBP, mencoba pekerjaan baru, menjadi Dosen, Guru Privat bagi anak SD, dan sebagainya – pekerjaan yang kuanggap sesuai dengan minat dan kemampuanku…. Sama seperti banyak orang, di saat itupulalah aku berupaya mencari status sosial – ekonomi, mengumpulkan tabungan, kemudian membuka hubungan dengan banyak orang, menyeleksi siapa kira-kira yang akan menjadi pendamping hidup kelak, dan lain sebagainya.
Namun ternyata, waktu yang tersedia bagi seorang anak manusia untuk menikmati masa mudanya sangat singkat, time goes out, begitu cepat. Karena itu masa muda hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jika salah memanfaatkan masa muda akan fatal akibatnya ke depan. Pengkhotbah 11:9 mengatakan: “Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!”
Alkitab mencatat nama beberapa orang yang terpanggil dan terpilih untuk menggunakan masa mudanya dengan bijak, sebaik-baiknya. Di usia yang sangat belia mereka dipanggil Tuhan untuk melayani Dia. Sebutlah Samuel, Salomo, Jeremia, Daud, Daniel, Timotius, dan sebagainya. Cara Tuhan memanggil dan mengutus mereka berbeda-beda. Ada yang telah dipersiapkan sedari kanak-kanak, Samuel dan Salomo misalnya. Ada yang dipakai setelah melewati masa remajanya, seperti Daud misalnya, dan sebagainya. Cara mereka merespons panggilan Tuhan juga beragam. Ada yang pada awalnya menolak, Yeremia misalnya: berlindung di balik usianya yang muda, menyatakan ketidakmampuannya. Ada yang tawar menawar dan ada yang langsung mengiakan. Tapi terlepas dari semua itu, pada akhirnya mereka menjadi pelayan Tuhan…
Mereka adalah orang-orang yang akhirnya bersedia memberikan diri dan waktunya untuk menjawab panggilan Tuhan agar melayani DIA. Tantangan dan pergumulan yang mereka hadapi dalam menunaikan tugas pelayanannya tidak ringan. Tantangan terberat umumnya karena ada paradigma yang menganggap kaum muda lebih cenderung menggunakan emosi dan pikirannya yang belum matang dalam bertindak, sehingga output yang dihasilkan juga kurang dapat dipercaya kredibilitasnya. Padahal banyak juga kaum muda yang telah berhasil mengukir prestasi pada usia mudanya. Nilai dan integritas seorang muda hendaknya diukur dari kecerdasannya secara emosional, intelektual dan spiritual. Paulus memberikan pesan dalam suratnya, I Timotius 4:12 mengatakan: “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”. Jadi bukan usia yang menjadi tolak ukur penilaian terhadap seorang manusia, namun apa dan bagaimana dia bertindak dan bersikap dalam kehidupannya.

2. NHKBP, Riwayatmu…
Meskipun masa muda merupakan masa yang indah, sayangnya tidak banyak pemuda/i Kristen warga jemaat HKBP yang melewati masa-masa itu dengan indah dalam persekutuan di Gereja HKBP tempat dirinya bernaung sebagai anggota jemaat. Memang beberapa dari pemuda/i di Gereja HKBP membentuk wadah Naposobulung Huria Kristen Batak Protestan (NHKBP). Dalam wadah ini bersekutu Pemuda/i anggota jemaat HKBP yang mengambil waktu-waktu tertentu bertempat di Gereja untuk melakukan kegiatan-kegiatannya.
Dulu kerap terdengar semboyan “Naposobulung do bunga-bunga ni Huria” didengung-dengungkan ditengah-tengah gereja HKBP. Sebagai “bunga-bunga”, kehadiran Naposobulung dipandang hanya sebagai keindahan yang meramaikan nuansa di Gereja, sebagai pelengkap yang melengkapi keberadaan sebuah Gereja sehingga dipandang utuh. Karena itulah wujud dukungan terhadap kehadiran Naposobulung ditengah-tengah gereja ibarat kerakap di atas batu: Hidup segan, mati tak mau – kurang terasa gaungnya. Mengapa? Karena sejak dulu, kegiatan yang baku dilakukan oleh Naposobulung di Gereja paternnya sama: membaca Alkitab dan berlatih Koor yang akan dinyanyikan pada Ibadah hari Minggu berikutnya. Lalu ketika Natal menampilkan Liturgi dan Drama. Dananya? Tanggungjawab Gereja dan beban Paniroi Naposobulung untuk memikirkannya, Naposobulung tinggal menjalankan Take and list untuk mengumpulkan sumbangan dari para orangtua dan warga jemaat. Wuiiih….Kegiatan yang cenderung monoton. Akibatnya tanggapan dari kalangan Parhalado dan ruas Huria juga cenderung negatif, pesimis terhadap kehadiran NHKBP ditengah-tengah Huria.
Stereotype yang terlanjur dilekatkan kepada organisasi NHKBP adalah: menghabiskan uang Huria, hanya berkumpul-kumpul di gereja, tidak melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi pertumbuhan jemaat, tidak punya inovasi dan lain sebagainya. Karena itulah terkadang tantangan datang dari orangtua yang melarang anak-anaknya mengikuti organisasi NHKBP karena menganggap bahwa berkumpul di Gereja hanyalah pekerjaan sia-sia yang menghabiskan waktu saja. Benarkah demikian? Aku memang tidak pernah berkesempatan menjadi anggota persekutuan NHKBP di gereja manapun dalam kapasitas sebagai orang muda, karena waktuku sangat terbatas ketika itu. Orientasiku saat itu hanyalah bagaimana menyelesaikan studi dengan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya. Aku ingin meringankan beban orangtuaku, karena aku putri sulung seorang PNS yang telah memasuki masa pensiunnya sebelum aku menyelesaikan pendidikan SMA-ku. Padahal aku masih punya 3 orang adik laki-laki. Jadi tidak banyak yang bisa kubicarakan mengenai NHKBP dari sudut pengalamanku. Namun setelah menjadi pelayan HKBP, sedikit banyak aku bersentuhan dengan NHKBP dan orang-orang di dalamnya. Dari pengamatanku, ada hal yang telah bergeser. Entah itu dikarenakan oleh perkembangan zaman, karena perbedaan letak topografis, geografis, perbedaan tingkat pendidikan yang mempengaruhi intelektualitas kaum muda itu, dan arus informasi yang diterima.
Karena itulah, menjadi beban dan tanggungjawab Naposobulung HKBP untuk merubah stigma yang terlanjur melekat terhadap komunitasnya. Dibutuhkan kreatifitas dan inisiatif dari Naposobulung untuk mengubah paradigma: “Bunga-bunga ni Huria” menjadi ”Tiang penyangga” (pilar) di Huria. Dan memang, dalam kenyataannya keadaan saat ini sudah jauh berubah jika dibandingkan dengan masa 15 tahun yang lalu, saat seharusnya aku menjadi bagian dari persekutuan NHKBP itu. Jika dulu NHKBP identik dengan Koor dan koor saja, saat ini tidak lagi. Di beberapa Gereja HKBP yang sudah maju, NKHBP juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari perjalanan sebuah Huria. Bahkan sudah lebih satu dasawarsa, seorang Naposobulung diberi kesempatan untuk menjadi seorang Sintua (Penatua) tahbisan di Gereja, walaupun belum di semua Gereja HKBP terdapat Sintua dari kalangan Naposobulung.
Pengalamanku melayani menjadi Pendeta Part Timer di Gereja-gereja HKBP di Bandung dan Jakarta mengajarkan aku untuk melihat lebih realistis keberadaan Naposobulung ditengah-tengah Huria. NHKBP yang kulayani di Bandung pernah memprakarsai sebuah konser Kantata Paskah, yang cukup baik kualitasnya. Mereka tidak lagi bergantung pada dukungan dana dari Gereja. Untuk mengcover biaya yang mereka butuhkan dalam event tersebut mereka berinisiatif mengadakan Bazar, yang menjual hasil-hasil karya mereka. Penghargaan yang diberikan oleh jemaat menjadi berbeda, karena melihat bahwa Naposobulung tidak lagi sekedar butuh “belas kasihan” dan sumbangan dari ruas semata, namun sudah bisa menunjukkan eksistensi sebagai manusia yang memiliki potensi yang bisa dibanggakan.
Sesuai dengan “nafas” Aturan Peraturan HKBP yang baru (2002), yang menekankan peranan dan pemberdayaan jemaat, Naposobulung HKBP juga terpanggil mengimplementasikan kemampuan dan potensi yang ada padanya demi kemajuan Gereja sebagai organisasi. Di bidang Marturia, NHKBP dapat menjadi “motor penggerak” pembaharuan dalam bidang Ibadah (Liturgi HKBP menjadi menarik dengan melibatkan Naposobulung sebagai Song Leader dan pengiring musik lagu-lagu pujian dengan berbagai alat musik di Gereja). Di bidang Koinonia, NHKBP menjadi “tulang punggung” untuk menggalang persatuan dan persaudaraan antar warga jemaat demi terwujudnya Gereja HKBP yang Dialogis, inklusif dan terbuka. Di bidang Diakonia, inilah saatnya bagi Naposobulung untuk menunjukkan kepedulian dan peran-sertanya dalam pelayanan kasih di bidang sosial dan kemanusiaan. Jika terjadi Bencana alam, musibah dan sebagainya terhadap warga masyarakat, NHKBP bisa mewujudkan partisipasinya untuk meringankan beban penderitaan warga yang menderita dengan Doa, daya dan dana (karena tidak sedikit juga Naposobulung yang sudah mapan secara social-ekonomi).
Akhir kata, sepenggal syair lagu di bawah ini mungkin seharusnya menggambarkan dinamika kehidupan di masa muda:
“Masa muda…. Sungguh indah, jiwa penuh dengan cita-cita, bagai api yang tak kunjung padam, selalu membakar dalam jiwa… Masa mudaku, masa yang terindah…masa Tuhan memanggilku. Masa mudaku, masa yang terindah… kutinggalkan s’gnap dosaku..”
Tidak banyak yang bisa kukatakan mengenai Naposobulung. Namun perlu kiranya kita bercermin pada apa yang dikatakan dalam Pengkhotbah 12:1 :“Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!”

(Penulis adalah Pdt. Paulin br. Sirait, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juni 2007)

Sabtu, 23 Mei 2009

ARTIKEL: PELAYANAN ANAK PENTINGKAH?

Tidak ada seorangpun yang mau mencurahkan seluruh perhatian dan dirinya untuk melakukan suatu hal yang tidak ia ketahui nilai & kepentingannya. Kalau prinsip ini sudah dipegang, kita akan melihat dengan jelas kelemahan-kelemahan yang selama ini menggerogoti pelayanan kita kepada anak-anak, yang Tuhan serahkan kepada kita. Itu alasan utama kita perlu melihat tentang HARGA atau NILAI dari masa kanak-kanak.
Masa kanak-kanak, khususnya dibawah usia 12 tahun, adalah masa keemasan pembentukan kehidupan yang mungkin menjadi wadah dimana Roh Kudus mengalirkan berkat melalui orang ini kepada banyak jiwa. Atau mungkin juga menjadi wadah dimana setan memperalat orang ini untuk merusak satu masyarakat atau bangsa. Itu sebabnya, sebelum berusia 12 tahun, seorang anak memiliki “modal” yang paling penting untuk membentuk kehidupan pribadinya dan untuk mempengaruhi hidup orang-orang lain diluar pribadinya sendiri. Sebelum berusia 12 tahun, masih ada kemungkinan seorang anak dilayani menjadi suatu wadah yang memiliki iman, pengharapan dan kasih secara berlimpah sehingga menjadi berkat bagi orang banyak. Oleh karena itu, masa kanak-kanak merupakan masa yang penting sekali. Kini kita akan melihat mengapa masa kanak-kanak bernilai tinggi.

I. Pentingnya Masa Kanak-Kanak Secara Umum
Hal pertama adalah bahwa anak merupakan generasi penerus manusia. Bila ada sesuatu yang mengancam generasi mendatang, berarti hari depan manusia ikut lenyap. Oleh karena itu, masa kanak-kanak dan eksistensi anak-anak menjamin kelanjutan kehidupan seluruh umat manusia.
Hal kedua, bahwa anak-anak adalah genus atau dasar yang menentukan dalam pembentukan masyarakat kalau anak-anak tidak ada, maka keluarga bukan lagi keluarga, masyarakat bukan lagi masyarakat, gereja bukan lagi gereja, hanya menjadi persekutuan orang dewasa saja. Tetapi yang disebut Gereja adalah orang dari setiap usia boleh datang dan menikmati cinta Tuhan sepanjang masa didalam kehidupan manusia. Jikalau tidak ada anak-anak, negara kehilangan fondasi dan dasar yang paling penting. Anak-anak yang sehat dapat dikatakan modal yang paling penting untuk hari depan negara.
Hal ketiga, anak-anak merupakan hari depan atau prospek gereja. Kondisi anak-anak menentukan masa depan gereja itu. Jika tidak ada anak-anak, hari depan gereja akan menjadi tanda tanya & suram. Dalam studi pertumbuhan gereja ada 3 pola: 1. pertumbuhan gereja melalui keturunan, 2. Pertumbuhan gereja melalui perpindahan, 3. Pertumbuhan gereja melalui penginjilan. Pertumbuhan gereja melalui penginjilan berarti gereja bertumbuh karena menyebarkan injil. Ini pertumbuhan yang paling sehat, yaitu melalui pemberitaan Injil. Hari depan gereja tidak dapat ditentukan sekarang didalam kebaktian orang dewasa, tetapi justru dapat dilihat dari cara mengelola sekolah minggu. Oleh karena itu, Guru sekolah minggu adalah orang-orang yang sedang menyiapkan hari esok.

II. Pentingnya Masa Kanak-Kanak Di Mata Kristus
Allah yang Maha Kuasa itu pernah menjadi anak-anak. Kristus bukan hanya mencintai anak-anak, tetapi Ia sendiri pernah menjadi anak-anak. Ia mengalami proses pergumulan pertumbuhan sebagai anak-anak. Itu sebabnya Ia mengerti segala tangisan & kesulitan anak-anak. Pada waktu Ia melayani, Ia tidak mengatakan: “Anak-anak kecil harus pergi!”, tetapi Ia mengatakan: “Biarlah anak-anak itu datang kepada-Ku”. Ini menunjukkan jiwa yang betul-betul besar & harus menjadi contoh bagi kita yang/akan terjun dalam pelayanan anak, yang mau senantiasa memberikan peluang kepada anak-anak untuk datang kepada Tuhan.
Kristus juga mengambil anak-anak dan menjadikannya kriteria untuk masuk ke dalam kerajaan sorga. Ketika ada yang menanyakan: “Bagaimana aku bisa masuk sorga?”, Kristus menjawab dengan mengambil seorang anak dan berkata: “ Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika engkau tidak bertobat, dan menjadi seperti anak kecil ini, engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Matius 18:3). Ini merupakan kriteria. Ia tidak menjadikan seorang yang sukses dan kaya raya sebagai kriteria. “Tidak! Tuhan Yesus justru diluar dugaan manusia, mengambil seorang anak kecil, dan menjadikan kriteria untuk masuk kedalam kerajaan sorga. Betapa besar cinta-Nya kepada anak-anak.
Yesus Kristus pun pernah berkata kepada Petrus: “Apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” (Yoh 21:15). Petrus menjawab: “Tuhan, Engkau tahu aku mencintai Engkau”, Yesus lalu berkata: ”Gembalakanlah domba-dombaKu”. Bakat memang tidak diberikan kepada setiap orang secara sama, tetapi kita dapat meminta kepada Tuhan & belajar mencintai anak-anak, karena inilah salah satu tanda untuk membuktikan bahwa kita mencintai Tuhan. Yesus pernah berkata: “Jikalau engkau mengasihi Aku, gembalakanlah domba-dombaKu”. Berarti kita harus mengasihi dan juga menggembalakan anak-anak kecil. Bukan orang dewasa saja. Kalau gereja pada hari depan ditentukan oleh anak-anak Sekolah Minggu pada saat sekarang ini, maka kualitas anak-anak yang kita layani akan menentukan kualitas anggota gereja yang akan datang. Pikirkanlah: “Jika engkau mengasihi Aku, gembalakanlah domba-dombaKu.”

III. Pentingnya Anak-Anak Di Dalam Sejarah Kerajaan Allah
Dalam sejarah Alkitab, kita dapat meneladani ibu Musa. Dimana ibu Musa memakai waktu 3–4 thn permulaan hidup Musa untuk menanamkan iman kepercayaan Allah yang sejati, bukan allah orang Mesir tetapi Allah Abraham, Ishak & Yakub. Dari penanaman iman sejak kecil ini menjadikan Musa memiliki beton iman yang begitu kuat, yang tidak ia sangkal sampai mati.
Dalam sejarah gereja, terbukti bahwa sebagian dari orang-orang yang paling cinta Tuhan adalah orang-orang yang mendapat penanaman iman sejak kecil. Abraham Lincoln, seorang presiden Amerika Serikat yang termashur & salah satu presiden bermoral tinggi mengatakan: “Ajar seorang anak untuk mengenal Kristus. Ajarlah mereka ketika masih berusia 5 th, & mereka akan tahu bagaimana bertobat & beriman kepada Kristus seperti orang dewasa.” Justru mungkin dari anak-anak yang kita layani, nantinya akan muncul orang-orang yang dipakai Tuhan secara luar biasa. Jangan kecewa, kering & jangan mau takluk, karena kita sedang berperang dengan setan, untuk merebut jiwa-jiwa bagi Tuhan, untuk menjadi alat-alat Roh Kudus di dalam Kerajaan Allah.

IV. Siapakah Yang Terjun Dalam Pelayanan Anak?
Hampir semua manusia terlibat dalam aktivitas mendidik anak, baik anak sendiri ataupun anak orang lain. Sebuah wadah pelayanan anak yang paling akrab dengan kita adalah Sekolah Minggu. Sebagai pekerja Sekolah Minggu, tujuan utama seorang guru atau pelayan Injil adalah memenangkan jiwa. Semua usaha baik di dalam mempersiapkan pelajaran, perkunjungan atau mengajar hanya merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu supaya anak-anak yang dilayani boleh mendengar Firman Allah, bertindak menurut Firman itu dan menjadi anak-anak Kristen yang dewasa. Disinilah letak keberhasilan Sekolah Minggu yang sesungguhnya tercapai bila Roh Kudus sedang mengubah kehidupan orang-orang melalui pengajaran Firman Allah.
Allah mementingkan keluarga. Hal itu menekankan perlunya guru-guru Sekolah Minggu bekerja sama dengan para orang tua. Allah sendiri yang menyusun kekeluargaan dan telah menjadikannya sebagai dasar pertumbuhan manusia dan pembaharuan di sepanjang sejarah. Tidak saja Dia memulai peristiwa-peristiwa dunia dengan satu keluarga, tetapi pada waktu Dia berusaha menyelamatkan dunia dari dosa, Dia mengirim Anak-Nya untuk lahir, hidup, dan bertumbuh dalam satu keluarga.
Bersamaan dengan Allah menganggap penting keluarga ini terdapat kenyataan bahwa perangai dan keadaan seseorang pada waktu dewasa telah dibentuk oleh pengaruh kehidupan keluarganya. Secara sadar/tidak sadar orang tua mengajar anak mereka mengenai kelakuan dan sikap-sikap yg mereka harapkan.
Persoalan pelayanan anak di Sekolah Minggu sudah jelas. Jika orang tua tidak pernah berdoa sebelum makan atau tidak membaca Alkitab di rumah atau mengikutsertakan anak mereka dalam ibadat keluarga, bagaimana guru itu dapat meyakinkan anak itu bahwa Alkitab dapat dipercaya atau bahwa doa itu perlu dan bermanfaat? Persoalan ini dapat diatasi pada waktu guru bekerja sesuai dengan hukum-hukum Allah. Yang pertama adalah keluarga sebagai unit dasar organisasi-Nya. Jika Allah menetapkan keluarga sebagai pengaruh yang terutama atas perkembangan anak, maka guru harus berusaha mengadakan hubungan yang erat dengan keluarga anak itu. Hal mempersiapkan pelajaran dan mengajarkannya dengan efektif pada hari Minggu pagi tidaklah cukup. Metode-metode apapun yang digunakan atau kegiatan-kegiatan apapun yang direncanakan, para guru akan mengajar dengan lebih berhasil pada waktu orang tua secara aktif ikut serta dalam perkembangan rohani anak-anak mereka.

V. Gereja Perlu Hubungan Dengan Rumah Anak
Rumah adalah dunia anak yang pertama. Apa yang dilihatnya, dirasanya & didengarnya di sana merupakan permulaan pengalamannya untuk mengerti dunia yang lebih luas di luar rumahnya. Orang tua adalah gurunya yang pertama. Rasa kasih, aman, percaya, hormat & benar mula-mula dipelajarinya dari mereka, begitu juga rasa benci, takut, tidak percaya, tidak hormat & tidak jujur.
Tujuan utama gereja dan rumah tangga Kristen adalah sama, yaitu membimbing tiap anggotanya kepada Allah melalui Yesus Kristus & berkembang di dalam kepribadian Kristen. Yang dimaksud berkembang ialah menyerupai Yesus seperti tercantum dalam Lukas 2:52 “Dan Yesus makin tambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya & makin dikasihi oleh Allah & manusia”.
Guru Sekolah Minggu harus mempunyai pengetahuan umum mengenai anak melalui orang tua yang mengenal anak mereka masing-masing secara pribadi. Hubungan yang baik antara gereja & rumah sangat penting. Disatu sisi hubungan baik ini sangat menolong guru mengenal anak secara pribadi dalam lingkungannya masing-masing. Di sisi lain sangat membantu orang tua untuk mengetahui apa yang diusahakan gereja bagi anaknya. Bila hubungan ini dapat berjalan dengan baik dapat menolong hubungan antara orang tua–anak & juga menolong guru itu sendiri karena anak yang tentram biasanya lebih menanggapi di dalam kelas.
Alangkah efektifnya ajaran-ajaran Kristen bila gereja & rumah-rumah tangga Kristen menyadari hal ini serta melaksanakannya. Betapa banyaknya waktu, usaha & uang yang diboroskan karena tidak menemukan hal ini. Tapi di atas segalanya alangkah bahagianya gereja bila anggotanya (keluarga Kristen) trampil & dewasa dalam iman. Alangkah bahagianya juga guru-guru Sekolah Minggu mendapat kawan bekerja (keluarga Kristen) yang demikian.
Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Allah kita sangat menantikan pelayan anak yang benar-benar melayani Tuhan & gereja, yg terus berkembang sebagai pribadi, sebagai orang Kristen, sebagai sahabat anak, serta sebagai pembimbing & pemimpin. Mari menjadi pelayan anak, baik dalam lingkungan gereja maupun keluarga. Dengan jalan itulah kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan untuk dipergunakan & dikuatkan olehNya.

(Penulis adalah Monalita Hutabarat, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2004)

Jumat, 22 Mei 2009

ARTIKEL: MEMBERDAYAKAN PELAYANAN NAPOSOBULUNG DI GEREJA


“Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. ”
(1 Timotius 4 : 12)

I. Pendahuluan
Alkisah disuatu tempat yang jauh dari riuh keramaian, tiba-tiba sebatang pohon besar tumbang. Bammm!!! Tak lama berselang tampak seorang petani menghampiri pohon yang tumbang itu dan menemukan sebuah sarang burung yang ikut terjatuh bersama pohon. Ia menemukan sarang sudah terkoyak, Ia terus bergerak mencari apa yang tersisa dari sarang yang sudah berantakan itu dan menemukan sebutir telur yang ukurannya lebih besar dari telur ayam kampung yang dipeliharanya. Ia segera mengambil telur itu dan meletakkannya bersama kumpulan telur ayam yang sedang dierami oleh induknya.
Tak lama berselang, menetaslah telur tersebut bersama dengan telur ayam lainnya. Secara fisik, ia berbeda dengan anak ayam lainnya, namun karena induk ayam tersebut mengira unggas tersebut sama dengan anak-anaknya yang lain, maka unggas tersebut hidup menurut cara anak-anak ayam hidup. Ia berjalan, berlari, mencari makan dengan cara yang sama dengan ayam sebagai lazimnya.
Disuatu hari yang cerah, ketika unggas muda tersebut sedang bermain-main dengan anak ayam lainnya, tampaklah seekor burung rajawali besar terbang berputar-putar dengan gagah diatas mereka. Unggas tersebut mendongak ke atas, seketika itu juga pikirannya melayang-layang membayangkan jikalau saja ia bisa terbang dengan gagah seperti burung rajawali tersebut. Saat pikirannya sedang melayang-layang, tiba-tiba dari atas terdengar suara yang berteriak lantang. ”Hai rajawali muda, sedang apa kamu dibawah sana? Mari ikut bersamaku, terbang melintas diawan-awan.” Unggas itu terkejut. Ia menjawab. ” Tidak, aku tidak sama dengan kamu. Aku ditakdirkan dengan kedua kaki ini untuk berjalan. Memang aku ingin sepertimu terbang dengan gagah. Tetapi inilah aku, aku tidak bisa terbang.”
Burung rajawali tersebut kesal dengan ucapan unggas muda tadi. Seketika itu juga ia terbang menukik kebawah dan mencengkram unggas muda itu dan membawanya terbang tinggi keatas. Setelah mencapai ketinggian yang diharapkan, ia melepaskan unggas muda tersebut dan berteriak, ” Nah sekarang, terbanglah !” Rasa takut yang sangat meliputi unggas muda itu, ia merasa tidak bisa terbang. Ia mencoba mengepakkan sayapnya dan menyeimbangkan posisinya. Akhirnya ia bisa terbang dengan baik. Ia berteriak dengan lantang. ”Aku bisa terbang..!! Aku adalah burung rajawali, tempatku bukan hanya didarat dan aku tidak perlu berjalan didarat. Aku bisa terbang diatas awan melintasi alam ini..!! ”

II. Pemuda & Perubahan
Jaman sekarang adalah jaman yang berubah dengan pesat. Segala sesuatu bergerak dari waktu ke waktu dengan cepat. Bagaimana dengan pelayanan Napobulung di gereja ? Apakah pelayanan naposobulung juga ikut bergerak maju seiring dengan perubahan jaman ? atau ketika jaman berubah, pelayanan naposobulung tidak mengalami perubahan yang cukup berarti karena naposobulung tidak peka dan sangat lambat mengantisipasi perubahan yang ada.
Sering kita mendengarkan jargon yang berbunyi ”Pemuda adalah tulang punggung bangsa” yang kemudian dikutip oleh gereja menjadi ”Pemuda adalah tulang punggung gereja”. Dalam prakteknya, kaum muda seringkali dihadapkan pada pada suatu sistem dan paradigma yang membuat perannya semakin dipinggirkan dan tak lebih hanya sebagai pelengkap dan penghias saja. Jika hal ini tidak bisa ditembus, maka Naposobulung tak lebih hanya berperan sebagai pelengkap liturgi gereja saja (paduan suara, pemimpin pujian/ singer) . Naposobulung semestinya lebih berbobot dan signifikan yang memberikan nilai positif bagi lingkungan sekelilingnya. Nah, bagaimana naposobulung dapat menyingkapi/ memaksimalkan pelayanannya di gereja sehingga bukan hanya menjadi pelengkap saja?

III. Pemberdayaan Naposobulung
Menurut penulis, ada 2 hal yang perlu diperhatikan agar pelayanan naposobulung di gereja dapat lebih efektif dan maksimal, yaitu :
a. Intern Naposobulung
Naposobulung harus memilki dasar yang kuat dari dalam dirinya sehingga pelayanannya dapat maksimal, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan secara intern dalam diri naposobulung ialah :
1. Visioner
Salah satu kesalahan fatal dalam pelayanan adalah tidak ada visi yang jelas. Hanya mengalir, ikut-ikutan dengan rekan-rekan yang lain. Visi yang jelas akan sangat membantu kita untuk membuat program-program atau langkah-langkah jangka panjang dan pendek dalam pencapaian visi tersebut. Orang yang tidak mempunyai visi dapat disamakan dengan orang yang mencoba berjalan dengan kepala ditutup dengan kain. Tidak bisa melihat arah tujuannya, karena tidak punya tujuan, serta meraba-raba untuk berjalan, yang bahkan mungkin bisa membawanya salah arah. Jadi tetapkan visimu dan jadikan Tuhan sebagai panduannya..!!
2. Fokus & Prioritas
Bukan berarti jika anda seorang Naposobulung, anda memiliki tenaga yang unlimited. Semua hal dikerjakan dengan semangat menggebu-gebu sampai terkadang dari pagi sampai malam ada di gereja. Ingat, pelayanan bukan hanya didalam gereja saja, tetapi bagaimana anda bisa memberikan nilai positif di rumah (dengan membantu membersihkan rumah yang merupakan bagian anda), belajar (jika anda mahasiswa atau pelajar), bekerja (jika anda seorang karyawan) dan masih banyak lagi..
Anda harus fokus dengan apa yang menjadi visi anda & apa yang anda bisa lakukan, jangan memaksakan diri melakukan semua hal. Ingat, tanggung jawab anda bukan hanya sebagai pelayan (di gereja), tetapi tanggung jawab sebagai anak di rumah, pelajar disekolah dan karyawan di kantor harus dapat dilaksanakan dengan baik. Hindari ketimpangan akibat tidak bisa membagi waktu dan sumber daya dengan baik. Ketidakberhasilan anda di sekolah atau di kantor akibat tidak bisa membagi prioritas tidak dapat dijadikan dalih karena anda seorang pelayan yang terlalu sibuk dengan banyaknya kegiatan yang anda lakukan. Keberhasilan anda di sekolah dan kampus serta peningkatan karir di kantor disertai peningkatan pelayanan anda di gereja akan berdampak sangat positif bagi orang sekitar.
3. Pertumbuhan di dalam Knowing (Pengetahuan), Being (karakter) dan Doing (Kehidupan aktivitas dihadapan Tuhan & sesama)
Rencana Tuhan untuk seseorang adalah unik. Tuhan menginginkan agar setiap orang dapat bertumbuh ke arah mana yang Tuhan kehendaki, baik secara pengetahuan, karakter & kehidupan kita dihadapan Tuhan dan sesama. Bagaimana anda menilai pelayanan anda berhasil atau tidak ? Apabila ada perubahan-perubahan yang positif pada seseorang. Perubahan dan perkembangan yang menuju kesempurnaan dengan Kristus secara keseluruhan.
Pengenalan kita kepada Kristus membuat kita menjadi pribadi yang terbuka untuk perubahan dan pertumbuhan. Naposobulung diharapkan mampu menyingkapi perubahan disekelilingnya dengan pertumbuhan dalam pengetahuan, karakter yang baik dan kehidupannya dihadapan Tuhan dan sesama, sehingga dapat menjadi pribadi yang cerdas, kritis dan cepat tanggap terhadap berbagai persoalan yang ada.

b. Extern Naposobulung
Faktor-faktor diluar kendali Naposobulung yang mempengaruhi pemberdayaan Naposobulung ialah :
1. Pola Pikir & Kebiasaan keliru yang kuat
Seringkali pemikiran bahwa Naposobulung adalah orang yang masih muda yang minim pengalaman, belum punya pengetahuan yang matang, membuat peran Naposobulung tak lebih hanya sebagai ”pelengkap pelayanan” di dalam Gereja. Sudah saatnya ada semacam leadership in house training dilakukan di gereja, dengan membawa Naposobulung ikut ambil bagian dalam pelayanan yang lebih strategis dan dinamis. Visi HKBP untuk mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu dapat dilakukan dengan mengajak Naposobulung ikut andil bukan hanya dalam paduan suara setiap minggu saja, misalnya dengan mengadakan pelatihan organis gereja dari pihak luar gereja sehingga orang tersebut dapat mengajar organ digereja, pengobatan gratis dengan mendatangkan Naposobulung yang sudah menjadi dokter atau perawat atau pelatihan guru-guru sekolah minggu sehingga Naposobulung dapat menjadi guru SKM yang berkualitas. Memberikan tanggung jawab dan kesempatan untuk memimpin membuat Naposobulung dapat bergerak cepat untuk belajar memberikan yang terbaik yang disa dilakukannya digereja.
2. Mekanisme Pelayanan di Gereja
HKBP dalam Panduan Aturan & Peraturan yang terbaru membuka peluang bagi naposobulung memberikan keahliannya bukan hanya dalam lingkungan kumpulan naposobulung, tetapi juga dalam bidang-bidang yang ada didalam bidang-bidang pelayanan yang ada. Anda yang dokter atau perawat bisa masuk di bidang kesehatan, anda yang menyukai musik dapat di bidang musik, anda yang guru bisa aktif dibidang pendidikan dengan melakukan les gratis untuk jemaat yang kurang mampu, dan masih banyak hal lain yang dapat dilakukan.

IV. Penutup
Naposobulung adalah masa depan gereja. Perubahan-perubahan positif yang ada dan terjadi didalam Naposobulung membuat Naposobulung lebih kuat dan berakar untuk terus tumbuh dan berkarya. Seperti cerita yang ada didalam pendahuluan, Naposobulung seperti seekor unggas yang tidak sadar jika ia adalah burung Rajawali yang dapat terbang dengan gagah di angkasa. Naposobulung memiliki potensi diri yang terpendam yang kadang jika tidak dibawa kepermukaan akan terus terpendam. Keberanian untuk mencoba, berkarya dan melakukan apa yang menjadi keahlian di Gereja disertai dengan dukungan penuh dari orang tua serta sistem yang ada di gereja membuat peran Naposobulung bukan hanya sebagai hiasan gereja yang hanya hadir pada saat ibadah minggu dengan paduan suaranya. Masa muda bukan waktu yang lama jadi gunakanlah dengan berkarya dengan penuh kreativitas dengan tetap tertuju kepada Tuhan yang memiliki kita.
Kiranya Naposobulung dapat terus berkembang dari hanya sekedar ”bunga-bunga gereja” menjadi the real ”tulang punggung & masa depan gereja”. Tuhan memberkati Naposobulung HKBP.

(Penulis adalah Christo Hotman Radjagukguk -Mantan Naposobulung HKBP Semper yang pernah menjabat selaku Ketua NHKBP Distrik Jakarta 3-, tulisan ini dimuat di Buku “UntukMU” yang diterbitkan Buletin Narhasem dalam rangka 4 tahun pelayanan Buletin Narhasem pada April 2008)

Selasa, 19 Mei 2009

ARTIKEL: BAGAIMANA KITA MERASAKAN KEHADIRAN ALLAH???

Allah yang kita sembah dan kita percaya adalah Allah yang Maha Hadir dalam kehidupan kita. Allah itu Roh sehingga tidak terbatas ruang dan waktu. Dia hadir dan menyertai kita bukan saja di saat-saat suka tapi juga di saat-saat duka. Namun berbicara hal “merasakan kehadiran Allah” adalah hal yang eksklusif dan menguatkan iman yang dirasakan oleh orang-orang percaya. Mengapa eksklusif? Karena kebenaran mutlak bahwa Allah Maha Hadir mungkin tidak mampu diyakini dan dialami oleh semua orang. Hanya orang-orang yang hidup di dalam kebenaran Firman dan kasihNya yang dapat sungguh merasakan kehadiran Allah dan campur tangan Allah dalam setiap detil kehidupannya.
Kebanyakan orang memahami “merasakan kehadiran Allah” yaitu pada saat kita sedang hening dalam saat teduh, berdoa sendiri di dalam kamar, saat melakukan penyembahan, berdoa puasa, saat mengaku dosa, dll. Dengan kata lain merasakan kehadiran Allah kita gambarkan lewat ritual-ritual ibadah yang sering kita lakukan. Memang hal ini ada benarnya karena saat-saat khusuk biasanya kita dapat “lebih merasakan” kehadiran Allah, ada perasaan damai sejahtera, sukacita, ketenangan, dll. Untuk itu setiap orang percaya penting menjaga waktu bersekutu pribadi dengan Tuhan yang bukan sekedar aktivitas namun menikmatinya seperti analogi Bapa dan anak, hubungan yang erat dan dinamis.
Merasakan kehadiran Allah adalah hal yang eksklusif, dan menguatkan iman artinya hal ini bukan sekedar apa yang kita rasakan atau mungkin situasi yang membuat kita terhanyut dalam emosi seperti misalnya suasana ibadah yang sangat mengesankan sehingga kita mengklaim kita merasakan kehadiran Allah tapi setelah kita kembali dalam kehidupan kita sehari-hari, kita lupa apa yang kita rasakan, kita lupa apa yang kita doakan, semuanya tertinggal di tempat ibadah. Merasakan kehadiran Allah adalah impact dari sikap hidup dan komitmen kita untuk tetap berada di dalam kehendakNya. Merasakan kehadiran Allah dalam ritual-ritual ibadah adalah baik namun hendaknya kita sebagai orang percaya merindukan perkara yang lebih tinggi lagi yaitu merasakan kehadiran Allah secara nyata lewat pengalaman rohani bersama Tuhan. Coba kita renungkan sejenak, pikirkanlahlah 1 hal saja dimana kita merasakan Allah hadir dalam hidup kita misalnya menolong kita dalam ujian di sekolah/di kampus, saat kita sembuh dari sakit, atau kita dikuatkan saat kita kehilangan orang yang kita kasihi,dll. Saat-saat seperti itu, kita bukan hanya merasakan kehadiran Allah tapi iman kita juga makin diteguhkan oleh Allah. Kita dapat melewati saat-saat yang sulit dalam kehidupan kita dan dimampukan mengucap syukur dengan tulus kepada Allah.
Namun karena kesibukan kita atau banyaknya pergumulan dan permasalahan yang kita hadapi, kita kadang menjadi lemah. Kita sebagai orang kristen hanya mengaku seorang kristen tapi iman kita mungkin tidak bertumbuh makin dewasa dan pengalaman rohani bersama Tuhan sangat minim bahkan tidak sedikit yang merasa tidak butuh hal itu. Seorang remaja/pemuda yang telah terbiasa nyontek dan berbuat curang dalam pendidikannya adalah orang-orang yang belum merasakan kehadiran Allah, begitu juga mereka yang hanya memuasakan hawa nafsunya saja dengan pergaulan bebas, mabuk-mabukan, mencuri, suka membohongi orang lain adalah orang-orang yang mustahil mengatakan mereka merasakan kehadiran Allah.
Merasakan kehadiran Allah adalah pengalaman rohani yang dapat menguatkan iman kita dan itu akan nampak dari sikap hidup kita, prinsip hidup yang kita pegang dan bagaimana kita menjalani hidup ini. Bila kita dapat merasakan kehadiran Allah dalam hidup kita, maka kita akan menjadi orang-orang yang makin mengasihiNya dan berkomitmen untuk hidup berpadanan dengan kehendakNya. Hidup ini akan terasa lebih hidup karena kita meyakini ada Allah yang senantiasa menopang kehidupan kita dan tidak akan meninggalkan kita. Bila kita belum mengalami pengalaman rohani ini, mintalah pada Tuhan agar Tuhan mengaruniakannya pada kita.
Bila kita dapat merasakan kehadiran Allah dalam hidup kita maka kita akan dimampukan untuk mengucap syukur senantiasa kepadaNya, bagaimanapun keadaan kita, apapun yang kita miliki, mengucap syukur dalam segala hal. Kita juga akan dipimpin oleh Tuhan agar kuat saat menghadapi godaan dan nafsu dunia, dan masih banyak lagi pengalaman rohani yang dapat kita alami bersama Tuhan.
Pada akhirnya bila kita bertanya, bagaimana kita dapat merasakan kehadiran Tuhan? Jawabannya adalah bila kita hidup takut akan Allah. Dengan sikap hidup ini, maka kita mengimani bahwa Allah itu ada, Maha Hadir dan menjadi pemimpin hidup kita, kita tidak akan mau menghabiskan sisa hidup kita dengan hidup yang sembrono dan mendukakan hati Tuhan. Merasakan kehadiran Allah adalah refleksi pengenalan kita akan Allah yang kita sembah. Bila kita rindu ingin makin mengenalNya maka kita akan senang/gemar membaca FirmanNya, Bila kita makin mengenal Allah maka kita akan menyadari siapa diri kita yang tiada artinya di hadapan Allah dan kita hidup hanya sementara di dunia. Akan muncul sikap bahwa kita membutuhkan Allah dalam hidup kita dan kita rindu Allah berkarya dalam hidup kita. Kita akan menjadi orang-orang yang berpengharapan walaupun disekitar kita dipenuhi oleh orang-orang yang putus asa dan hilang pengharapan, kita akan menjadi orang-orang yang tegar dan penuh kasih walaupun harapan dan cita-cita kita belum tercapai ataupun kita disakiti dan dikhianati oleh orang lain. Ada begitu banyak kekayaan rohani yang dapat kita nikmati di dalam hubungan yang akrab dengan Allah saat kita sungguh-sungguh merasakan kehadiranNya. Kekayaan rohani itu jauh lebih berharga dibandingkan dengan kekayaan duniawi karena Allah sedang mempersiapkan kita untuk kehidupan yang kekal.
Marilah kita minta kepada Allah agar tiap saat kita dapat merasakan kehadiranNya dalam hidup kita. Kita dapat mulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana yaitu membaca FirmanNya setiap hari, berdoa dan bersyukur setiap waktu, dan melakukan FirmanNya dalam hidup kita. Tuhan pasti akan menolong kita.

(Penulis adalah Eva C. Hutasoit, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Januari 2007)

Minggu, 17 Mei 2009

ARTIKEL: ADA APA DENGAN INJIL THOMAS? Suatu Ulasan Singkat Mengenai Sikap Terhadap Injil Thomas

1. Kehebohan Yang Mengundang Tanya?
Perbincangan dan perdebatan di sekitar topik Yesus sejarah (cerita mengenai ucapan dan perbuatan Yesus selama hidupNya di dunia ini) memang selalu menarik perhatian para pakar. Salah satu topik yang heboh diperbincangkan belakangan ini adalah mengenai Injil Thomas atau Injil dari Didimus Yudas Thomas (The Gospel of Didimus Judas Thomas). Ada apa dengan injil Thomas ini ? Mengapa menjadi bahan perbincangan ? Apa relevansinya dengan ke empat injil yang sudah masuk kanon ? Tentulah untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut sangat sukar dan pelik dipihak lain penulis kesulitan dalam hal mencari literature yang membahas mengenai injil Thomas ini. Namun demikian ulasan singkat ini diharapkan dapat memperluas wawasan tanpa harus menggoncang iman.

2. Injil Kanonik Dan Injil Ekstra-Kanonik
Pada awalnya, istilah injil (Yun : Euanggelion, “Kabar baik”) bukanlah merupakan sebuah istilah Kristen, tetapi juga istilah umum yang sudah dipakai di dunia Yunani – Romawi, sebelum injil – injil kanonik dituliskan. Pada saat iut istilah “Injil” merupakan kabar baik mengenai berbagai tindakan yang dilakukan oleh orang – orang yang memiliki kedudukan tinggi (kaisar, pejabat kekaisaran, orang kaya) karena kedermawanan ataupun karena kemenangan mereka di medan pertempuran. Kemudian, orang – orang Kristen mula – mula juga menggunakan istilah “injil” ini untuk merujuk pada berbagai tindakan dan pengajaran Yesus selama di dunia ini, Sebagai contoh, pada awal kitab Injil Markus dengan segera kita menjumpai kata – kata: “ Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus , Anak Allah “ (Mrk 1:1). Melalui tulisan ini kita melihat bahwa istilah “Injil” mengandung arti :”Riwayat hidup Yesus Kristus di bumi”. Riwayat hidup ini (meliputi tindakan dan ucapanNya) dicirikan sebagai kabar baik. Yang menjadi pertanyaan tersebut adalah : Mengapa hanya empat Injil dari sekian banyak yang di susun pada abad I dalam periode keKristenan ? Para pakar modern pada umumnya berpendapat bahwa bermacam – macamnya Injil mencerminkan keberbagaian dan pluralisme dalam Gereja Perdana dan adaptasi dari Tradisi Injil pada Jemaat – Jemaat Kristen yang baru dan berbeda – beda. Demikianlah pada akhir abad II kumpulan ke empat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) telah di terima di banyak tempat dan telah dimasukkan ke dalam kanon, sedang kan tulisan – tulisan lainnya (sering disebut denagn Dokumen Ekstra-Kanonik, yaitu di luar kanon 27 kitab Perjanjian Baru) antara lain Injil Maria Magdalena (akhir abad 2), Injil Filipus (abad 3A) dan Injil Thomas (abad 1 untuk edisi pertama Injil ini).

3. Injil Thomas: Selayang Pandang
Pada tahun 1945 – 1946 di Nag Hammadi sebuah kota di Mesir di tepi sungai Nil, dalam penggalian arkeologi ditemukan di perpustakaan kuno Gnostik Koptik. Dalam perpustakaan itu dijumpai banyak sekali naskah kuno ditulis di atas papyrus dan dijilid dengan sampul kulit. Yang terkenal dari penemuan itu adalah “Injil Thomas” yang ditemukan versi terjemahan Yunani yang diperkirakan ditulis sekitar tahun 150/200 M, dan terjemahan Koptik yang bernafaskan Gnostik bertanggal pertengahan abad IV M, yang berisi kumpulan 114 “ucapan – ucapan rahasia dan perumpamaan yang dianggap sebagai ucapan Yesus (Logion)”. Setengah dari isi Injil Thomas ada dalam ke empat Injil dan setengah lainnya adalah baru. Tepatnya, 47 Logion ada dalam Markus, 40 ada dalam Quelle (Q), 17 ada pada Injil Matius, 4 ada di Injil Lukas dan 5 ada di Injil Yohannes. Sebagian besar Injil Thomas hanya tersedia dalam bahasa Koptik, yang tampaknya merupakan hasil terjemahan maupun penyelarasan dari sumber yang lebih awal dalam bahasa Yunani yang lebih awal tidak tampak. Kita tidak mempunyai bentuk asli dari Injil Thomas, sehingga klaim –klaim tentang bentuk bahasa Yunani yang lebih awal tidak tampak. Sebagian besar para ahli percaya bahwa bentuk bahasa Yunani dari teks tersebut lebih dekat ke Injil Thomas yang asli. Cikal bakalnya terletak di Siria Timur, dimana ada berbagai tradisi dan legenda tentang Rasul Thomas. Diduga, dokumen asli di tulis pada abad 2 oleh seseorang yang mengagumi Thomas, bukan oleh Rasul Thomas sendiri.
Injil Thomas adalah suatu contoh dokumen Gnostik. Gnotisisme adalah sebuah gerekan agamawi Yunani awal yang secara khusus berpengaruh pada Gereja di abad 2. gnotisisme berasal dari istilah Yunani Gnosis, yang artinya pengetahuan (knowledge). Kaum Gnostik meyakini bahwa orang – orang yang taat telah mendapatkan pencerahan yang istimewa , dimana mereka mendapatkan suatu tingkat pemahaman yang rahasia atau yang lebih tinggi yang tidak dapat di akses oleh mereka yang tidak terpilih.
Didalam injil Thomas terdapat ucapan – ucapan Yesus yang terpelihara di dalam tradisi tertulis yang telah “dignotisasikan” . Namun apabila terhadap sebagian besar ucapan Yesus dalam Injil Thomas ini dilakukan “Degnotisasi”, yakni dihilangkan unsure – unsur gnostiknya, maka ucapan – ucapan Yesus yang muncul di situ akan menggambarkan Yesus sebagai seorang pengajar hikmat sekaligus seorang Nabi yang membawa amanat pembaharuan sosial yang radikal.
Injil Thomas yang berisikan 114 logion dimulai dengan suatu prolog atau Pengantar : “These are the secret saying that the living Jesus spoke and Didymos Judas Thomas recorded” (“Inilah ucapan – ucapan rahasia dari Yesus yang hidup dan yang telah di catat oleh Yudas Thomas Didimus”). Lalu dalam logion 1 dikatakan : katanya “Barang siapa menemukan penafsiran atas ucapan – ucapan ini, ia tidak akan mengecap kematian” dalam Injil Thomas, Yesus dipandang sebagai seorang filsuf yang bijak (logion 13). Sebagian falsafahNya mengatakan bahwa aspek terpenting yang sesungguhnya dari seseorang yang tercerahkan adalah jiwa yang pre – eksisten (bukannya tubuh).
Kemudian dalam Ucapan No. 19 Yesus melontarkan kata bersayap “Berbahagialah dia yang lahir (datang) sebelum dilahirkan”. Jadi, seseorang yang tercerahkan harus menemukan ke adikodratan di dalam dirinya dengan cara mencarinya ke belakang, bukan ke masa depan. Hal ini sangat bertentangan dengan PB yang menekankan orientasi yang pasti menuju masa depan dan penebusan akhir. Sedangkan injil Thomas dan literature gnostik lainnya memiliki karakter yang mengubah dan mengeliminasi orientasi eskatologis dari pengajaran Yesus dan kemudian menggantinya dengan spekulasi tentang dunia – dunia yang lain, lapisan – lapisan waktu yang ribuan tahun lamanya, jiwa yang pre eksisten dan semacamnya. Jadi jelasnya, orientasi eskatologis dari Injil Kanonik lebih jelas dan pasti, sedangkan Injil Thomas tidak memiliki hal tersebut.
Mengenai keselamatan, dalam ucapan No. 62, Yesus berkata : “Aku menyingkapkan berbagai misteri kepada mereka (yang layak) menerima misteri – misteriku”. Kabar baik tentang keselamatan dari Kristus tidak lah ditawarkan kepada semua orang . seseorang harus layak untuk menerima rahasia kearifan Yesus. Jelaslah, keselamatan yang ditawarkan dalam injil Thomas sangat bertentangan dengan keselamatan oleh kasih karunia melalui iman kepada Yesus Kristus, sebagaimana yang ditulis dalam kitab PB.

4. Kesimpulan
Sejauh ini kita telah menelaah sejarah dan beberapa poin penting dari injil Thomas. Beberapa contoh tadi telah cukup untuk menunjukkan bahwa materi injil Thomas sangat berbeda dan bertentangan dengan injil – injil Kanonik dalam Alkitab. Injil Thomas dalam beberapa hal merupakan sejenis ikhtisar atau antologi dari materi kata – kata bijak yang lebih awal dari injil – injil Alkitab, yang diambil secara harfiah darinya. Dengan kata lain, injil Thomas merupakan upaya pada abad kedua untuk menginterpretasikan segala macam gagasan dan bacaan kitab PB secara gnostik. Injil Thomas jelas bukan injil “kelima” yang harus dimasukkan ke dalam kanon. Bahkan injil ini menambah sedikit wawasan pengetahuan kita tentang Yesus yang histories itu, tetapi tidak terhadap makna teologis tentang Yesus yang kita imani, sebagaimana yang terdapat dalam PB. Para pengkhotbah terawal dan injil – injil terawal, yang adalah injil – injil Alkitab, setuju bahwa agar sesuatu bisa sungguh – sungguh menadi Berita Baik (Injil), ia harus memasukkan hal – hal yang telah dicapai oleh Yesus bagi orang – orang lain, khususnya kematian dan kebangkitanNya. Berdasarkan kesepakatan seperti ini, maka dapat dikatakan injil Thomas sama sekali tidak layak di sebut Injil. Memahami pengajaran – pengajaran Yesus tidak cukup untuk memberi dampak pada keselamatan. Kita harus mempercayaiNya dan mempercayai apa yang telah diperbuatNya demi keselamatan kita.

Daftar Pustaka
1. Ioanes Rakhmat, Yesus, Maria Magdalena, Yudas dan Makam Keluarga, Banten : Penerbit Sirao Credentia Center, 2007.
2. Stephen Paterson & Mavin Meyer “The Scholars” Translation of the Gospel of Thomas” dalam the Complete Gospel: Annotated Scholar Version,Polebridge Press, 1994.
3. Ben Witherington III, Menjawab The da Vinci Code, Yogyakarta; Gradien Books, 2006. pembahasan ini tulisan ini terutama diambil dari bab 6, “Thomas yang Peragu”, hlm 118 – 136.
4. Dianne Bergant, CSA (ed.), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta; Kanisius, 2005. Baca khususnya bagian “pengantar” hlm 1-30.

(Penulis adalah Pdt. Herwin Simarmata, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juli 2007)

Selasa, 12 Mei 2009

ARTIKEL: PERAN AKTIF ANGGOTA JEMAAT DALAM BIDANG PELAYANAN

Berbahagialah anggota jemaat yang statusnya jelas dan benar di hadapan Tuhan, dimana Kristus Raja Gereja yang telah memanggil umat-Nya untuk Bersekutu, Memberitakan Injil, dan Melayani sebagai Buah Iman yang teguh. Didalamnya terlihat makna yang berperan dalam bentuk dedikasi terhadap tugas dan panggilan gereja serta loyalitas kepada Kristus Raja Gereja dengan berpengharapan yang hidup untuk pewaris Kerajaan Sorga.
Jemaat HKBP Semper perlu menyadari bahwa bentuk dan sifat kepemimpinan di HKBP yang selalu kita namai Kepemimpinan yang Plet, yang didalamnya dapat terlihat bahwa paradigma baru HKBP untuk pengambil keputusan adalah melalui Rapat dan Sinode, dan hasil-hasil serta keputusan rapat/ sinode itulah yang merupakan program kerja pelayanan dan menjadi pedoman pelaksanaan pelayanan bagi semua pelayan HKBP untuk menjalankan tugas pelayanannya di tengah-tengah jemaat HKBP.
Setiap pelayan HKBP adalah merupakan Team Work pelayanan yang solid untuk membawa jemaat kepada kehidupan di bawah bimbingan kuasa Roh Kudus. Melalui Aturan Peraturan HKBP tahun 2002 di dalam Visi dan Misinya memiliki paradigma yang baru yang sifatnya inklusif. Anggota jemaat turut ambil bagian di dalam mengambil keputusan dan berperan aktif untuk hadir di bidang pelayanannya. Adapun tugas dan panggilan gereja kepada anggota jemaatnya untuk hadir bersekutu di dalam Yesus Kristus (Koinonia) dan Memberitakan Injil Keselamatan (Marturia) serta melaksanakan Panggilan untuk Melayani (Diakonia). Hal ini dapat kita lihat di dalam posisi keberadaan anggota jemaat yang turut ambil bagian di dalam setiap rapat yang menunjukkan bahwa pelayan itu bukan lagi hanya Pelayan Tahbisan, melainkan partisipasi aktif sangat diutamakan oleh para Pelayan Non Tahbisan, perpaduan dari Pelayan Tahbisan dan Non Tahbisan, itulah yang disebut PARHALADO (Pelayan).
Untuk tugas dan panggilan inilah sangat dibutuhkan peranan anggota jemaat sebagai Team Work yang solid di setiap lini pelayanan di tengah-tengah gereja, dengan pengabdiannya melalui talenta atau kharisma yang dimiliki oleh anggota jemaat sangat potensial untuk mendukung jalannya pelayanan di tengah-tengah gereja, maka Sumber Daya Manusia (SDM) bagi setiap anggota jemaat perlu menyadari bahwa kharisma yang dia miliki atau profesi yang dia sandang haruslah menjadi persembahan dalam bentuk pengabdian di tengah-tengah gereja untuk mendukung setiap program yang telah diputuskan untuk dijalankan atas partisipasi dari semua anggota jemaat.
Pada kesempatan peningkatan status HKBP Semper menjadi Resort di tengah-tengah tubuh HKBP adalah merupakan tugas dan tanggungjawab di dalam peranan pelayanannya yang wajib menerima kuasa Roh Kudus dan tampil sebagai anggota jemaat yang penuh dengan damai sejahtera serta berbeban untuk mengemban tugas dan tanggungjawab atas panggilan sebagai warga gereja yang taat dan setia kepada Kristus serta memiliki disiplin dalam kehadirannya di tengah-tengah masyarakat, maka sangat perlu memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritualitas. Hal ini sangat diharapkan secara pribadi, persekutuan yang intim dengan Tuhan yang memanggil dan mengutus untuk melayani.
Selamat bagi anggota jemaat HKBP Semper yang sudah memiliki status Resort yang baru di HKBP. Tuhan Memberkati.

(Penulis adalah Pdt. H.J. Napitupulu, S.Th. –pernah melayani di HKBP Semper selaku Pendeta Resort HKBP Tg. Priok Timur-, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Khusus Peresmian HKBP Resort Semper)

Senin, 04 Mei 2009

ARTIKEL: DOSA DAN ANUGERAH

1. Banyak nats pendukung dari judul diatas ini, namun salah satu titik dasar perenungan saya, diambil dari Roma 5:12-21 (15.B) Dosa adalah hasil pemberontakan manusia terhadap Allah, dimana manusia itu ingin sama dengan Allah (Kej.3), akibatnya terjadilah pemberontakan, melanggar hukum, menyeleweng, sakit, lemah, ragu, takut, dll.

2. Banyak terjemahan yang dipakai, untuk memperkaya kita, tentang dosa
ini:
• K.DR.Verkuyl, mengambil dari Kej.3:5 “dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” dia berkata, dosa itu adalah: pelanggaran, kesombongan, angkuh.
• Apostel Paulus berkata dalam Rom 14:23 “Dosa ialah barang sesuatu yang tidak beralaskan firman” –artinya: dosa ialah tidak percaya kepada Allah.
• Sedang dalam istilah bahasa Yunani dl PB dipakai “Hamartia” -diterjemahkan-Luncas, .tidak kena kepada sasaran, Akibatnya timbul "anomia” .Kata “anomia”: dari Bahasa Yunani terdiri dari 2 suku kata: “a" berarti tidak, “nomos” berarti hukum, aturan. “Anomia” berarti tidak beraturan, tidak teratur, melanggar hukum, tidak disiplin, tidak mengikuti/menuruti kata gurunya/Tuhan.
• Nabi Yesaya mengatakan dosa itu ialah: "menyeleweng hatinya”.

3. Kalau kita simpulkan, ada 3 cara orang berdosa/kita berdosa melalui:
• Ucapan
• Pikiran
• Perbuatan
Akibat semua ini, adalah rusak, mati, dan upah dosa adalah maut, Nah, itulah dosa itu. Begitu berkuasanya membawa orang ke kuburan dan mengadu domba manusia, sehingga menjadi diperalat untuk merusak rencana Allah.

4. Pertanyaan muncul: Dari mana kita ketahui dosa ini?
• Hukum Taurat. Semakin kita lakukan, semakin kita tidak mampu. Kenapa? Rom 7:7 “justru karena hukum taurat aku mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat ti¬dak mengatakan:"Jangan mengingini"
• Iblis, yang asalnya dari Malaikat, mengkhianat Allah, dihukum, dibuang kedunia ini, menggerogoti manusia, supaya ada kawan berdosa (1 Yoh 3: 8;2 Pet.2:4)
• Setelah manusia berdosa, merambatlah dosa itu kepada: nafsu-nafsu badaniah, pengaruh-pengaruh masyarakat, ekonomi yang lemah, dll.
• Salah pengertian akan kebebasan, sehingga manusia melakukan kebebasannya tidak bertanggungjawab.
• Dosa juga kita ketahui karena keterbatasan manusia: terbatas dalam ilmu, kuasa, waktu, tempat, kesehatan, dll.

5. Jadi, sampai sekarang, tidak seorang pun manusia yang berani mengatakan dirinya tidak berdosa, atau belum pernah berdosa, karena dosa itu datang melalui mulut, pikiran, dan perbuatan.
Contoh aktual ialah ketika Yesus bertanya kepada orang banyak dan ahli Taurat yang sengaja menjebak Tuhan membawa seorang WTS untuk meminta pertimbangan Hukum? Yesus berkata barangsiapa yang tidak berdosa itulah yang pertama melempatkan batu kepadanya. Apa yang terjadi? Seorangpun tidak ada yang berani menjatuhkan hukuman kepada perempuan yang kedapatan berjinah itu. Karena, siapakah orang yang tidak berdosa?

6. Kedua: Anugerah.
Dari bahasa Yunani: “Kharis” artinya pemberian seorang yang mulia kepa¬da yang hina, sehingga hidup. Kalau kita terjemahkan secara teologis, Anugerah itu adalah “Pemberian yang cuma-cuma” berharga, tanpa balas. Pemberian dari Allah yang tidak berdosa kepada manusia yang berdosa, hidup dan selamat.
Contoh aktual:
• Saulus -Doktor Teologia Jahudi
• Kepala Satgas Jahudi utk.membasmi Kristen
• Saksi hidup, Stefanus dihukum rajam karena rnurid Yesus, sampai mati.
• membawa orang Kristen, kepenjara, disiksa, hukum mati, dll.

7. Tetapi, ketika bertugas membasmi Kristen ditangkap Tuhan Yesus ditengah jalan, kemudian Saulus dihukum dengan mata dibutakan, namun bertobat dan disembuhkan dan dibaptis. Artinya anugerah disini ialah:
1. dosa lampau dihapus
2. dosanya yang sekarang juga dihapus
3. dipercaya lagi menjadi apostel ke Orang Kafir.

8. Memang dosa yang dibawa Adam I, membawa maut, tetapi ingat, kebenaran yang masuk dalam Tuhan Yesus-Adam II, membawa Kehidupan. Disinilah kita mengerti:
-Lebih besar Hidup daripada Maut
-Pemberian lebih Besar daripada Dosa. Paulus sudah berdosa, bahkan menolak dan melawan Allah, tetapi karena Anugerah dia diselamatkan.

9. Masalah sekarang :Kenapa kita selalu cenderung kepada keinginan-keinginan jasmaniah yang membawa kedosa itu?
Saudara? Inilah hakekat manusia berdosa itu, yang tidak berisi Firman Allah. Setiap orang berdosa yang tidak meminum dan memakan Firman Allah (Mat.4:4;1 Pet.2:2;Yer.15:16) tidak akan dewasa iman, akan mudah terombang-arnbing, lemah, memilih yang mudah, sementara dan menuju maut. Karena orang berdosa yang tidak dewasa iman, bersifat: -nyata, realita, yang bisa dilihat, dijamah, dll.

10. Sekali lagi, orang percaya itu dasar dan pembuktiannya:
• Percaya, karena mendengar Firman Tuhan Yesus (Rom 10:17)
• Minum dari Firman (1 Pet.2:2)
• dan begitu bertemu dengan Firman, dimakan dengan lahap (Yer.15:1 6) Itu sebabnya, gereja terus memberitakan Injil keseluruh dunia, supaya kecenderungan kita kepada Allah yang kekal itu.

11. Ingat. Semua kita berdosa. Bedanya, anda kedapatan berbuat sehingga dihukum. Tapi, Anugerah? Semua orang menerima itu, tanpa kecuali, karena “begitu besar Kasih Allah akan dunia ini sehingga diberikanNya AnakNya yang tunggal itu, agar setiap orang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh.3:16)
Barang siapa yang percaya kepada Tuhan Yesus, ialah yang menerima keselamatan itu. Berarti anugerah itu harus diterjemahkan 2 (dua):
1. Anugerah Umum, yakni pemberian yang umum kepada umum. Misal: air, tanah, dll.
2. Anugerah Khusus ialah: Tuhan Yesus yang menyelamatkan dunia dari dosa dan maut, diberikan kepada yang percaya kepadaNya.

12. Nah, jangan takut datang kepada Tuhan Yesus, sebesar apapun dosamu, karena tidak ada yang dapat menghalangi kita terhadap Tuhan Yang Maha Kasih itu. Semua tembok-tembok pemisah sudah dirobohkan. Datanglah, memohon, bertobat dan Hidup baru. Dan itu adalah anugerah, pemberian Tuhan Saja.

(Penulis adalah Pdt. Monang P. Silalahi, S.Th., tulisan ini dumuat dalam Buletin Narhasem Edisi Januari 2005)

Jumat, 01 Mei 2009

HUMOR: SEPUTAR PENGACARA

Membaca Dosa Pengacara
Seorang pengacara berdiri di pintu gerbang surga sambil mendengarkan malaikat membaca dosa-dosanya:
1) Membela sebuah perusahaan besar yang melakukan kejahatan lingkungan, padahal ia tahu perihal kesalahan tersebut;
2) Membela pembunuh yang jelas-jelas bersalah karena bayarannya besar;
3) Menyuap hakim, jaksa dan polisi;
4) Menuduh seorang yang tidak bersalah karena dibutuhkan kambing hitam dalam sebuah kasus, lagi-lagi demi success fee… dan seterusnya.
Malaikat terus membacakan dosa-dosanya, sementara pengacara merasa berkeberatan dan mulai mengajukan protes. Ia mengakui semua dosa-dosanya itu, tapi juga membela diri. “tunggu dulu dong… saya ‘kan juga melakukan kebaikan dalam hidup saya”.
Malaikat kemudian membuka buku kebaikannya dan berkata “Ya benar. Sekali anda terlihat dan tercatat memberikan uang receh kepada seorang penyemir sepatu di pengadilan ketika anda menunggu giliran sidang, ya kan?” Pengacara itu mengangguk sambil menjawab, “Betul.”
Setelah jawaban pengacara, malaikat lalu menyuruh malaikat lain disebelahnya dan berkata, “kasih pria ini 15 sen, dan suruh dia pergi ke neraka.”

Tidak Takut Masuk Neraka
Seorang pendeta melakukan pelayanan ke lembaga pemasyarakatan (baca: penjara), lalu disana pak pendeta tersebut bertemu dengan seorang koruptor kelas kakap.
Pendeta : berapa lama anda dihukum oleh hakim di pengadilan?
Koruptor : hanya 4 (empat) bulan.
Pendeta : mengapa hukumannya serendah itu, kudengar uang yang kamu korupsikan puluhan milyar.
Koruptor : saya ‘kan pake’ pengacara yang handal membela orang bersalah he..he..
Pendeta : Ya sudah, sekarang saya ajak anda bertobat agar anda nanti tidak masuk neraka.
Koruptor : Pak pendeta, saya tidak mau bertobat dan saya tidak takut masuk neraka karena nanti di neraka pasti banyak pengacara yang akan saya bayar untuk membela saya dihadapan Tuhan, agar hukuman saya ringan lagi ha..ha...ha..
Pendeta : ?>],!?

Membunuh Pengacara
Seorang pria tengah berjalan dipantai ketika ia tersandung teko ajaib. Lalu muncul jin dan berkata, “saya akan mengabulkan tiga permintaan anda, tetapi setiap kali permintaan anda terkabulkan, semua pengacara di dunia akan mendapatkan dua kali lipat”. Pria itu gembira bercampur kesal karena sebenarnya ia benci pengacara.
Lalu pria itu berkata, “Pertama aku ingin punya uang tiga juta dollar”, lalu semua pengacara di dunia mendapatkan enam juta dollar. “Kedua aku ingin punya 10 mobil sports”, lalu semua pengacara di dunia mendapatkan 20 mobil sports.
Untuk keinginan yang ketiga, ia berhenti sejenak karena ia tidak ingin pengacara mendapatkan apa-apa. Setelah berfikir sejenak, ia berkata kepada jin “Ketiga aku ingin kau pukul aku sampai setengah mati.”

Permintaan Pengacara
Seorang sekretaris, seorang pegawai pada kantor pengacara dan seorang pengacara sedang berjalan di taman dan mereka menemukan lampu antik. Kemudian mereka menggosok-gosok lampu tersebut dan keluarlah Genie. Karena gosokan tersebut, Genie rupanya merasa terselamatkan dan karenanya menyatakan “saya akan mengabulkan tiga keinginan kalian dalam satu kesempatan saja.”
“Aku duluan! Aku duluan!”, sahut sekretaris. “Saya ingin berada di Bahama, naik speedboat dan tidak mau tahu mengenai urusan dunia”. Poof! Si sekretaris menghilang.
“Aku! Aku!” kata si pegawai. “Saya ingin berada di Hawaai, sambil bersantai di pinggir pantai dengan wanita-wanita cantik, minum dan makan sepuasnya.” Poof! Si pegawai menghilang.
“Nah, sekarang anda,” Kata Genie kepada si pengacara. Pengacara itu lalu berkata, “Saya cuma ingin mereka berdua kembali ke kantor setelah jam makan siang.”

(Penulis tidak diketahui, dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juni 2007)