Rabu, 29 Juli 2009

ARTIKEL: PERAN WANITA DI TENGAH MASYARAKAT DAN GEREJA

1. Pengantar
Peran wanita menjadi pembicaraan yang menarik dibicarakan, karena masih dirasakan sampai sat ini pembedaan peran dan kedudukan yang amat berbau gender (antar jenis kelamin) berdasarkan kodrat masih saja terus hidup. Berbagai kenyataan hidup dalam beberapa pengalaman hidup perempuan memberi bukti bahwa ada semacam konsep yang mempercayai kodrat perempuan adalah sebagai penyambung keturunan, lemah lembut, lebih emosional, dan fisiknya kurang kuat.
Kenyataan umum membuktikan bahwa wanita acap kali menjadi korban system patriarchal. Kaum wanita dipandang rendah nilai martabatnya sebagai manusia. Sementara pria berperan sebagai penguasa segala sesuatu, sedangkan wanita dianggap pasif dan hanya bisa mendengar saja. Karena itu wanita bisa diatur, bahkan dipakai sebagai “pemuas” seksual. Lebih parah lagi, wanita dianggap lebih pantas bekerja di sektor domestik, atau dalam istilah “3 M” (melahirkan, memasak, dan menghias diri)
Dalam kehidupan gereja dewasa ini memang sudah ada perkembangan dalam hal peran wanita menjadi Majelis atau pemangku jabatan gerejawi, namun tidak sebanding dengan jumlah wanita yang sebenarnya memiliki potensi untuk duduk dalam posisi pemimpin (Evang Darmaputra: 1992, 12)
Memperhatikan pokok permasalahan di atas, maka dirasa penting mengadakan tinjauan teologis tentang peran gender. Untuk itu dalam tulisan ini akan ditelusuri dinamika turun naiknya kehidupan kaum wanita di dalam konteks tradisi kitab suci, selanjutnya peran dan fungsi wanita.

2. Selayang Pandang Turun Naiknya Dinamika Kehidupan Kaum Wanita
Pada bagian ini kita akan menelusuri bagaimana pengalaman kaum wanita serta reaksi mereka terhadap realitas kehidupan yang mereka hadapi (Hendrik Bonk: Wanita, 11-13)
a. Meneropong tradisi
Pada hakikatnya wanita memiliki kepribadian yang unik dan utuh, jasmani-rohani. Tradisi penulis kitab Kejadian dengan jelas menunjukkan kebenaran ini dan mereka mengungkapkan bahwa wanita diciptakan menjadi “penolong” bagi pria. Istilah “penolong” merupakan terjemahan dari kata “ezer” artinya penolong. Lebih jelas diterjemahkan dengan “ penolong yang sepadan” (bnd. Kej. 2:18). Dalam pengertian ini peran wanita sebagai penolong sangat menentukan, karena tanpa wanita, pria tidak dapat mewujudkan dirinya sepenuhnya.
Namun realitas sejarah perkembangan kehidupan umat manusia sejak dulu sampai sekarang, realitas hidup wanita berlangsung sungguh memprihatinkan (tragis). Wanita sepertinya disetting sebagai symbol kaum lemah yang tersingkir dalam percaturan kehidupan kaum pria. Dalam konteks masyarakat yang patriarchal, wanita dianggap kaum marginal. Dengan demikian jelas bahwa dalam perkembangannya wanita tidak menjadi korban akibat kekeliruan memenuhi tuntutan kodratnya, melainkan menjadi korban system atau kroban tradisi.
Sebagai contoh, dalam pertemuan-pertemuan, yang memiliki hak bersuara dan kuasa menentukan keputusan hanya berada pada pihak pria. Demikian juga dalam hal makan-minum. Istri harus mendahulukan kepentingan suami dan anak-anaknya, sebab ia harus menjadi pelayan. Dalam tradisi orang Yahudi hal sedemikian juga ditemukan. Wanita dianggap hanya bisa menangani tugas-tugas di seputar dapur saja. Wanita dicap sebagai penyebab dosa dan timbulnya nafsu birahi kaum pria. Hal ini yang kita lihat dalam kontroversi soal undang-undang anti pornografi dan porno aksi akhir-akhir ini di negara kita.
Kenyataan tersebut mengakibatkan hubungan antara pria dan wanita hanya bersifat fungsional atau sebatas relasi subjek-objek, ditempatkan pada posisi yang lemah secara intelektual dan menjadi sumber godaan dan kejahatan.

b. Krisis Jatidiri
Pada dasarnya manusia diciptakan adalah sebagai mahluk yang selalu membutuhkan sesamanya “homo homini socius”. Tetapi manusia juga sering menjadi lawan atau musuh bagi sesamanya “homo homini lupus”. Apa penyebab hal tersebut?
System patriarchal. Sistem ini merupakan salah satu penyebab terjadinya keretakan hubungan antara pria dan wanita. Pria menempatkan diri pada posisi teratas, sementara wanita berada di kelas kedua. Jika dilihat lebih teliti, sesungguhnya wanita bukanlah korban tradisi melainkan korban ketegaran hati kaum pria. Ini yang disebut krisis jatidiri, artinya kaum pria belum mengenal hakikat dirinya sebagai mahluk social. Dengan demikian dapat dikatakan krisis yang terjadi adalah karena sikap hati manusia yang tegar, sikap hati yang tertutup dan terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Sikap ini lebih jauh membawa manusia terperosok semakin dalam pada sebuah ekstrim yang tak terjembatani antara pria dan wanita biloa dibiarkan berlarut-larut.
Ironis memang, kaum pria yang dilindungi wanita selama sembilan bulan dalam kehangatan rahimnya, justru berbalik “menghianati” kasih saying dan kesetiaan yang telah mereka persembahkan. Mereka terjerembab di bawah dominasi kaum pria yang terus memproklamirkan diri sebagai penguasa selama ribuan tahun. Kini wanita terus berjuang dalam suasana tidak pasti untuk memproklamirkan diri sebagai mitra pria.

c. Awal Perjuangan-pelepasan tradisi lama
Ketika berhadapan dengan realita hidup yang terbelenggu, wanita merindukan pembebasan. Bebas dari penindasan structural supaya dapat merebut kembali nilai personanya yang tertindas. Wanita beranggapan bahwa prinsip saling mengobjekkan harus ditiadakan, pria dan wanita saling membutuhkan dalam rangka menyempurnakan dirinya. Pria tidak lagi dipandang sebagai penguasa atas wanita, tetapi sebagai mitra yang sepadan.
Kesadaran akan hakikat eksistensi manusia menjadi titik tolak awal gerakan feminisme. Kata “feminisme” berasal dari kata Latin “femina”artinya wanita. Dalam pengertian ini, feminisme dipahami dalam hubungan dengan tubas dan tanggung jawab kaum wanita. Maka gerakan feminisme adalah usaha kaum wanita untuk melepaskan system patriarchal dan berjuang menegakkan keadilan, persamaan hak dan martabat antara pria dan wanita, termasuk kesempatan kerja.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi lahirnya gerakan feminisme. Antara lain: pertama, lahirnya revolusi Prancis dan Amerika pada abad 18 dan 19, membukan kesempatan bagi perjuangan persamaan hak dan martabat antara pria dan wanita.Kedua, munculnya gerakan anti perbudakan, di mana kaum wanita merupakan bagian terbesar dari masyarakat tertindas. Ketiga, munculnya figure wanita berkaliber dunia.Mereka adalah kaum terpelajar yang berusaha merumuskan dan berbicara tentang kaumnya. Sehubungan dengan ini ada perjuangan gerakan feminisme antara lain: Gerakan feminis Liberal, memperjuangkan kesamaan hak dan martabat antara pria dan wanita; Gerakan feminis Marxis, memperjuangan keperdulian terhadap otonomi ekonomi dan upah yang adil. Gerakan Feminisme Romantis (termasuk feminisme radikal) berusaha menghancurkan system patriarchal yang mendewakan realitas seksual supaya nilai pesona wanita yang telah jatuh dalam perbudakan direbut kembali.
Gerakan feminisme hingga saat ini telah membuahkan banyak perkembangan dan perubahan baik dalam tata kehidupan wanita sendiri maupun dalam masyarakat dan dunia umumnya. Wanita telah menduduki fungsi social yang melampau fungsinya dalam rumah tangga. Ini nampak dalam bidang politik, ekonomi, social dan agama (gereja), kebudayaan, hokum. Gereja sendiri pada tahun 1988-1998 menjadikan masa ini sebagai suatu decade ekumenis Gereja-gereja dalam solidaritasnya dengan wanita. Menjadi pertanyaan, penetapan decade ini bagi bangsa dan gereja telah sungguh-sungguh menggubris nasib dan masa depan kehidupan kaum wanita. Satu hal yang pasti, perjuangan wanita belum selesai. Kalau demikian, yang harus diperjuangkan terus oleh kaum wanita adalah kekhasan kodratnya sebagai wanita

3. Kekhasan Peran Dan Fungsi Wanita
Pertanyaan yang sering memancing kita untuk berbicara tentang wanita adalah mengapa wanita perlu beremansipasi dalam segala aspek kehidupan?
3.1. Wanita memberi daya hidup bagi siapa dan apa yang telah lahir dari padanya.
Sebetulnya kalau berbicara tentang wanita tidak bisa lepas dari kehidupan, sebab wanita adalah “pemberi daya hidup”, bukan sumber hidup. Sebab kitab Suci menyaksikan bahwa sumber hidup adalah Allah sendiri, tetapi melalui wanita Allah membuka kesempatan bagi manusia mengembangkan dan memelihara kehidupan yang telah Dia berikan. Menurut kodratnya kaum wanita mengandung dan melahirkan, jadi sangat dekat dengan kehidupan itu sendiri. Dalam kitab Kejadian 3:20 disebutkan wanita “pembawa kehidupan”, menunjukkan pengakuan akan peran sentral dari wanita dalam kelanjutan hidup dan kehidupan manusia yang tak tergantikan oleh pria, sebab peran ini berakar pada kuasa Allah sendiri. Jadi peran wanita tidak hanya berhenti pada mengandung dan melahirkan, melainkan juga dalam proses pemeliharaan dan kelanjutan hidup itu sendiri. Artinya wanita dengan cara keterlibatannya bisa memberi daya hidup bagi apa dan siapa yang telah lahir dari padanya.
Bertolak dari konsep pemahaman di atas, jeritan hati dari Elisabeth Schussler Fiorenza seharusnya tidak terjadi lagi: “ yang disebut Gereja atau Bangsa lebih diidentikkan dan dipimpin oleh kaum bapa. Menyebut gereja, maka yang terlihat di depan mata kita adalah Pendeta (pastor), Paus, Uskup, semuanya kaum pria. Wanita hanya dipuji karena rajin menghadiri kebaktian dan perjamuan, tetapi yang memimpin dominan pria” Jadi emansipasi wanita zaman ini tidak lagi terbatas pada perjuangan demi kesamaan, kedudukan dan martabatnya dengan kaum pria. Satu hal yang perlu diperjuangkan dan dikembangkan oleh wanita adalah bagaimana dengan keindahan dan kelembutan hatinya, wanita dapat memberi warna khas atau makna baru dalam segala bidang kehidupan.

3.2. Dengan hati mengabdi untuk membangun kehidupan
Hati merupakan inti kepribadian manusia, yang di dalamnya wanita menghati hakikat peranannya sebagai wanita. Dengan hati, wanita berbicara, berfikir, mencintai, mendekati sesama, mendengar dan terlibat dalam karya pelayanannya. Singkatnya hati manusiamewarnai setiap tindakan, perhatian dan cinta kasihnya. Di sinilah tindakan manusia dipertimbangkan, diputuskan dan dilakukan. Keadaan hati menentukan tindakan seseorang entah baik atau buruk.
Jadi yang terpenting bagi wanita bukan mendirikan struktur organisasi wanita yang hebat, melainkan hubungan antara pribadi; bukan kehormatan melainkan upaya mendewasakan sesama dengan kelembutan hati; bukan sebatas kemampuan membangun proyek besar melainkan kesanggupan memberi makna khas atau daya hidup baru pada seluruh kepentingan manusia konkret. Berdasar pada suasana seperti ini, wanita akan mengalami proses transformasi sehingga mampu mencintai dalam konteks yang lebih luas
Dengan demikian bukan soal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh wanita, tetapi fungsi keibuan harus meresap ke dalam tugas dan jabatan apa pun yang ditekuninya. Wanita yang presiden, guru, dokter, insiniur, Pendeta atau Sintua, selayaknya memiliki daya untuk memberi makna baru pada bidang fungsinya dengan sifat keibuannya. Dengan kelembutan hatinya, wanita menjalankan fungsinya dan merangkul semua tugas dan jabatan. Bangsa dan gereja memerlukan orang-orang seperti ini untuk menyampaikan warta-Nya, yakni orang yang menyampaikan janji-Nya bukan hanya dengan kata-kata, melainkan dengan seluruh penyerahan dirinya tanpa pamrih.

4. Penutup
Pria dan wanita adalah dua pribadi yang berbeda. Perbedaan itu merupakan satu kapasitas yang memungkinkan keduanya saling melengkapi, dan keduanya adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena itu keduanya menjalankan peran sesuai dengan kodratnya di dalam pengertian sebagai mitra yang sepadan. Dalam kaitan dengan peran wanita dalam konteks masyarakat dan gereja, harus ditekankan bahwa upaya memperoleh kesetaraan dan kesamaan wanita dengan pria, tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan menikmati kesetaraan entah pendidikan, keberhasilan di bidang politik, social dan ekonomi. Tetapi sejauh mana kemampuan wanita menegakkan kodrat dan citra dirinya.

(Penulis adalah Pdt. Daniel Napitupulu, M.Min., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Agustus 2006)

Rabu, 22 Juli 2009

ARTIKEL: AMARAH

Banyak orang bergumul terhadap persoalan marah, sehingga muncul berbagai pertanyaan dan pernyataan kenapa orang marah ? Bagaimana orang menghadapi kemarahan, bahkan pertanyaan yang menggelitik untuk direspon adalah ungkapan yang menyakatakan : “apakah orang boleh marah ?” atau “pentingkah seseorang itu marah?”.
Memang kita tidak boleh lari dari kenyataan, bahwa hampir setiap hari atau setiap waktu kita mendengar bahkan menyaksikan kemarahan, kemarahan itu sering disertai atau di tunjukkan oleh tingkah laku maupun perkataan, suara yang keras, ledakan, caci maki, pukulan, dan entah perangai apa lagi. kemarahan juga tidak lepas dari semua orang, baik tua maupun muda! Dan kalau boleh saya katakan, rasanya semua orang pernah marah, soal bentuk dan caranya yang mungkin berbeda! Ada yang membentak, ada yang membenci, ada yang memukul, ada yang menghukum, ada yang mengumpat, dan sebagainya.

Timbulnya Amarah
Ada beberapa penelitian tentang bagaimana sebenarnya kemarahan itu timbul, secara khusus kenapa orang marah? Dari berbagai ragam penelitian dan segala aspek yang diteliti, ada beberapa penyebab kemarahan timbul antara lain :
1. Tekanan fisik (Fisik yang lemah)
Sering kemarahan timbul ketika manusia dalam keadaan fisik yang lemah, seperti halnya ketika lelah, ngantuk, sakit, bingung, tertekan dan sebagainya. Dalam kondisi yang demikianlah kemarahan itu sering timbul bahkan memuncak. Hal ini dapat kita kaitkan dengan ungkapan mensano in corpore sano (dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat). Maksudnya ketika tubuh tidak sehat (lemah/sakit) maka jiwa pun tidak dapat terkontrol dengan baik, yang akhirnya dari kelemahan tubuh tersebut timbul berbagai tingkah laku dan perkataan yang mungkin tidak karuan. Itu sebabnya, kita perlu untuk menjaga kondisi atau stamina tubuh kita agar kita terhindar dari amarah!
2. Emosi kontrol
Dewasa ini, IQ (Intelektual Quality) bukanlah menjadi criteria atau penentu bagi kualitas manusia. Disamping IQ, perlu juga manusia memiliki SQ (Spiritual Quality). Sebab kepintaran yang dimiliki seseorang harus dibarengi dengan spiritual atau keberagamaan yang baik. Dalam kekristenan ini disebut sebagai suatu tindakan atau perlakuan yang harus dibandingkan dengan Firman Tuhan. Maksudnya, kepintaran yang kita miliki itu harus sesuai dengan Firman Tuhan.
Bukan IQ dan SQ saja yang penting, ada lagi yang dinamakan dengan EQ (Emosional Quality), bahwa kepintaran dan spiritual tadi harus juga dibarengi dengan kontrol emosi yang baik. Bagaimana seseorang itu bisa mengontrol emosinya supaya tidak menjadi emosi yang meledak-ledak , emosi yang kadang tanpa tujuan. Orang yang tidak mengontrol emosinya, akan sangat mudah marah, bahkan terkadang tanpa sebab – musabab atau secara berlebihan amarahnya timbul. Jadi berhati-hatilah, dan cobalah untuk bisa mengontrol emosi. Memang sulit untuk bisa mengendalikan emosi, apalagi emosi itu sudah merupakan suatu sifat atau tabiat (Bandingkan pepatah orang Batak : “Somalna do bangkona do peamna” = kebiasaan adalah sifatnya, sifatnya adalah tabiatnya).
3. Kurangnya Pengetahuan
Kemarahan juga dapat timbul dari suatu sikap untuk menutupi diri dari kelemahan dan kekurangan. Agar orang – orang tidak mengetahui kekurangan dan kelemahannya, maka tanpa sebab – musabab dia pun marah – marah. Ingat pepatah : “ lempar batu sembunyi tangan”, awas kambing hitam. Bisa saja seseorang marah – marah terhadap orang lain, padahal yang melakukan kesalahan adalah dirinya sendiri. Untuk menutupi kesalahan itulah dia pun marah – marah ! Hati – hati, hal ini sering terjadi antara orangtua dengan anaknya, atasan dengan bawahannya, dan siapa tahu pendeta dengan sintuanya.
4. Ketidak adilan
Ketidak adilan adalah suatu pemicu yang sering menimbulkan amarah. Kebanyakan orang marah ketika merasa diperlakukan dengan tidak adil, bahkan kemarahan itu bisa sampai pada pemberontakan dan perlakuan anarkis! Terlebih pada saat ini, trend atau gaya reformasi yang hampir semua disertai demonstrasi yang kadang mengarah kepada tindakan anarkis, menunjukkan suatu kemarahan yang tak terbendung, yang semuanya itu beralaskan ketidak adilan. Tidak perduli siapa dan kepada siapa, bahkan orang kecil maupun orang lemah ketika merasa keadilan terusik bisa menjadi marah, ingat kisah wong cilik ! ketika hak di usik, kaki di injak, mulut di bekap, leher tercekik, suara dibungkam, bibir di tutup rapat mata dibutakan, telinga dibisukan, saat itulah orang akan berteriak, bahkan teriakan bisa muncul karena desakan kemarahan.
5. ketidak-jujuran
Semua orang pasti mendambakan kejujuran, semua orang pasti menginginkan diperlakukan dengan jujur! Tapi tidak semua orang ingin berbuat jujur, dan akhirnya ketidak jujuran ataupun kecurangan menjadi merajalela, dan akhirnya kemarahan pun timbul sudah pasti semua orang tidak mau dibohongi, semua orang pasti tidak ingin dicurangi. Kebanyakan orang yang menyetir mobil di Jakarta yang penuh dengan kemacetan sering marah. Marah karena diselonong , marah karena disalib. Terlebih ketika seseorang mengetahui dirinya dibohongi atau seseorang berlaku tidak jujur kepadanya, dia akan marah, dan parahnya kemarahan itu bisa menimbulkan dendam dan kebencian yang sangat.
6. Moral dan hati nurani
Moral juga merupakan factor yang sering menyebabkan timbulnya kemarahan. Moral yang bobrok terutama menjadi pemicu dari kemarahan. Moral tersebut dapat dilihat dari sikap dan perilaku seseorang. Sikap dan perilaku yang tidak baik (moral yang jelek) tentu akan menimbulkan rasa risih bahkan sampai kepada kemarahan. Kebiasaan-kebiasaan buruk pun bisa menggambarkan moral yang tidak baik. Orang yang tidak berlaku tidak sopan tentu tidak disukai orang lain, orang yang mempunyai moral bejat akan dijauhi orang lain.

Akibat Yang Timbul Dari Marah
1) Stress (Penyakit)
Biasanya orang yang marah tekanan darahnya akan naik (tidak normal), syaraf menjadi tegang dan emosi tidak terkontrol. Makanya berhati – hati, sebab kemrahan bisa menimbulkan penyakit, bahkan stress.
2) Kebencian (Permusuhan)
Karena kemarahan orang bisa membenci orang lain, bahkan tercipta permusuhan. Karena itu, jangan sampai kemarahan itu berlarut – larut hingga menimbulkan kebencian ( Ingat Efesus 4: 26 “ apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa , janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarah”)
3) Hukuman
Orang yang marah bisa memberikan hukuman kepada orang yang dimarahinya. Berbagai macam bentuk dan cara untuk membuat hukuman. Dan banyak lagi akibat yang dapat ditimbulkan dari kemarahan, retaknya hubungan saudara / keluarga, tidak harmonisnya hubungan sesama, tidak tenang atau terkontrolnya suasana, bahkan mengganggu aktivitas dan pekerjaan. Karena itu janganlah suka marah-marah! Sebab kemarahan yang timbul bukan hanya merugikan satu pihak tapi baikpun yang dimarahi dan yang memarahi juga pasti akan dirugikan.

Mengatasi Amarah
Dari sebagian persoalan yang dapat menimbulkan amarah tersebut maka kita dapat mengambil suatu pelajaran yang berharga, sehingga kita dapt menjauhkan diri dari amarah dan kemarahan. Catatan Alkitab pun menyebutkan bahwa Tuhan Allah juga pernah bahkan sering marah, kemarahanNya yang memuncak bahkan sampai kepada penghukuman, sebagaimana Allah yang marah terhadap bangsa Israel yang memberontak sehingga Ia menghukum bangsa tersebut dalam pembuangan Babel. “Jadi kalau Allah sendiri sering marah maka tidak salah juga kalau kita sering marah!” kalaupun Allah sering marah, bukan berarti membenarkan bahwa kita juga harus sering marah-marah! Allah marah sebab manusia berbuat dan berprilaku tidak sesuai dengan kehendakNya. Untuk itu, baiklah manusia itu berbuat dan berperilaku sesuai dengan kehendakNya agar Allah tidak lagi marah!
Sama halnya juga dengan kita manusia, kita harus berbuat sesuai dengan etika, norma atau hukum yang berlaku, yang sesuai dengan kehendak Allah. Artinya kita harus benar-benar menjaga agar jangan sampai menimbulkan kemarahan. Disamping itu, kontrol emosi dengan baik dengan menjaga stamina tubuh. Tambahan lagi, segalanya tidak harus diselesaikan dengan amarah. Kesalahan, kekurangan dan kelemahan orang lain pun tidak harus diperbaiki dengan amarah. Berusahalah untuk mengerti akan kekurangan orang lain, karena kita juga memiliki kekurangan. Biarlah kasih yang lebih mendominasi hidup kita. Kalaupun marah, haruslah di dalam kasih dan jangan berlarut-larut. Dan sebaiknya belajar mempergunakan bahasa dan istilah untuk menunjukkan amarah dengan baik, artinya tidak harus selalu dengan memaki atau menyumpai atau memukul dan sebagainya. Tapi biarlah kemarahan itu lebih ditunjukkan dengan sikap yang mendidik dan mengarahkan ke arah yang lebih baik dan di dalam kepenuhan kasih.

(Penulis adalah Pdt. Mangara Rinaldo Situmorang, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Februari 2006)

Selasa, 14 Juli 2009

ARTIKEL: MENEMUKAN KEHENDAK ALLAH

Sering orang berkata, “Apa yang akan terjadi di masa depan, terjadilah.” Sepintas ungkapan ini mengkomunikasikan semacam fatalisme yang tidak memberi jalan keluar. Teologi agama lain sering kali menyebut peristiwa tertentu itu sebagai “kehendak Allah”. Mari kita melihat beberapa prinsip tentang ‘kehendak Allah’ dalam hubungannya dengan penggapaian masa depan:
Pertama, kehendak Allah (Ibr.10:5-7,9; I Yoh.2:17) harus dimengerti dengan satu dasar pengertian yang paling penting, yaitu Allah kita adalah Allah yang berdaulat!. Yesus Kristus memberikan kedaulatan Allah terhadap masa depan dengan berkata, “bukan kehendak-Ku yang jadi, melainkan kehendakMulah yang jadi (Mark.14:36; Luk.22:42). Jika kita mengakui kedaulatan Allah dan mengakui diri kita hanya sebagai salah satu ciptaan-Nya yang kecil dan seharusnya hidup di dalam ketaatan akan pengaturan tangan Allah, barulah kita mempunyai kemungkinan hidup sebagai orang Kristen yang mau menjalankan kehendak Allah masa kini dan masa depan.
Kedua, ada tiga karya Allah yang paling besar: Allah yang sejadi adalah Allah yang mencipta, menebus, dan yang mewahyukan Diri. Kita harus menyerahkan kehendak dan masa depan kita ke dalam kehendak-Nya. Mati dan hidup kita ditentukan oleh Tuhan.
Ketiga, ada beberapa tingkatan dalam kehendak Allah yang berdaulat:
1. Rencana Allah. Orang Kristen harus mengerti bahwa Bapa kita di sorga mempunyai rencana yang baik bagi kita (Rom.8:29). Berdoalah baik-baik, agar hidup kita sesuai dengan rencana Allah. Allah mempunyai rencana dan rencana Allah mempunyai prinsip-prinsip yang harus dipelajari hanya dari Kitab Suci;
2. Pengaturan Allah. Selain merencanakan, Allah juga menginginkan agar rencana-Nya berhasil dan digenapi. Pengaturan Allah kadang-kadang sesuai dengan keinginan kita, tetapi kadang-kadang sama sekali berlawanan dengan keinginan kita. Pengaturan Tuhan membawa kita kepada keindahan yang akan kita temukan di dalam rencana Allah;
3. Pimpinan Allah. Roh kudus memimpin manusia, sehingga manusia mengetahui bagaimana berjalan menurut kehendak Allah. Roh kudus memimpin tempramen atau karakter dan segala sesuatu yang ada pada kita menuju ke arah yang benar. Dengan demikian, potensi diri kita disalurkan dengan baik. Kehendak Allah dan pimpinan Roh Kudus adalah dua hal yang berbeda: a. Pimpinan Roh Kudus bersangkut paut dengan pribadi seseorang (personal), sedangkan kehendak Allah adalah hal yang global (universal), b. Pimpinan Roh Kudus ada di dalam wadah sejarah yang bersifat dibatasi oleh waktu, sedangkan kehendak Allah itu ada dari kekal sampai kekal; c. Kehendak Allah bersifat mutlak, pimpinan Roh Kudus bersifat relatif. Pimpinan Roh Kudus membawa individu yang berada di dalam satu waktu yang sementara, kembali kepada rencana Allah yang global, mutlak dan kekal. Dengan demikian, orang yang dipimpin Roh Kudus menjalankan kehendak Allah. Contoh kehendak Allah, kabarkan Injil keseluruh dunia, Pimpinan Roh kudus memimpin orang mengabarkan injil melalui profesi sebagai pendeta, penginjil, pengajar, awam, dsb. Kita akan tahu bagaimana Tuhan memimpin, jika kita taat kepada firman-Nya;
4. Ijin Allah. Kadang-kadang apa yang Allah perbolehkan bagi kita, bukanlah kehendakNya yang paling indah; dan
5. Allah membiarkan. Orang yang dibiarkan Allah akhirnya akan dibuang dan dihukum oleh Allah sampai binasa
Keempat, ada beberapa langkah-langkah mencari kehendak Allah (I Yoh.3:19,20; Kol.3:15; 1 kor.6:12;1 Kor.10:23,24,31; Yoh.7:17). Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk menjalankan kehendak Allah lebih daripada memiliki karunia dan talenta dan memakai nama-Nya di dalam melakukan pelayanan.
1. Tidak ada jalan pintas untuk mengenal kehendak Allah. Tidak ada jalan pendek. Yang ada adalah menurut jalan yang sudah ditetapkan dalam prinsip-prinsip Alkitab! Jikalau manusia tidak mungkin mengenal kehendak Allah, maka Allah tidak perlu mewahyukan Alkitab kepada kita. Allah tidak perlu susah payah melewati ±1600 tahun dengan 40 orang nabi dan rasul mencatatkan-Nya bagi kita masing-masing. Mengenal kehendak Allah secara tepat dan total melalui membaca Alkitab secara keseluruhan, bukan cepat-cepat. Adalah bijak apabila kita menuruti nasihat John Calvin yang mengatakan “Pada waktu Allah menutup mulut-Nya yang kudus, saya akan berhenti untuk bertanya.” Tanda kerohanian yang baik terlihat pada orang-orang yang mencari kehendak Allah yang sudah dinyatakan dalam kehendakNya yang dapat dikenali. Adalah orang yang cinta Tuhan yang merenungnkan hukum Allah siang dan malam. Pada waktu kita diminta untuk dipimpin oleh Roh Kudus, kita harus ingat bahwa yang terutama dikerjakan oleh Roh Kudus adalah memimpin kita kepada kebenaran. Kita dipanggil untuk hidup berdasarkan setiap Firman Tuhan yang keluar dari mulut Allah. Apa yang telah dinyatakan oleh Allah merupakan urusan, bahkan urusan kita yang utama,
2. Mengenal Kehendak Allah secara Total. Apa yang Allah inginkan agar manusia mengerti kehendak dan rencananya secara total? a.Menjadi murid yang mau mendengar dan taat. Yang terpenting adalah mendengar Firman Tuhan dan prinsip-prinsip Alkitab untuk mengenal rencana Allah secara total. Langkah pertama yang penting adalah menetapkan dulu untuk taat, b.Berada di dalam jalur Alkitab. Tidak mungkin ada sesuatu yang dikatakan kehendak Tuhan tetapi bertentangan dan di luar jalur Kitab Suci;
3. Jangan mengabaikan prinsip-prinsip Alkitab. Alkitab memang tidak menyatakan berbagai hal secara jelas, tetapi Paulus memberikan 3 prinsip Alkitab terhadap hal-hal demikian: 1). Aku boleh berbuat segala sesuatu, tetapi harus memuliakan Allah, 2). Apakah yang saya lakukan ini berfaedah dan membangun orang lain?, 3). Tidak ada ikatan yang akan membatasi atau membelenggu;
4. Sejahtera Kristus memerintah di dalam hati. Hati nurani kita yang sudah dubaharui dan dibersihkan oleh darah Yesus Kristus akan menjadi hati yang peka terhadap suara Roh Kudus;
5. Proses pengujian. Cari kehendak Allah dalam suatu pengujian dengan berdoa setia tanpa pengaruh dengan unsur luar;
6. Berdiskusi dan rendah hati mencari pengertian dari mereka yang dewasa rohaninya; dan
7. Tunggu dan sabar akan waktu Tuhan. Kadang-kadang semua prinsip sudah kita jalankan dan tidak ada yang terlanggar, tetapi kita mesti menunggu sampai suatu hari kita akan jelas mengerti waktu Tuhan untuk bertindak.
Kelima, penggenapan kehendak Allah (Ibr.10:7, Luk.22:42-43, Kis.13:36. Ibr.10:36). Memang tidak mudah untuk mengetahui kehendak Tuhan. Jika kehendak Tuhan tidak dinyatakan kepada kita dan kita tidak mempunyai kerelaan untuk taat, maka Roh Kudus tidak akan menyatakan kehendak Allah ke dalam hati kita masing-masing. Tetapi Roh Kudus akan memimpin kita melalui Kitab Suci yang sudah Tuhan wahyukan kepada kita. Kita akan melihat contoh bagaimana Kristus menjalankan kehendak ALLAH:
1. Seumur hidup berjalan dalam kehendak Allah. Yesus datang dengan satu tujuan: menjalankan kehendak Allah! Ini merupakan suatu contoh, suatu keutuhan arti hidup bagi setiap orang yang hidup di dalam Yesus Kristus. Jikalau kita mengatakan “Kita di dalam Kristus”, tetapi kiat tidak meneladani Tuhan kita, itu adalah omong kosong! Jikalau kita mengatakan bahwa kita milik Kristus, tetapi kita tidak menjalankan apa yang dijalankan oleh Yesus, itu bohong! Gereja dan setiap orang Kristen hendaklah melihat teladan yang paling sempurna, teladan manusia sejati, dimana di dalam DIA Allah berkenan. Allah berkata, ”Lihatlah HambaKu yang Kupilih, yang Kuperkenan.” Di dalam DIA terdapat perjalanan kehendak Allah;
2. Memprioritaskan Kehendak Allah. Teladan Tuhan Yesus dalam Doa Bapa Kami, “Jadilah KehendakMu di bumi seperti di sorga.”,
3. Tidak menjalankan kehendak sendiri. Tuhan Yesus di dalam seluruh tutur kata, tingkah laku dan perbuatan, sama sekali tidak mau melakukan kehendak-Nya sendiri; 4
4. Taat di dalam pergumulan. Hidup itu ada pasang surutnya. Tidak ada hari-hari yang terus terang benderang. Kadang-kadang matahari bersinar, kadang-kadang berawan gelap. Kadang-kadang hujan deras dan angin ribut datang. Jangan mengira hidup kita lancar terus. Kadang-kadang melayani Tuhan lancar sekali, kadang-kadang pelayanan kita seperti tidak digubris, tidak ada respons yang baik. Seperti yang dikatakan oleh Martin Luther, bahwa “pengenalan kita kepada Allah dan kehendak-Nya tidak akan pernah maju tanpa pergumulan, pertentangan dan pencobaan”. Allah megijinkan semuanya itu terjadi untuk membuat kita semakin mengenal Dia dengan kuat kuasaNya;
5. Taat sampai mati. Ia telah menyimpulkan seluruh hidupNya dengan cara doa yang begitu taat kepada Tuahn. “Bapa, jika Engkau mau, ambillah cawan ini daripadaKu, tetapi bukan kehendakKu, tetapi kehendakMu yang terjadi.” (Luk.22:42). Yesus berdoa karena Ia harus meminum cawan murka Allah. Yesus meneladankan suatu kehidupan yang total taat, yang menjadi “wakil kedua” umat manusia. Di taman Eden kita mendengar seruan di dalam hati manusia: “Bukan kehendakMu, tetapi kehendakKu yang terjadi”. Sebaliknya di taman Getsemani kita mendengar seruan Manusia kedua: “Bukan kehendakKu, tetapi kehendakMu yang terjadi”. Cawan murka Allah betul-betul tidak Tuhan singkirkan. Berarti, kadang-kadang doa kita tidak dikabulkan oleh Tuhan. Tuhan memang tidak menyingkirkan cawan itu, tetapi Tuhan memberikan kekuatan agar Yesus meminum cawan itu hingga tetes terakhir demi menanggung dosa kita. Inilah teladan Tuhan kita, teladan Penebus kita. Dari keadaan seperti ini, kita baru tahu bagaimana hidup menjadi orang yang menjalankan kehendak Tuhan.
Sudahkah saudara rela menjadi Seorang Kristen yang memikul Salib, menyangkal diri, ikut Dia, dan mau menjalankan kehendak Tuhan? Sudahkah saudara menyediakan hati untuk menyingkirkan segala kamauan sendiri dan kemauan Setan yang selalu mengganggu dan merongrong hidup saudara? Maukah saudara mengundang Tuhan Yesus untuk masuk ke dalam ahti saudara dan meminta Dia memimpin hidup saudara? Maukah saudara menyerahkan masa depan Saudara kepada Tuhan Yesus, baik di dalam perkuliahan, pekerjaan, jodoh, pernikahan, dan di dalam semua bidang kehidupan saudara untuk Dia pimpin? Pada alkhirnya, jikalau kita mau menyerahkan semuanya kepada Dia, maka kita akan menggapai masa depan yang sesuai dengan kehendak Allah, yang akhirnya semua hormat, pujian dan kemuliaan kembali kepada Dia, Allah Tritunggal Yang Esa. Amin!

(Penulis adalah Ps. Joner Sihombing, S.E., M.Div., disadur dari buku “Bagaimana Mengetahui Kehendak Allah?”—Pdt. DR. Stephen Tong, dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2004)

Jumat, 03 Juli 2009

RENUNGAN: SAMUEL MENJADI PELAYAN TUHAN

"Lalu pulanglah Elkana ke Rama, tetapi anak itu menjadi
pelayan Tuhan dibawah pengawasan Imam Eli" (I Samuel 2 : 11)

Samuel adalah jawaban doa dari seorang wanita mandul yang bernama Hana. Elkana suaminya sangat mengasihinya. Kedua orang ini takut akan Allah. Pada waktu-waktu tertentu mereka mengunjungi Silo untuk beribadat. Namun perasaan Hana jauh dari perasaan bahagia karena Penina madunya, istri kedua Elkana menyakiti hatinya. Poligami diperkenankan menurut hukum Musa (Ulangan 21,15-17) tetapi hal itu bukanlah kehendak Allah (band. Matius 19, 3-18). Hal itu dapat menyebabkan kedukaan yang besar, sebab kemandulan bagi wanita Israel merupakan kehinaan.
Pengalaman pahit dan tekanan yang dialami oleh Hana sebagai wanita mandul, itulah yang mendorong dia menyerukan permohonan doa khusus kepada Tuhan Allah agar ia dianugrahi seorang putra. Hana bernazar bahwa apabila dia dianugrahi seorang anak, akan dipersembahkan kepada Allah sejak masa kanak-kanak. Keputusan itu menyatakan dengan jelas bahwa Samuel adalah alat istimewa Allah, bukan saja bagi Hana tetapi juga untuk segenap bangsa Israel.

1. Samuel bertumbuh dalam pengawasan Imam Eli
Kelahiran Samuel bukanlah kelahiran biasa, namun menunjukkan ketulusan orangtuanya untuk menepati janjinya kepada Tuhan. Sungguh luar biasa, anak yang sejak lama dirindukan, dipergumulkan dan dinanti-nantikan, justru diberikan kepada Tuhan dalam usia yang masih sangat muda (habis disapih/cerai susu kira-kira 2 tahun). Sesungguhnya Hana masih ada kesempatan memperpanjang waktu bersama dengan Samuel anaknya dengan banyak alasan, misalnya menunggu pandai bicara, mengerti baik dan buruk atau alasan kemanusiaan yang lain. Namun Hana konsekwen dengan janjinya kepada Allah dan Elkana suaminya tidak menghalangi ketulusannya. Demikianlah Samuel diserahkan ke rumah Tuhan dan diasuh dalam pengawasan Imam Eli. Secara materi Hana tidak ambil keuntungan sebab apa yang patut dia berikan sebagai persembahan kepada Allah dibawanya dengan tulus tanpa banyak komentar. Seekor sapi, satu efa tepung (36 liter) dan sebuyung anggur (fsl 1:24). Dalam kunjungan selanjutnya, Hana dan suaminya datang setiap tahun dan membawa jubah kecil dan korban sembelihan tahunan. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa dalam usia kanak-kanak Samuel telah dianugrahi Wahyu Ilahi tentang kejatuhan keluarga Eli (3:21).

2. Mengapa Allah tidak memanggil anak-anak Imam Eli?
Bagian yang sangat menarik dari Samuel dalam usianya yang masih muda disimpulkan dalam I Samuel 2: 26. "Tetapi Samuel yang masih muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik dihadapan Tuhan maupun dihadapan manusia. Selanjutnya "Samuel terpanggi F'(fsl 3) dimana Allah sendiri mau berbicara kepadanya,dengan memanggil namanya : Samuel ! Samuel!. Dia sendiri tidak tahu bahwa tu adalah suara Allah. Dia datang kepada Imam Eli dan berkata : "Ya Bapa, bukankah bapa memanggil aku?. Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil" tidurlah kembali. Suara itu memanggil Samuel hingga ketiga kalinya dan berfikir bahwa suara itu adalah suara Imam Eli. Barulah Eli mengerti bahwa itu adalah suara Allah. Akhirnya Imam Eli menyarankan kepada Samuel : Bila suara itu masih memanggil engkau, katakanlah : Berbicaralah Tuhan, sebab hambaMu ini mendengar. Itulah proses panggilan Allah terhadap Samuel. Disini yang sangat menyakitkan adalah justru Samuel harus memberitahukan hukuman Allah terhadap Keluarga Eli atas dosa dan kejahatan anak-anaknya dimana Hofhi dan Pinehas tidak lagi mengindahkan Tuhan, atau pun batas hak para Imam terhadap bangsa itu.
Allah mengatakan, bahwa anak Eli itu telah menghujat Allah tetapi dia tidak memarahi mereka. Sebab itu Aku telah bersumpah kepada keluarga Eli, bahwa dosa keluarga Eli takkan dihapuskan dengan korban sajian untuk selama-lamanya. Hal ini menjadikan Samuel terdiam, dia tidak memberitahukanmya kepada kepada Imam Eli, hingga Imam Eli berkata . '”jangan engkau sembunyikan kepadaku. Kiranya beginilah Allah menghukum engkau, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika engkau menyembunyikan sepatah katapun kepadaku, dari apa yang disampaikanNya kepadamu itu. Barulah Samuel memberitahukan semua itu kepada Imam Eli.
Hal ini bisa jadi pelajaran kita semua: bahwa tidak selamanya anak-anak seorang Imam otomatis menjadi orang-orang yang disukai Tuhan jika orangtuanya tidak berusaha mengajarkan hal-hal yang baik dan mengimbangi dengan kontrol waktu atau pengawasan dari orangtua itu sendiri. Sebaliknya tidak semua anak orang awam bisa mengenal perintah Tuhan jika orangtua tidak berusaha untuk mengajarkannya kepada anaknya tersebut. Usaha orangtua "Samuel 'yang takut kepada Tuhan, itulah yang menjadikan Samuel berharga dimata Tuhan. Dengan demikian semua orangtua mempunyai peran yang sama terhadap masa depan anak-anaknya, baik parhalado (Pdt, Gr, Bv, Diakones, Evanggelis dan Sintua) demikian juga kaum awam (Ruas ni Huria). Parhalado dan Ruas ni Huria harus bertanggungjawab terhadap keselamatan jiwa anak-anaknya dan memperkenalkannya kepada keselamatan yang dari pada Allah sendiri. Sebab jika kelakuan seorang anak yang sudah sampai menyakiti hati Tuhan, maka Allah akan mendatangkan bencana. Hukuman atas dosa kejahatan manusia berlaku bagi semua orang, baik parhalado (Imam) maupun warga jemaat (awam). Inilah alasan yang kuat mengapa anak-anak Eli tidak dikenan Allah. Tuhan menolak Hofili dan Pinehas karena menghujat Allah dengan perilaku yang tidak dikehendaki Tuhan (dursila).

3. Remaja dan Naposobulung HKBP Terpanggil Menjadi Pelayan Tuhan
Ada kesalahan yang tidak disadari oleh Imam Eli sebagai orangtua. Saat Hofhi dan Pinehas tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu kemah pertemuan, ia hanya berkata :Kenapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dan segenap bangsa ini tentang perbuatanmu yang jahat itu. Janganlah begitu anak-anakku (fsl 2:23-24). Anak-anak itu tidak lagi mendengar nasehat Eli karena Allah hendak mematikannya. Sebab dosa pelanggaran mereka sudah sedemikian besar,tetapi nasehat Imam Eli ringan saja (tidak memarahi mereka, band. 3:13).
Sangat berbeda dengan Samuel yang tercatat sebagai:
a. Hakim terakhir dan terbesar (Kis 13:20)
b. Yang pertama dari antara para Nabi (Kis 13:24)
c. Pada zaman Perj.Lama dianggap tokoh terbesar sesudah Musa (Yer 15,1)
d. Dalam ke Imaman sebagai pengganti Imam Eli, hanya dia yang diberi wewenang mempersembahkan korban (I Sam.l3:13)
Kepada "Remaja dan Naposobulung HKBP Semper", sekarang kamu bisa mengambil hikmatnya sebagai pelajaran bagi dirimu, mau seperti anak-anak Eli (Hofni dan Pinehas) atau Samuel?. Orang-orang muda tersebut berada di rumah Tuhan: Anak-anak Eli (Hofiii dan Pinehas) menikmati enaknya saja, tidak menjaga kekudusan dirinya dan tidak mengindahkan tegoran manusia dan orangtuanya. Akhirnya dibinasakan Allah. Sementara Samuel melayani Tuhan dengan tulus dan selalu mendengar perintah orangtua (kesediaannya datang kepada Eli yang dianggapnya sebagai bapa, saat suara itu datang, itulah yang merupakan awal dari pengenalannya akan suara Tuhan) dan akhirnya dia dipakai oleh Tuhan secara luar biasa.
Untuk itu kita diajak melayani Tuhan dengan tulus hati melalui potensi (Talenta) yang ada dalam diri kita masing-masing sebagai persembahan yang harum bagi Tuhan. Mari kita saling memberi dukungan dan saling menghargai, sebab dihadapan Tuhan kita adalah sama. Perbuatan baik dan dosa pelanggaran kita tidak terkecuali, akan dicatat dan tidak bisa diganggu gugat, baik parhalado (Imam) maupun awam (warga jemaat) dihadapan Tuhan tidak ada yang tesembunyi, sebab Dia adalah yang Maha Tahu. Oleh sebab itu mari kita manfaatkan masa muda kita untuk memuliakan Tuhan. Selamat melayani. Tuhan Yesus memberkati! Syalom.

(Penulis adalah Pdt. Kalvin Effendy Limbong –Mantan Pendeta HKBP Resort Semper-, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Maret 2005)