Kamis, 24 September 2009

ARTIKEL: BEDA PENDAPAT, BAGAIMANA SIKAPKU?

Tentu kita masih ingat berita di televisi yang menyiarkan peristiwa bertengkarnya para wakil rakyat saat mereka mengadakan rapat. Pertengkaran tersebut bahkan membuat kita terpana dan dalam hati kita berkata “Kok bisa ya?” atau kita berkomentar “Aduh, bikin malu aja nih.” Komentar tersebut tercetus karena kita mengira sebagai wakil rakyat yang kebanyakan berasal dari kaum intelektual pastinya mereka akan memberikan teladan bagi seluruh rakyat tentang bagaimana sikap yang yang harus dilakukan saat mengambil keputusan secara bersama-sama.
Sebenarnya kasus pertengkaran yang dialami oleh para wakil rakyat tersebut pasti pernah kita alami, hanya tidak terekspos karena kita memang bukan dari golongan pemerintahan atau public figure. Pertengkaran dapat terjadi dalam keluarga, dalam lingkungan kerja, dalam bertetangga atau bermasyarakat dan juga dalam suatu organisasi. Pertengkaran juga tidak mengenal usia dan generasi.
Pemicu pertengkaran itu sendiri adalah perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat tidak dapat dihindari karena sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain, kemungkinan terjadinya perbedaan pendapat atau friksi akan selalu ada, hanya saja sebagai anak Tuhan kita harus menyikapinya dengan bijak.

I. Mengapa Berbeda Pendapat?
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena manusia diberikan kelebihan dibanding ciptaan Tuhan lainnya. Selain akal budi yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, manusia juga diberikan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
Kebebasan dan akal budi yang dikaruniakan Tuhan membuat tiap individu manusia memiliki hak asasi untuk mengeluarkan pendapat secara bebas berdasarkan akal budi yang menurutnya benar. Jadi kebebasan berfikir akan menentukan kebebasan berpendapat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat karena tiap individu ingin menonjolkan pendapatnya.
Berikut ini faktor-faktor yang menentukan perbedaan pendapat :
1. Perbedaan Usia
Tidak dapat dipungkiri bila hubungan antara anak dan orang tua pasti pernah diwarnai dengan perbedaan pendapat. Orangtua merasa pendapatnya benar karena merasa lebih tua dan telah memiliki pengalaman yang lebih banyak, sedangkan sang anak merasa orangtuanya konservatif atau tidak mengikuti perkembangan zaman sehingga tidak mau mendukung keinginannya.
2. Perbedaan Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan umumnya menentukan cara berpikir dan cara seseorang dalam mengambil keputusan sehingga perbedaan latar belakang pendidikan juga menjadi salah satu faktor terjadinya perbedaan pendapat.
3. Perbedaan Kepentingan
Beberapa individu dengan kepentingan yang berbeda tentu saja akan memiliki pendapat yang berbeda. Faktor ini memiliki kecenderungan negatif karena pada umumnya tiap individu akan mempertahankan pendapatnya agar kepentingannya dapat terlaksana.
4. Perbedaan Tradisi atau Budaya
Norma dan tradisi yang berbeda-beda pada suatu wilayah dapat membuat seseorang memiliki cara pandang yang berbeda terhadap suatu masalah. Hal tersebut disebabkan norma dan tradisi yang ada telah menjadi pola pikir (mindsetting) orang yang berada di wilayah tersebut.

II. Bagaimana Mengatasi Beda Pendapat?
”Perbedaan itu warna kehidupan.” Slogan ini benar adanya karena berbeda pendapat bukanlah tanda permusuhan. Beda pendapat adalah wahana saling melengkapi. Kita butuh pendapat yang berbeda supaya wawasan kita bertambah, serta bisa mengukur pendapat kita benar atau tidaknya. Jadi berbeda pendapat adalah suatu hal yang wajar. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana sikap kita menghadapi perbedaan tersebut agar tidak menimbulkan api permusuhan sehingga tidak akan terjadi perpecahan.
Dalam suratnya Paulus sendiri juga pernah mengingatkan jemaat di Korintus agar seia sekata sehingga tidak terjadi perpecahan diantara mereka (I Kor 1:10). Negara kita yang tercinta ini pun menganjurkan seluruh rakyat agar mencapai kata mufakat saat mengambil keputusan daripada menggunakan cara pengambilan suara terbanyak
Dalam menghadapi perbedaan pendapat, kita harus dapat mengendalikan diri. Bukan hal yang mudah memang, bahkan seorang filsuf Cina bernama Lao Tsu pernah mengatakan ”Menundukkan orang lain membutuhkan tenaga. Menundukkan diri kita sendiri membutuhkan kekuatan.” Ternyata lebih mudah bagi kita untuk menundukkan orang lain daripada menundukkan diri sendiri.
Seperti yang telah kita ketahui, salah satu anugerah Tuhan kepada manusia adalah kesadaran diri (self awareness). Dengan adanya kesadaran diri ini membuat manusia mengetahui seluruh perasaan dan emosinya, salah satunya adalah kapan kita berada pada kondisi marah.
Hal ini berarti kita memiliki kekuatan untuk mengendalikan diri. Namun, seringkali kita lupa diri sehingga lepas kendali atas emosi, perasaan dan keberadaan diri kita. Oleh karena itu agar dapat mengendalikan dan menguasai diri, kita harus senantiasa membuka kesadaran diri kita dengan upaya memasuki alam bawah sadar.
Kalau kita tahu kita sedang marah, maka langkah berikutnya adalah mencoba mengelola amarah tersebut. Kunci mengelola amarah ada pada kemampuan untuk mengendalikan diri. Kemampuan ini disebut dengan kecerdasan emosi. Komponen kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengendalikan emosi diri dan memotivasi diri.
Mengalahkan dan mengendalikan diri sendiri bukanlah suatu peristiwa , tetapi sebuah kebiasaan dan kedisiplinan yang harus kita lakukan setiap hari. Artinya, butuh suatu proses dan waktu agar kita mampu mengendalikan diri setiap kali ada perbedaan pendapat.
Karena kita telah mengetahui bahwa untuk mengendalikan diri sulit untuk dilakukan maka kita harus memohon pimpinan Tuhan agar Roh KudusNya yang menjaga dan menyertai hati kita. Selain itu, kunci sukses dalam mengendalikan diri adalah kerendahan hati. Dengan kerendahan hati, kita akan selalu merasa orang lain lebih penting daripada kita serta kita akan menerima perbedaan apapun dengan pikiran yang positif dan lapang dada. Hal ini sudah ditekankan juga dalam Efesus 4:2 ”Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”

III. Kesimpulan
Perbedaan pendapat sebagai suatu hal yang wajar harus dapat disikapi dengan bijak agar tidak terjadi perpecahan. Dengan kesadaran diri yang telah dianugerahkan Tuhan, dapat diketahui emosi dan perasaan kita. Jadi, sesungguhnya kita memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi tersebut. Akan tetapi, mintalah pimpinan Tuhan agar diberikan kekuatan untuk mengendalikannya karena Tuhanlah yang memiliki hati dan hidup kita. Punya Dialah kita dan segala perkara dapat kita tanggung di dalam Dia.

(Penulis adalah Lusyana, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2007)

Rabu, 23 September 2009

ARTIKEL: DEPRESI DALAM DUNIA KERJA

Mazmur 42:12 : “Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!”

Akan ada banyak tekanan yang dapat menyebabkan kegelisahan dalam hidup ini. Apalagi buat orang-orang yang mengalami suatu permasalahan dalam kesehariannya, hal ini juga berlaku baik bagi para orang tua, anak, seorang pelajar, pekerja, dlsbnya. Dengan kata lain sebuah masalah dapat dialami oleh siapapun di dalam dunia ini, tanpa memandang umur, status, atau pun jabatan. Hal-hal yang paling banyak dialami oleh seseorang sehingga banyak mengalami tekanan, yang dapat menimbulkan depresi, adalah dalam dunia kerja. Hal ini disebabkan karena hampir ½ lebih dari hidup kita digunakan untuk bekerja. Depresi dalam dunia kerja dapat dilihat mulai dari awal saat mencari pekerjaan, saat telah bekerja, sulitnya mempertahankan pekerjaan, atau mungkin ketika dipecat dari sebuah pekerjaan, semua hal tersebut menggambarkan bahwa dunia kerja tidak akan pernah lepas dari yang sebuah depresi.
Menurut seorang ilmuwan terkemuka yaitu Philip L. Rice, depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang telah berlangsung beberapa hari atau bahkan beberapa minggu yang telah mewarnai seluruh proses mental seperti perasaan, pikiran ,dan juga tingkah laku.
Depresi merupakan masalah psikologi yang umum terjadi. Kebanyakan orang yang mengalami depresi tidak mendapatkan perawatan yang tepat. Bahkan lebih parah lagi, banyak yang kurang menyadari gejala-gejala yang timbul sehingga depresi menjadi masalah yang sangat rumit seperti sebuah “benang kusut kehidupan”. Depresi merupakan penyebab utama dan juga terbesar sering terjadinya berbagai kasus bunuh diri. Diperkirakan pada tahun 2020, depresi menempati peringkat kedua sebagai masalah kesehatan yang paling banyak diderita orang di dunia ini, setelah penyakit jantung. Karena itu sangat perlu mengetahui gejala-gejala dari sebuah depresi. Seseorang yang mengalami depresi dalam pekerjaannnya sangat mempengaruhi kinerja kerja baik orang tersebut, lingkungan kerja, maupun dalam tempat pekerjaannya.
Ada beberapa gejala yang timbul akibat depresi, seperti:
1. Gejala Fisik:
Stephen Covey dalam bukunya The Seven Habits of Highly Effective People, mengatakan :”Anda tidak dapat menerapkan efisiensi terhadap manusia.. Anda hanya mungkin menerapkan efektifitas terhadap manusia dan efisiensi terhadap benda.”
Akibat dari gejala fisik yang terjadi adalah:
Menurunnya Efisiensi Kerja.
Orang yang terkena depresi sangat sulit untuk dapat memfokuskan perhatian dan pikirannya pada sesuatu hal dalam pekerjaannya. Mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal yang menjadi prioritas utama dalam pekerjaannya. Hal ini mungkin terjadi akibat gangguan pola tidur atau pola makan yang tidak teratur. Depresi juga akan membuat seseorang menjadi cepat lelah karena beban pikiran dan perasaan yang harus dipikulnya kapan saja dan dimana saja, suka maupun tidak suka, tanpa disadarinya.
Jadi jelas, seseorang yang mengalami depresi dapat terlihat dari kinerja kerja yang menurun, menjadi kacau, lamban, yang tidak dapat memecahkan suatu masalah , dan bahkan dapat menciptakan masalah baru.
Menurunnya Produktivitas Kerja.
Seseorang yang mengalami depresi akan mengikis atau bahkan bisa kehilangan motivasi dirinya untuk dapat bekerja secara maksimal. Oleh karena itu, orang tersebut tidak dapat menikmati dan bahkan puas atas kinerja kerja yang telah dilakukannya. Energi serta pikiran orang tersebut, yang telah “dikuras” habis saat mengalami depresi serta ditambah target-target yang telah ditetapkan untuk dicapai, dapat membuat orang tersebut semakin kehilangan lagi energi diri, mudah sekali menjadi cepat lelah padahal belum melakukan aktivitas kerja yang berarti.

2. Gejala Psikis yang dialami
Kehilangan Nilai Gambar Diri
Seorang pemimpin yang baik harus bica membaca dirinya dengan baik terlebih dahulu sebelum ia membaca orang lain. Orang yang mengalami depresi banyak memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Orang tersebut lebih banyak merasa minder dengan cara membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain.
Timbulnya Perasaan Negatif
Banyak perasaan negatif muncul ketika sesorang mengalami depresi. Orang-orang ini sering sekali mengaitkan diri dengan segala sesuatu walupun sebenarnya tidak berkaitan sekalipun. Perasaannya sangat sensitive sekali sehingga mudah curiga, marah, tersinggung, dll. Hal ini menyebabkan timbulnya perasaan bersalah bagi dirinya sendiri, karena mereka gagal mengerjakan tanggung jawabnya dalam pekerjaan dan menyebabkan perasaan dirinya sendiri menjadi beban yang berat ditambah lagi beban berat dari pekerjaannya yang harus ditanggungnya yang menjadi bagian tanggung jawabnya.

3. Gejala Sosial
Hal ini melibatkan orang yang depresi maupun dengan lingkungan. Masalah yang terjadi pada umumnya adalah komunikasi dengan rekan kerja yang kurang baik, sehingga dapat menyebabkan timbulnya konflik dalam pekerjaan. Orang yang mengalami depresi tidak akan nyaman lagi untuk berkomunikasi baik dengan sesama rekan kerja, sehingga hubungan yang baik dalam tempat kerja menjadi renggang.
Berdasarkan hasil penelitian, depresi yang dialami seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh, menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Sehingga orang yang mengalami depresi cenderung mudah terserang penyakit. Dampak dari depresi yang tidak diatasi dengan baik sangat berkaitan erat dengan timbulnya penyakit-penyakit baru, seperti jantung, gagguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan penyakit lainnya. Karena itu perlu kesadaran bagi orang yang mengalami depresi untuk mempertahankan kesehatan, keseimbangan fisik, juga keseimbangan psikisnya.
Apa yang akan terjadi bila depresi tidak ditangani dengan baik?
Jawabannya sangat mudah, namun sekaligus bisa sangat menakutkan. Jika depresi tidak ditangani dengan baik maka akan timbul Depresi Ganda, yaitu Depresi Sekarang dan Depresi Esok.. Oleh karena itu sangat penting untuk menangani depresi juga di dalam dunia kerja kita. Bila depresi dalam dunia kerja tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat menjalar kepada depresi yang lain dalam kehidupan kita seperti depresi dalam keluarga, keuangan, dll.

Ada beberapa cara untuk dapat mengatasi depresi dalam dunia kerja:
1. Kerjakan tanggung jawab dengan baik.
1 Petrus 3:15 : “… Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu…..”
Tentunya merupakan sebuah kehormatan kepada kita bila diberikan sebuah tanggung jawab, yang berarti kita diberikan sebuah kepercayaan untuk dapat menyelesaikan sebuah tugas. Orang yang dipercayakan berarti orang yang diperhitungkan, orang yang diperhitungkan berarti orang yang berkualitas. Karena itu jangan menjadikan tanggung jawab tersebut sebagai sebuah beban baru, karena hal itu tidak dapat menambah nilai bagi diri kita maupun nilai bagi hasil kerja kita. Namun, kalau tanggung jawab yang diberikan kita jadikan sebagai sebuah peluang baru atau menjadi kesempatan kita untuk belajar, menambah pengalaman, skill, dan juga yang lainnya, maka hal itu dapat menjadikan nilai tambah bagi diri.
Karena itu, lakukanlah pekerjaan itu bukan hanya untuk atasan, untk mencapai target kerja, untuk diri, tapi lakukanlah lebih dari itu yaitu untuk Tuhan (Kolose 3:23).

2. Gali Talenta
Perumpamaan tentang talenta yang terdapat dalam Matius 25:14-30, mengingatkan kita agar kita tidak menyimpan talenta kita, tapi gunakan dan kembangkanlah talenta itu.
Agar tidak terus-menerus depresi, jadikanlah sebuah pekerjaan sebagai sarana untuk menggali ilmu, informasi, teknik, metode, dll. Apabila kita hanya mengerjakan pekerjaan yang biasa-biasa saja, mungkin ilmu yang kita pelajari dan kita dapat hanya sebatas hal-hal yang biasa juga. Cobalah menghadapi target yang luar biasa, yang mungkin untuk sementara waktu membuat kita dalam tekanan. Tetapi jika hal ini dikerjakan sebagai sarana untuk menggali dan mengembangkan talenta, untuk menambah ilmu, keahlian, pengalaman, dll, maka bisa jadi depresi yang kita alami sementara, akan berubah menjadi apresiasi.

3. Kasihi Diri
Matius 22:39 :”…Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Untuk dapat mengasihi sesama, kita harus memulai dengan mengasihi diri kita terlebih dahulu. Bayangkan, kita harus mengasihi keluarga kita, namun karena depresi yang terlalu berat kita jatuh sakit. Hal ini tentu akan membuat kita semakin sulit untuk mengasihi. Depresi yang dialami membuat seseorang sulit untuk mengasihi orang lain, selain itu juga orang tersebut akan sulit menerima dirinya sendiri.
Ketika mengalami depresi dalam pekerjaan, jangan hanya membayangkan atasan, manajemen, dan orang-orang lain yang terkait dalam pekerjaan kita. Yang lebih penting dan utama, pikirkan diri kita terlebih dahulu yang sedang mengalami depresi dan kemudian pikirkan jalan keluar untuk dapat mengatasi depresi tersebut.
Tidak ada segala sesuatu yang Tuhan berikan secara kebetulan dalam kehidupan kita, termasuk juga depresi di dalamnya. Tuhan tentu tidak merencanakan depresi di dalam kehidupan kita, tetapi Tuhan mengijinkan depresi tersebut melanda hidup kita. Hal itu terjadi supaya kita semakin dewasa dalam Tuhan dan dalam hidup kita.

Roma 11:36 : “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”

Daftar Pustaka:
Makalah : ”Depresi” Jakarta 12 Juni 2001, e-psikologi.com
Strategi Hidup Bijak, Philip D.Patterson & Michael W. Herndon

(Penulis adalah Gideon Pangemanan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2007)

Selasa, 22 September 2009

ARTIKEL: PELAYANAN KRSTEN DI "DUNIA MAYA"

Roma 8:28
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

I. Teknologi dan Pesonanya
Sewaktu duduk di SMU, saya sangat tertarik untuk bisa mengoperasikan komputer. Saya ingin seperti abang saya yang kala itu sudah bisa mengetik dengan lancar di komputer karena dia telah terlebih dahulu mengikuti kursus komputer. Saya sendiri tidak berani mengajukan diri untuk ikut les komputer kepada orang tua saya, karena menurut saya biayanya cukup besar.
Kala itu internet belum marak seperti sekarang. Jadi kekaguman saya kala itu masih sebatas mengagumi Microsoft Word (alat pengolah kata paling populer hingga saat ini) yang begitu hebat bisa menciptakan tulisan yang bagus dan rapi, bahkan bisa berwarna-warni dan bentuknya bisa diubah-ubah sesuai dengan jenis huruf kesukaan kita. Sungguh aku kagum kala itu.
Begitulah perkembangan teknologi, begitu dikagumi dan disukai banyak orang. Tidak heran mengapa ada banyak sekali orang yang rela menghabiskan banyak waktu dan uang untuk bisa menikmati fasilitas teknologi yang begitu beragam saat ini. Telepon selular yang mempermudah komunikasi, PDA (Personal Data Assistant) yang sangat membantu mereka yang sibuk dalam pengaturan jadwal mereka, internet, dll merupakan beberapa contoh teknologi yang bisa kita nikmati saat ini.

II. Internet dan Fasilitasnya
Internet merupakan salah satu teknologi yang paling marak digunakan saat ini.
Internet merupakan kependekan dari Interconnected-Networking, yang artinya adalah rangkaian komputer yang saling terhubung dalam suatu jaringan atau rangkaian. Jadi, komputer-komputer yang tadinya berdiri sendiri bisa saling berkomunikasi satu-sama lain, tentunya dengan bantuan alat penghubung.
Kehadiran internet banyak sekali membantu manusia dalam menjalankan tugas dan perannya di dunia. Berikut beberapa contoh nyata penggunaan internet yang membantu dan mempermudah tugas manusia.
1. Fasilitas pencarian yang sangat hebat, yang menyediakan begitu banyak informasi di segala bidang.
Hampir semua informasi mengenai apa saja ada di internet. Informasi mengenai kerohanian, ekonomi, sosial, berita, pendidikan, penelitian, dll semuanya ada di internet. Kita hanya perlu mencarinya dengan “mesin pencari” yang tersedia di internet kemudian memilah informasi mana yang akan kita ambil dan gunakan.
Contoh mesin pencari yang paling populer adalah: http://www.google.com.
2. Surat-menyurat yang biasanya memakan waktu yang lama, bisa dipersingkat dalam hitungan detik dengan bantuan Electronic mail (e-mail).
Contoh e-mail yang paling banyak digunakan adalah http://mail.yahoo.com.
3. Di bidang ekonomi, transaksi bisnis yang tadinya hanya bisa dilakukan di kasir bank, pada akhirnya bisa dilakukan lewat internet. Misalnya fasilitas Klik BCA yang mempermudah nasabah untuk melakukan transaksi kapan saja dan dimana saja.
4. Di bidang pendidikan, saat ini telah muncul e-learning yang memungkinkan adanya perkuliahan tanpa harus tatap muka dengan dosennya, diskusi lewat internet, dll.
5. Belanja online, adalah satu fasilitas yang banyak tersedia saat ini di internet.Buku, alat elektronik, pakaian, bunga dll bisa dibeli lewat internet tanpa harus repot-repot mendatangi tempat jualannya.
Itulah sebagian fasilitas yang disediakan oleh internet yang membantu banyak orang dalam mempermudah tugas maupun pekerjaannya. Selain itu ada juga fasilitas jaringan sosial atau pertemanan yang sangat populer di dunia, misalnya: Friendster atau Facebook. Di seluruh dunia, situs jaringan pertemanan seperti ini sangat digandrungi, terutama oleh anak-anak muda.
Sungguh patutlah kita bersyukur karena atas ijin Tuhan saja, kita bisa menikmati berbagai kemudahan dan variasi hidup lewat ditemukannya teknologi internet ini. Tuhan tentu saja turut ambil kendali atas munculnya teknologi ini, sesuai dengan Firmannya yang tertulis di kitab Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Internet diijinkan-Nya untuk menyebar ke seluruh pelosok negri bahkan ke segala penjuru dunia semata-mata karena ijin-Nya, karena DIA memiliki suatu tujuan yang ingin dinyatakan oleh-Nya kepada kita manusia.

III. Pelayanan Kekristenan di “Dunia Maya”
Media internet ini tentu saja bisa dijadikan lahan garapan baru yang sangat potensial untuk menjaring sebanyak mungkin jiwa untuk percaya pada Yesus. Kenapa dikatakan demikian?
Bagi masyarakat modern yang sudah mengenal komputer dan internet saat ini, internet merupakan sebuah kebutuhan. Misalnya untuk para pekerja kantoran, pekerjaan yang diperhadapkan dengan mereka banyak yang harus berhubungan dengan internet. Baik untuk berkomunikasi, berbagi pengetahuan, mencari literatur, dll. Bagi guru, mahasiswa atau pelajar internet sering digunakan untuk mencari bahan-bahan pembahasan mata pelajaran tertentu maupun mata kuliah, mencari jawaban tugas yang diberikan guru, dll.
Sebagai pengikut Kristus, mungkin kita bertanya “apa yang bisa kita lakukan di dunia maya ini untuk melayani Tuhan?”
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menyebarkan Firman Tuhan di dunia maya. Berikut saya coba mengangkat topik beberapa media di internet yang bisa kita manfaatkan.
1. Situs Web
Saat ini situs-situs rohani yang dimanfaatkan untuk pelayanan sudah mulai menjamur. Contoh situs yang populer di Indonesia adalah: http://www.jawaban.com, http://www.terangdunia.com.
Situs-situs tersebut menyediakan artikel rohani, Tanya-jawab(media konsultasi), tips-tips, renungan harian, dll.
Berikut beberapa tips yang bisa kita praktekkan untuk membuat situs pelayanan (rohani) di internet:
• Tampilannya menarik dan penggunaannya tidak membingungkan pengunjung (user friendly).
• Cepat diakses, hal seperti ini bisa dikonsultasikan dengan orang-orang yang mengerti IT.
Cepat lambatnya pengaksesan suatu situs juga mempengaruhi minat pengunjung untuk datang kembali ke website kita.
• Isi websitenya selalu di perbaharui (up-to-date) sehingga para pengunjungnya rajin mengunjungi situs tersebut.
Ini merupakan salah satu poin paling penting yang harus di perhatikan. Situs-situs yang tidak up-to-date biasanya tidak terlalu disukai karena, informasi yang disajikan biasanya sudah “basi” atau itu-itu saja. Ibarat makanan yang di inginkan, tapi kalau sudah basi, jangankan di makan disentuh pun tidak.
• Tentunya yang tidak kalah penting, isi website yang ingin di tampilkan hendaknya didoakan terlebih dahulu agar tidak melenceng dari Firman Tuhan.
2. Mailing List (Milis)
Media lain yang bisa digunakan adalah mailing list (milis). Biasanya digunakan sebagai sarana bertukar informasi dan berdiskusi. Informasi atau bahan yang ingin didiskusikan akan dikirim ke semua daftar email yang ada milis tersebut.
Kelebihan milis dibanding forum adalah: informasi atau topik diskusi yang dikirim ke milis otomatis masuk ke email kita, kalau forum, kita harus terlebih dahulu membuka forum tersebut untuk melihat informasi maupun topik diskusi yang baru.
3. Forum diskusi online
Kegunaan media ini mirip dengan mailing list, yaitu sebagai sarana untuk diskusi dan berbagi informasi yang sesuai dengan topik di forum tersebut. Bedanya: Anggota yang tergabung di milis berdiskusi lewat email namun forum berdiskusi dan berbagi informasi di forum yang sudah ditentukan.
Tips: Forum yang dibentuk ini hendaknya di bagi dalam kategori-kategori pembahasan, sehingga topik-topik yang berkaitan dengan masing-masing kategori tersebut sudah dikelompokkan. Misalnya: kategori kesaksian, renungan harian, artikel, permohonan doa, konseling (tanya-jawab), dll.
4. Blog
Sudah pernah membaca http://rumametmet.com? Itu merupakan contoh blog seorang pendeta HKBP yang ada di internet, seorang Pendeta HKBP di Serpong. Blog tersebut beliau gunakan sebagai sarana beliau untuk menyampaikan khotbah, renungan harian, artikel, opini-opini beliau bahkan cerita-cerita sehari-harinya yang menginspirasi banyak orang (sebagaimana yang saya baca di komentar-komentar yang masuk ke setiap topik yang beliau angkat).
Ada banyak lagi blog-blog pendeta, evangelis dan orang-orang yang terpanggil untuk berbagi berkat dan melayani lewat blog di internet.
Bagi saya pribadi blog merupakan salah satu media yang cukup efektif untuk melayani, karena biasanya ada interaksi antara si pengunjung dan yang empunya blog.
Blog biasanya lebih dimanfaatkan seperti buku harian online (bersifat pribadi). Namun belakangan ini penggunaannya sudah cukup meluas, misalnya digunakan untuk organisasi. Contohnya seperti blog untuk gereja HKBP New York: http://blog.hkbpnewyork.org.
5. Audio (musik/khotbah)
“Saya merinding mendengar lagu ini, rasanya kerajaan Sorga begitu dekat ketika sayup-sayup saya dengar musik ini diputar di ruangan rekan saya yang lain di kantor ketika saya jaga malam”. Kira-kira demikian komentar seseorang di internet terhadap lagu kiriman seorang sahabat di internet ketika dia mengirimkan instrumen lagu “Nang Gumalunsang” yang begitu sendu, teduh dan megah itu ke email saya.
Sebegitu hebatnya kah dampak musik itu, sampai-sampai ketika musik itu didengarnya dari jauh dia merasa sorga itu begitu dekat? Mungkin saja. Jika Tuhan ingin kita lebih mendengarkan dan mengarahkan diri padaNYA, musik pun bisa DIA manfaatkan untuk “mencuri” perhatian kita.
Sekarang, bagaimana cara untuk melayani lewat media audio? Mungkin bisa seperti teman saya yang bersama rekan-rekannya membuat rekaman instrumen “Nang Gumalunsang” di atas. Atau mencoba merekam khotbah kemudian menyebarkannya kepada rekan-rekan kita lewat internet. Kita tidak pernah tau hasil tuaiannya, tapi dengan kita menyebarkan benih Firman Tuhan lewat rekaman musik maupun khotbah, kita sudah menjadi pelaku-pelaku Firman. Hasilnya biarlah Tuhan yang meneruskan dan menuai.
6. Radio
Pelayanan lewat radio di dunia maya saat ini juga sudah mulai dirambah oleh pelayanan Kristen. Seperti halnya radio di dunia nyata, radio di dunia maya pun memiliki fungsi yang sama. Hanya bedanya, radio di dunia maya didengarkan lewat internet.
7. Video/film
Saya cukup sering mendapatkan video-video kiriman dari teman-teman saya lewat email yang berisi kesaksian maupun video yang mengajarkan saya untuk lebih bersyukur dalam hidup ini. Salah satu video yang sangat berkesan dihati saya adalah Video dan khotbah Nick Vujinic, seorang yang dilahirkan cacat, tanpa tangan-kaki, namun dengan sangat luar biasa bisa hidup mandiri, bahkan menjadi seorang pengkhotbah dan motivator yang terkenal.
Bukan hanya saya yang diberkati lewat pemberitaan video itu, tapi juga puluhan teman-teman saya. Belum lagi teman-teman saya yang menyebarkannya kepada rekannya yang lain. Sungguh jika Tuhan bekerja, kerja sama antara internet dan video pun bisa memberkati puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan orang di dunia ini. Hal ini sangat dimungkinkan oleh internet karena jangkauannya yang sangat luas ke seluruh penjuru dunia. Asal dihati kita memang sungguh berniat menjadi perpanjangan tangan Tuhan.
Itulah sebagian media yang bisa digunakan sebagai sarana pelayanan kita kepada Tuhan. Kita sebagai anak-anak Tuhan yang diperhadapkan dengan dunia teknologi seperti internet yang berkembang begitu pesat saat ini diminta untuk turut ambil bagian dalam penyebaran kerajaan Allah di dunia ini.
Mungkin anda punya kesaksian yang benar-benar membawa sebuah perubahan dalam diri anda dan anda ingin berbagi cerita, karunia, berkat dan mujizat itu kepada orang lain. Kenapa tidak mencoba membaginya lewat email, milis, forum atau blog?
Atau mungkin anda punya talenta untuk menulis, bersaksi, berkhotbah, membuat video-audio, dll. Kenapa tidak mencoba merambah dunia maya dan mengembangkan talenta anda untuk pelayanan Tuhan?
Dunia ini sangat haus akan sentuhan kasih Tuhan. Teknologi seperti internet mungkin bisa menjadi salah satu solusi dan media perpanjangan tangan Tuhan untuk menjangkau orang-orang di berbagai belahan dunia. Batasan waktu, jarak dan tempat sedikit banyaknya sudah teratasi lewat adanya teknologi internet. Seluruh dunia telah saling terhubung. Sekarang, tinggal bagaimana strategi kita untuk menjalankan tugas yang Tuhan percayakan pada kita
Tidak kita pungkiri bahwa tantangan di dunia maya juga sangat besar. Kenikmatan-kenikmatan duniawi yang ditawarkan oleh internet juga begitu besar. Namun tidak ada salahnya kita mencoba untuk memasuki dunia maya itu. Tuhan pasti akan melanjutkan tugas yang sudah kita rintis, asal pelayanan itu benar-benar kita tujukan untuk kemuliaan nama-NYA, bukan untuk kemuliaan diri kita sendiri atau sekedar mencari rejeki. Biarlah kemuliaan menjadi milik Allah saja.
Kolose 3: 23 Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

(Penulis adalah Gloria Nathalina Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2009)

Jumat, 11 September 2009

ARTIKEL: MENGENALI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK

Setiap orang tua pasti menginginkan sutu perkembangan yang baik dalam fase hidup anak-anaknya, baik berupa fisik maupun kejiwaan. Memang secara tampilan, perkembangan fisik terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan kejiwaan. Bahkan terkadang kita perlu lebih awas dalam memperhatikan perkembangan kejiwaan anak karena nantinya hal tersebut akan berhubungan dengan pembentukan identitas diri dan kepribadian anak tersebut. Lebih lanjut, kita akan mendiskusikan mengenai perkembangan kejiwaan anak secara detil , khususnya usia anak pra sekolah (mulai dari usia 4 tahun) sampai dengan masa sekolah (usia 12 tahun / sebelum pubertas).

Konsep Diri
Pada usia 4 tahun, anak-anak berusaha mendefinisikan dirinya menjadi lebih komprehensif sebagaimana mereka mulai mengidentifikasikan sekelompok karakteristik untuk menggambarkan dirinya masing-masing. Umumnya, mereka lebih banyak bercerita tentang hal konkret, perilaku yang diamati, karakteristik eksternal seperti penampilan fisik, kesenangan, kepemilikan, dan anggota keluarga yang tinggal serumah. Mereka juga akan menggambarkan dirinya seringkali dengan apa yang mereka pikirkan mengenai dirinya sendiri, nyaris tak dapat dipisahkan dari apa yang mereka lakukan sehari-hari.
Berikut ini, analisis dilakukan berdasarkan neo Piaget yang dapat menggambarkan perkembangan anak-anak dalam 3 tahap, dimana perkembangan tersebut membentuk peningkatan yang berkelanjutan, yaitu:
Tahap I : Pada usia 4 tahun, anak-anak menyatakan dirinya sendiri adalah representasi tunggal dimana hanya mencakup satu dimensi saja. Pemikiran mereka seringkali berpindah-pindah dari satu hal ke hal lainnya , tanpa terhubung secara logis. Pada tahap ini, ia tidak dapat membayangkan bahwa ia memiliki dua emosi pada waktu yang sama karena dasar pemikirannya adalah all or nothing.
Tahap II : Berlanjut pada usia 5 sampai 7 tahun dimana anak-anak mulai menghubungkan satu aspek dari dirinya dengan hal lain. Mereka melakukan pemetaan representasi dengan membentuk hubungan antara bagian dari pandangan dirinya terhadap dirinya sendiri – masih diekspresikan dalam hal positif, yaitu all or nothing. Oleh karena baik dan buruk itu berlawanan, maka mereka tidak melihat bagaimana mereka bisa baik dalam beberapa hal dan tidak pada hal lainnya.
Tahap III : Terjadi pada usia sekolah (7 – 12 tahun), dimana anak-anak mulai melakukan sistem representasi. Mereka mulai mengintegrasikan hal-hal yang spesifik ke dalam hal-hal general (konsep multidimensi). Di sisi lain, konsep pemikiran all or nothing semakin berkurang dan penggambaran diri anak menjadi lebih seimbang.

Memahami Emosi Anak
Anak-anak mengetahui sesuatu mengenai perasaan mereka tetapi mereka harus banyak belajar. Oleh karena itu, dengan memahami emosi mereka sendiri akan membantu anak-anak untuk mengontrol cara mereka menunjukkan perasaannya dan menjadi sensitif terhadap perasaan orang lain. Permasalahan yang muncul menjadi dua dimensi, yaitu kualitas emosi dan target di depan yang dituju. Penelitian Harte & Buddin, 1987, menyatakan bahwa anak-anak secara bertahap mendapatkan suatu pengertian mengenai emosi secara simultan antara usia 4 sampai 12 tahun (Harter, 1996) sebagaimana mereka bergerak melalui 5 level perkembangan, yaitu:
Level 0 : Pada awalnya, anak-anak tidak mengerti bahwa perasaan dapat muncul secara bersamaan pada waktu yang sama. Anak-anak yang berada pada tahap representasi tunggal dapat berkata, “Kamu tidak bisa memiliki dua perasaan pada waktu yang sama karena kamu hanya memiliki satu pikiran!”
Level 1 : Anak-anak mulai mengenmbangkan kategori yang berbeda – emosi positif dan negatif – dan dapat membedakan emosi dalam setiap kategori, seperti senang dan bahagia, atau marah dan sedih. Mereka dapat menyadari keberadaan dua emosi pada waktu yang bersamaan tetapi hanya jika keduanya positif atau negatif serta terarah pada target yang sama. Anak pada level ini tidak dapat mengerti kemungkinan merasakan emosi simultan dalam menghadapi dua orang yang berbeda atau merasakan emosi yang berbeda pada orang yang sama.
Level 2 : Anak mampu dalam pemetaan representasi dimana dapat menyadari dirnya memiliki dua perasaan yang terarah pada target yang berbeda. Tetapi mereka tetap saja tidak dapat mengalami dirinya memiliki perasaan-perasaan yang berbeda.
Level 3: Anak yang telah mengembangkan sistem representasidapat mengintegrasikan emosi positif dan negatif. Mereka mulai dapat mengerti bahwa mereka bisa memiliki perasaan yang berbeda pada waktu yang sama, tetapi hanya jika terarah pada target yang berbeda sehingga mereka tidak dapat menyadari dirinya memiliki perasaan positif dan negatif terhadap keduanya.
Level 4 : Anak-anak dapat menggambarkan perasaan-perasaan yang berbeda terhadap target yang sama.

Perkembangan Psikososial
Selain konsep diri dan perkembangan emosi, kita juga dapat melihat dari perkembangan psikososial. Dari berbagai ahli yang menyusun teori tentang tingkat perkembangan anak, Erick Erickson adalah salah satu ahli yang mengkhususkan diri dalam perkembangan kejiwaan sosial manusia. Ia mengembangkan teorinya dengan membuat delapan tahap psikososial yang mencakup seluruh rentang kehidupan, meneliti perkembangan identitas, dan mengembangkan metode yang berbeda dari seting psikoanalitik terstruktur yang digunakan dengan orang dewasa. Tiap tahapan ini dibangun berdasarkan tahap sebelumnya dan mempengaruhi pembentukan tahap yang berikutnya.
Penitikberatan teori Erickson sendiri terletak pada pencarian identitas. Identitas adalah pemahaman dan penerimaan diri dan masyarakat. Sepanjang hidup kita akan bertanya “Siapakah saya?” dan merangkai jawaban berbeda pada setiap tahap. Begitu juga masalah identitas selalu mmuncul sepanjang hidup manusia walaupun dalam skala yang amat kecil.
Bila dilihat dari range usianya khususnya usia 4 sampai 12 tahun, maka dalam tahapan psikososial Erickson dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tahap 3 ; Initiative Vs Guilt
Ketika seorang anak berada pada usia 4 sampai 5 tahun, mereka mulai belajar dari orang-orang di sekelilingnya. Mereka mengenali orang tua mereka sebagai sosok yang berkuasa dan kuat. Mereka juga mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Kemampuan berinisiatif dalam mengambil keputusan untuk mencapai target dan kompetisi juga mulai timbul dalam pikiran mereka. Hal ini didukung oleh kemajuan alat gerak, bahasa, kognisi, dan kreatifitas. Apabila mereka bisa memecahkan suatu masalah, maka inisiatif akan timbul dalam diri anak tersebut sedangkan apabila sebaliknya maka akan timbul perasaan bersalah. Pada tahap ini, anak telah belajar bahwa ia harus bekerja keras untuk mencapai tujuannya (Wrightsman, 1994).
Tahap 4 ; Industry Vs Inferiority
Tahap ini terjadi pada usia 6 tahun samapai mereka memasuki masa pubertas, dimana pada usia ini mereka mulai sekolah dan menjadi ahapan yang lebih besar bagi pengetahuan dan pekerjaan mereka. Mereka mulai memasuki tahapan baru dimana mereka mulai diperkenalkan dengan sistem pendidikan formal dan teknologi baru yang digunakan dalam kegiatan sekolah. Apabila seseorang bisa melalui tahapan ini maka akan timbul sense of industry, seperti perasaan mampu dan menguasai sesuatu. Sedangkan apabila gagal maka akan mucul perasaan ketidakcukupan dan rendah diri.

Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan yang dipaparkan sebelumnya, maka orang tua memang perlu memperhatikan perkembangan kejiwaan anak semenjak dini. Dengan begitu, maka setelah dewasa nanati, anak tersebut akan menjadi sosok yang dewasa dan tangguh dalam menghadapi setiap permasalahan sehingga kejadian seperti bunuh diri, depresi, dll dapat terhindari.
Selamat Hari Parheheon Sekolah Minggu HKBP Semper semoga Anak-Anak Sekolah Minggu semakin kokoh dan tangguh baik secara pemikiran maupun kejiwaannya. Tuhan Memberkati.

Daftar Pustaka
Papalia, Diane E, et al. 2001. Human Development. New York: McGrw-Hill
Wrightsman, Lawrence S. 1994. Adult Personality Development. California: Sage Publications.

(Penulis adalah Briggita Anggraini Radjagukguk, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Maret 2009)

Kamis, 03 September 2009

ARTIKEL: USAHA GEREJA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Gereja masa kini dan ke depan, khususnya para naposo dan remaja Kristen, mau tidak mau sangat ditantang dengan isu-isu permasalahan lingkungan yang banyak muncul akhir-akhir ini dan harus dihadapi.
Isu pemanasan global & dampaknya. Isu yang telah mendunia, mengundang perhatian banyak kalangan. Pemanasan global atau global warming adalah kejadian meningkatnya temperatur suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Kenaikan rata-rata itu kini mencapai 2 derajat Celsius per tahun. Penyebab utamanya adalah adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas gas asam arang (karbondioksida, CO2) dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer makin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi. Yang paling besar menyumbang emisi karbon ini adalah aktifitas pembangunan pabrik dan rumah kaca, pembakaran lahan dan bencana asap. Faktor-faktor ini mengakibatkan emisi karbon meningkat secara tajam, berakibat pada rusaknya lapisan ozon bumi. Perhitungan dan penelitian yang antara lain dilakukan laboratorium air Delft Hydraulics, menyatakan bahwa ternyata 2.000 juta ton gas asam arang (CO2) telah keluar tiap tahun akibat kebakaran tanah gambut di Kalimatan dan Sumatra. Pancaran gas asam arang di dunia saat ini mencapai 26.000 juta ton. Jika pancaran tanah gambut ikut dihitung, maka Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Amerika Serikat dan Cina sebagai negara terbesar pembuang gas CO2.
Pembangunan yang ’asal-asalan’ dan semena-mena telah berlangsung dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Dampaknya lingkungan hidup rusak parah. Produsen primer di alam menjadi sakit bermasalah. Energi di ambang kritis, jaring2 makanan (food web) pupus, daur air kacau, emisi karbon meningkat secara eksponensiil. Banyak lahan makin sulit ditanami, menjadi lahan kritis, tidak subur. Unsur-unsur hidup, relung ekologis, populasi penduduk naik tanpa terkendali. Reproduksi keturunan tak berstrategi, suksesi ekologis ’mampet’, terumbu karang habis, komposisi atmosfer berubah. Bila lapisan ozon bumi rusak dan ”bolong”, maka panas ganda permukaan bumi akan melelehkan es di kutub. Ini membuat volume air laut dan gelombang pasang air laut naik secara sistematis. Meniscayakan ribuan pulau akan tenggelam, antara lain di Kep Maldives, Lautan Pasifik dan Maluku. Termasuk bagian utara Jakarta diprediksi akan tenggelam bila tak ada upaya pencegahan yang riel. Itu diperkirakan akan terjadi dalam 40-70 tahun ke depan.
Protokol Kyoto. Kerjasama internasional pada tahun 1997 di Kyoto Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca (CO2 dan gas-gas lainnya), yang sangat merusak lapisan ozon dan berakibat kepada pemanasan global. Perjanjian ini adalah tindak-lanjut dari Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992, dimana 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Presiden SBY di Sidang Umum PBB New York sekaitan Perjanjian ini, menyatakan bahwa Indonesia akan mengambil peran lebih besar dan lebih aktif untuk komitmen pengurangan emisi karbon dalam kerjasama dengan negara-negara maju seperti AS, Rusia, Jepang, dll terkait bantuan dana dan teknologi.
Swalayan bencana karena rusaknya lingkungan. Beberapa tahun terakhir ini negeri ini semakin sering diterpa bencana. Bencana alam berupa banjir (seperti banjir Jakarta Maret 2007 lalu, banjir siklus 5 tahunan), kemarau panjang, tsunami seperti di Aceh & Pangandaran, gempa bumi (Aceh/Nias, Yogya/Klaten, Bengkulu), gunung berapi, kebakaran hutan (Sumatera, Kalimantan), tanah longsor (Kalsel, Sinjau Sulsel, Gorontalo, dll). Ambruknya TPA Bantar Gebang Bekasi dan TPA di Bandung Jawa Barat, yang menelan korban jiwa. Semua tak dapat dilepaskan akibat kondisi makin rusak dan parahnya lingkungan. Masalah lingkungan di negeri ini sudah sama-sama kita tahu: penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerak perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia, tidak pernah lepas dari kemacetan); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur panas di Porong Sidoarjo, Jawa Timur, dsb.

Kerusakan lingkungan harus segera dicegah, pelestarian dikerjakan! Sudah tiba saatnya Gereja, naposo dan remaja Kristen berbuat hal yang riel berkaitan dengan persoalan lingkungan. Tidak bisa lagi hanya dengan sebatas wacana. Namun, harus dalam bentuk kongkrit rencana aksi diupayakan. Mulai dari kesadaran diri pribadi. Keluarga. Bersama dengan pemerintah, sekolah/perguruan tinggi, perusahaan, media, LSM dan unsur-unsur masyarakat lainnya. Komitmen untuk bersama menjadikan semua aspek kehidupan sebagai gaya hidup yang ramah lingkungan (environment friendly).

Hal-hal berikut menjadi kebutuhan & fokus utama untuk diperhatikan dengan seksama:
1) Ketersediaan air bersih (untuk minum, masak, cuci, dsb): dalam jumlah maupun kualitas.
2) Kebersihan udara bebas polusi, bebas dari pencemaran terutama di kota besar & industri.
3) Kesuburan tanah: meningkatkan kembali tingkat kesuburan tanah/lahan.
4) Tingkat keragaman biota: meningkatkannya kembali keanekaragaman hayati, misalnya melalui upaya reboisasi hutan gundul.

Arti lingkungan dan upaya pelestariannya. Wikipedia encyclopedia memberi batasan lingkungan hidup atau lingkungan sebagai: (1) Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada, (2) Keadaan/kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup, dan (3) Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup, terutama: a) Kombinasi berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk hidup untuk bertahan hidup, dan b) Gabungan kondisi sosial dan budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/ komunitas mahluk hidup. Istilah lingkungan hidup atau lingkungan sering dipertukarkan dalam pengertian yang sama. Ilmu yang mempelajari persoalan lingkungan disebut Ekologi. Jika lingkungan dikaitkan dengan hukum/aturan pengelolaannya, maka batasan wilayah wewenang pengelolaan dalam lingkungan tersebut menjadi lebih jelas. Dalam konteks politik, lingkungan hidup bagi republik ini disebut Wawasan Nusantara. Menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim. Memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa ini menyelenggarakan kehidupan berbangsa, bernegara, beragama dan bermasyarakat.
Dengan batasan ini, lingkungan hidup atau persoalan lingkungan kini tidak dapat lagi dipandang hanya sekedar sebagai ”pemantas” belaka (Batak: ondeng) oleh manusia dan bagi manusia. Cara pandang, paradigma atau mindset antroposentrisme yang mungkin selama ini masih dianut, yakni menganggap manusia adalah segala-galanya, pusat dari sistem alam semesta, atau nilai tertinggi dalam menentukan setiap kebijakan lingkungan, sesungguhnya tidak dapat dipertahankan lagi. Kutipan terhadap bagian Alkitab, Kejadian 1: 26-28, yang ditafsirkan bahwa Allah memberi kewenangan penuh kepada manusia (yang “segambar” dengan-Nya), dan kemudian dijadikan alasan pembenaran bagi manusia untuk mengeksploitasi alam habis-habisan demi kepentingannya sendiri, sungguh merupakan hal yang naif, keliru dan tidak bisa diterima! Yang benar, adalah manusia adalah ciptaan Allah, bagian dari lingkungan yang diciptakan Allah. Cara pandang, paradigma mindset yang benar adalah Allah lah pusatnya, segala-galanya (teosentris) dan melaluiNya lingkungan diciptakan (ekosentris), bumi diciptakan (geosentris), sebagaimana kalangan Deep Ecology (DE) atau ”Ekologi Mendalam” menya-takannya.

Mengapa lingkungan perlu dilestarikan? Seperti ilustrasi tubuh, lingkungan itulah tubuhnya. Manusia adalah bagian dari tubuh itu sendiri. Bagian tubuh lain misalnya adalah hewan/binatang (fauna), tumbuhan vegetasi hutan (flora), material seperti: tanah, pasir, air, udara, batu, mineral, logam dst. Tubuh ’lingkungan’ ini diciptakan oleh Allah. Maka jika kita menghargai lingkungan, lingkungan dihargai dan dilestarikan, maka itu sama dengan kita menghargai Allah. Sama dengan kita mempermuliakan Allah. Lingkungan perlu dilestarikan bukanlah untuk pemuasan kebutuhan manusia, karena manusia memang bukan pusat segala-galanya di alam semesta. Pelestarian ini dilakukan adalah untuk kepentingan dan keperluan lingkungan itu sendiri. Lingkungan yang lestari adalah lingkungan yang terus berkelanjutan (sustainable). Lingkungan lestari adalah tanda nyata dari kehadiran Allah yang memberi damai-sejahtera, keindahan, keseimbangan, kebaikan dan sukacita bagi semua makhluk, segenap ciptaan di seluruh persada jagad-raya.

Peran dan usaha gereja dalam pelestarian lingkungan? Sudah tiba saatnya Gereja mengambil peran aktif, jika memungkinkan mengambil tempat di barisan terdepan, guna menyadarkan khalayak bahwa cara pandang antroposentrisme sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Cara pandang itu harus diubah menjadi cara pandang teosentris (berpusat pada Allah), yang melaluinya kita dapat semakin menghargai lingkungan (ekosentris), di mana kita manusia hidup dan tinggal. Bersama-sama Allah sebagai mitraNya, dalam pimpinanNya, dan dengan makhluk ciptaan lainnya, Gereja seharusnya melakukan tugas restorasi, pemulihan dan pelestarian lingkungan.
1. Sebagai pembawa misi Allah, Gereja menjadi pemrakarsa awal, penghimbau, penegur sekaligus menjadi contoh terkait usaha pencegahan kerusakan lingkungan menjadi lebih parah, karena dampak pemanasan global dan berbagai bencana akibat faktor lingkungan. Tujuannya agar bumi dapat tetap layak dihuni oleh segenap makhluk. Hutan, pohon-pohon, hewan-hewan, tanah/lahan serta isinya, berikut sumberdaya alam lainnya (air bersih, udara, keragaman biota) untuk keperluan pemberdayaan dan kehidupan, hendaknya dipergunakan secukupnya/sewajarnya. Masih dalam batas-batas persediaan yang memungkinkan kehidupan dan pemberdayaan dapat tetap berlanjut. Berperiode jangka panjang, antar generasi. Tidak akan dibiarkan sampai habis dan punah. Melainkan masih tersisa, sehingga upaya pemberdayaan, hidup dan ketersediaan sumberdaya alam tadi dapat terus berkelanjutan bagi kepentingan generasi anak cucu mendatang.

2. Gereja disadarkan kembali bahwa mempermuliakan Tuhan berarti mencintai menghargai melestarikan lingkungan, di mana segenap ciptaan Allah hidup dan tinggal. Menghargai melestarikan lingkungan, berarti menghargai kehidupan berkelanjutan itu sendiri. Sikap penghargaan ini, mungkin bisa diekspresikan misalnya dalam ibadah ritual, melalui penggunaan pola liturgi yang bernuansakan ekologis, berisikan pesan-pesan pelestarian lingkungan. Di ranah publik, Gereja dapat mencanangkan gerakan penyadaran lingkungan di tengah masyarakat melalui program-program tertentu di sekolah-sekolah kristen yang didirikan, di rumah-rumah sakit kristen, melalui komunitas politisi dan birokrat kristen, media, multimedia, LSM-LSM di dalam dan disekitar gereja, dsb. Bila terjadi bencana akibat faktor lingkungan di satu tempat, Gereja dapat secara aktif terjun langsung dalam aktifitas lingkungan dan kemanusian. Melakukan tindakan darurat (emergency rescue), crisis response. Membantu misalnya dalam upaya evakuasi korban, penanganan saat bencana (terapi penyembuhan, trauma, psikis) dan pasca bencana misalnya dalam bentuk relief, rehabilitasi, rekonstruksi dan recovery sosial-ekonomi. Demikian juga dalam pencanangan gerakan, sebut saja gerakan pelestarian hutan (Gerhan), Gereja dapat berperan aktif melalui LSM-LSM kristen yang diprakarsainya.

3. Gereja dan warga jemaat kristen memprakarsai suatu cara pandang ’baru’ bahwa pementingan terhadap diri sendiri (individualisme) demi kebutuhan masyarakat yang lebih luas dan kecintaan penghargaan kepada lingkungan, harus dikendalikan, lebih bisa ditahan dan diperlembut (ingat buah Roh: penguasaan diri), namun bukan berarti rasa penghargaan terhadap diri pribadi menjadi hilang atau berkurang. Contoh kongkrit, misalnya jika transportasi umum kelak sudah semakin memadai dalam jumlah dan kualitas di Ibukota, maka dirasa lebih baik menggunakan fasilitas transportasi umum ketimbang mobil/kendaraan pribadi. Hal senada dilakukan pemerintah dan pengusaha terhadap hutan. Lebih berorientasi kepada upaya proteksi hutan yang pro-lingkungan, ketimbang upaya eksploitasi hutan yang pro-keuntungan rupiah/dollar investasi sesaat. Demikianpun dengan masalah kependudukan. Akan lebih baik mempertimbangkan faktor ekologis, ketimbang mengikuti naluri kebebasan individu dalam bereproduksi sebanyak-banyak jumlah anak tanpa mengindahkan nilai-nilai penting dari perencanaan keluarga atau keluarga berencana.

4. Secara spiritualitas ekologis, Gereja semakin peka dan menghargai lebih dalam kehidupan Allah Tritunggal. Allah yang secara penuh menjelma dalam Kristus meneguhkan nilai materi dari ciptaan. Kristus meneguhkan pentingnya nilai lingkungan. Maka doa juga menjadi bagian iman gereja yang berakar pada kasih kepada Allah dan kasih kepada lingkungan, ciptaan! Sekaitan ini, Gereja semakin peka terhadap aspek keadilan (justice), terutama bagi mereka yang terpinggirkan baik secara gender, strata sosial-ekonomi, ras, agama dlsb, yang dengannya Gereja dapat memprakarsai berbagai upaya dialog guna mengatasi kesenjangan atau ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada. Karena berbicara lingkungan, tentu mencakup pula persoalan ranah spiritualitas dan ranah sosial.

Apa yang bisa dilakukan warga HKBP Semper cq naposo remaja Narhasem? Bisa dilakukan dari hal-hal yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, betul-betul menghemat pemakaian air bersih untuk keperluan memasak, mandi, mencuci, dsb. Menghemat pemakaian bahan bakar/BBM (pertamax, premium atau solar) untuk kendaraan bermotor, mobil atau sepeda motor. Ganti dengan bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti bahan bakar jarak pagar (Jathropa). Kampanye menggunakan sepeda untuk ke sekolah, ke kampus atau tempat pekerjaan, merupakan hal yang sangat dihargai. Hemat pemakaian listrik, lampu-lampu rumah diganti dengan jenis lampu hemat energi, kebiasaan mematikan lampu, dsb.
Membuang sampah pada tempatnya, tidak sembarangan, menjadi kebiasaan yang baik dan dikomitmentkan. Dengan membiasakan diri memisahkan jenis sampah basah dan sampah kering. Tujuannya, untuk alternatif pengolahan bio kompos (pupuk organik) dan daur ulang menjadi material baru yang berguna. Contoh saja di IPPL Jakarta, ada pelatihan bagi remaja dan naposo agar mampu memanfaatkan sumberdaya seperti cabai, pepaya, tomat, dan lain sebagainya di berbagai pasar tradisional di Jakarta untuk dijadikan saos. Cabai, pepaya, tomat yang tidak dimanfaatkan pedagang karena pembusukan dimanfaatkan naposo dan remaja untuk ditingkatkan nilainya dengan cara membuat saos. Sehingga, pasar-pasar tradisional berkurang sampahnya.
Mendukung gerakan kebersihan lingkungan rumah, sekolah, gedung ibadah, tempat pekerjaan dari tumpukan sampah, lancarnya aliran air selokan, aliran kali dan sungai yang dapat mengakibatkan banjir di bantaran kali hingga ke rumah-rumah warga. Naposo dan remaja mulai sekarang juga dapat bertekad membatasi mengurangi penggunaan bahan-bahan yang terbuat dari plastik seperti tas kresek platik, tas plastik, bekas pembalut, sterioform – kotak pembungkus makanan dll (karena sangat sukar di daur ulang). Juga mengurangi penggunaan tissue basah dan tissue kering, karena dibuat melalui pengurangan/pembabatan pohon atau hutan. Padahal hutan dan pepohonan adalah media efektif untuk menghilangkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah banyak di udara. Menanam pohon baru, memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi adalah cara jitu mengurangi efek rumah kaca, perusakan ozon bumi dan dampak lebih besar dari pemanasan global. Jenis pohon yang bagus untuk ditanam a.l duwet, buni, menteng, gandaria, mahoni, kemang, lobi-lobi, mangga, jambu, durian, rambutan, kelapa hibrida, dan sawo duren.
Naposo dan remaja dapat menghemat pemakaian kertan yang bahan materialnya dari pohon. juga bisa terlibat dalam upaya pencegahan kepunahan jenis binatang dan tumbuhan, ikut menyuarakan kesadaran akan pentingnya pengenalan alam sekitar, informasi terkait dampak pemanasan global, ledakan populasi dan bahaya bencana karena faktor lingkungan, lewat berbagai media apa saja yang bisa dikerjakan seperti membuat artikel majalah dinding (mading) dan buletin sekolah, milist, radio remaja, pagelaran musik, puisi dan kreativitas, kegiatan retret dan bible-camp, dsb.

Kalimat di bawah ini bisa jadi perenungan:
”Jika pohon terakhir telah ditebang, jika sungai terakhir telah tercemar, jika ikan terakhir telah ditangkap, baru manusia akan sadar bahwa mereka tidak akan bisa makan uang.” (Green Peace).
“Bumi bisa mencukupi kebutuhan setiap orang (semua orang di muka bumi), tapi tak bisa mencukupi orang-orang (sebagian orang) yang rakus.” (Mahatma Gandhi)
”Mempermuliakan Tuhan caranya yang tepat adalah melalui menghargai lingkungan. Melestarikan lingkungan, adalah tanda seseorang mempermuliakan Tuhan" (Anonym).
Soli Deo gloria.

Referensi:
1. Celia Deane-Drummond, 2006. Teologi & Ekologi, Buku Pegangan. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan_hidup
3. Lingkungan Hidup, GKI Kayu Putih Jaktim.
4. Weinata Sairin, M.Th, 2000. Gereja, Agama-Agama dan Pembangunan Nasional. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
5. http://hansmidassmjntk.blogspot.com/Archieve/Juni 2007. Istilah Kata Pembangun- an”: Masih Layakkah Kita Pergunakan dan Populerkan di Jaman Begini ??, artikel Hans Midas Simanjuntak lewat informasi Transforma Sarana Media.

(Penulis adalah Hans Midas Simanjuntak, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Oktober 2007)