Sabtu, 27 Februari 2010

ARTIKEL: GEREJA PLUS MISI, SEBUAH ILUSI KRISTEN MAKSIMALIS

Introduksi. Panggilan sebagai Jemaat Misioner bukanlah sesuatu hal yang baru. Hakikat utama dari Gereja Visible dan Gereja Invisible adalah terpanggil untuk memberitakan Injil Keselamatan Yesus Kristus. Injil sebagai Kabar Baik tentang TRANSFORMASI (=Pertobatan + Pembaruan) yang diberikan kepada umat manusia; dan tentang Justice, Peace and Integrity of Creation (Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan) juga Kesejahteraan Jemaat yang dikehendaki TUHAN, yang menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah, Missio Dei, di muka bumi ini [cf. Lukas 4:16-18; bnd. Matius 28:18-20; Markus 16; Kisah Para Rasul 1:8].Pernyataan tersebut menjadi panggilan bagi Jemaat Kristen untuk merenungkan dan merumuskan kembali misinya menjadi Kristen Maksimalis di tengah-tengah dunia, khususnya di tengah-tengah bangsa kita Indonesia, yang katanya, sedang mengalami krisis multidimensi.Panggilan menjadi Kristen Maksimalis bukanlah untuk hidup di angkasa atau di awang-awang, menyendiri atau mengisolasi diri dari dunia ini. Sebaliknya, iman orang percaya kepada Yesus Kristus membutuhkan bentuk yang ekspresif, konkret, membumi dan mendunia. Pertanyaan yang tak terjawab oleh “Realitas Semu” pasti ditemukan jawabannya dalam “Realitas Abadi”, yaitu kebersamaan dengan dan dalam nama Allah Bapa, AnakNya Yesus Kristus dan Roh Kudus.

Dekonstruksi Misi.
Umat TUHAN tidak boleh menutup mata dengan mengabaikan bahwa akibat warisan pemahaman teologi dari masa lalu (pietisme), sebagian kita sering enggan untuk proaktif melibatkan diri di tengah-tengah dunia ini. Kita sering tergoda untuk memusatkan diri dan atensi hanya untuk urusan seremonial-spiritual belaka. Bahkan, menjauh serta menutup diri dari solidaritas dan soliditas sosial kenyataan hidup yang dari waktu ke waktu semakin kompleks.
Tidak sedikit dari kita yang menjadi bingung bahkan bengong dengan masalah bagaimana berpartisipasi total dalam Pembangunan Bangsa bersama dengan umat lainnya. Kita kurang berani terbuka dalam menterjemahkan eksistensi yang bertitik tolak dari Yohanes 15:16= “Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap”. Sepertinya, kita perlu lebih banyak menggumuli Injil Yohanes dalam dekonstruksi misi gereja dalam dunia dan kehidupannya sekarang ini. Ke-kini-an Keselamatan atau Hidup Kekal (Realized Eschatology) yang disuarakan Yohanes (teristimewa perkataan “Aku adalah...”) menyadarkan untuk tidak hanya memusatkan pikiran dan pengharapan kepada dunia yang akan datang. Tetapi, sesungguhnya mewujudkan misi memelihara dunia ini, dimana kita hidup sekarang, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari misi kita, kini dan disini, hic et nunc, here and now.
Gereja (yang katanya Inklusif, Dialogis dan Terbuka) ditantang untuk merumuskan kembali cara berteologi terhadap problema sosial sebagai pergumulan rangkap (double-wrestle). Artinya, dalam mengatasi tantangan ini, kita seharusnya lebih kritis dalam menguji pemahaman Injil yang telah diwarisinya dan bertanya apakah pemahaman itu memadai dalam menghadapi perubahan sosial akibat perkembangan tuntutan zaman. Orang-orang percaya harus masuk dalam perjalanan sejarah dan menjadi duta pembaruan. Sejarah harus dipahami dari perspektif Kerajaan Allah, dimana Roh Kudus hadir menyanggupkan anak-anak Allah berperan pro-aktif dalam perjalanan sejarah dunia. Allah adalah Allah atas sejarah, maka umatNya berharap bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan semua perjuangan manusia.
Ada istilah: “Adalah munafik, ketika kita hanya berbicara demi nasib orang-orang miskin, sementara pada saat yang sama, kita mencari perlindungan pada Penguasa (juga Pengusaha) dan mengabaikan masalah ketidakadilan dan penindasan yang masih ada di sekitar kita”. Ingatlah saudaraku, Keselamatan tidak dapat dipahami terpisah dari kehidupan sebagai suatu TOTALITAS.

Kepemimpinan Hamba. Dewasa ini, Jemaat Kristen merindukan kehadiran para pemimpin atau para pelayan yang memiliki kemurnian hati sebagai seorang HAMBA [Filipi 2:7-8]. Urgensi kepemimpinan seperti itu di tengah Jemaat Misioner sungguh menjadi kebutuhan yang mendesak. Ironisnya, banyak suara-suara sumbang ditujukan kepada Pemimpin/Pelayan yang mengalami degradasi moral (istilahnya, “Partohonan/Parhalado Sontoloyo”). Sinyalemen ini boleh jadi ada benarnya juga, tetapi perlu dicari akar permasalahannya. Back to the Basic and Back to the Bible within Back for Good, merupakan solusi konkret untuk meneladani Sang Pelayan Agung, Jesus Christ. Sejatinya, seorang Pemimpin/Pelayan memiliki kesabaran ekstra, seperti apa yang dimiliki Ayub. Mudah-mudahan para pemimpin ataupun para pelayan dapat memenangkan dan mendapatkan kembali supremasi dan kepercayaan Jemaat, yang adalah prasyarat pertama dan utama untuk memahami dengan jelas masalah mereka, dan apa yang mereka butuhkan berkaitan dengan misi pelayanannya. Pelayanan yang menyentuh kebutuhan mendasar (basic needs) Jemaat akan mengembalikan citra positif para pemimpin ataupun para pelayan yang telah tercoreng-moreng. Kontribusi tersebut merupakan ungkapan kepedulian warga gereja terhadap kepemimpinan di dalam gereja dan pola pemberdayaan yang perlu realisasi dan kontekstualisasi secara khusus dan berkelanjutan. Orang yang memiliki POTENSI KEPEMIMPINAN HAMBA, menurut Robbi Candra, adalah “orang-orang yang memiliki visi tajam dan atraktif, energi yang lebih besar dari orang lain, kemampuan berkomunikasi dengan efektif, keinginan belajar yang sangat besar, mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya yang jernih, pengetahuan dan keterampilan yang cocok dengan situasi, dan sensitif atas kebutuhan dan dinamika orang lain, serta mampu menghasilkan suatu perubahan nyata melalui upaya sendiri”. Seiring dengan tuntutan zaman, gereja perlu mentransformasikan, mereformasi sistem dan gaya kepemimpinannya selama ini. Gereja harus lebih memikirkan bentuk pemerintahan gerejawi yang berorientasi ke bawah/basis, yakni Jemaat (bottom-up leadership), bukan berorientasi ke atas (top-down leadership). Gereja kiranya mengupayakan fleksibelitas sistem penempatan para Pendeta (dan Pelayan lainnya) dari Sistem Sending Pastor ke Sistem Calling Pastor. Namun, lebih dari itu, masih ada banyak lagi sebenarnya pikiran dan tugas serta tanggung jawab gereja yang sangat mendesak untuk dikerjakan.

Penyembuhan Bagi Bangsa-Bangsa. Bangsa Indonesia masih saja berkutat pada krisis multidimensi. Keresahan semakin mencekam di tengah-tengah masyarakat yang dinamis dengan beragam kerusuhan, teror bom yang sistemik akibat ulah Pimpro (Pimpinan Provokator). Krisis ini berdampak langsung kepada warga gereja yang adalah warga masyarakat Indonesia. Dimana suara profetik gereja…??? Apa yang dapat dilakukan Gereja sebagai ungkapan dan keberpihakannya dalam misi kepada orang-orang pinggiran, menderita dan teralienasi? Secara khusus, gereja sendiri menghadapi persoalannya sendiri dan tentunya tidak perlu cengeng. Gereja dituntut untuk mewujudnyatakan kehadirannya di tengah-tengah dunia agar pelayanannya lebih aktual dan relevan. Oleh karenanya, gereja harus senantiasa mereposisi dan mengkondisikan diri sehingga misinya tetap kontekstual, kontemporer dan menjadi jawaban atas berbagai pergumulannya. Harus disadari bahwa era gereja sekarang tidak sama dengan gereja pada era para rasul. Gereja sekarang berada pada kondisi yang baru, baik kondisi yang diciptakannya sendiri untuk menghadapi perkembangan zaman maupun yang dikondisikan oleh zaman itu sendiri. Dalam menghadapi tantangan zaman itulah, gereja berusaha tampil dan menghadirkan diri dengan berbagai persekutuan, pelayanan, dan kesaksian sesuai dengan sarana dan prasarana yang diciptakannya. Sejatinya, Gereja (di semua denominasi) harus menyuarakan suara penyembuhan bagi dirinya sendiri, bagi masyarakat, negara dan bangsa dimana ia hadir, bertumbuh, dibesarkan dan melayani sesuai dengan keteladanan Yesus Sang Penyembuh. Konkretnya, semua program pelayanan gereja harus menjadi upaya Kesembuhan CiptaanNya. Upaya penyembuhan ini diharapkan menjadi obat penawar terhadap krisis multidimensi yang sampai kini belum juga terobati. Pernyataan “Menjadi Kesembuhan Bagi Bangsa-bangsa” [Wahyu 22:2b] dapat terealisasi melalui pelayanan gereja sekarang ini, di tempat pelayanan kita, yang kemudian menyebar ke tempat wilayah lain, yang nantinya akan disempurnakan pada masa eskatologis.

Globalisasi = Pluralitas?. Abad 21 ini, katanya, merupakan era yang penuh tantangan sekaligus menjadi ancaman. Nilai-nilai lama akan berbenturan akibat nilai-nilai baru yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Nilai kekeluargaan akan semakin menipis dan godaan hidup individualis semakin mendominasi hidup bergereja. Dalam era ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan sangat mempengaruhi dan mendominasi segala aspek kehidupan. Juga akan semakin tumbuh kesadaran mengenai pluralitas, karena tidak boleh tidak, pluralitas pasti semakin nyata dalam masyarakat. Pertanyannya sekarang, apa artinya menjadi GEREJA pada Abad 21? Dalam konteks pluralitas agama-agama di Indonesia, Kristen Maksimalis terpanggil untuk mengembangkan penggunaan bahasa yang lebih kontemporer-kontekstual, dalam arti, tidak hanya dalam bahasa konseptual yang berupa rumusan-rumusan dogmatis yang abstrak yang bersifat ontologis-metafisik. Tetapi, dalam bahasa objektif yang bersifat fungsional-relasional, yang lebih cocok untuk mengungkapkan pengalaman iman akan kehadiran Allah di tengah-tengah basis kehidupan orang-orang percaya. Kerangka berpikir para telog sering berbelit dan dituangkan dalam bahasa yang cukup sukar, sehingga tidak dapat dipahami kaum awam juga cendikiawan. Abad 21 sendiri merupakan Era Kaum Perempuan, tetapi tidak berarti mereka dapat berlaku sesuka hati, bersenang-senang dan pada akhirnya merasa dirinya bagaikan seorang putri atau ratu yang harus dilayani. Sebaliknya, dari kaum perempuan dituntut tanggungjawab untuk semakin mau dan mampu memperlihatkan eksistensinya di tengah-tengah kesempatan pelayanan yang terbuka lebar. Apa kabar Kaum Perempuan Kristen…???

Konkretisasi Kristen Maksimalis. Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” [Efesus 4:11-12]. Umat Kristen di akhir zaman adalah mereka yang mendengar dan melakukan Firman Tuhan. Mereka yang tidak mempercayai dan menyuarakan kebenaran tersebut otomatis akan menjadi “bisu” serta tidak memiliki pengaruh bagi masyarakat. Dewasa ini, TUHAN sedang menurunkan urapanNya agar Gereja dan Perangkatnya yang terikat sistem dapat berfungsi sebagai TRANSFORMATOR di tengah-tengah dunia yang sedang sakit. Allah sedang bekerja bagi para hambaNya di dalam urapan apostolik-profetik atas GerejaNya agar benar-benar menjadi garam dunia dan terang dunia [Matius 5:13-16]. Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus sedang serius dengan Indonesia. Tahun 2009 sampai 2010 adalah Tahun Kesejahteraan Gereja dan Transformasi Bagi Indonesia. Akan ada suatu kegerakan yang dahsyat dan luar biasa terjadi, gerakan yang belum pernah terjadi atas Indonesia sebagaimana di tahun-tahun sebelumnya memang telah pernah dinubuatkan. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, Umat Kristen harus siap mengantisipasi transformasi dan gerakan besar yang akan terjadi di Indonesia ini. Untuk itulah, Allah sedang melakukan PEMULIHAN di Gereja belakangan ini. Gereja yang didasarkan atas pelayanan apostolik-profetik yang sedang dipulihkan TUHAN bercirikan: 1. Satu tuntunan yang jelas dalam pelayanan dimana gereja akan bergerak sesuai tuntunanNya; 2. Pewahyuan yang jelas tentang rencana TUHAN sehingga tidak ada lagi kompetisi yang berakibat permusuhan. Para hamba TUHAN akan melayani sesuai dengan bidang dimana TUHAN menempatkan mereka; 3. Terobosan dalam pelayanan, dimana TUHAN akan melakukannya pada saat dan tempat yang tepat; 4. Pembaruan dalam pengutusan demi memaksimalkan potensi setiap umatNya dalam bangunan tubuh Kristus. Pemulihan akan terjadi bukan hanya pada Gereja sebagai institusi, namun juga Umat TUHAN sebagai elemen dari Gereja itu sendiri. Kristen Maksimalis yang mengalami terobosan dan pemulihan bercirikan: 1. Berpikir dan Bergerak, tidak lagi puas hanya menjadi penonton dalam gereja namun juga menjadi pelayan TUHAN tanpa melihat denominasi gerejanya; 2. Memiliki Mental Mempengaruhi Orang Lain, tidak hanya menjadi Kristen Lot yang hidup bagi diri sendiri, namun menjadi Kristen Abraham yang kehadirannya memberikan pengaruh kepada semua umat manusia; 3. Tampil menjadi Kepala bukan Ekor sesuai janji TUHAN, dan menjadi Kristen Yusuf yang dipakai sebagai Tokoh Pemimpin di segala aspek kehidupan bergereja dan bernegara; 4. Mampu Berada di bawah Tekanan dan Goncangan, sebab goncangan akan mendahului penuaian, tidak mudah goyah sebab tangan TUHAN yang menopang; 5. Berani untuk Hidup Kudus (Holy Boldness) sebagai calon mempelaiNya; 6. Bekerja dan melayani di bawah Otoritas yang ditentukan dimana Pengurapan mengalir dari kepala [Mazmur 133]. Pemulihan dari segala sesuatu dalam Jemaat Misioner ini membuat kesatuan Tubuh Kristus terjadi, sehingga TRANSFORMASI dan KESEJAHTERAAN WARGA GEREJA dapat terwujud serta penuaian jiwa berlaksa-laksa terjadi. Ada sukacita mengetahui sesuatu. TUHAN Yesus Memberkati…

(Penulis adalah Jolly Radjagukguk, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2009)

Jumat, 26 Februari 2010

ARTIKEL: RENCANA MANUSIA DAN PERWUJUDANNYA SESUAI DENGAN KEHENDAK ALLAH

Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya (Ams 16:9)

Mengisi agenda baru dengan sederetan rencana memang sudah menjadi tradisi yang populer begitu memasuki bulan Januari. Dan saat ini kita telah berada di bulan Febuari. Sudah seberapa jauh rencana tersebut kita jalankan? Kita tentu ingin membuat perubahan pada diri sendiri ke arah yang positif. Jika kita membuat sebuah perencanaan, bahkan perencanaan itu sudah matang dan tinggal dijalankan, yang perlu kita pertanyakan adalah apakah semua itu sungguh-sungguh kehendak Tuhan? Tetapi jika kita diam saja, tanpa membuat perencanaan sama sekali, apakah hidup kita akan sesuai dengan harapan kita? Mari kita gali topik ini lebih dalam.
Perjalanan hidup yang paling aman adalah perjalanan hidup yang melibatkan Tuhan dalam segala aspeknya. Dan sebenarnya Yesus telah menawarkan penyertaanNya seperti dalam Yoh 14: 16 “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.” Roh Kudus sebagai Penolong adalah pribadi Allah sendiri yang siap mendampingi kita dalam segala situasi.
Tapi sejauh mana kita bisa mewujudkan rencana-rencana tersebut sesuai kehendak Allah dan seberapa kuat bisa mempertahankannya? Kita bisa meneladani Yakobus sesuai dengan perikopnya yang berjudul ’’Jangan melupakan Tuhan dalam perencanaan” (Yak 4: 13-17) yang memaparkan beberapa prinsip rohani dalam membuat perencanaan dalam hidup kita.
1. Jangan mengandalkan kemampuan sendiri (13-14). Sebagai orang percaya, kita harus mengikutsertakan Tuhan dalam membuat perencanaan bagi hidup kita, karena Dialah yang memiliki hidup kita. Yakobus ingin mengatakan bahwa hidup ini sangat singkat , dan kita tidak tahu dan tidak bisa memprediksi kapan akhir hidup tiap-tiap orang. Ini adalah rahasia Allah. Oleh karena itu, jangan lupa mengikutsertakan Tuhan, agar rencana yang kita buat berkenan bagiNya.
2. Berserah pada kehendak Tuhan (15). Ayat ini tidak boleh diartikan bahwa kita hanya akan berpangku tangan saja tanpa mengerjakan atau merencanakan sesuatu. Penekanan Yakobus disini adalah penyerahan total hidup kita pada kehendak Tuhan selama kita masih memiliki kesempatan untuk hidup. Dalam pengertian lain, kita harus mengisi hidup kita dengan sesuatu yang dikehendaki Tuhan, bukan mengikuti keinginan kita sendiri.
3. Jangan congkak (16). Ayat ini mengingatkan kita dalam membuat perencanaan yang baik memerlukan kerendahan hati di hadapan Tuhan, karena kita adalah hambaNyayang merencanakan segala sesuatu yang kita kerjakan di dunia ini untuk menyukseskan rencanaNya yang kekal bagi hidup kita.
4. Peduli (17). Di akhir perikop ini, Yakobus menegaskan agar kita perduli dengan semua yang di sekeliling kita, bahkan merencanakan dan melakukan segala yang baik di hadapan Tuhan dengan tulus, bukan membiarkan atau menghindarinya, karena jika demikian kita akan berdosa.
Berdasarkan prinsip-prinsip dasar diatas, simak deh saran-saran di bawah ini supaya rencana-rencana yang kita ciptakan tidak mubazir begitu saja.
1. Buat rencana yang bisa diraih dan yakini diri kalau kita pasti bisa meraihnya.
Sering kita merasa gagal dalam meraih keinginan atau cita-cita yang sudah dibuat. Hal ini dikarenakan kita sendiri yang terlalu kreatif membuat cita-cita yang tidak realistis dengan keadaan diri kita sendiri. Simpan dulu saja keinginan untuk merubah dunia. Fokus pada rencana yang berefek pada diri sendiri dan masih dalam area kemampuan kita. Misalnya, bertekad untuk mengikuti kebaktian minggu lebih rajin atau menyisihkan sebagian uang jajan untuk persembahan kasih.
2. Tulis rencana kita secara lengkap dan terperinci.
Kalau punya rencana yang besar, kita harus buat jalan atau langkah demi langkah apa saja yang harus dilalui. Anggap saja impian besar kita itu adalah kemenangan pada pertandingan final, dimana untuk mencapainya kita harus melalui dulu beberapa pertandingan sebelumnya. Keberhasilan kita mengerjakan langkah demi langkah dalam proses meraih cita-cita ibarat kemenangan yang kita raih pada setiap babak pertandingan.
3. Buat jangka waktu dan biasakan untuk selalu disiplin.
Supaya bisa mencapai ke tujuan kita perlu membuat pembagian waktu yang berisi langkah-langkah apa saja yang harus dikerjakan. Pada setiap langkahnya buat batas final kapan harus selesai. Misal cita-cita kita adalah mengikuti kebaktian minggu lebih rajin. Kita bisa memulainya dengan jadwal dua kali dalam sebulan dulu, kemudian tiga kali hingga akhirnya bisa tiap minggu mengikuti kebaktian. Jangan lupa untuk memberi tanda bintang sebagai lambang keberhasilan pada setiap langkah yang bisa dicapai.
Kalau kita membiasakan diri untuk selalu membuat tekad atau perencanaan lengkap dengan langkah-langkah nyatanya, bisa dipastikan hidup kita juga akan lebih terarah dan rapi, alias tidak berantakan kemana-mana tanpa tujuan.
Jadi sebelum kita menetapkan target-target yang akan dicapai, adalah bijaksana untuk berdoa memohon kepada Tuhan bimbingan dan arahanNya. Sekalipun kelihatannya rencana kita itu sudah matang, kita tetap harus menyerahkannya pada Tuhan. Tanpa Tuhan Yesus segalanya serba tidak pasti tetapi bersamaNya kita akan melangkah pasti. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok atau seterusnya, tetapi jika kita mengijinkan Tuhan membimbing kita maka kita akan selalu mendapat pertolonganNya tepat pada waktuNya. Dia tidak pernah meninggalkan anak-anakNya bergumul sendirian. Apapun rencana kita di tahun 2010 ini, sertakan Tuhan. Ambil waktu berlutut dan berdoa memohon petunjukNya. Jadikanlah Dia maestro kehidupanmu. Berilah tempat bagi Dia berkarya dalam hidupmu dan tetaplah berusaha dengan keras dan tentu diiringi dengan doa dan disempurnakan dengan kepasrahan kepada Allah atas apapun hasil yang telah diusahakan. Ora et labora. Tuhan Memberkati.

(Penulis adalah Brigitta Anggraini Rajagukguk, S.Psi., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Februari 2010)

Senin, 22 Februari 2010

ARTIKEL: PENTINGNYA KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN

Komunikasi Itu Penting Banget!
Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Komunikasi penting untuk menyampaikan maksud, tujuan, atau informasi apapun kepada pihak lain baik lewat kata-kata maupun lewat gerakan tubuh (seperti yang biasa dilakukan oleh orang bisu). Sebelum saya menuliskan lebih lanjut mengenai pentingnya komunikasi ini, saya tertarik untuk membagikan cerita yang secara tidak sengaja saya baca dari salah satu situs rohani. Ini murni bukan cerita saya, saya hanya menulis kembali (lebih tepatnya meng-copy paste ) cerita dari situs tersebut untuk dibagikan kepada pembaca sekalian. Enjoy!
Dikisahkan, disebuh gedung pertemuan yang amat megah, seorang pejabat senior istana sedang menyelenggarakan pesta ulang tahun perkawinannya yang ke-50. Peringatan kawin emas itu ramai didatangi oleh tamu-tamu penting seperti para bangsawan, pejabat istana, pedagang besar serta seniman-seniman terpandang dari seluruh pelosok negeri. Bahkan kerabat serta kolega dari kerajaan-kerajaan tetangga juga hadir. Pesta ulang tahun perkawinan pun berlangsung dengan megah dan sangat meriah.
Setelah berbagai macam hiburan ditampilkan, sampailah pada puncak acara, yaitu jamuan makan malam yang sangat mewah. Sebelum menikmati kamuan tersebut, seluruh hadirin mengikuti prosesi penyerahan hidangan istimewa dari sang pejabat istana kepada istri tercinta. Hidangan itu tak lain adalah sepotong ikan emas yang diletakkan di sebuah piring besar yang mahal. Ikan emas itu dimasak langsung oleh koki kerajaan yang sangat terkenal.
“Hadirin sekalian, ikan emas ini bukanlah ikan yang mahal. Tetapi, inilah ikan kegemaran kami berdua, sejak kami menikah dan masih belum punya apa-apa, sampai kemudian di usia perkawinan kami yang ke-50 serta dengan segala keberhasilan ini. Ikan emas ini tetap menjadi simbol kedekatan, kemesraan, kehangatan, dan cinta kasih kami yang abadi,” kata sang pejabat senior dalam pidato singkatnya.
Lalu, tibalah detik-detik yang istimewa yang mana seluruh hadirin tampak khidmat menyimak prosesi tersebut. Pejabat senior istana mengambil piring, lalu memotong bagian kepala dan ekor ikan emas. Dengan senyum mesra dan penuh kelembutan, ia berikan piring berisikan potongan kepala dan ekor ikan emas tadi kepada isterinya. Ketika tangan sang isteri menerima piring itu, serentak hadirin bertepuk tangan dengan meriah sekali. Untuk beberapa saat, mereka tampak ikut terbawa oleh suasana romantis, penuh kebahagiaan, dan mengharukan tersebut.
Namun suasana tiba-tiba jadi hening dan senyap. Samar-samar terdengar isak tangis si isteri pejabat senior. Sesaat kemudian, isak tangis itu meledak dan memecah kesunyian gedung pesta. Para tamu yang ikut tertawa bahagia mendadak jadi diam menunggu apa gerangan yang bakal terjadi. Sang pejabat tampak kikuk dan kebingungan. Lalu ia mendekati isterinya dan bertanya “Mengapa engkau menangis, isteriku?”
Setelah tangisan reda, sang isteri menjelaskan “Suamiku…sudah 50 tahun usia pernikahan kita. Selama itu, aku telah dengan melayani dalam duka dan suka tanpa pernah mengeluh. Demi kasihku kepadamu, aku telah rela selalu makan kepala dan ekor ikan emas selama 50 tahun ini. Tapi sungguh tak kusangka, di hari istimewa ini engkau masih saja memberiku bagian yang sama. Ketahuilah suamiku, itulah bagian yang paling tidak aku sukai.” tutur sang isteri.
Pejabat senior terdiam dan terpana sesaat. Lalu dengan mata berkaca-kaca pula, ia berkata kepada isterinya,” Isteriku yang tercinta…50 tahun yang lalu saat aku masih miskin, kau bersedia menjadi isteriku. Aku sungguh-sungguh bahagia dan sangat mencintaimu. Sejak itu aku bersumpah pada diriku sendiri, bahwa seumur hidup aku akan bekerja keras, membahagiakanmu, membalas cinta kasih dan pengorbananmu.”
Sambil mengusap air matanya, pejabat senior itu melanjutkan, “Demi Tuhan, setiap makan ikan emas, bagian yang paling aku sukai adalah kepala dan ekornya. Tapi sejak kita menikah, aku rela menyantap bagian tubuh ikan emas itu. Semua kulakukan demi sumpahku untuk memberikan yang paling berharga buatmu.”
Sang pejabat terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan lagi “Walaupun telah hidup bersama selama 50 tahun dan selalu saling mencintai, ternyata kita tidak cukup saling memahami. Maafkan saya, hingga detik ini belum tahu bagaimana cara membuatmu bahagia.” Akhirnya, sang pejabat memeluk isterinya dengan erat. Tamu-tamu terhormat pun tersentuh hatinya melihat keharuan tadi dan mereka kemudian bersulang untuk menghormati kedua pasangan tersebut.
Bagaimana pendapat anda? Cerita diatas menggelikan, mengharukan sekaligus mengesankan bukan? Tapi coba kita rimang-rimangi dan kita renungkan, jangan-jangan kita juga sering melakukan kesalahan yang sama seperti si Pejabat atau istrinya itu. Karena sudah dekat, kita merasa bisa membaca pikiran orang lain dan merasa bahwa orang lain mengerti kita seutuhnya tanpa mengkomunikasikan apa harapan, pergumulan, rasa marah, rasa jengkel, atau apapun yang jika dipendam-pendam sebenarnya justru melahirkan konflik. Itu sebabnya, dalam bidang apapun komunikasi itu sangat penting.

Pentingnya Komunikasi Dalam Pelayanan, Keluarga Dan Hubungan Lawan Jenis
Bagi kita kaum muda, pelayanan, keluarga maupun hubungan dengan lawan jenis adalah penting. Hanya mungkin prioritasnya yang berbeda-beda. Oleh karena itu ketiganya harus bisa sejalan dan saling mendukung. Seorang muda yang mulai melayani, baik di gereja, di kampus maupun di kantor harus bisa membagi waktu juga dengan keluarga maupun dengan pasangannya. Semuanya harus seimbang agar tidak ada sisi yang terlalu berat atau terlalu ringan sehingga terjadi ketimpangan.
Apa jadinya jika seorang muda, begitu aktif di pelayanan, namun tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarganya? Bukankah ia bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain yang melihatnya aktif dalam pelayanan? Saya pernah mendengar, bahwa jika ingin melayani bereskan dulu hubungan dengan yang di dalam, baru kita keluar. Jika hubungan kita dengan anggota keluarga masih kacau, mari kita perbaiki terlebih dahulu. Kita komunikasikan secara baik-baik apa yang menjadi pengacau hubungan kita, lalu kita perbaiki dan selesaikan. Begitu juga dengan pasangan. Jika pasangan tidak terlalu mendukung kita untuk aktif dalam pelayanan di gereja karena waktu malam minggu jadi tidak bisa digunakan untuk kencan misalnya, jangan buru-buru minta putus atau keluar dari pelayanan. Namun, coba komunikasikan (diskusikan) dan ajak pasangan untuk ikut dalam kegiatan pemuda/i yang ada di gereja. Siapa tahu pasangan anda tertarik?
Sekarang yang menjadi pertanyaan, bagaimanakah bentuk komunikasi yang baik? Sejujurnya, saya pribadi masih belajar dan terus belajar mengenai komunikasi yang baik dan benar dengan semua orang. Karena memang komunikasi itu bukanlah sekedar teori yang bisa dihapalkan, namun perlu dipraktekkan dan diperbaiki secara terus-menerus. Tapi setidaknya, saya akan coba bagikan apa yang pernah saya alami dan saya pelajari mengenai komunikasi yang baik.
1. Saling Menghargai
Rasa saling menghargai begitu penting dalam berkomunikasi dengan pihak lain. Coba lihat betapa kesal dan marahnya ayah/ibu ketika mereka menasihati kita, kita malah melawan dan memberi jawaban-jawaban (ngedumel). Bukannya mendengarkan dulu, baru melakukan pembelaan ketika mereka sudah selesai berbicara. Bandingkan ketika mereka menasihati kita, kita mendengarkan dengan mimik yang baik dan tidak melawan mereka.
2. Menjadi Pendengar yang baik
Mendengar sepertinya memang bukanlah kegiatan yang terlalu menyenangkan. Namun mendengar sangat penting ketika berkomunikasi dengan orang lain. Karena dengan mendengar kita belajar bersabar, belajar menumbuhkan rasa empati, bahkan secara tidak langsung ketika ada orang yang sedang sedih dan ingin berbagi cerita, dengan mendengarkannya kita sudah menghiburnya, tanpa harus berkata-kata.
Beberapa kali saya perhatikan dalam sekumpulan orang yang sedang berbicara-bicara (bedakan dengan ngegosip yah), misalnya ketika satu orang mencoba bercerita tentang pengalamannya yang luar biasa, yang lain akan nimbrung dengan cerita yang hampir sama, kemudian yang lain lagi akan mencoba memotong cerita temannya karena sudah tidak sabar menceritakan pengalaman yang sama atau lebih wah. Masing-masing orang ingin didengarkan. Sedikit sekali orang yang mau hanya sekedar mendengar dan memberikan apresiasi lebih kepada temannya yang pertama kali bercerita. Saya sendiri juga terkadang seperti itu, secara tidak langsung sudah membatasi diri untuk mendengar dan lebih sering ingin di dengar.
3. Empati
Empati atau kemampuan merasakan apa yang dirasakan pihak lain juga penting dalam komunikasi. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain. Empati adalah suatu sikap yang bisa membantu kita untuk bisa menjadi pendengar yang baik.
Betapa plog-nya saya, ketika saya bercerita tentang nilai-nilai saya yang anjlok kepada teman saya, dia menghibur, menyemangati dan memeluk saya dan bukannya menghakimi saya dengan kalimat-kalimat negatif. Dalam hal ini teman saya itu sudah menanamkan sikap empati di dirinya.
4. Berbicara dengan baik dan jelas
Informasi yang jelas yang disampaikan lewat cara berbicara yang baik akan sangat membantu dalam berkomunikasi. Jika informasi yang disampaikan tidak jelas dan bisa bermakna ambigu, bisa menyebabkan salah paham, penyelesaian masalah yang salah atau bahkan keputusan yang salah.
5. Jujur
jujur merupakan sikap apa adanya, tidak berbohong, iklas dan tulus. Sikap ini sangat penting untuk dipupuk dalam komunikasi. Masih ingat cerita diatas kan? Mereka saling jujur setelah berpuluh-puluh tahun lamanya yang artinya, mereka memendam suatu perasaan tak enak satu sama lain selama bertahun-tahun. Oleh karena itu Jujurlah.
6. Sabar
Sabar adalah tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati). Ketika salah satu pihak sedang emosi, pihak lain sebaiknya diam dan mendengar. Jangan ikut tersulut emosi, karena orang emosi biasanya kata-katanya kurang terkontrol dan dikuasai daging. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia (Efesus 4:29).
Komunikasi memang kita lakukan setiap hari, tapi sering kali juga kita tidak mampu untuk melakukannya dengan baik. Oleh karena itu kita perlu melatih diri setiap hari agar semakin hari semakin baik dalam berkomunikasi. Jika sedang bermasalah dengan orang tua, adik, atau kakak selesaikanlah dengan komunikasi yang baik. Berbicara dan jujurlah kepada mereka, namun tetap dengan perkataan yang lembut dan jelas. Jika orang tua kurang menyukai cara pelayanan kita, komunikasikan juga agar jelas apa yang membuat mereka tidak senang. Jangan-jangan orang tua kita merasa kurang diperhatikan.
Atau jika sang pacar sedang ngambek karena kurang perhatian, padahal kita sedang sibuk kuliah, kerja, membantu orangtua atau pelayanan, coba berikan pengertian. Tidak dengan emosi tapi dengan rasa empati, kesabaran dan kejujuran. Komunikasi dan hubungan yang baik dengan keluarga dan pasangan, akan sangat membantu kita untuk lebih baik lagi dalam melayani-Nya, baik dalam pelayanan di pekerjaan, kuliah, kerja ataupun lingkungan (sosial). Akhir kata, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23)” God Bless Us..

Referensi:
http://www.klinikrohani.com/2009/01/50-tahun-salah-paham.html

(Penulis adalah Gloria Nathalina Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Februari 2010)

Kamis, 18 Februari 2010

ARTIKEL: SELINGKUH SAAT KEJUJURAN TAK LAGI BICARA

…maafkan aku bila menginginkanmu tak sepenuh hatiku tak sepenuh jiwaku lagi ampuni aku bila kusakiti hati tuk kesekian kali tak mungkin terobati lagi lupakankah saja diriku ini, karena ku tak pantas untukmu…(1)

Petikan syair di atas mungkin pernah akrab di telinga pembaca. Sebuah ungkapan untuk menggambarkan sebuah penyesalan sekaligus permintaan maaf karena keputusan yang diambil untuk mengakhiri hubungan asmara yang sudah terjalin sekian lama. Sebuah situasi yang pasti tidak mengenakkan, namun paling tidak ada satu hal berharga terkandung di dalamnya: kejujuran. Kejujuran yang pahit selalu lebih berguna daripada kepura-puraan, daripada berselingkuh.
Berbicara tentang selingkuh, mau tidak mau kita tak bisa mengabaikan betapa tema yang satu ini tengah menggejala bahkan terkesan menjadi sebuah trend di kalangan muda. Tak jarang tayangan film maupun lantunan lagu mengangkat perselingkuhan sebagai ulasannya. Akibatnya, selingkuh seolah naik pangkat dari sesuatu yang tabu menjadi sesuatu yang dianggap lumrah bahkan digandrungi. Terbangun pula opini yang ingin membenarkan bahwa selingkuh itu merupakan bagian alami jati diri seorang manusia. Lalu bagaimanakah kira-kira dampaknya terhadap kaum muda Kristen? Sikap bagaimanakah yang sebaiknya ditempuh di tengah situasi ini?
Sebelum menjawab pertanyaan tadi, sebaiknya kita coba tinjau arti kata ini sejenak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, selingkuh (2) itu berarti suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus terang; tidak jujur; curang; serong. Kata ini juga berarti suka menggelapkan uang; korup serta suka menyeleweng. Dengan demikian sebenarnya kata ini tidaklah eksklusif dipakai hanya untuk hal berkaitan dengan ikatan pernikahan dan hubungan asmara, melainkan juga mencakup hal yang berhubungan dengan attitude (sikap) dan masalah tertib administrasi.
Jika diperhadapkan dengan situasi bangsa kita saat ini yang semakin terpuruk di semua lini, maka dapat dikatakan bahwa akar persoalan masyarakat kita adalah masalah standar ganda. Sebagai contoh: di satu sisi, seluruh elemen masyarakat Indonesia saat ini sangat bersemangat mengobarkan perjuangan anti korupsi yang ditandai dengan berbagai terobosan di bidang hukum juga aksi massal seperti yang dilakukan pada tanggal 09 Desember 2009 yang lalu. Namun pada saat yang sama, justru tema-tema perselingkuhan yang menjadi kegemaran sebagian besar masyarakat kita. Parameternya terlihat dari tayangan serta karya seni bertema selingkuh yang laris-manis di pasaran dan ditayangkan hampir setiap saat di media massa Indonesia. Padahal berdasarkan defenisi tadi, kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) hanyalah bagian kecil dari perbuatan selingkuh. Akhirnya sebuah pertanyaan besar mengemuka: mungkinkah bangsa ini berhasil memberantas sesuatu yang justru sedang digemarinya? Jika korupsi ingin diberantas, maka perselingkuhan itu juga harus dikembalikan ke posisinya semula: sebagai sesuatu yang tabu dan sangat hina untuk dilakukan.
Hanya saja, kita tidak dapat menutup mata terhadap kenyataan bahwa dalam hubungan antar manusia seringkali perselingkuhan itu dipicu oleh karakter hubungan yang dijalani. Secara sederhana, ada dua tipe hubungan antar manusia, yaitu karakter hubungan yang manipulatif dan karakter hubungan yang partisipatif sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Hubungan manipulatif ---------------Hubungan partisipatif
- hak istimewa (privilege) ---------------- Kesetaraan
- untung rugi ------------------------------- Komitmen
- kesempatan (opportunity) -------------- Kontribusi
Hubungan manipulatif ditandai dengan adanya hak istimewa pada salah satu pihak. Hak istimewa ini boleh saja hadir karena kecantikan, ketampanan, kemapanan, tingkat pendidikan, dll. yang menyebabkan salah satu pihak lebih dominan terhadap yang lain. Misalnya, karena si pemuda memiliki pacar yang parasnya sangat cantik, maka dia bersedia melakukan apa saja yang diminta sebagai cara “menyogok” si pemudi supaya tidak meninggalkan dia. Ciri berikut dari hubungan manipulatif ini adalah perhitungan untung rugi. Satu pihak bersedia melakukan sesuatu dengan catatan harus memperoleh keuntungan (paling tidak dengan bobot yang sama) dari pasangannya. Misalnya, seorang pemuda mau mengerjakan tugas-tugas sekolah/kuliah pasangannya sepanjang pasangannya juga mau mentraktir dia di setiap kesempatan. Ciri terakhir dari hubungan manipulatif ini adalah selalu melihat kesempatan di dalam kesempitan. Artinya, hubungan yang dijalani diperalat untuk mencapai apa yang diinginkan. Misalnya, seorang pemudi memutuskan untuk berpacaran bukan karena dia menyukai si pemuda, melainkan karena status keluarga si pemuda yang terpandang di tengah-tengah masyarakat. Karakter hubungan yang manipulatif inilah yang akan sangat rawan terhadap perselingkuhan. Mereka yang selingkuh akan diam-diam mencari dan membentuk hubungan yang baru dengan harapan dapat memperoleh manfaat maksimal dari setiap pasangan yang dimilikinya.
Sementara hubungan partisipatif ditandai dengan adanya kesetaraan di mana masing-masing saling menghargai pasangannya apa adanya. Hal ini selaras dengan prinsip Kristiani bahwa semua orang sederajat dan satu di dalam Kristus (bnd. Galatia 3:28) dan memperalat kelemahan sesamanya untuk kepentingannya sendiri adalah perbuatan dosa yang menghina Sang Pencipta (Amsal 14:21,31). Kesetaraan ini juga menyangkut persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan sebagai ciptaan baru yang telah ditebus oleh Yesus Kristus. Ciri berikut adalah komitmen, yaitu keberanian serta kesetiaan untuk memenuhi apa yang sudah disepakati dan dijanjikan bersama. Dalam komitmen kristiani tidak akan ada tempat bagi keuntungan sepihak. Masing-masing akan menyadari bahwa hubungan mereka itu tidak akan berkembang selaras dan seimbang tanpa adanya usaha dari kedua belah pihak untuk saling mengasihi, saling memahami dan saling membangun (bnd. Roma 14:19; 1 Tesalonika 5:11). Di dalam kesadaran dan penghayatan itu akan tumbuhlah kerelaan untuk berkontribusi dan saling membantu (bnd. Galatia 6:2). Hubungan yang partisipatif selalu mengedepankan kejujuran dan transparansi, karena dengan demikianlah masing-masing pihak dapat saling mempercayai dan bertumbuh dewasa secara bersama-sama.
Pengkhianat akan dirusak oleh kecurangannya (Amsal 11:3) dan orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana (Amsal 22:8). Sayangnya, buah pahit perselingkuhan ini seolah disamarkan dan disembunyikan di tengah kehidupan kita sekarang ini. Di sinilah kaum muda Kristiani perlu tampil dan mengambil sikap tegas menghadapi situasi ini. Kedua karakter hubungan antar manusia tadi sedikit-banyak akan membantu pembaca untuk mampu mengevaluasi serta membenahi hubungan yang dimiliki saat ini. Kepada pembaca yang kebetulan masih single jangan berkecil hati dulu, karena cepat atau lambat anda pun akan berurusan juga dengan hal ini. Paling tidak, tulisan ini mungkin akan bermanfaat untuk menghindarkan anda menjadi pelaku atau pun menjadi korban perselingkuhan.
Selanjutnya, adalah perlu bagi kaum muda Kristiani untuk memahami bahwa hubungan antar manusia bukanlah semata-mata just for fun, hanya untuk sekedar bersenang-senang atau menambah pengalaman. Hubungan antar manusia di dalam kekristenan haruslah digunakan sebagai saluran berkat Tuhan. Hendaklah orang-orang yang menjalin hubungan dengan pemudi-pemuda Kristen akan turut merasakan bagaimana indahnya kasih persaudaraan membawa perobahan yang positif dalam kehidupan mereka, bukan perobahan yang negatif. Kaum muda Kristen sudah saatnya menjadi trendsetters, yang mendemonstrasikan bahwa pola hidup Kristiani akan selalu membawa sukacita dan damai sejahtera. Bukan malah menjadi pengekor, yang larut diombang-ambingkan semangat zaman yang tidak menentu ini.
Menjadi wadah melatih keberanian untuk jujur dan menjadi diri sendiri tampaknya merupakan peluang yang potensial bagi persekutuan kaum muda Kristiani di gereja HKBP. Kejujuran memang membutuhkan keberanian karena ia seringkali akan terasa pahit dan tidak jarang menyakitkan. Kejujuran akan menjadi petaka bagi hubungan yang manipulatif, sebaliknya akan menjadi pemberi semangat bagi hubungan yang partisipatif. Saat kejujuran tak lagi bicara, saat kejujuran dibungkam, di sanalah berbagai peluang untuk perselingkuhan akan terbuka lebar. Memiliki keberanian untuk jujur itu memang tidak mudah. Dibutuhkan kekuatan yang besar untuk memampukan seseorang agar berani mengungkapkan apa yang ada di dalam dirinya dibarengi dengan kemampuan untuk menghadapi konsekuensi apa pun sebagai akibat dari kejujurannya itu. Kekuatan itu pertama sekali hanya dapat diperoleh melalui penyerahan diri ke dalam tangan kasih Tuhan. Berikutnya, kekuatan itu akan semakin bertambah dengan adanya support system, topangan moral-spiritual dari orang-orang sekitar yang kita percaya, mereka yang perduli dan yang mengasihi kita. Orang-orang itu boleh saja orang tua kita, kakak atau adik, teman akrab, teman sekumpulan di gereja, juga para Penatua dan Pendeta yang kita kenal.
Ketika HKBP menetapkan tahun 2010 sebagai Tahun Penatalayanan HKBP, maka cakupan penatalayanan itu tidak hanya segala hal yang berhubungan dengan organisasi dan tertib administrasi organisasi Gereja. Jauh lebih dalam dari itu, melalui pembenahan penatalayanan di HKBP diharapkan seluruh pelayan dan anggota jemaat akan semakin menghayati bahwa HKBP adalah bagian dari tubuh Kristus. Bagian dari sebuah tubuh yang perlu saling memperhatikan, saling menguatkan, saling membangun supaya bertumbuh dan semakin dewasa bersama-sama. Kecurangan dan perselingkuhan di dalam tubuh Kristus ibarat bibit penyakit yang perlu segera ditangani dan disembuhkan bersama-sama. Oleh karena itu, jika di antara pembaca ada yang tengah terjebak di dalam sebuah hubungan manipulatif, jangan ragu untuk bangkit dan mencoba mencari keberanian untuk jujur, supaya dengan demikian hubungan itu setidaknya boleh diperbaiki dan dikembangkan menjadi sebuah hubungan partisipatif. Apapun keputusan dan situasi anda saat ini, ingatlah: Tuhan Yesus selalu jujur mengatakan bahwa kasihNya selalu tersedia bagi semua orang yang mau mencari dan menerima Dia. Biarkanlah kejujuran itu berbicara.

Catatan Kaki:
1. Jikustik, “Tak Pantas Untukmu”
2. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

(Penulis adalah Pdt. Julius T.M. Simaremare, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Februari 2010)

Sabtu, 13 Februari 2010

ARTIKEL: MEMAHAMI RANCANGAN TUHAN BAGI BUMI

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka : “ Beranak cuculah dan bertambah banyak ; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kejadian 1 ;28)

Kini terjadi pemanasan global yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dan ketamakan manusia atas penguasaan terhadap alam. Manusia bekerja keras “memiliki bumi” untuk diri dan kelompoknya. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dan kebutuhan manusia terus meningkat. Akibatnya beban lingkungan meningkat, sehingga bumi luka parah. Luka parah bumi akan menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri.
Bagaimana gereja menjawab tantangan ini?. Apa yang dilakukan gereja selama ini?. Gereja umumnya lebih mengedepankan pembelajaran hubungan kita dengan Tuhan. Ada sedikit yang konsentrasi mengurus dan mengajarkan jemaatnya bagimana membangun perdamaian dengan sesama manusia. Manusia sibuk belajar bagaimana bergaul yang etis antar sesama anggota gereja dan pergaulan antar sesama yang berbeda agama. Bagamana hidup rukun dengan sesama umat manusia. Kedua pokok persoalan inilah yang menguras tenaga dan menghabiskan waktu, dan sampai kini persoalan terus menerus berlanjut.
Satu hal yang fatal yang dilupakan gereja adalah bagaimana sesungguhnya hubungan manusia dengan alam. Bagaimana sesungguhnya sikap kita yang benar terhadap Sumber Daya Alam sesuai rancangan Allah?. Berapa banyak teolog kita dan berapa waktu gereja membahas hubungan manusia dengan alam?. Saya berkeyakinan, jika sikap kita benar terhadap alam sesuai kehendak Allah, maka pemanasan global tidak akan terjadi.
Dalam doa Bapa Kami Yesus telah mengajarkan kita untuk berdoa agar Bapa di surga mengampuni kita sebagaimana kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Hubungan kita dengan Allah dan manusia sudah sangat jelas. Dan, Yesus mengajarkan kita untuk meminta “berikan kami pada hari ini makanan kami secukupnya”.
Faktanya, berapa banyak waktu kita agar kita memiliki harta kekayaan dibumi, hingga melakukan intrik-intrik agar ini dan itu milik kita?. Ketika banyak manusia mengingini harta di bumi, maka terjadilah konflik. Konflik satu sama lain diurus orang lain pula. Maka terjadilah konflik yang berkepanjangan, padahal kita hanya butuh makanan yang secukupnya. Lalu, sesungguhnya bagaimana kita memahami doa yang diajarkan Tuhan Yesus?. Guru Besar emeritus Universitas Indonesia di bidang lingkungan Mohammad Surjani mengatakan, kita perlu belajar kepada ajaran Nabi Isa (Yesus). Kerakusan manusia menjadi titik sentral pemanasan global atau kerusakan planet bumi.
Ketika kerusakan bumi tidak terkendali, manusia mencoba menerjemahkan berkuasa atas alam dirubah menjadi mengelola alam. Pemahaman ini juga tidak membawa perbaikan, karena tetap saja alam mengalami kerusakan. Manusia tetap saja menganggap bahwa alam ini ada untuk kepuasannya. Alam direndahkan oleh manusia tanpa disadari. Padahal, dimana kita berada jika tidak ada alam ini?.
Sadar atau tidak, bahwa selama ini manusia terjebak pada keinginannya. Manusia menerjemahkan bahwa di alam ini segala sesuatu ada untuk keinginannya. Ketika alam dieksploitasi sesuai keinginannya, manusia berkata, kami mendapat berkat dari Tuhan. Mereka berkata inilah berkat-berkat Tuhan yang melimpah, padahal dampak berkat yang dimaksud telah merusak ekosistem alam.
Lalu, bagaimana Kristen keluar dari persoalan ini?. Robert Setio dalam jurnal Ilmiah Populer Forum Biblika mengatakan agar manusia tidak lagi menempatkan manusia di tempat yang sentral (antroposentris), melainkan alam rayalah yang dijadikan sentral (ekosentris) dan manusia hanyalah salah satu bagian dari alam raya tersebut. Manusia tidak dapat mengklaim dirinya sebagai makhluk tertinggi di antara ciptaan Tuhan lainnya. Kedudukan manusia adalah sejajar dengan ciptaan yang lain.
Paradigma antroposentris menjadi ekosentris ditinjau dari ekologi sangat menarik. Dalam ekologi dikenal dengan rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Dalam rantai makanan dalam ekosistem, tidak ada yang lebih penting, semua saling membutuhkan. Jika rantai makanan itu terputus maka rusaklah ekosistem itu. Oleh karena itu, manusia harus memahami bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa alam dan segala isinya. Jadi, manusia adalah bagian dari siklus itu. Maka, manusia wajib hukumnya memikirkan bagaimana hidup berdampingan dengan alam.
Sejauh mana batas manusia untuk mengelola bumi untuk kebutuhannya?. Batas dan bagimana hidup berdampingan dengan bumi menjadi pergulatan teologi setiap hari yang dilakukan umat percaya. Jika tidak, bumi ini akan semakin mengkawatirkan, dan bukan tidak mungkin kita menolak Allah karena kedangkalan kita dalam memahami kehendak Allah yang sesungguh.
Gereja harus menyeimbangkan pemahaman dan memberikan jawaban bagaimana hubungan dengan Allah, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan dengan alam. Kekeliruan selama ini yang hanya membahas hubungan kita dengan Tuhan, hubungan kita dengan sesama dan melupakan hubungan dengan alam harus segera diperbarui. Paradigma perubahan antroposentris menjadi ekosentris menjadi nyata apabila kita tidak lagi berorientasi untuk memiliki bumi. Tetapi orientasi kita adalah hidup berdampingan dengan alam ciptaan Allah dengan gaya hidup yang diajarkan Tuhan Yesus dalam doa Bapa Kami.
Warga gereja tidak lagi me-nuhankan teknologi yang bias saja merusak bumi yang sangat kecil ini. Tetapi warga gereja menjadi terdepan untuk memelopori bagimana manusia hidup dibumi secara berdampingan dengan makluk lain. Kehidupan yang harmoni dengan alam dengan cara gaya hidup yang tidak eksploitatif menjadi gaya hidup kita sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari, warga gereja harus bertanya, apa rencana Tuhan bagi setiap aktivitasnya. Sebab, bukan rancangan kita, tetapi hendaklah kita turut dalam rancangan Tuhan bagi bumi.

(Penulis adalah Gurgur Manurung, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Februari 2010)

Rabu, 03 Februari 2010

ARTIKEL: MENGINJILI ANAK-ANAK

Mengajarkan kebenaran Alkitab kepada anak-anak adalah tugas yang paling penting dari seorang Guru Sekolah Minggu.namun sekaligus juga tugas yang paling sulit karena kebenaran Alkitab bersifat abstrak sehingga tidak mudah bagi anak-anak untuk menangkap dan memahaminya.Tetapi dengan ketekunan dan kekreatifan GSM untuk terus mengulang-ulang mengajarkannya kepada anak-anak,maka lambat laun pengajaran itu akan semakin tertanam dalam pikiran dan hati mereka.
Kunci untuk menjalankan tugas penting ini adalah kesetiaan GSM.Setia memberikan pengajaran Alkitab dengan tepat/benar.Setia terus untuk belajar.Allah akan memberikan upah atas kesetiaan anda yaitu Dia akan menambah kemampuan kepada saudara sehingga anda semakin pintar menemukan cara yang tepat mengajarkannya kepada anak-anak.

Mengapa kita perlu mengajarkan kebenaran Alkitab kepada anak-anak?
Tujuan jangka panjang yang ingin Allah harapkan untuk anak-anak dan orang dewasa adalah agar mereka mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,kedewasaan penuh,dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus(Efesus 4:13}.Permulaan dari proses besar ini dapat dimulai ketika anak masih dalam gendongan menikmati kasih sayang orang-orang dewasa yang juga mengasihi Tuhan.Melalui suratnya Paulus mengingatkan Timotius bahwa sejak masih anak-anak Timotius telah mengenal dan meresponi kebenaran Alkkitab yang memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus(2 Tim.3;15).Timotius sejak kecil sudah diperkenalkan dengan Injil keselamatan untuk mempersiapkan pelayanannya saat ia dewasa.Anak-anak juga harus mendapat kesempatan yang sama baik dirumah maupun digereja.
Pertama:Kita mengajarkan Injil kepada anak-anak agar pada waktu yang telah ditentukan Tuhan dan ketika Roh Kudus membimbing mereka,anak-anak dapat menungkapkan keyakinan iman mereka kepada Yesus Kristus sebagai “Juru selamat”,dan menjadi anggota keluarga Allah,
Mengharapkan anak-anak sampai kepada menyatakan keyakinan imannya membutuhkan persiapan.Yesus membandingkan persiapan hati anak-anak tersebut seperti biji yang disemai untuk kenudian menghasilkan buah.Ide dan sikap hati yang berakar dalam diri anak akan menghasilkan tuaian yang bagus dimasa mendatang.
Sebagian besar pertobatan pada anak-anak terjadi pada usia 10-12 tahun,namun demikian anak yang mengikuti sekolah minggu sejak usia dini biasanya lebih cepat memberikan responnya akan kasih Yesus.Anak-anak perlu diisi dengan hal-hal yang menyagkut Tuhan supaya mereka dapat mengembangkan iman pribadinya
Kedua: Alkitab menolong anak untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.Hal ini sangat membantu dalam membangun fondasi nilai-nilai kristen sejati dalam dirinya.Misalnya,dalam Alkitab ada perintah,”hendaklah kamu ramah”(baca Ef.4;32}.Perintah ini benara-benar mengena dalam hati David,,anak laki-laki usia 2 tahun untuk menunggu gilirannya melukis.Kita dapat memuji anak ini karena taat akan perintah Tuhan.Nilai-nilai yang dianut anak-anak dibentuk dari contoh yang didukung dengan kata-kata.Anak-anak suka melihat bagaimana orang dewasa bersikap dan bertindak,lalu mereka akan menirunya.Anak-anak mencari penegasan untuk tingkah laku tersebut.Proses menghubungkan pernyataan Alkitab dengan tingkah laku dan sikap yang diinginkan dapat membangun nilai-nilai kekristenan dalam diri anak-anak.
Ketiga:Kebenaran Alkitab menolong anak mengembangkan kesadaran yang yang alkitabiah tentang dunia.Anak perlu merasakan bahwa peristiwa yang dialaminya adalah bagian dari rencana dan kasih Allah.Anak-anak membutuhkan rasa aman bahwa hal ini benar-benar suatu kenyataan yang akan terjadi.Pada saat-saat seperti inilah anak-anak menumbuhkan rasa kagum dan aman.Tuhan mendengar ketika kita berbicara /berdoa mengucapkan syukur saat mau mencicipi makanan karena Tuhan mengasihi kita.
Anak yang belajar percaya dan bersandar kepada kasih Allah akan mengembangkan perasaan sehat akan harga dirinya.
Keempat:Anak kecil yang mulai terbiasa dengan bagaimana Alkitab dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan mengembangkan sikap yang positif untuk mau menerima Alkitab.Anak-anak akan belajar bahwa mematuhi perintah Allah dan dikuatkan oleh janji-janji-Nya adalah sikap yang terpuji..Anak-anak hanya memikirkan apa yang terjadi saat ini ditempat dimana mereka berada.Para guru dan orangtua yang menghubungkan kebenaran dalam Alkitab dengan pengalaman yang baru saja dialami anak akan menarik anak untuk menemukan keterlibatan Allah dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Mengajarkan Injil kepada anak
Membimbing anak diawal-awal usia mereka adalah tugas yang mengagumkan.
Pentingnya membantu anak-anak mempelajari dasar-dasar kebenaran Alkitab adalah hal yang tak bisa terlalu dipaksakan.Bersyukurlah karena Tuhan tidak menyerahkan tugas ini untuk kita laksanakan dengan kekuatan kita sendiri.Ia menawarkan kepada kita tuntunan dari Roh Kudus.Dia sendirilah yang membimbing kita.Dalam Injil Yakobus 1;5 tertulis demikian:”tetapi apabila diantara kamu ada yang kekurangan hikmat,hendaklah ia memintanya keoada Allah,---yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit---maka hal itu akan diberikan kepadanya’.
Dengan keyakinan seperti ini,bagaimana kita dapat mengajarkan anak-anak tentang kasih Allah? Metode dan tehnik apa saja yang digunakan sehingga dapat mengkomunikasikan kebenaran Alkitab dalam istilah yang dapat dimengerti anak-anak?
1.Fokuskan pada hubungan.
Karena anak-anak belajar lebih banyak tentang saudara daripada apa yang saudara katakan kepada mereka,maka saudara harus memperhatikan anak-anak sebelum menyampaikan isi pelajaran dan mengungkapkan kepedulian saudara kepada mereka sebelum mengkomunikasikan pikiran anda.Saudara baru didengarkan anak-anak setelah saudara mencintai anak-anak.
2.Berikan anak-anak pengalaman-pengalaman baru.
Karena kemampuan berpikir anak-anak tergantung dari apa yang telah mereka lakukan,maka anda dapat memberikan kesempatan yang luas bagi anak-anak untuk menyentuh,merasa,mencium,melihat dan mendengar.Anda harus lebih banyak membimbing anak-anak bermain dengan berbagai materi karena mereka belum dapat bermain-main dengan ide-ide.Jika orang-orang dewasa menganggap hal bermain-main adalah hal yang sepele,sesuatu yang dapat kita lakukan setelah kita selesai melakukan pekerjaan,anak-anak tidak mengenal pemisahan seperti yang dilakukan oleh orang dewasa tersebut..Melalui bermain-main anak dapat belajar dengan efektif.
3.Perhatikan waktu mengajar yang tepat.
Pada saat anak-anak asyik bermain,di saat itulah timbul rasa ingin tahu,bagagia dan frustasi dalam diri anak..Pada saat-saat seperti itu rasa ketertarikan anak-anak sedang pada puncaknya sehingga mereka sangat mudah menerima ide-ide baru,atau merasa aman dengan klebenaran.kebenaran yang biasa mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari.Saat anak melukis atau menyusun balok-balaok kayu atau menidurkan boneka diranjangnya,guru dapat mencari saat yang tepat dimana anak dapat diajak bertukar pikiran.
4.Tambahkan percakapan dekriptif.
Saat waktu mengajar yang tepat tiba,guru yang perhatian siap dengan komentar-komentar yang menghubungkan aktivitas anak dengan Firman dalam Alkitab atau peristiwa-peristiwa yang sesuai.Ayat Alkitab yang diungkapkan saat anak asyik menyusun puzzles dapat dimengerti dan di ingat lrbih mudah daripada saat anak duduk dengan tenang diatas kursi.Akan lebih efektif lagi bila saudara membawa Alkitab saat menemani anak bermain daripada mendekatkan anak kepada Alkitab.
5.Berikan pertanyaan yang berhubungan dengan aktifitas yang sedang dilakukan anak-anak.
Seringkali pertanyaan akan lebih merangsang anak lebih berpikir daripada hanya sekedar memberikan komentar.Pertanyaan-pertanyaan yang bisa dijawab dengan jawaban”ya” atau”tidak”,”Yesus” atau “Tuhan”akan melibatkan anak untuk berdialog dengan pengajar dan mendorongnya untuk berpikir bagaimana aktifitas yang sedang dilakukannya mencerminkan kebenaran Firman Tuhan..
6.Jawab pertanyaan-pertanyaan yang datang dari anak.
Bila anak bertanya,jawaban yang anda berikan sangat penting membantu pemahaman anak untuk bertumbuh.Kadang-kadang orang dewasa berkenan menjawab pertanyaan-pertanyaan anak kalau pertanyaan tersebut bersifat filosofis tinggi yang disukai anak usia empat sampai lima tahun.,yaitu tentang arti kehidupan dan sifat Allah dengan anggapan anak-anak belum mampu menjawab pertanyaan itu sendiri dengan benar.Hal ini terjadi terutama ketika orangtua mengganti pokok pembicaraan dengan tiba-tiba atau menceritakan cerita tentang burung bangau.Pada waktu-waktu tertentu orangtua melihat adanya kesempatan menanamkan kebijaksanaan yang berguna bagi hidup si anak.
Usahakan agar anak-anak terus tertarik untuk bertanya dan berikan keterangan tambahan untuk memudahkan pemahamannya.
Kalau pertanyaan anak sulit dijawab oleh orangtua misalnya,mengapa nenek meninggal?
Mengapa Tuhan membiarkan hal-hal buruk terjadi? Tuhan tidur dimana?,Dimanakah surga berada?Mengapa Yesus menjadi terbatas.Bahkan jika anak frustasi dengan pengetahuan anda yang terbatas tentang keabadian.Anda dapat mengingatkan kembali anak anda bahwa Tuhan Maha Besar,tak ada seorangpun yang tahu tentang Dia akan hal-hal yang Ia lakukan.Andai saja saya tahu semua jawaban yang ditanyakan anak-anak mungkin saya akan sepandai Tuhan .Ini mustahil karena manusia tdk dapat mengukur kebesaran Tuhan.

Bagaimana memahami Firman Tuhan?
Persiapan alat peraga.
Sediakan sehelai surat kabar atau sepucuk surat yang tertulis dalam bahasa yang tidak dimengerti anak-anak.
Pertanyaan.
Pagi ini saya membawa sehelai surat kabar,dan saya minta agar salah seorang diantara kalian,yaitu yang pandai membaca tampil kedepan dan menolong saya membacakan sedikit cerita yang tertulis dalam surat kabar ini. Terima kasih Tono.Inilah surat kabarnya
Ada apa? Mengapa tidak kamu baca?.Oh..karena ditulis dalam bahasa yang tidak kamu mengerti.Tetapi,semuanya ditulis dalam huruf abjad yang kita kenal disekolah bukan?
Mengapa kita tidak bisa membaca tulisannya? Karena tulisan itu ditulis dalam bahasa Inggeris.Saya tidak mengharapkan kamu dapat membacanya.Sayapun tidak bisa membaca tulisan itu.Kita belum menguasai bahasa Inggeris.Apakah yang harus kita lakukan agar dapat mengerti isi surat kabar itu? Betul,kita harus mendapatkan orang yang fasih berbahasa Inggeris dan faham bahasa Indonesia.lalu memnta dia membacanya,dan kemudian mengartikannya.
Alkitab atau Firman Allah bagaikan surat kabar yang berbahasa asing.Bagi orang-orang yang belum diselamatkan huruf-huruf maupun katanya dapat dibaca .Tetapi dengan pengertian mereka sendiri mereka tidak dapat mengerti isi berita yang sebenarnya(Baca 1 Kor 2;14) Dengan segala pengetahuan didunia ini,tidak dapat memberitahukan kepada kita arti sebenarnya yang tertulis dalam Alkitab..Kalau begitu bagaimana kita dapat memahami Alkitab? Kita memerlukan seseorang yang memahami Alkitab,yang dapat mengajarkan kepada kita.Guru kita adalah Roh Kudus(baca 1 Kor 2;10-13)
Roh Kuduslah satu-satunya yang menggerakkan hati manusia untuk menulis Alkitab dan memberitahukan apa yang harus ditulisnya.Roh Kudus adalah pengarang dan penulis Alkitab.Sebab itu Dia pasti dapat menerangkan hal-hal yang ditulis dalam Alkitab.
Jikalau Roh Kudus dikirimkan untuk menjadi guru kita mengapa masih ada orang yang belum mengerti? Marilah saya bacakan ayat Alkitab untuk kalian(bacalah 1 kor 2 ;14)
Pakailah kata “Yang belum selamat” untuk menggantikan kata duniawi.
Orang-orang yang belum pernah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya tidak mempunyai Roh Kudus didalam hatinya untuk mengajarkan hal-hal yang dalam mengenai Allah dan Firman-Nya.Ayat itu berkata,semuanya itu bagaikan suatu kebodohan bagi mereka karena soal itu hanya dapat dimengerti apabila Roh Kudus mengajarkannya kepada kita.
Hal yang pertama adalah mengetahui dengan pasti bahwa kalian telah menerima keselamatan dengan memohon kepada Tuhan Yesus untuk masuk kedalam hatimu.Jika kalian belum melakukan tindakan itu,apakah kalian mau melakukan sekarang?
Kalian hanya harus meminta Dia menyelematkan kalian.Sesudah kalian mengambil langkah itu,,maka Roh Kudus akan masuk kedalam hatimu,serta tinggal didalam hatimu selama-lamanya.dan setiap kalian membawa Alkitab dan mempelajarinya .mintalah supaya Allah menolong kalian agar kalian dapat mendengarkan Roh Kudus baik-baik selagi Dia memberi penjelasan kepadamu.
Kita bersyukur kareana Allah memilih kita sebelum lahir.Ini adalah karunia yang sangat berharga seperti tertulis dalam Injil Joh.15;16 :Bukan kamu yang memilih Aku,tetapi Akulah yang memilih kamu.Dan Aku telah menetapkan kamu,supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap,supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku diberikan-Nya kepadamu. Amen.

(Penulis adalah St. Walsinur Silalahi, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Oktober 2008)