Jumat, 30 April 2010

ARTIKEL: HIDUP BAGI KRISTUS SEBAGAI RESPON KEBANGKITAN KRISTUS

“Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup tidak untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan dibangkitkan untuk mereka...” II Korintus 5:15

Kebangkitan Kristus atau yang lebih dikenal dengan perayaan paska adalah perayaan gereja yang telah mensejarah dalam rentang masa kekristenan. Entah sudah berapa kali masing-masing kita melewati momen peringatan kebangkitan Kristus? Dengan seberapa kali kita melewati peringatan paska itu, apakah kita telah tahu maknanya atau lebih lagi memahami maknanya secara utuh? Dan adakah daya pengaruh makna paska tersebut dalam hidup kita masing-masing? Pertanyaan ini seharusnya tidak henti-hentinya menyapa pikiran kita setiap kali hadirnya momen peringatan kebangkitan Kristus, bahkan lebih lagi, seharusnya menyapa setiap waktu dalam kehidupan kita sebagai orang percaya.
Apa sih makna paska itu? Secara singkat, menurut Ensiklopedi Masa Kini, Kata paska berasal dari bahasa Ibrani pesakh, berasal dari kata kerja yang artinya ‘melewatkan’ dengan makna ‘menyelamatkan’ (Kel 12:13, 27 dst). Pada waktu masa bangsa Israel di tanah Mesir, Tuhan melewati rumah-rumah orang Israel yang sudah berlabur darah dan membunuh anak sulung orang-orang Mesir. Nyawa anak sulung bangsa Israel selamat karena Tuhan telah melewatkan dan menyelamatkan mereka dari maut. Saat ini, paska adalah kebangkitan kristus, Ia menang atas belenggu dosa dan maut. Kristus mati untuk semua orang, semua orang dari segala bangsa yang percaya kepadanya dosanya hapus karena Kristus telah menggantikan hukuman yang seharusnya ditimpakan kepada manusia. Kebangkitan-Nya membuat manusia yang dahulu mati karena dosa hidup kembali. Tentu kematian bukan dengan maksud kematian jasmani, tetapi kematian rohani. Dengan kebangkitan Kristus, manusia tidak lagi menjadi seteru Allah, melainkan manusia menjadi sahabat bahkan menjadi anak-anak Allah. Siapa sih yang tidak bahagia menjadi anak-anak Allah jikalau ia mengenal siapa Allah itu sebenarnya? Apakah kita mengenal Allah sehingga kita bangga menjadi anak-anak Allah? Semoga kita mengenal-Nya.
Lalu, bagaimana respon hidup orang percaya terhadap kebangkitan Kristus? Alkitab secara jelas menceritakan bahwa kebangkitan Kristus memiliki efek luar biasa terhadap orang-orang percaya. Kebangkitan Kristus telah mengubah hidup para murid Kristus sebelum dan sesudah kebangkitan. Sebelum melihat kebangkitan, mereka lari, menyangkali Kristus sebagai Gurunya. Mereka berkumpul dan bersembunyi dalam ketakutan dan kebingungan. Setelah kebangkitan Kristus, mereka diubah dari ketakutan menjadi anak-anak Allah yang berani dan percaya diri. Berani artinya tidak ada kegentaran sama sekali dengan resiko yang timbul akibat pemberitaan injil. Percaya diri adalah memiliki keyakinan penuh bagwa kebangkitan Kristus adalah benar terjadi, walaupun kadang rasio manusia tidak mampu menerima fakta adanya orang mati yang dapat bangkit dari kubur. Dengan penuh kuasa dan berkobar-kobar, para murid Kristus taat memberitakan kabar kesukaan ini dari Yerusalem sampai ke ujung bumi. Bahkan mereka bersedia mati martir karena memberitakan injil. Mereka tidak takut mati karena kematian bukanlah kekalahan, kematian bukanlah akhir dari hidup melainkan kematian dalam Kristus adalah suatu ‘keuntungan’ karena hidup kekal bersama Allah. Demikianlah, kebangkitan Kristus telah mengubah hidup orang percaya dari pandangan serta cara hidup yang lama menjadi hidup yang penuh keberanian dan percaya diri. Demikianlah pula tujuan hidupnya, manusia yang sebelumnya memiliki tujuan hidup yang melawan Allah, berubah drastis menjadi manusia yang hidup untuk Allah, segala aspek hidupnya adalah alat untuk menegakkan kebaikan dan kebenaran sesuai firman Allah.
Bagaimana sekarang respon kita atas kebangkitan Kristus? Apakah kita sekadar memperingati kebangkitan Kristus karena untuk menjaga nilai historis belaka, atau kita memperingati kebangkitan Kristus karena kebangkitan Kristus telah mengubah hidup kita menjadi hidup bagi Allah? Hidup bagi Allah adalah hidup yang berkemenangan. Hidup yang berkemenangan artinya hidup yang terus mencari dan melakukan kehendak Tuhan dalam hidupnya. Kemenangan tidak dapat dipandang sebagai suatu kemenangan duniawi melainkan kemenangan Tuhan dalam kehidupan kita. Firman dan kehendak Tuhan teraplikasi dalam hidup kita walaupun tantangan, godaan dan hambatan selalu berusaha menggagalkan aplikasi Firman dan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Beberapa kemenangan yang penulis bahas adalah sebagai berikut:
- Menang atas dosa. Dosa tidak akan membuat kita terpuruk, melainkan kita mampu melawan dosa dan mengalahkan dosa. Melawan dosa bukan dengan cara mencoba berbuat dosa dengan harapan dan keyakinan akan mampu keluar dari dosa, melainkan menjauhi dosa. Bagi kita yang terjerat perbuatan dosa, dosa harus ditinggalkan dan dilakalahkan. Tentu melawan dan mengalahkan dosa bukan dengan kekuatan sendiri, melainkan dengan pertolongan kekuatan Allah. Seberat apapun dosa kita, jikalau kita yakin dan percaya kepada Tuhan, kita pasti akan menang dari dosa.
- Menang atas kesulitan hidup. Apapun status kita, profesi kita dan kondisi hidup sulit yang sedang menghinggapi kita tidak membuat kita patah semangat dan mempertanyakan kasih dan Firman Allah, melainkan kesulitan hidup adalah tetap sebagai bagian sukacita menjalani hidup bersama Allah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi jikalau kita hidup bersama Allah karena Tuhanlah Penyelemat, Penolong dan Penyerta hidup kita.
- Menang atas nafsu dan keegoan sendiri. Paska adalah momentum kasih dan berbagi. Seperti Kristus yang menyerahkan nyawanya demi kita orang berdosa, demikianlah kita harus berespon untuk berbagi sukacita dengan sesama –siapapun sesama itu-. Berbagi tidak hanya diartikan dalam aspek materi, tetapi juga berbagi sukacita, saling menguatkan dan menghibur, saling mendoakan dan saling melayani. Dengan paska juga, kita tidak boleh lagi menghalalkan segala cara demi tujuan egois kita. Tujuan hidup kita adalah tujuan Allah. Tujuan Allah tentu bukan untuk diri Allah melainkan untuk kebahagiaan dan keselamatan manusia.
Semoga hidup bagi Kristus menjadi pilihan kita dalam merayakan paska. Selamat Paska.

(Penulis adalah Benny Manurung, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2010)

Senin, 19 April 2010

ARTIKEL: AKUNTANSI SEDERHANA UNTUK PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH

(Biar mida Jahowa do mulani parbinotoan – Poda 1 : 7a)

Pendahuluan
Seorang akuntan yang baru lulus sedang berkunjung ke rumah ayahnya. Ayahnya adalah seorang perantauan yang memiliki usaha restoran di Jakarta. Ia memiliki cara sendiri untuk mencatat semua keuangan restoran tersebut. Ada tiga kotak dalam laci kerjanya, sebelah kiri menyimpan catatan / kuitansi dari supplier yang belum dibayarnya, kotak yang tengah digunakan untuk menyimpan uang hasil restoran hari itu dan kotak yang kanan berisi kuitansi pembayaran semua tagihan restoran yang sudah dibayarnya.
Ketika akuntan muda ini memperhatikan cara kerja pembukuan ayahnya, ia terheran heran dengan metode ayahnya yang dianggap sudah kuno dan ketinggalan jaman. Dengan setengah mengejek, akuntan muda ini bertanya kepada ayahnya, ” Bagaimana bapak bisa menjalankan usaha dengan cara seperti ini ? Pencataan yang buruk, bagaimana kita bisa hitung keuntungan per hari ?
Si ayah tersenyum, beberapa saat kemudian dia berkata, ” Waktu bapak merantau dari Sibandang, tidak ada yang kubawa, hanya sepotong celana dan baju yang menempel di badan. Sekarang abangmu sudah jadi pengacara, kau sudah lulus jadi akuntan, itomu sedang kuliah praktek untuk menyelesaikan dokternya, kita punya rumah dan restoran ini. Jadi kalau kau tanya berapa keuntungannya, tinggal hitunglah biaya kuliah kalian, beli rumah kita, bayar karyawan restoran dikurang sepotong baju dan celana yang bapak bawa dari Sibandang. Itulah keuntungannya !”

Akuntansi Sebagai Sistem Informasi – Asumsi & Karakteristik Akuntansi
Akuntansi dapat dijabarkan secara sederhana sebagai suatu sistem atau proses pencatatan setiap kegiatan ekonomi suatu organisasi – sosial atau komersial - yang menghasilkan suatu laporan yang bisa dimengerti dan menjadi salah satu sumber pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Metode yang digunakan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang sudah diterima secara umum (Generally Accepted Accounting Principle), yang di Indonesia dirumuskan oleh Dewan Standar IAI. Tahun 2012, seluruh dunia akan menggunakan metode akuntansi yang mengacu pada standard yang sama (IFRS - International Financial Reporting Standard).
Ada 2 asumsi yang digunakan dalam menyiapkan laporan keuangan :
a. Akrual
Efek/pencatatan atas transaksi dan kegiatan ekonomi diakui pada saat terjadinya transaksi, bukan pada saat terjadinya pembayaran. Apabila bulan Januari 2010, A melakukan penjualan ke B, pembayaran dilakukan pada akhir bulan berikutnya. A harus mencatat penjualan ke B pada bulan Januari 2010, bukan pada Februari 2010 ( waktu pembayaran dilakukan). Asumsi ini dapat digunakan pada organisasi skala menengah ke atas, untuk organisasi kecil yang transaksinya banyak dilakukan secara tunai, pencatatan secara cash basis (pencataan dilakukan pada saat pembayaran) lebih efesien bila digunakan.
b. Going Concern
Organisasi diasumsikan berlangsung untuk jangka panjang, tidak ada keinginan untuk menutup kegiatan bisnisnya. Asumsi ini dapat digunakan sampai saat organisasi memutuskan berhenti melakukan kegiatan usahanya dengan alasan apapun.
Karakteristik Laporan Keuangan :
Beberapa karakteristik/ prinsip informasi pada Laporan Keuangan sehingga dapat berguna bagi pembaca laporan keuangan, adalah :
1. Dapat dimengerti
Informasi pada Laporan Keuangan dapat mudah dimengerti oleh pengguna Laporan keuangan yang memilki pengetahuan bisnis dan akuntansi yang cukup.
2. Relevan
Informasi pad Laporan Keuangan relevan ketika digunakan sebagai alat pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan.
3. Dapat diandalkan
Informasi pada Laporan Keuangan bebas dari error dan bias, sehingga menggambarkan keadaan organisasi secara benar.
4. Dapat dibandingkan
Informasi pada Laporan keuangan dapat dibandingkan dengan Laporan Keuangan organisasi yang berbeda, untuk itu penyusunan Laporan Keuangan harus konsisten dari tahun ke tahun, sehingga memudahkan pengguna laporan keuangan mengidentifikasi tren keuangan dan kinerja organisasi.

Konsep Dasar Laporan Keuangan
Jenis laporan yang dihasilkan dari proses akuntansi ada 3 bagian yang umum yaitu : Laporan Neraca (Balance Sheet / Statement of Financial Position), Laporan Laba Rugi (Income Statement/ Statement of Comprehensive Income) dan Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow).
Laporan Neraca
Didalam Neraca, Pencataan akuntansi, dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut : Asset (Harta) = Liabilities (Kewajiaban) + Equity (Modal).Harta / aset yang dimiliki organisasi atau individu sama dengan modal yang dikeluarkan ditambah hutang dari pihak ketiga. Aset akan bertambah/berkurang, apabila modal atau hutang kita bertambah/berkurang. Neraca menggambarkan keadaan keuangan (aset,hutang,modal) organisasi pada suatu saat / tanggal tertentu.
Aset & hutang dibagi menjadi 2 bagian, Aset Lancar dan Aset tidak lancar; hutang lancar (jangka pendek) & hutang tidak lancar (hutang jangka panjang). Contoh akun-akunnya adalah sebagai berikut :
Aset Lancar (Current Assets) : Kas & setara kas (deposito,valas,dll), piutang dagang, dan aset yang lain yang memilki likuiditas tinggi.
Aset tidak lancar (Non Current Assets) : Tanah & gedung, piutang jangka panjang (> 1 tahun), aktiva tidak berwujud (goodwill), persediaan, dan aset lain yang likuiditasnya rendah.
Hutang Lancar : Hutang Jangka pendek, hutang pajak, dan hutang lain yang jatuh tempo ≤ 1 (satu) tahun.
Hutang tidak lancar : Hutang dagang jangka panjang, pinjaman > 1 tahun, dan bagian hutang lain yang jatuh tempo > 1 tahun.
Modal : Modal, Saham pemilik dan bagian laba yang ditahan.
Contoh Neraca :

Neraca
PT XYZ
per 31 Desember 20xx

Aset Lancar
Kas (a) Rp xxx
Kas di Bank (b) Rp xxx
Deposito (c) Rp xxx
Total Kas (i) (a+b+c) Rp xxx

Pajak dibayar dimuka (d) Rp xxx
Piutang Dagang (e) Rp xxx
Aset Lancar (f) Rp xxx
Depresiasi Aset Lancar (g) Rp xxx
Total Aset Lancar Lainnya (ii) Rp xxx

Total Aset Lancar (iii) (i + ii) Rp xxx

Aset Tidak Lancar
Gedung & Pabrik (h) Rp xxx
Investasi pada PT ABC (i) Rp xxx
Aktiva Pajak Tangguhan (j) Rp xxx
Total Aset Tidak Lancar (iv) (h+i+j) Rp xxx
Total Aset (v) ( iii + iv) Rp xxx

Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Hutang Dagang (k) Rp xxx
Deposit Supplier (l) Rp xxx
Hutang Pajak (m) Rp xxx
Pinjaman Bank Jangka Pendek (n) Rp xxx
Total Kewajiban Jangka Pendek (vi) (k+l+m+n) Rp xxx

Kewajiban Jangka Panjang
Hutang Jangka Panjang (o) Rp xxx
Kewajiban Pajak Tangguhan (p) Rp xxx
Total Kewajiban Jangka Panjang (vii) (o+p) Rp xxx
Total Kewajiban (viii) (vi + vii) Rp xxx

Modal
Modal disetor (q) Rp xxx
Cadangan Modal (r) Rp xxx
Bagian Keuntungan yang ditanguhkan (s) Rp xxx
Total Modal (ix) (q+r+s) Rp xxx

Total Kewajiban & Modal (x) (viii + ix) Rp xxx

Total Aset (v) = Total Kewajiban & Modal (x)

Laporan Rugi Laba
Laporan rugi laba, terdiri dari 2 bagian besar yaitu pendapatan (revenue) dan biaya (expenses). Laporan rugi laba menjelaskan posisi rugi/laba suatu organisasi selama periode tertentu ( bulanan, tiga bulanan atau tahunan).
Contoh Laporan Rugi Laba :
Laporan Rugi Laba
PT XYZ
Untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 20xx

Penjualan (a) Rp xxx
Harga Pokok Penjualan (b) Rp xxx
Laba Kotor (a-b) Rp xxx (i)
Biaya – biaya :
Depresiasi (c) Rp xxx
Biaya Bunga (d) Rp xxx
Biaya Promosi (e) Rp xxx
Biaya Karyawan (f) Rp xxx
Total Biaya (c+d+e+f) Rp xxx (ii)
Laba Sebelum Pajak (i –ii) Rp xxx (iii)
Pajak Penghasilan (g) Rp xxx
Laba estela Pajak (iii-g) Rp xxx

Laporan Arus Kas
Laporan arus kas hádala laporan yang menggambarkan keluar masuknya kas (uang) selama periode tertentu. Organisasi yang secara usaha komersialnya baik, tetapi arus kasnya negatif, akan mengalami kesulitan liquiditas, karena banyaknya piutang yang masih belum dibayar.
Contoh Laporan Arus Kas :
Laporan Arus Kas
PT XYZ
Untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 20xx

Arus Kas dari Kegiatan Operasi :
Penerimaan dari Konsumen (a) Rp xxx
Pembayaran kepada supplier dan karyawan (b) Rp (xxx)
Kas dari Kegiatan Operasi c (a+b) Rp xxx
Pendapatan Bunga (d) Rp xxx
Pembayaran Bunga (e) Rp (xxx)
Pembayaran Pajak Penghasilan (f) Rp (xxx)
Total Arus Kas dari Kegiatan Operasi g (c+d+e+f) Rp xxx
Arus Kas dari Kegiatan Investasi
Pendiiran Unit Usaha Baru (h) Rp (xxx)
Pembelian Pabrik, Barang tidak bergerak (i) Rp (xxx)
Penjualan Pabrik/barang tidak bergerak (j) Rp xxx
Total Arus Kas dari Kegiatan Investasi (k) (h+i+j) Rp xxx
Arus Kas dari kegiatan Pembiayaan
Penjualan Saham Perusahaan (l) Rp xxx
Pinjaman dari Bank (m) Rp xxx
Pembayaran Pinjaman (n) Rp (xxx)
Pembayaran Dividen (o) Rp (xxx)
Arus Kas dari kegiatan Pembiayaan (p) (l+m+n+o) Rp xxx
Total Kas dari Operasi,Investasi,Pembiayaan (q) (g+k+p) Rp xxx
Kas & Setara Kas pada Awal Tahun (r) Rp xxx
Kas & setara Kas pada akhir tahun (s) (q+r) Rp xxx

Pemisahan Entitas
Didalam akuntansi, harus ada pemisahan yang jelas antara suatu unit usaha dengan yang lainnya, merujuk pada cerita diatas, pemilik restoran mencampur adukkan keuangan restoran yang dimilikinya dengan keuangan rumah tangganya. Pemilik usaha harus memisahkan secara jelas entitas bisnis dengan pribadinya, contohnya saat memulai usaha bengkel motor, pemilik bengkel harus memisahkan keuangan bengkel dengan keuangan pribadinya. Setiap tambahan modal pribadinya ke usaha tersebut, akan menambah aset (juga modal) usaha motor, begitu juga sebaliknya. Dengan pemisahan yang jelas, pemilik usaha dapat mengetahui perkembangan usaha bengkelnya tanpa takut adanya campur aduk keuangan pribadinya.

Penutup
Akuntansi dapat diterapkan baik untuk individu, organisai nirlaba dan sosial (seperti Yayasan,dll). Penerapan atas akuntansi secara benar akan menghasilkan informasi yang dapat digunakan oleh pemilik modal untuk melakukan langkah strategis lainnya, seperti membuka unit usaha baru, rasionalisasi biaya, penerapan harga kepada konsumen dan lain sebagainya.
Semoga sedikit informasi tentang akuntansi ini dapat memberikan pencerahan kepada setiap yang membutuhkannya. Tuhan Memberkati

(Penulis adalah Christo Hotman Radjagukguk, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2010)

Sabtu, 10 April 2010

ARTIKEL: SEKILAS PANDANG TENTANG "GERAKAN ZAMAN BARU (NEW AGE MOVEMENT)"

Latar Belakang
Salah satu trend ekspresif zaman post modern adalah ditandainya pergolakan sosial yang cepat. Namun, kita tak sekadar bersaksi atas progresivitas pergolakan sosial, kecanggihan teknologi post industri abad ini. Di sisi lain, kita dihadapkan seribu krisis kemanusiaan: mulai dari krisis diri, alienasi, depresi, stres, keretakan institusi keluarga, sampai beragam penyakit psikologis lainnya. Justru, jenis penyakit yang mengguncang diri kita di tengah situasi krisis dewasa ini, tak lain adalah hadirnya perasaan ketidaknyamanan psikologis. Ada semacam ketakutan eksistensial yang mengancam diri kita di tengah situasi krisis, sarat teror, konflik, dan kekerasan, sampai pembunuhan yang menghiasi keseharian hidup kita.
Di Barat, khususnya Amerika Utara, situasi krisis serupa, justru diiringi meningkatnya ketidakpercayaan pada institusi agama formal (a growing distrust of organized religion). Barangkali, ekstrimnya seperti dislogankan futurolog John Naisbitt bersama istrinya, Patricia Aburdene dalam Megatrend 2000, Spirituality Yes, Organized Religion No !. Ada penolakan terhadap agama formal yang memiliki gejala umumnya sama saja: eksklusif dan dogmatis, sambil menengok ke arah spiritualitas baru lintas agama, yang menurut Majalah Newsweek (28 November 1994), jumlahnya fantastis: 58 persen responden dalam suatu survei, menunjukkan kegairahannya pada kebutuhan spiritualitas baru. Inilah model generasi baru yang gandrung pada Spiritualitas New Age. Russel Chandler, mantan jurnalis agama pada Los Angeles Times, mengklaim, 40 persen orang Amerika percaya pada panteisme (kepercayaan yang berprinsip pada all is God and God is all), 36 persen percaya pada astrologi sebagai scientific, tepatnya percaya pada astrologi sebagai metode peramalan masa depan (a method of foretelling the future), dan 25 persen percaya pada reinkarnasi (lih. Chadler, Understanding the New Age, 1988, hlm 20, 130-33).
Nah, fenomena keagamaan inilah yang menarik dipotret. Apa itu gerakan New Age berikut ciri khasnya? Bagaimana model praktik spiritual New Age di tengah eksistensi agama-agama besar selama ini? Benarkah spiritualitas New Age tampil sebagai pluralisme dewasa ini ?

Fenomena New Age
New age movement, mulai menjadi diskursus (bahan pembicaraan) publik selama dasawarsa 80-an dan terus berlanjut sampai 90-an. Maraknya wacana ini merupakan puncak dari kesinambungan sejarah. Dulu, pada akhir dasawarsa 60-an dan memasuki awal tahun 70-an, sudah lahir benih baru New Age yang secara populer diekspresikan dalam bentuk “gerakan sadar diri” (self-conscious movement).
Secara literal, New Age Movement adalah gerakan zaman baru, yang oleh Rederic dan Mery Ann Brussat disebut sebagai “zaman pencerahan spiritual”. Ada semacam arus besar kebangkitan spiritual yang melanda generasi baru dewasa ini, terutama di Amerika, Inggris, Jerman, Italia, Selandia Baru, dan seterusnya. Ekspresinya beragam; mulai dari cult, sect, New Thought, New Religious Movement, Human Potentials Movement, The Holistic Health Movement, sampai New Age Movement. Namun, benang merahnya hampir sama: memenuhi hasrat spiritual yang mendamaikan hati. Hasrat spiritual inilah yang menjadi ciri khas New Agers (istilah New Agers ini relatif lebih lazim dipakai dalam konteks gerakan New Age, dibanding misalnya istilah New Age Adherents maupun New Age Believers). Sebagai a new revivalist religious impulse directed toward the esoteric/metaphysical/spiritualism…, hasrat spiritual New Agers yang secara praktis adalah a free-flowing spiritual movement, terartikulasi ke berbagai manuskrip metafisika-spiritualitas (Manuskrip Celestine, baik The Celestine Prophecy maupun The Celestine Vision, Sophia Perennis yang menjadi filsafatnya New Agers, paradigma The Tao of… yang sangat ekspresif menjadi trend penerbitan judul buku-buku ilmiah dan populer, The Aquarian Conspiracy yang menjadi buku pegangan New Agers, hingga merambah ke “pendidikan spiritual” dan bahkan klinik-klinik spiritual dengan beragam variasinya.
Sebagaimana disinggung sepintas oleh Naisbitt dalam Megatrend 2000,
In turbulent times, in times of great change, people head for the two extremes: fundamentalism and personal, spiritual experience… With no membership lists of even a coherent philosophy or dogma, it is difficult to define or measure the unorganized New Age movement. But in every major U.S. and European city, thousands who seek insight and personal growth cluster around a metaphysical bookstore, a spiritual teacher, or and education center.

Oleh karena itu, seperti sudah menjadi fakta yang tak terbantahkan adalah adanya gerakan masif (besar-besaran, raksasa) dari generasi New Age yang selalu menyebut-nyebut dirinya sebagai flower generations (generasi bunga), berkiblat pada mainstream spiritualitas, mulai dari kegemaran menyelami Manuskrip Celestine sampai mengalami apa yang menjadi tradisi spiritual New Agers sebagai spiritual gathering dengan berbagai variasi mistik-spiritualnya.
Gerakan yang dimulai di Inggris tahun 1960-an ini, antara lain dipelopori Light Groups, Findhorm Community, Wrekin Trust. Ia menjadi sangat cepat mendunia berskala internasional, terutama setelah diselenggarakan seminar New Age oleh Association for Research and Enlightenment di Amerika Utara, dan diterbitkannya East West Journal tahun 1971 yang dikenal luas sebagai jurnalnya New Agers. Yang agak sensasional dari gerakan New Age ini adalah setelah disiarkan via televisi secara miniseri Shirley MacLaine Out on a Limb, bulan Januari 1987.

Spritulitas New Agers
Ekspansi New Age menjadi populer dan fenomenal pada dasawarsa 1970-an sebagai protes keras atas kegagalan proyek Kristen dan sekulerisme dalam menyajikan wawasan spiritual dan petunjuk etis menatap masa depan. Pertama, di lingkungan gereja Kristen, misalnya, sulit menghapus ingatan masa lalu saat Gereja menerapkan doktrin extra ecclesiam nulla salus. No salvation outside the Church! Tidak ada keselamatan di luar Gereja. Bukankah ini cermin watak Gereja yang sarat claim of salvation? Bukankah claim of salvation tidak saja mengakibatkan sikap menutup diri terhadap kebenaran agama lain, tetapi juga berimplikasi serius terhadap konflik atas nama agama dan Tuhan. Karena itu, “keselamatan” itu tidaklah penting di kalangan New Age. Sebab, New Agers lebih percaya prinsip Enlightenment, di mana muncul kesadaran spiritualitas di kalangan New Age bahwa manusia dapat tercerahkan, menjadi sacred self, karena pada kenyataannya manusia adalah divine secara intrinsik (persis konsep fithrah dalam Islam). Paham inilah yang akhirnya menjadikan “pantheisme” begitu fenomenal di kalangan New Age. Kedua, protes New Agers atas hilangnya kesadaran etis untuk menatap masa depan. Oleh karena itu, salah satu manuskrip terpenting yang menjadi wawasan etis New Agers dalam menatap masa depan adalah The Art of Happiness, New Ethic for the Millenium karya Dalai Lama.
Sebagai alternatif dari protesnya terhadap kegagalan gereja Kristen dan sekulerisme dalam menyajikan wawasan spiritual dan petunjuk etis menatap masa depan, maka New Agers menoleh pada spiritualitas baru lintas agama. Kita tahu, betapa New Agers begitu kuat berpegang pada prinsip spirituality: the heart of religion.
Oleh karena itu, New Agers sangat menghayati betul arti pentingnya monisme (segala sesuatu yang ada, merupakan derivasi (penjabaran) dari sumber tunggal, divine energy), pantheisme (all is God and God is all, menekankan kesucian individu, dan karenanya proses pencarian Tuhan tidaklah melalui Teks Suci, tetapi justru melalui diri sendiri, karena God within our self), reinkarnasi (setelah kematian, manusia terlahirkan kembali, dan hidup dalam alam kehidupan lain sebagai manusia yang mirip dengan konsep transmigration of the soul dalam Hindu), dan seterusnya, seperti astrologi, channeling, panentheisme (Allah yang bipolar:abstrak dan riil), tradisi Hinduisme, tradisi Gnostis, Neo-Paganisme, theosopi, karma, crystal, meditasi, dan seterusnya.
Tradisi spiritual New Agers lintas agama ini, menurut mereka, tidak saja dapat mengobati kegersangan spiritual yang sekian lama hampa dari lingkungan agama formal, tetapi juga memberi muara kepada New Ages ke arah terwujudnya Universal Religion. Agama Universal, di mana ada proses awal kesadaran akan all is God and God is all yang menjadi sandaran doktrin Pantheisme, tetapi kemudian bergeser ke arah kesadaran spiritualitas New Age yang meyakini bahwa “hanya ada Satu Realitas yang eksis”. Semua agama, begitu keyakinan New Agers, hanyalah sekadar jalan-jalan menuju kepada Satu Realitas yang menjadi ultimate reality dari semua pejalan spiritual (agama-agama). Satu Realitas yang menjadi ultimate reality itu adalah Tuhan.

Kesimpulan
Dari apa yang telah kita pelajari berkaitan dengan New Age Movement, kita dapat memahami bahwa :
1) Paham/ideologi inti dari gerakan ini adalah “pantheisme” : “God is all and all is god.” Paham ini tidak sama dengan apa yang tertulis dalam Ef 4:6, bahkan sangat bertentangan sama sekali.
2) Pada hakekatnya, gerakan zaman baru menganut pandangan : tidak ada kebenaran yang absolut karena semua agama tak lebih dari sekadar jalan menuju Tuhan (pluralisme). Pandangan ini sangat bertentangan dengan Kesaksian Alkitab dalam Yoh 14:6 dam Kis 4:12 yang menyatakan bahwa KESELAMATAN HANYA DI DALAM DAN MELALUI TUHAN YESUS KRISTUS.
3) Gerakan ini tidak menganggap “keselamatan” sebagai sesuatu yang penting. Yang terpenting adalah manusia mencapai/mengalami kesadaran tertinggi (kecerdasan spiritualawareness enlightment) yang diperoleh dari pencarian di dalam batin.
4) Seperti ketika Paulus di Athena, kita harus terlebih dahulu menolong orang-orang penganut gerakan Zaman Baru untuk mengerti bahwa mereka tergantung kepada pencipta yang transenden dan berpribadi, bertanggung jawab kepadaNya dan berdosa di hadapanNya. Hanya dengan demikian kita baru dapat memanggil mereka untuk bertobat dari dosa-dosa mereka, percaya kepada Injil, dan beriman kepada Yesus Kristus, TUHAN satu-satunya yang telah dibangkitkan oleh ALLAH dari kematian (Kis 17:16-40).

Sumber :
1. Sukidi, NEW AGE, Wisata Spiritual Lintas Agama, PT. GRAMEDIA, Jakarta 2001
2. Douglas R. Groothius, Membuka Topeng Gerakan Zaman Baru, MOMENTUM, September 2000

(Penulis adalah Joni W. Simatupang,S.T., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Agustus 2005)

Jumat, 09 April 2010

RESENSI BUKU: MENEMUKAN KEHENDAK ALLAH

Judul Buku: Menemukan Kehendak Allah
Penulis: Sinclair B.Ferguson
Terj.: Jing Mik
Tahun Cetakan : 2003, cet.1
Hal : 121
Terbitan : Momentum

Menemukan kehendak Allah adalah pergumulan manusia yang tidak pernah selesai dan habis dalam bingkai sejarah manusia. Menurut Sinclair Ferguson, menemukan kehendak Allah menguraikan prinsip-prinsip yang dipakai Allah dalam membimbing umat-Nya utuk menemukan kehendak-Nya dalam hidup mereka, serta aplikasinya dalam berbagai situasi praktis seperti dalam pekerjaan dan pernikahan. Sebagai bahan rujukan, uraian dalam buku ini dilengkapai dengan pembahasan mengenai sejumlah ayat Alkitab yang relevan. Buku ini pada akhirnya menyimpulkan bahwa bimbingan Allah itu pada hakikatnya berjalan seiring dengan pengenalan,kasih, dan ketaatan kita kepada Allah.
Buku “Menemukan Kehendak Allah” yang ditulis oleh Sinclair B.Ferguson didasarkan dengan melihat perkembangan dunia ini yang menjadi suatu perkampungan “global”, kita mendapati diri kita telah dikelilingi oleh berbagai konsep kegemerlapan. Kita hidup dalam suatu era teknologi canggih, makanan siap saji maupun kesuksesan instan. Dalam dunia yang telah diracuni oleh motivasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Semakin lama semakin sedikit hal yang dibangun dalam orientasi kekekalan. Oleh sebab itu kita membutuhkan dasar yang kokoh untuk dapat mengembangkan suatu kualitas hidup Kristen yang mampu bertahan hingga kekekalan.
Kita memang telah melihat bimbinganNya dalam berbagai kehidupan kita, karena DIA memang telah berjanji untuk menjadi pembimbing kita. Tetapi kita tahu bahwa keadaan tidak selalu semulus ini, terkadang kita merasa sangat bingung, apa yang harus dilakukan atau mana yang harus dipilih diantara dua hal yang harus dikerjakan? Bagaimana cara Allah membimbing sehingga kita dapat mengenali kehendakNya?
Menurut Ferguson, ada 3 bidang yang didalamnya kita membentuk pola kehidupan yang akan sangat menentukan seluruh arah hidup kita. Pertama, kita membentuk pola kebiasaan atau gaya hidup kita, kedua, kita menentukan pekerjaan atau karir apa yang akan kita kerjakan, dan ketiga, kita memutuskan apakah kita menikah atau tidak.
1). Bagaimanakah gaya hidup kita sebagai seorang Kristen? Apakah kita hidup menurut daging atau Roh? Seperti di dalam surat Kol.1:10 dan 1 Tes.2:12, Rasul Paulus berbicara mengenai hidup yang layak, yaitu mengambil gaya hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Bagaimana jalan yang berkenan kepada Allah itu? Bagi Paulus, itu berarti meneladani Kristus sebagai Pribadi yang telah diwahyukan. Hidup dalam kehendak Allah, berarti berjalan di dalam kasih, terang dan hikmat.
2). Apakah yang Allah ingin saya lakukan? Bagaimanakah saya dapat mengenali panggilanNya? Adakah hal khusus yang Ia ingin saya lakukan? Bekerja merupakan hak istimewa. Bekerja merupakan anugerah Allah. Bekerja juga merupakan perintah dan kewajiban. Tetapi, apakah kita memiliki motivasi yang benar dalam bekerja? Maukah kita memberikan yang terbaik dalam bekerja? Apakah kita menguduskan diri bagi Tuhan karena kita tahu bahwa mata Tuhan tertuju pada kita? Bagaimana kita menentukan pekerjaan atau karir yang akan kita kerja? Ferguson mengatakan, “Pertimbangkan minat dan kerinduan anda yang terdalam.”
3). Sudah tibakah waktunya bagi anda untuk menggumulkan pertanyaan: Apakah Tuhan menginginkan saya menikah? Ada 2 prinsip yang harus kita perhatikan: 1) Jadilah realistis dalam pengharapan anda; 2) Jadilah Alkitabiah dalam persiapan anda. Ada lima prinsip penting yang dapat menolong kita memahami kehendak Allah di dalam pernikahan, yang dikemas dalam bentuk pertanyaan: 1. Untuk apakah anda menikah? 2. Apa yang seharusnya saya cari dalam diri pasangan saya? 3. Bagaimanakah kita dapat memenuhi peran suami istri yang berbeda? 4. Apakah karakter pernikahan itu? 5. Apakah tujuan tertinggi pernikahan itu?
Sebagai manusia, seringkali kita menginginkan kehendak kita sendiri yang terjadi, kita ingin agar apa yang kita inginkan dapat terpenuhi. Ferguson menjelaskan prinsip-prinsip praktis disaat kita berupaya memahami kehendak Allah dalam hidup kita. 1. Apakah hal ini dibenarkan oleh Alkitab? 2. Apakah hal ini berguna bagi saya? 3. apakah hal ini menghambakan saya? 4. Apakah hal ini selaras dengan Ketuhanan Kristus? 5. Apakah hal ini menolong orang lain? 6. Apakah hal ini selaras dengan teladan para tokoh Alkitab?
Nah, untuk rekan-rekan remaja dan naposo yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai uraian Mr. Ferguson mengenai menemukan kehendak Allah silahkan membaca buku “Menemukan Kehendak Allah” ini. Tuhan memberkati!.

(Penulis adalah Ervina Silaen, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2004)