Minggu, 20 Juni 2010

RENUNGAN: ANGGOTA JEMAAT BUKAN PELENGKAP PENGGEMBIRA! (PESAN SURAT PETRUS YANG MASIH AKTUAL)

Pendahuluan
Pada sebuah Rapat Jemaat yang berlangsung pada sebuah gereja, seorang bapak yang baru pertama kali ikut menjadi peserta rapat mengemukakan kesannya tentang jalannya rapat: “Terimakasih jika kami anggota jemaat boleh memberi tanggapan atas kegiatan gereja kita. Menurut kami…” Lalu setelah rapat selesai seorang bapak penatua berujar: “Ah, ini tidak boleh diteruskan, masakan anggota jemaat yang menilai sebuah kegiatan gereja. Biarlah Tuhan yang menilai kinerja majelis dan juga program-program gereja…”. Ini adalah dua kesan yang berbeda dari dua komponen gereja terhadap sebuah peristiwa rapat jemaat yang sama.
Pengkutuban antara kaum klerus dengan kaum awam sebagaimana pernah terjadi dalam Gereja kita (baca: Gereja Katholik!) pada abad pertengahan bisa saja muncul kembali dalam perjalanan gereja pada masa kini, bahkan di kalangan gereja-gereja protestan. Gereja selalu terancam untuk menciptakan perbedaan yang amat tajam antara golongan penerima tahbisan dengan warga jemaat kebanyakan yang tidak menerima tahbisan. HKBP sebagai gereja protestan bukan mustahil dapat terperangkap kepada pola bergereja yang tidak mencerminkan jatidiri yang seharusnya (yaitu yang mesti terus menerus membaharui dan dibaharui!).

Beberapa Pergeseran
Belakangan ini dapat dicatat beberapa perkembangan dalam gereja kita. Dalam kegiatan rapat-rapat, misalnya, terlihat ruang yang lebih besar yang diberikan kepada warga jemaat di tiap jenis atau tingkat rapat mulai dari rapat jemaat, sinode resort, sinode distrik sampai tingkat sinode godang. Di tingkat jemaat misalnya ditentukan bahwa Rapat Jemaat merupakan jenis rapat yang tertinggi dari seluruh rapat yang dikenal di tingkat jemaat. Kemudian, jenis rapat-rapat yang di atasnya, yang meliputi sinode resort, sinode distrik sampai sinode godang, selalu mengikutsertakan utusan dari kategorial sebagai peserta yang juga memiliki hak suara memilih.
Pemberian ruang yang lebih besar dalam forum-forum yang strategis dalam gereja kita untuk merancang dan mengevaluasi jalannya tritugas gereja - pada setiap arasnya - mengisyaratkan pemberian peluang terhadap warga jemaat untuk ikut menggumuli kehadiran gereja kita dengan segala aktivitasnya. Keikutsertaan warga jemaat tentunya tidak hanya sebagai pelengkap penggembira yang lebih banyak mengangguk pertanda setuju terhadap seluruh keptusan. Mereka, sedianya, merupakan anggota penuh dari rapat yang makin menyadari posisinya sebagai bagian integral dari gereja.
Kedua, peran serta warga jemaat juga hendak ditingkatkan melalui keikutsertaan warga jemaat dalam seluruh jajaran kepengurusan gereja. Komposisi warga jemaat yang lebih besar di dewan-dewan dan seksi-seksi mengisyaratkan akan peluang yang semakin besar bagi seluruh warga untuk ambil bagian dalam praksis gereja. Ikut duduk dalam struktur utama mencerminkan bahwa seluruh warga jemaat merupakan pelaksana utama dari apa yang telah dirancang dalam rapat-rapat yang telah disebutkan tadi.

Dari Konstitusi ke Praksis
Setelah legitimasi secara konstitusional maka selanjutnya perlu diupayakan untuk memberdayakan warga jemaat agar benar-benar ikut berperan sejak dalam perencanaan dalam urusan finansial. Hal yang sama juga dikatakan tentang duduknya mereka dalam kepengurusan bukanlah sebuah ‘kiat halus’ untuk mengambil hati mereka dalam rangka dukungan dana.
Justru peran yang sebenarnya dibutuhkan karena warga jemaat merupakan tubuh Kristus yangmnyebar dalam area kehidupan sekuler. Kaum tahbisan merupakan tubuh Kristus yang memperlengkapi dengan alat-alat spiritual, sementara warga jemaat adalah tubuh Kristus yang terjun dalam kancah kehidupan nyata dan medan yang sesungguhnya dari kosmos.
Hanya dengan cara itu dapat ditangkap pesan sesungguhnya dari istilah ‘pelayan non-tahbisan’ yang mulai dipakai sejak pemberlakuan dari Aturan gereja kita yang baru. Dulunya istilah ‘pelayan’ (lebih keras lagi istilah itu dipakai dalam bahasa Batak bahkan sampai kini, bahwa jika disebut ‘parhalado’ itu masih berkonotasi ‘tahbisan’, padahal seharusnya tidak lagi!) hanya dikenakan kepada para penerima tahbisan. Dengan dikenakannya juga kepada para warga jemaat biasa, istilah baru dalam nomenklatur dokumen gereja ini kiranya dapat membawa angin segar dalam wajah letih gereja kita yang…oleh karena para tahbisannya lebih banyak bekerja sendiri tanpa adanya partisipasi yang memadai dari warga jemaat (paling-paling waktu membangun gereja aja!).

Pesan Surat Petrus
Nas 1 Petrus 2:9 telah menjadi percakapan yang panjang sejak masa Martin Luther. Secara sepintas ayat itu seakan tidak memiliki pesan yang kuat. Namun sejarah mencatat bahwa sejak abad pertengahan hingga sidang-sidang DGD pada tahun 1960-an, nas itu seakan air hidup yang terus memancarkan pesan yang baru yang selalu memberi kegairahan yang baru.
Pertama-tama dapat dikatakan bahwa melalui ayat itu diisyaratkan bahwa seluruh warga jemaat - baik yang ditahbis maupun tidak ditahbis - memiliki kemuliaan dan keeratan yang sama. Setelah menerima baptisan, orang-orang percdaya adalah umat yang mulia yang terhisab sebagai warga kerajaan Allah. Pada waktu yang sama, baptisan itu menghantar umat kepada fungsi keimaman Kristus.
Memang, pemahaman akan keimaman umat tetap masih memberikan fungsi yang beraneka ragam termasuk fungsi ritual, namun fungsi-fungsi itu tidak lagi membuat perbedaan status di hadapan Tuhan.

Relevansinya bagi Narhasem
Apa relevansi firman ini buat naposo dan remaja gereja kita? Kita mensyukuri peran serta yang diberikan oleh para naposo dan remaja kita dalam berbagai kegiatan gereja kita mulai dari kegiatan koor, musik, rapat-rapat, BCPS, dll. Namun dengan pesan-pesan baru dari surat Petrus kita hendaknya semakin termotivasi lagi untuk meningkatkan peran kita apa lagi kita diingatkan akan posisi kita yang tidak ada bedanya dalam komunitas umat percaya.

Kesimpulan
Persekutuan orang-orang percaya dalam arti semua umat, apapun atributnya, merupakan gereja yang sesungguhnya sebagai subjek dari pelayanan gereja. Kesatuan pemahaman mendasar akan kemuliaan dan keeratan orang percaya akan membuat gereja senantiasa tgertantang untuk menghadirkan wajah lembut Yesus tapi tegas dan kuat untuk berbuat bagi dunia. Orang-orang percaya memang tetap memiliki persekutuan yang sempit secara institusi (misalnya, tetap memakai payung HKBP). Namun institusi yang ada bertujuan untuk menopang pelayanan agar misi Tuhan benar-benar terwujud! Saya adalah gereja, kamu pun gereja, tunggu apa lagi?

(Penulis adalah Pdt. Maurixon Silitonga, M.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2008)

Sabtu, 19 Juni 2010

ARTIKEL: PARHEHEON NHKBP, BANGKIT SESAAT ATAU SELALU SEMANGAT (SUATU REFLEKSI SINGKAT)

Saya dihubungi Team Buletin Narhasem mengenai judul ini karena seseorang yang seharusnya menulis mengenai judul ini berhalangan karena suatu hal. Ketika mengetahui judulnya, spontan saya mengatakan kepada personil Team Buletin Narhasem yang menghubungi saya adalah “nyindir banget tuch judulnya” kemudian lebih lanjut saya juga menyatakan “makin banyaklah naposo yang akan benci gw krn tulisan ini”. Apakah benar perkataan saya yang spontan ini? Mudah-mudahan tidak, mungkin itu hanya perasaan saya yang keliru tentang naposo pada umumnya. Tetapi, tidak ada salahnya, sambil menimang-nimang kata-kata dalam tulisan ini, kita naposobulung dan juga remaja HKBP sama-sama mengkoreksi diri, apakah benar Parheheon NHKBP adalah momen yang dapat memberikan semangat bagi kita untuk terus melayani Tuhan atau sekadar kebangkitan sesaat saja sehingga dapat diartikan Parheheon NHKBP hanya menunjukan eksistensi tahunan Naposobulung di gereja HKBP.
Parheheon hampir setiap tahun diperingati di gereja-gereja HKBP. Di HKBP Semper, punguan kategorial yang rutin menyelenggarakan Parheheon adalah karegorial sekolah minggu dan naposobulung. Berbagai kegiatan diadakan dalam memperingati Parheheon. Bisa diadakan dalam bentuk konser paduan suara, perlombaan dan pertandingan olahraga dan seni, aksi sosial dan sebagainya. Tapi, apakah benar setiap naposobulung yang ikut serta dalam Parheheon memahami apa atau makna Parheheon di HKBP? Singkatnya, kata Parheheon diambil dari bahasa batak yang kata dasarnya adalah “hehe”, yang berarti “bangkit”. Bangkit dari apa dan bangkit seperti apa? Pertanyaan inilah yang harus menjadi refleksi hidup naposobulung dalam memaknai Parheheon itu.
Apa itu bangkit? Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI), “bangkit” terdapat beberapa makna, antara lain artinya bangun (hidup kembali), timbul atau terbit, mengangkat atau menaikkan, timbul keberanian. Dari pemaknaan yang diberikan KBI maka menurut Penulis “bangkit” haruslah menunjukan suatu kemenangan, peningkatan, pembaharuan dan keunggulan dari suatu usaha atau keadaan dan juga dari kekalahan hidup, kemalasan, keputus-asaan, kegagalan dan disorientasi. Parheheon harus dapat membangun citra dan fakta yang terus diperbaharui, bahwa naposobulung adalah tulang punggung gereja yang setia dan mencintai Tuhan(1. Tidak hanya aktif pelayanan karena suka jenis pelayanannya atau karena ada maksud lain selain melayani Tuhan, namun karena kesetiaan dan kecintaannya kepada Tuhan. Apapun jenis pelayanannya tidaklah menentukan, dengan siapa kita melayani tidaklah penting, yang penting kita melayani untuk Tuhan.
Sekarang, penulis perlu ungkapkan pengalaman yang sedikit dari penulis mengenai kondisi naposobulung sebelum mengalami kebangkitan, dalam hal ini penulis akan mengelompokan dalam 5 (empat) kelompok besar, sebagai berikut:
i. Kelompok Pertama adalah naposobulung yang masih terlibat dalam kerusakan moral. Mereka masih terlibat narkoba, mabuk-mabukan, seks bebas di kalangan pemuda, terlibat tawuran, terlibat penodongan dan pencurian, dan sebagainaya. Mereka belum peduli akan kebenaran, keadilan dan keteraturan hidup. Mereka bangga menjadi “jagoan”, mereka bangga disebut sebagai “penguasa/preman persimpangan jalan”. Hidupnya masih dalam perbuatan gelap dan kotor.
ii. Kelompok Kedua adalah naposobulung yang hidupnya baik tapi hidup dalam ketidak-pedulian akan Allahnya dan sesama. Mereka hanya mau menjalani hidupnya bagi dirinya saja, paling jauh bagi keluarga intinya sendiri. Beribadah minggu di gereja ya, katekisasi juga diikutinya tapi penerapan hidup kepada Allah dan sesama amatlah minim. Pokoknya, fokus hidupnya hanya untuk dirinya sendiri. Mereka yang masuk dalam kelompok ini percaya akan Tuhan Yesus dan keselamatan dari Tuhan. Namun untuk terlibat dalam pelayanan, no way. Bagi mereka, pelayanan adalah suatu kesia-siaan dan ketidakbergunaan.
iii. Kelompok Ketiga adalah naposobulung yang pandai bicara tapi tidak berbuat. Istilah kerennya NATO (No action, talk only). Mereka hanya mau menjadi pengamat, dalam hal ini hanya pengamat naposobulung di gereja. Mereka mau mengikuti kegiatan naposo sebatas penonton saja tapi kritiknya bagi pelayanan naposo sangatlah tajam. Kepeduliannya akan peyanan naposobung hanya sebatas kritik. Dia selalu berpendapat ada kekurangan disana-sini, tapi ketika diajak untuk terjun memperbaiki kekurangan tersebut, cepat-cepat dia membentengi dirinya dengan berbagai alasan klasik seperti study, pekerjaaan, ijin dari orangtua dan sebagainya.
iv. Kelompok Keempat adalah naposobulung yang terlibat setengah-setengah dalam pelayanan naposobulung. Mereka seperti kapal selam, timbul tenggelam secara berulang-ulang. Kemunculannya tergantung mood dan situasi. Biasanya mereka muncul di momen-momen “strategis” dan “puncak”. Contohnya di Parheheon, Paskah dan Natal. Eksistensi keaktifannya bagi jemaat awam sangat terlihat, namun sejujurnya mereka bukan aktivis sejati naposobulung.
v. Kelompok Kelima adalah naposobulung yang terlibat aktif dalam pelayanan naposo tapi sesungguhnya keaktifannya tidak didasari motivasi dan pemahaman yang benar akan suatu pelayanan. Mereka yang masuk dalam kelompok ini adalah orang-orang yang ingin mencari keuntungan pribadi dalam pelayanan naposo, sehingga jikalau dalam suatu titik dia berpendapat tidak akan memperoleh apa yang dia mau dalam pelayanan naposo, maka tanpa banyak pikir, mereka yang masuk dalam kelompok ini akan keluar dalam keterlibatan pelayanan naposo. Misal, kalau orientasinya mencari pasangan hidup, maka setelah lirik kanan kiri tidak ada yang cocok, maka ia akan segera keluar, tapi kalau masih ada yang cocok dan diincernya maka dia akan tetap “setia” melayani Tuhan di pelayanan naposobulung(2. Contoh lain, kalau orientasinya ingin belajar band/musik, maka kalau suatu saat tidak ada lagi yang mengajarinya band/musik maka ia akan segera keluar dan mencari tempat baru yang bisa bermanfaat baginya.
Dari judul yang diberikan Team Buletin Narhasem, bisa jadi tulisan ini lebih diarahkan atau ditekankan kepada Kelompok IV dan Kelompok V, walaupun Kelompok I sampai Kelompok III tidak kalah penting untuk dibangkitkan juga. Menurut penulis (pendapat subyektif), Kelompok IV dan kelompok V memang ada di pelayanan naposobulung, tidak hanya di HKBP Semper, mungkin juga di HKBP lain dan juga gereja Non-HKBP lain. Tidak hanya di kategorial naposobulung, sangat mungkin juga terdapat di kategorial sekolah minggu, ina, ama dan mungkin juga di Parhalado. Atau dengan kata lain, kedua kelompok ini pengikutnya tidak sedikit dan bertebaran di berbagai gereja. Tugas kita semua adalah untuk mengurangi populasi kedua kelompok ini, tentu bukan untuk dimasukan kedalam Kelompok I, Kelompok II atau Kelompok III, namun untuk keluar dari lima kelompok tersebut masuk dalam kelompok yang melayani Tuhan dengan kesetiaan dan kecintaannya kepada Tuhan. Membangkitkan naposobulung dari Kelompok IV dan Kelompok V inilah sesuatu yang harus dimaknai oleh Naposobulung yang terlibat dalam pelayanan gereja dalam memaknai Parheheon.
Namun, sejujurnya merubah paradigma kawan-kawan naposobulung di Kelompok IV dan Kelompok V bukanlah perkara mudah. Tidak sedikit teman-teman yang di Kelompok IV dan Kelompok V adalah orang-orang yang pernah (dan kadang berulang kali) mendapat pembinaan mengenai konsep dan makna pelayanan di berbagai kesempatan. Bahkan diantara mereka ada yang pernah menjadi mantan pengurus di kepengurusan naposobulung(3. Mengecewakan memang, sudah tahu tapi tidak dilakukan. Harusnya menjadi teladan, justru menjadi batu sandungan. Pesan untuk teman-teman yang merasa dalam Kelompok IV dan Kelompok V, bertobatlah dari kebiasaan dan cara sikap ini. Sadarlah, bahwa kita terlibat dalam pelayanan naposobulung karena ingin melayani Tuhan yang lebih dulu melayani kita. Sadarlah bahwa pelayanan bukan untuk menunjukan keegoan kita dan juga sebagai cara mencapai tujuan pribadi, tetapi justru untuk sarana merendahkan diri kita, mengikuti cara Tuhan Yesus yang merendahkan dirinya melayani manusia. Kalau memang ada kesulitan atau hambatan untuk tetap konsisten dan semangat dalam melayani Tuhan, minta tolong kepada Tuhan agar Tuhan memberikan kekuatan dan semangat yang lebih lagi dan jangan membentengi diri kita dengan alasan-alasan permisif dan pembenaran pribadi. Pesan untuk teman-teman yang merasa terganggu dengan adanya Kelompok IV dan Kelompok V tersebut adalah jangan patah arang untuk tetap mengajak teman-teman kita dalam Kelompok IV dan kelompok V untuk sadar akan tanggungjawab hidup pelayanannya kepada Tuhan secara sungguh-sungguh dan serius. Manusia bisa salah dan khilaf, jadi maklumilah dan kasihanilah mereka. Doakan mereka secara sungguh-sungguh dan tetap bersahabatlah dengan mereka. Janganlah iri atau merasa rugi dengan ketidak-konsistenan dan ketidak-benaran mereka teman-teman dari kelompok IV dan Kelompok V, karena orang yang berada dijalur benar tidak akan iri dengan orang yang berada di jalur yang salah.
Terakhir, apa yang menjadi parameter sukses atau tidaknya kegiatan Parheheon naposobulung? Tak sedikit evaluasi kepanitiaan Parheheon hanyalah sebatas telah berlangsungnya seluruh rangkaian kegiatan Parheheon secara baik, dalam hal ini seluruh program kepanitiaan Parheheon yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik. Apakah hal itu dapat dijadikan parameter sukses Parheheon naposobulung itu? Mohon maaf, saya harus mengatakan tidak. Memang terlaksananya program Parheheon itu baik, tapi itu belum seberapa, ibarat buku, itu baru covernya saja. Untuk apa covernya indah tapi muatan bukunya payah. Jadi, apa parameter suksesnya Parheheon naposobulung itu? Hanya satu, yaitu Parheheon bisa membuat semangat dan kerajinan naposobulung dalam melayani Tuhan tidak kendor dan tetap teguh didalam Tuhan, seperti amanat Firman Tuhan dalam Roma 12:11 dan I Korintus 15:58.
Roma 12:11 “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan”.
I Korintus 15:58 “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."
Untuk apa kita berhasil membuat konser paduan suara yang semarak (dengan jumlah peserta paduan suara yang banyak, kostum, musik dan penampilan yang baik), kalau ternyata kesehariannya paduan suara naposobulung yang mengisi kebaktian minggu hanya diikuti segelintir orang dengan persiapan yang jauh dari ideal. Untuk apa kita mengadakan kunjungan kasih secara baik, kalau sebenarnya kasih tidak terpancar dalam kehidupan kita sehari-hari. Jadi, tinggal kita yang memilih, apakah kita hanya ingin bangkit sesaat pada saat momen kegiatan Parheheon saja, atau kita ingin selalu semangat karena makna Parheheon itu melekat di sanubari kita dan terus tinggal sepanjang hari dalam kehidupan kita, silahkan tentukan sendiri sikapmu... Selamat Ber-Parheheon, Tuhan memberkati semua...

(Penulis adalah Benny Manurung, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juni 2010)

Catatan Kaki:
1. Tidak boleh maksud Parheheon dibelokan hanya untuk sekadar mengisi progam kerja naposobulung belaka, atau tempat pencarian dana belaka, atau ajang unjuk diri/ pamer akan sesuatu hal.
2. Tidak salah mencari kehendak Tuhan, dalam hal ini jodoh, di gereja atau perkumpulan Kristen lain. Itu bagus dan penulis bahkan menganjurkannya. Namun, mohon pencarian jodoh itu tidak dapat dijadikan hal yang utama melebihi pelayanan kepada Tuhan yang kita lakukan di gereja. Tuhan tetap yang utama, yang tidak akan tergoyahkan dengan alasan apapun juga.
3. Lebih sulit mengajarkan dan mendidik orang yang sudah tahu dibanding orang yang belum tahu. Mengapa? Karena orang yang belum tahu umumnya lebih rendah hati dibanding orang yang sudah tahu. Karena dengan kerendahhatiannya, orang yang belum tahu akan berusaha mencoba sesuatu yang dirasanya baru, sedangkan orang yang sudah tahu cenderung meremehkan dan mengacuhkan ajaran tersebut.

Senin, 14 Juni 2010

ARTIKEL: PERSELINGKUHAN (SEBUAH ANALISA TEOLOGIS DAN UPAYA PENCEKALANNYA)

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia mencatat bahwa perselingkuhan ialah tidak terus terang, tidak Jujur, curang, serong. Perselingkuhan ialah keadaan seseorang yang tidak mau terus terang; yang berbuat serong dengan mengabaikan norma-norma tertentu. Dengan demikian perselingkuhan mencakup pengertian yang luas, bukan hanya menyangkut lembaga pernikahan, tetapi juga menyangkut pekerjaan seharĂ­-hari seperti korupsi, mark up, cuci uang, dll yang sengaja dilakukan untuk kepentingan sendiri atau kelompok. Dengan kata lain, perselingkuhan ialah segala bentuk penyelewengan atau pelanggaran terhadap ketentuan umum yang berlaku. Akhir-akhir ini, perselingkuhan semakin banyak terungkap kepermukaan yang membuat banyak orang terperangah. Sebab, orang-orang yang sebelumnya dianggap idola ternyata melakukan perselingkuhan yang menjijikkan; orang yang dianggap sebagai panutan ternyata ambruk diterpa penyelewengan. Hal itu terjadi hampir di setiap lembaga yang ada baik sipil dan militer, lembaga pemerintah maupun swasta. Dan yang paling mengagetkan ialah apabila hal itu terjadi di lembaga agama yang dianggap sebagai benteng susila. Yang menjadi pertanyaan ialah kenapa itu terjadi? Apakah itu sudah menjadi bagian dari budaya masa kini?
2. Tulisan ini tidak akan membahas perselingkuhan secara umum; tetapi hanya membatasi pemahaman akan hubungan pernikahan. Sebagaimana disebutkan diatas bahwa perselingkuhan ditengah keluargapun semakin banyak terungkap belakangan ini. Seorang lelaki yang sudah berkeluarga berselingkuh dengan perempuan lain; atau sebaliknya, seorang perempuan yang sudah punya suami berselingkuh dengan lelaki lain. Ada banyak factor yang memungkinkan perselingkuhan terjadi misalnya suami yang berlama-lama meninggalkan isteri karena tugas dan pekerjaan seperti turun kedaerah, atau berlayar sebagai pelaut, dll sangat rentan dengan perselingkuhan baik oleh suami maupun oleh isteri. Selalu ada perempuan atau laki-laki yang bisa dipesan untuk pemuasan naluri sexualnya. Factor lain yang bisa memungkinkan terjadinya perselingkuhan ialah jabatan, uang, kesehatan, dll. Seorang pejabat yang mempunyai sekretaris perempuan juga rentan akan perbuatan serong ini. Apalagi sekretaris itu tergolong cantik lagi genit bukan tidak mungkin darah kelelakian si pejabat memanas sehingga mencari kesempatan untuk dapat melakukan perbuatan terlarang itu. Si pejabat punya uang untuk makan malam di hotel, seterusnya ke diskotik, seterusnya.. dan pulang larut malam. Si isteri bertanya , “ Kenapa pulangnya begitu larut malam”, si pejabat menjawab: “ banyak pekerjaan di kantor yang harus di selesaikan”.
Kemudian hari si pejabat terkena serangan penyakit gula yang membuat naluri seksualnya anjlok , si isteri yang 10 tahun lebih muda masih sangat butuh pemuasan naluri kewanitaanya, akan menderita sebab si suami tidak dapat memberikannya. Isteri yang seperti ini juga sangat rentan mencari pemuasan nalurinya kepada lelaki lain. Bahkan, membayarpun dia mau. Lelaki bayaran itulah gigolo.
3. Pemahaman perselingkuhan bukan hanya dialamatkan bagi suami atau isteri yang berbuat serong, tetapi semua yang melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Para remaja dan pemuda yang jatuh cinta sangat rentan melakukan itu. Yang namanya “ jatuh cinta”, terjadinya mendadak, tanpa pertimbangan yang matang, dan tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi. Yang penting ialah bagaimana naluri seksual yang bergejolak ini mencapai sasaran mencari kepuasan sementara. Peredaran VCD porno, blue film, dan sms porno membuat remaja dan pemuda hilang keseimbangan sehingga terdorong untuk melakukan seperti apa yang dilihatnya. Terjadi kemerosotan moral. Semakin banyak remaja dan pemuda yang berlainan jenis tidak merasa sungkan berpelukan di tengah khalayak ramai. Agaknya, masyarakat tidak menghiraukan hal-hal seperti itu sehingga remaja dan pemuda santai saja berpelukan dilanda asmara. Inikah yang disebut “ permissive society”? Masyarakat seolah mengiyakan apapun yang terjadi disekitarnya pada hal sudah sangat bertentangan dengan norma-norma yang dipegang selama ini. Kelonggaran akan norma-norma susila merupakan awal terjadinya new morality sekaligus menjadi keruntuhan pola hidup lama dengan norma yang ketat. Hal seperti inilah yang memberi peluang akan semakin rentannya remaja dan pemuda kita mengadakan perselingkuhan.
4. Kemiskinan dan cinta uang adalah juga penyebab terjadinya perselingkuhan. Seorang nasabah yang tidak mampu membayar hutangnya kepada rentenir akan mudah terjebak kedalam perselingkuhan sebagai imbalan pembayaran hutangnya. Ia pasrah saja memberikan mahkota yang berharga itu untuk dapat mencicil atau melunasi hutang-hutangnya. Dan suaminya mendiamkan saja karena ia tidak berkemampuan membayar hutang itu, dan lagi ia berpikir, toh semuanya ada disitu nda ada yang kurang kok, katanya. Yang paling mengagetkan ialah apabila orang tua “ rela” menjual anak gadisnya yang masih usia muda hanya untuk memperoleh uang. Tidak sedikit remaja usia sekolah yang terpaksa melakukan itu untuk memperoleh biaya hidup keluarga dan atau biaya sekolahnya. Saya sangat kaget ketika menonton sebuah tayangan televisi yang mengulas penjualan perempuan usia remaja. Bukan hanya ke luar negeri tetapi di hotel-hotel di Jakarta, Puncak sampai ke Cianjur perilaku seperti ini sudah tidak asing lagi. Dikatakan, tarifnya jauh lebih mahal karena lelaki si hidung belang sangat menyukainya. Ada sebuah celoteh bahwa seseorang yang hipersex yang sudahsangat banyak menggarap perempuan, Apabila semua perempuan itu berbaris dengan lancang depan saja, dimulai dari Merak akan. sampai ke Bakauheni. Berapa ribu orangkah perempuan yang pernah digarapnya? Luar biasa ¡!!. Perselingkuhan itu sudah sangat mengglobal, sebab bukan hanya perempuan domestik yang menjadi stock tetapi juga dari mancanegara seperti dari Asean, China dan Hongkong. Agaknya perdagangan perempuan sudah menjadi bisnis yang sangat menggiurkan di Zaman ini. Ada agen yang berkedok sebagai penyalur tenaga kerja pada hal yang terjadi adalah pedagangan perempuan. Begitu banyaknya TKW yang kecewa dan sengsara akibat ulah si agen tsb.
5. Bagaimana kita menyikapi roh zaman ini?. Dari penjelasan yang disebutkan didepan bahwa keadaan kita sekarang adalah sangat dilematis. Ancaman perselingkuhan akan selalu datang pada setiap orang baik remaja, pemuda, maupun orang tua, suami atau isteri. Demikian juga lepada pejabat, pengusaha, kariawan atau masyarakat biasa. Perselingkuhan boleh terjadi di rumah, di sekolah, di kantor, di hotel, atau di tempat lain. Menyimak ancaman yang sangat serius lagi kompleks ini, apa yang bisa kita buat? Apa resep yang memperkokoh daya tangkal menghadapi ancaman ini? Apabila perselingkuhan sudah menjadi permissive society, apa respon kita sebagai umat Allah?
6. resep yang sangat ampuh mencekal roh zaman ini ialah back to the Bible = kembali ke Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab. Firman Tuhan dalam Roma 12:2 berbunyi: “ Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah apa yang baik yang berkenan lepada Allah dan yang sempurna. Orang Kristen pada dirinya bukanlah orang kudus tatapi adalah manusia berdosa menuruk kodratnya. Sebab sesungguhnya dalam kesalahan aku di peranakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku ( Mazmur 51:7).Tetapi Allah memilih kita menjadi umatnya dengan menguduskannya melalui penebusan Yesus Kristus. Dalam 1 Petrus 2:9 tertulis: “ Tetapi kamulah Bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri….. yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib” cf Kel 19:6. Dengan demikian orang Kristen adalah orang yang dikuduskan, dan di khususkan menjadi umat kepunyaan Allah, yang tidak boleh serupa dengan dunia ini. Tidak boleh orang Kristen melakukan perselingkuhan, walaupun itu sudah menjadi permissive society dalam dunia ini sebab kita harus menjaga kekudusan dan keberadaan kita sebagai umat kepunyaan Allah. Apapun motifnya perselingkuhan adalah dosa yang melecehkan pemberian Sang Pencipta. Oleh karena itu, setiap orang Kristen harus berusaha untuk mencegah dan menangkal supaya perselingkuhan tidak terjadi.
7. Alkitab mengajarkan tentang persamaan gender laki-laki dan perempuan. Dalam ceritra penciptaan, jelas dikatakan bahwa laki-laki adalah sepadan dengan perempuan ( Kej. 2:18) Kesepadanan itu terjadi karena penciptaan perempuan itu bukan dari materi atau bahan yang lain, tetapi adalah dari diri laki-laki itu. Mari kita lihat ay 21 dan 22: “lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, di bangun Nyalah seorang perempuan, lalu dibawaNyalah kepada manusia itu”
Allah sungguh bijak ketika menciptakan perempuan itu, hal itu terlihat dari:
a. Bahwa Adam dibuatnya tertidur.
Dalam pemahaman ini bahwa laki-laki tidak berkompeten untuk menentukan jodohnya tetapi Allah sendirilah yang menentukannya. Laki-laki hanya terima siap apa yang ditentukan Allah. Disinilah peran doa memohon kepada Allah untuk memberikan perempuan yang menjadi jodoh bagi si lelaki. Seorang lelaki yang mau menikah hendaknya tidak mendahului Allah menentukan calon isterinya, tetapi sebaliknya, menyerahkan kepada Tuhan. Sering terjadi bahwa keluarga yang sudah dibangun bertahun-tahun, dan sudah punya anak laki-laki dan perempuan, tetapi akhirnya kandas di tengah jalan diterpa badai perceraian. Mengapa ini terjadi?. Apabila semua keluarga percaya bahwa pasangannya itu adalah pemberian Tuhan maka suami-isteri harus berusaha untuk menjaga keharmonisan keluarga, walaupun ada perbedaan pendapat bahkan sampai percekcokan tetapi mereka akan berusaha mencari jalan keluar dan tidak mengambil jalan pintas yaitu perceraian. Dan dalam pemahaman seperti itu, setiap pribadi akan menjaga kekudusan; tidak terjerumus kedalam dosa, tidak menghianati suami atau isteri dan tidak menghianati Allah yang memberikan jodohnya itu. Semuanya diserahkan kepada Allah dalam doa dan permohonan.
b. Bahwa perempuan diambil dan dibangun dari tulang rusuk laki-laki adalah sebagai pertanda kesepadanan dan kesetaraan. Di dalam bahasa aslinya laki-laki disebut isy dan perempuan adalah isyah. Kata isyah berekar dan berpaut dengan kata isy dan ini menunjukkan adanya kesetaraan gender. Laki-laki dan perempuan kedudukannya adalah setara, sepadan sehingga boleh menjadi mitra dalam hidup dan inilah yang membuat laki-laki dan perempuan boleh berpasangan membentuk keluarga. Setelah Allah menciptakan perempuan dan memberikannya kepada Adam, suara sorak-sorai kebahagiaan terlontar membahana dari Adam karena ia telah mendapat mitra yang sepadan dan setara dengan dirinya. Perhatikanlah kata-kata yang disebutkanya: “ Inilah dia tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku…” ( Kej 2: 33). Kebahagiaan karena menemukan mitra hidup adalah tujuan utama pembentukan keluarga. Sex dan kehadiran anak adalah yang kemudian menjadi pelengkap kebahagiaan itu. Oleh karena itu penyalahgunaan sex dengan berselingkuh kepada orang lain adalah suatu kebodohan karena menghancurkan kebahagiaan rumah tangganya sendiri. Bukan hanya kebodohan tetapi juga sebagai penghianatan yang mengabaikan keluarganya sendiri dan juga mengabaikan Tuhannya yang menjodohkan mereka. Pelaku perselingkuhan adalah penghianat dan setiap penghianat wajar di hukum mati.
Perhatikanlah sajak dibawah ini:
Woman was created from the rib of man
Not from his head to be above him
Nor from his feet to be walked upon
But from his side to be equal
Near his arm to be protected
And close to his heart to be loved
(Agustinus yang kemudian disadur Dale S Hadley)
8. Orang Kristen adalah bagian integral dari bangsa Indonesia. Kita mempunyai kewargaan yang ganda yaitu, sebagai warga Negara Indonesia secara hukum sipil dan sebagai warga kerajaan surga secara rohani. Sebagai warga Negara kita harus takut kepada pemerintah karena mereka adalah hamba Allah untuk menjaga dan mensejahterakan kita. Kita harus tunduk kepada aturan aturan yang dibuatnya sepanjang mendatangkan kebaikan kepada kita dan tidak bertentangan dengan Firman Allah ( cf Roma 13:1-7; 1 Petr. 2: 15-17)
Satu dari peraturan yang dibuat pemerintah ialah UU no 21 tahun 2007 tentang larangan perdagangan perempuan ( trafficking) . Ada banyak sindikat trafficking yang berkedok sebagai penyalur tenaga kerja dengan iming-iming gaji yang besar. Karena kemiskinan yang menghimpit serta lapangan kerja yang sempit sehingga banyak TKW muda yang tergiur dengan iming-iming agen penyalur tersebut. Pada hal banyak TKW yang terjebak, kecewa dan menderita karena mereka ditempatkan di panti-panti atau hotel sebagai pekerja seks komersial . Perilaku seperti ini harus dicegah karena sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab makna penciptaan yang diperbuat Tuhan. Tidak ada alasan yang menjadikan seks sebagai lahan bisnis dengan mengorbankan harkat dan martabat perempuan yang nota bene adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling agung setara dengan laki-laki. Orang Kristen terpanggil untuk melawan praktek penyalah gunaan tersebut dengan mencegah, menghindari dan atau melaporkan kepada aparat apabila ditemukan sindikat jahat tsb.
9. Kesimpulan
Dari penjelasan yang disebutkan di depan kita boleh menarik kesimpulan bahwa perselingkuhan adalah perbuatan tercela yang melanggar firman Tuhan. Pelanggaran tersebut adalah sangat fatal bahkan menjadi penghianatan terhadap isteri/suami, terhadap Tuhan dan juga terhadap UU yang berlaku. Setiap penghianat harus diganjar dengan hukuman, RPP HKBP, atau hukuman penjara. Kata perselingkuhan tidak ditemukan dalam Alkitab tetapi yang sejenis dengan itu ialah perzinahan. Yesus mengajarkan bahwa setiap orang memandang perempuan serta menginginkanya sudah berzinah di dalam hatinya ( Mat 5:28) Matanya harus di cungkil karena menyesatkan dirinya. Karena itu jagalah dirimu supaya kamu tidak menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu. Berubah dan bertobatlah. Jadikanlah perempuan sebagai mitra yang setara di tengah keluarga, ditengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(Penulis adalah Pdt. Armyn Sihite, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Maret 2008)

Jumat, 11 Juni 2010

ARTIKEL: APAKAH SEHARUSNYA YANG DAPAT KITA LAKUKAN DENGAN MUSIK?

Tidak kita ragukan lagi bahwa pencipta musik adalah Allah sendiri. Dialah yang memberi musik di alam semesta. Misalnya melalui angin, bunyi hujan, ombak laut, dan sebagainya. Dialah yang memberikan ketrampilan musik kepada manusia. Manusia pada zaman modern inipun sangat dipengaruhi oleh musik. Bagaimanakah orang Kristen memandang musik dan menggunakannya dalam hidup dan pelayanannya? Jika kita menyimak peranan musik dalam Alkitab, ada tiga kegunaan yang sangat penting dalam penggunaan musik :
1. Menolong seorang abdi Allah memahami dan menyampaikan pesan Tuhan (2 Raja-Raja 3 : 11, 14-16)
2. Agar umat Tuhan dimampukan mengingat ajaran-ajaran Tuhan (Ul. 31 : 19-22)
3. Untuk memuji serta bersyukur kepada Tuhan (Esra 3 : 10-11)
Melalui musik, umat Tuhan ditolong untuk mengungkapkan ibadah, rasa hormat, kepada Allah. Nyanyian dan musik merupakan bagian yang amat penting dalam kebaktian-kebaktian umat Tuhan. Daud seorang raja yang dikenal sebagai seorang pemazmur. Sejak remaja ia fasih bermain musik sambil menjaga domba-domba di ladang. Bahkan musiknya mampu membuat setan gemetar dan meninggalkan Saul (1 Samuel 16 : 23). Kemampuan musik Daudd turun pada anaknya, Salomo, yang selama hidupnya banyak menggubah nyanyian.

Musik Dalam Kebaktian
Dalam ibadah umat Israel, orang-orang memainkan dan menyanyi adalah orang-orang yang dikhususkan bagi Tuhan, artinya tidak sembarangan orang memainkan musik, mereka pilihan Allah sesuai dengan talenta yang Tuhan berikan. Bagaimana dengan pemusik di Gereja Kita?
Seharusnya orang itu sudah diselamatkan, sebab hanya orang yang mengalami karya penebusan Tuhan dapat bersyukur memuji Tuhan dengan segenap hati (Mazmur 107: 1-2). Hanya orang yang telah diterangi hatinya dapat menyerahkan hidupnya kepada Tuhan dengan sesungguhnya, termasuk talentanya.
Lalu bagaimana style yang relevan untuk generasi muda? Satu prinsip yang penting adalah bagaimana kita sanggup menorobos musik modern dengan Firman Tuhan dan mengisinya dengan suasananya rohani. Sikap dan cara menggunakan musik serta menyanyi sangat menentukan apakah musik dan nyanyian itu menjadi persembahan yang layak bagi Tuhan, yaitu jika :
- Musik digunakan dengan sikap hati yang rindu untuk memuliakan Tuhan
- Musik harus menjadi satu persembahan yang memuliakan Tuhan Allah (Ibrani 13:15)
- Musik dipakai dengan kekuatan Roh dan akal budi (1 Kor 14:15)
- Musik di gunakan dengan segenap hati dan suka cita (Efesus 5:19)
Jika musik di pakai dengan cara dan sikap yang benar, musik kita akan membawa hadirat Tuhan dalam kebaktian. Tuhan memberkati.

(Penulis adalah St. P. Gultom, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juli 2009)

Rabu, 09 Juni 2010

ARTIKEL: ARTI MISI

Kita sering mendengar kata’misi yaitu suatu pekerjaan yang harus dilakukan ,suatu panggilan tugas yang wajib dilakukan. Misioner adalah orang yang dipanggil dan taat melakukan tugas tersebut.
Pdt. I.L. Nommensen adalah salah satu misionaris yang dipanggil Tuhan memberitakan Injil keselamatan ke daerah Tapanuli. Dengan ketaatan kepada Tuhan beliau memberitahukan Injil,maka masyarakan Batak saat ini banyak menjadi pengikut Kristus. Ini terbukti dengan maraknya berdiri gereja HKBP di Tapanuli bahkan HKBP dapat kita temukan di luar negeri seperti Singapura, Amerika, dan Jerman. Dia memiliki hati Kristus dengan tekadnya yang bulat ”Hidup atau mati saya akan tetap tinggal di Tapanuli memberitakan Injil keselamatanMu. Perkataan ini diucapkan Nommensen di bukit Siatasbarita dimana saat ini daerah tersebut dikenal sebagai wisata rohani yang disebut “Salib Kasih”
Perjuangannya memberitakan Injil di tanah Batak sangat berat dimana saat itu beliau mau dipotong untuk dipersembahkan ke dewa Siatasbarita. (Baca buku 150 tahun Jubileum HKBP). Agar misi beliau tidak ditolak masyarakat setempat, dia menggunakan cara yang menyentuh dan bermanfaat bagi orang batak yaitu dengan menyembuhkan penyakit,mengajari masyarakat bercocok tanam, mengasihi sesama. Pada saat masyarakat merasakan manfaatnya, pada saat itulah dia memberitahukan tentang injil keselamatan dari Kristus. Yang ditekankan beliau adalah bahwa keselamatan, kesembuhan penyakit, kedamaian datangnya hanya dari Tuhan sang pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. Itulah misi beliau ke tanah batak.
Rasul Paulus juga pada mulanya sangat menentang ajaran Yesus. Dia membunuh para pengikutNya. Tetapi karena kasih karunia Tuhan Yesus dia dipakai Tuhan dengan luar biasa memberitakan injil keselamatan sampai dia dipenjarakan. Dia mengatakan bahwa Injil keselamatan harus diberitahuka sampai keujung dunia. Didalam penjara juga Paulus memberitahukan Injil.Kondisi tempat tidak membatasi dirinya melaksanakan misi yang diemban dari Tuhan.
Seorang misioner harus memiliki ‘hati yang mengasihi’sesama. Dipanggil sebagai mitra kerja Allah untuk menyelamatkan ciptaanNya di bumi dan mengajar manusia mengenal kasihNya. Kehadiran Allah di dunia diwakili oleh gereja-gereja termasuk gereja HKBP. Apakah gereja kita juga sudah menjadi gereja misioner? Bagaimana menjadi gereja atau jemaat yang misioner? Bagaimana gereja melihat orang yang belum diselamatkan? Pertama-tama kita harus menyadari perintah Tuhan yang wajib kita kerjakan selama di dunia. Gereja sebagai bentuk kehadiran Allah di dunia harus bias menghadirkan gereja misione (Mateus 28:18-20)
Gereja dipanggil sebagai mitra Allah untuk menjalankan misi keselamatan bagi manusia berdosa. Bukan gereja yang berkehendak menjadi mitra Allah, tetapi Allah sendiri yang memanggil gereja seperti Tuhan Yesus katakan: ”Karena itulah,jadikan sesama bangsa muridku dan baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Untuk menjalankan misi itu gereja tidak dibiarkan Allah sendiri, tetapi Allah memberi jaminan bahwa Dia akan tetap menyertai orang-orang yang memberitakan FirmanNya. “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman(Mat 28:19-20). Jadi tugas kita selama didunia adalah menjadikan manusia berdosa mengenal keselamatan dari Allah.
• Apa konsekwensi bila gereja tidak bermisi
1. Gereja akan kehilangan kuasa memberkati
2. Gereja gagal menjadi garam dilingkungannya
3. Gereja tidak menikmati berkat-berkat Tuhan
Misi adalah masalah ketaatan yang dimulai dari hati dan doa syafaat. Penginjilan harus disertai pengorbanan, sebagaimana Kristus berkorban dan mau disalib untuk keselamatan umat manusia. Silas dipasung, Paulus dipenjarakan, Stefanus dilempari dengan batu sampai mati. Semuanya ini mereka lakukan dengan ketaatan memberitakan injil keselamatan. Misinya berhasil karena pengorbanan dan kesetiaan dimana banyak orang percaya bertobat dan mengikut Yesus. Didalam penderitaan mereka masih mampu memuji Tuhan.
Itulah penginjilan Kalau Paulus tidak masuk penjara, maka orang-orang dipenjara tidak akan pernah mengenal keselamatan, tidak pernah menerima injil. Untuk melakukan ini kita sebagai jemaat HKBP harus memulai misi dari diri kita sendiri dengan motto: ”No Bible,No Breakfast”.
Setelah itu HKBP menggalakkan penginjilan ala Nommensen yaitu mengembangkan pendidikan, pertanian dan kesehatan. Misi tanpa kuasa Roh Kudus, hasilnya akan sia-sia. Misi tidak berhasil bila kita tidak hidup bersama Dia.Yesus ada setiap waktu dengan melayani orang-orang berdosa. Gereja yang misioner adalah gereja yang mengambil sikap agresif dalam penginjilan dunia. Apa yang harus dilakukan gereja (2 Tawarikh 6:13) supaya bangsa di bumi mengenal
namaMu, sehingga mereka takut kepadaMu. Misi harus bisa melintasi batasan dari gereja ke non gereja demi Injil.
Tantangan pelayanan saat ini adalah krisis multi dimensi, krisis identitas, krisis budaya dan krisis kebangsaan. Misi gereja adalah mengejawantahkan jemaat yang misioner. Gereja yang berhenti menginjili, akan berhenti menjadi gereja yang injili. Jemaat dalam misi ini dapat melakukan beberapa hal seperti:
1.Melayani sebagai pengutus.
2.Memberikan dukungan moral maupun materil kepada misionaris
3.Memberikan dukungan logistic
4.memberikan dukungan Doa terhadap misi gereja.
Menurut data-data dari world evagilism saat ini bahwa 98% hamba-hamba Tuhan melayani yang sudah kristen, dan hanya 2% hamba Tuhan pergi keluar melayani untuk orang-orang yang belum mengenal Kristus. Misi gagal karena pengabar injil tidak memahami hubungan dengan Allah sehingga mereka ditolak. Mereka didahului oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah sebelumnya. Mereka gagal mengalami anugerah karena takut akan hukum-hukum dunia. Situasi ini tidak beda jauh dengan situasi yang terjadi di Indonesia. Gagal membangun negara dengan Iman. Penerapan misi di lapangan harus melihat kedaan lapangan(Roma 10:1-3). Membangun jiwa misi dimulai dengan mempertajam hati nurani (mark.6;34). Misi bukan hanya berbicara seperti Yesus, tetapi berbuat seperti Yesus. Kita membutuhkan pemimpin yang memiliki hati nurani seperti Tuhan Yesus, hati yang memiliki ‘belas kasihan’ Jemaat (gereja) gagal melakukan misi karena masih terjadi pengelompokan,terkotak-kotak.Untuk mencegah kegagalan penginjilan maka:
1.Gereja tidak membeda-bedakan dan memiliki konsep menghargai semua kelompok ,miskin,kaya(1 Kor 9;19-22}.
2.Memiliki tujuan yang jelas(1 Kor 9;22-26).Ada target pencapaian umpamanya satu minggu ada dua orang bertambah mengenal Kristus.
3.Memahami arti hidup baru dalam Kristus(2 kor.5;17-19)
4.Menyadari kedahsyatan akibat dosa.
Bila ketiga hal diatas sudah dipahami dengan benar,maka gereja(jemat) akan menerima anugerah keselamatan, anugerah baptisan dan pengampunan. Gereja sebagai persekutuan umat Allah mempunyai tugas pembangunan jemaat yang bertumbuh. Tanpa pertumbuhan jemaat maka gereja tidak bertumbuh,malahan bisa mati. Persekutuan kita dalam gereja HKBP adalah tempat yang dirancang oleh Allah bagi kita untuk menemukan,mengembangkan dan memakai karunia-karunia yang kita miliki. Kita ambil bagian dalam misi kristus di dunia.Pada saat Yesus hidup dibumi,Allah bekerja melalui tubuh jasmani Kristus. Sekarang Dia menggunakan tubuh rohani-Nya yaitu gereja. Gereja adalah alat-Nya di bumi. Jadi kita wajib menjaga keutuhan gereja, bukan mencabik-cabiknya dengan perbuatan yang hina.
Sebagai penutup, penulis mengajak saudara bertanya untuk dipikirkan: ”Apakah tingkat keterlibatan saya dalam gereja HKBP menunjukkan bahwa saya mengasihi dan terikat pada keluarga Allah?

(Penulis adalah St. Walsinur Silalahi, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Februari 2009)

Senin, 07 Juni 2010

ARTIKEL: AKU DAN PELAYANAN

I.Pendahuluan
Syallom.. saudara/i yang terkasih dalam YESUS KRISTUS, sebenarnya sulit bagi saya untuk menulis artikel ini karena memang saya belum begitu lama menjalani pelayanan saya di gereja , menjadi anak Remaja serta menjadi salah satu tim buletin Narhasem.tetapi satu hal yang bisa saya dapat adalah saya dapat memahami karakter banyak orang dan bisa membentuk diri saya menjadi lebih dewasa, yang lebih penting lagi saya dapat menjadi lebih dekat lagi kepada TUHAN serta mengetahui rencana TUHAN untuk diri saya ke depan seperti apa.

II.Pertama Kali Pelayanan
Awal pertama kali saya pelayanan ketika saya menjadi pelajar sidi. Pada waktu itu gereja mengadakan natal remaja dan naposobulung pada tahun 2006 para pelajar sidi termasuk saya tampil mengisi acara dalam bentuk VG. Awalnya saya ragu untuk mengikuti VG tersebut karena masih malu-malu dalam bernyanyi tetapi pada waktu itu saya dibantu oleh salah satu rekan naposobulung (yang saat ini sudah menikah!!). Akhirnya dengan dibantu oleh rekan naposobulung saya jadi tidak ragu-ragu untuk mengeluarkan suara saya dalam bernyanyi. Setelah pelayanan saya yang pertama kali itu muncullah berbagai tawaran untuk menjadi pelayan seperti (koor gabungan, pembawa kolektan, singer, dll) dan kalau bicara tentang naposobulung, pengalaman saya bersama naposobulung adalah ketika saya tergabung dalam koor diparheheon remaja dan naposobulyung tahun 2007 yang lalu. Disitulah pertama-kalinya saya bernyanyi disebuh event yang disaksikan didepan jemaat pada wakytu itu.
Setelah beberapa event saya lewati dan sesudah lepas sidi pada tahun 2007, saya masuk bergabung menjadi anak remaja, mungkin terasa sangat aneh bagi saya, karena saya belum mengenal sosok remaja satu persatu ternyata para remaja yang berada diatas saya sangat baik, ramah serta welcome pada kami remaja -remaja yang masih baru.
Selama berada diremaja tidak selamanya mulus pasti ada batu sandungan. Saya terkadang memiliki rasa minder terhadap teman-teman satu angkatan saya yang menjadi pengurus remaja. Karena jika ada latihan koor saya merasa, saya adalah orang asing yang berkumpul dan bergabung ditengah-tegah mereka, tetapi rasa itu berjalan waktu saya baru masuk dalam remaja, karena sekarang saya mersa para pengurus sudah cukup dekat pada saya dan teman-teman yang lain yang bukan pengurus.

III.Pelayanan Bukan Pelarian??
Waktu saya serta keluarga ditinggal pergi oleh ayah saya tercinta waktu saya pertama kalinya memakai pakaian seragam SMA yang belum sempat dilihat olehnya, saat itu dirumah merasa sangat sepi dan tanpa arah tujuan yang pasti. Akhirnya setelah saya masuk menjadi pelajar sidi belajar berbagai firman Tuhan dan arti hidup yang sesungguhnya dan selama saya melayani serta berada di remaja saya merasakan ada perubahan dalam diri saya secara pribadi dengan melayani. Mungki bisa di bilang saya menjalani pelayanan ini sebagai pelarian (pelarian yang di maksud adalah pelarian yang bersifat positif yang bisa membawa saya agar dapat melayani Tuhan dengan sepenuh hati dan ingin mengisi waktu luang), namun sebenarnya ada beberapa motivasi yang mendorong saya untuk tetap melayani:
• Mendekatkan diri kapada Tuhan
• ingin mengetahui kebenaran yang pernah saya alami
• Ingin membahagiakan orang tua
• ingin melatih diri menjadi yang lebih baik dan menjadi dewasa
• ingin mengetahui apa yang ingin TUHAN berikan dalam diri saya
• ingin lebih sehati dan menyadari bahwa hidup tak selamanya tenang pasti ada badai yang akan menerjang
• mengucap syukur atas apa yang telah TUHAN berikan kepada saya (yang mungkin tak saya sadari).
Itulah beberapa motivasi saya yang mungkin sudah pernah saya alami dan saya rasakan. Saya juga pernah merasakan saat-saat saya sangat down dan tak berdaya di hadapan banyak orang. Mungkin karena adanya kesalah pahaman, berbeda argumen dan tentang mamahami karaketer seseorang, tetapi rasa seperti itu tidak berjalan dengan lama karena yang terobati ketika kita mengikuti pelayanan dan juga dengan adanya dukungan teman-teman, orang tua yang setia mendukung disetiap pelayanan.

IV. Menjadi Anggota Tim Buletin
Pada awal februari saya ketika saya membaca buletin Narhasem, didalamnya terdapat tawaran untuk menjadi salah satu tim buletin. Ketika saya baca ternyata saya langsung tertarik, dan pada hari itu juga saya langsung memberitahu pemimpin redaksi (K'uly Panjaitan) lewat telepon bahwa saya mencalonkan diri sebagai tim buletin. Saya menjadi tim buletin ini karena saya merasa bahwa disinilah saya dapat melatih diri saya menjadi sosok yang lebih baik.
Hal yang paling mengesankan waktu saya ingin mewawancarai salah satu pendeta di HKBP Kernolong bersama pempimpin redaksi, dengan ongkos kurang, naik ojek, hujan, becek dan sampai mengotori baju saya. Saya tetap menerusi perjalanan saya ke HKBP Kernolong (sampai nyasar!!). Tetapi setelah saya tiba disana saya tidak berkesempatan mewawancarai, karena k'Ulylah yang telah mewawancarainya terlebih dahulu, karena amang pendeta itu sudah terlalu lama jika masih menunggu saya. Tetapi pada hari itu juga akhirnya saya berkesempatan mewawancarai salah satu entertainer, bersama salah satu rekan naposobulung yang mengantar saya karena setelah mewawancarai pendeta, k'Uly langsung pergi karena ada urusan yang harus ia kerjakan. Itulah pengalaman saya yang tak terlupakan di tim buletin Narhasem, sukses buat Tim Buletin dan saya mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu saya dalam melayani. Syalloom,,, TUHAN MEMBERKATI

(Penulis adalah Hutomo Sitompul, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Agustus 2008)

Minggu, 06 Juni 2010

ARTIKEL: MENEGUR SESAMA DENGAN KASIH

Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran (II Tim 4:2)

Apakah Anda familiar dengan ayat diatas? Yup, setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Oleh karena itu, sejalan dengan ayat diatas, sepatutnya kita saling menegur kesalahan sesama kita. Menegur, bukan dalam arti menjatuhkan, tetapi saling memperbaiki kesalahan demi kemajuan bersama. Tuhan Yesus pun memberikan teladan yang sama kepada murid-muridNya dengan menegur mereka sebagai bentuk kasihNya pada umat manusia (Wah 3:19).
Untuk memahami makna teguran, kita perlu mencermati secara mendalam mengenai teguran tersebut melalui pertanyaan-pertanyaan, seperti mengapa teguran itu penting? bagaimana menegur sesama tanpa harus menyakiti perasaan? Dan macam pertanyaan lainnya. Saya akan membahasnya satu persatu sehingga kita dapat mengambil kesimpulan sehingga kita mudah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa Teguran Itu Penting?
Sesuai dengan fungsinya, teguran digunakan untuk memperbaiki kesalahan orang lain. Teguran biasanya disebabkan oleh adanya suatu pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan oleh seseorang.
Sebagai saudara seiman, kita harus bisa saling menjaga. Hal ini disebabkan karena gereja/persekutuan tidak terdiri dari orang-orang yang sudah sempurna, melainkan orang-orang yang dibenarkan dan sedang terus menerus dikuduskan oleh Tuhan Yesus. Karena itu, kesalahan dan kejatuhan dalam dosa bisa juga terjadi pada orang Kristen. Bila itu terjadi, adalah tugas sesama orang Kristen untuk menegur dan memperbaiki kesalahan satu sama lain. Dari pembahasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa teguran itu penting, tidak hanya dalam persekutuan dan gereja, tetapi juga dalam lingkungan masyarakat sehari-hari.

Apa Yang Harus Kita Lakukan Jika Kita Ingin Menegur Seseorang?
Tidak ada standar yang saklak dalam memberikan teguran kepada seseorang. Tetapi Alkitab menuliskan bahwa Tuhan Yesus memberikan petunjuk bahwa teguran dan nasihat itu harus dilakukan secara bertahap. Tahapan-tahapan ini bisa kita pelajari dalam Mat 18:15-20 yaitu perikop tentang menasehati saudara. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam menasehati saudara.
Pertama, sebaiknya teguran dilakukan dalam pembicaraan pribadi antara Anda dan dia (ayat 15). Jika tahap teguran dan nasihat itu tidak ditanggapi, maka kita perlu menghadirkan saksi bukan untuk menghakimi melainkan sebagai upaya guna menyadarkan orang tersebut (ayat 16). Jika teguran dengan saksi itu pun tetap tidak ditanggapi, barulah pembuat kesalahan itu ditegur dalam pertemuan jemaat Tuhan (ayat 17a). Akhirnya, jika sampai sudah menerima teguran demikian pun ia tetap tak berespons, maka jemaat harus memandang dia sebagai orang yang tidak mengenal Tuhan (ayat 17b).
Tahapan tindakan diatas adalah sebagai contoh bagaimana kita menegur seseorang dalam suatu persekutuan. Namun, kita bisa menyesuaikannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu menegur secara personal kemudian menegur bersama-sama. Bila akhirnya orang tersebut tidak mau terima maka sebaiknya kita memaafkannya dan terus mendoakannya agar ia mau berubah.

Kesimpulan
Berani mengatakan yang benar dan menyatakan yang salah. Tindakan dan prinsip inilah yang harus kita gunakan dalam menegur sesama. Banyak orang tidak mau memberikan peringatan apalagi mengatakan kesalahan mereka, demi menyenangkan orang lain. Alasannya karena menegur orang lain mengandung risiko. Lain halnya dengan Paulus, dimana sikap dan tindakannya dapat kita contoh.
Pengalaman Paulus memperlihatkan pada kita bahwa tidak ada salahnya bila kita menegur orang yang melakukan kesalahan. Adanya persekutuan kasih yang sejati harus tampak dalam kepedulian dan kesediaan untuk menegur. Lebih lagi, hamba Tuhan juga harus punya keberanian untuk menegur. Tidak ada fokus dan kesukaan yang lebih nyata dalam pelayanan hamba Tuhan, kecuali keinginan agar orang yang dilayaninya sungguh hidup dalam Tuhan. Ini yang membedakan hamba Tuhan sejati dari hamba Tuhan palsu. Yang palsu hanya mementingkan penerimaan orang terhadap dia agar ia beroleh keuntungan. Dalam hal demikian kedua pihak akan hancur bersama. Hamba Tuhan yang benar, bertindak sebagai wakil Allah yang memberlakukan kasih-Nya, agar umat-Nya hidup akrab dengan Tuhan.
Mudah-mudahan dengan adanya beberapa contoh diatas, kita akan berani menyatakan kebenaran. Seperti Paulus berkata, katakan ya kalau ya, dan katakan tidak kalau tidak. Sola Gratia.

(Penulis adalah Brigitta Rajagukguk, S.Psi., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juni 2007)

Sabtu, 05 Juni 2010

ARTIKEL: DAMPAK PELAYANAN BULETIN BAGI PEMUDA

“Saya sudah belajar, namun hanya sedikit yang ada di kepala” ; kata seorang pemuda ketika mau menghadapi ujian. “Maaf saya lupa mengunci pintu”, ucap seorang ibu. “Maaf saya lupa namamu”, ujar seorang guru kepada mantan muridnya.
Ingatan atau memori adalah persoalan tiap orang. Apa yang menyebabkan kita lupa ? Apa ada kiat untuk meningkatkan daya ingat ? Penelitian menyimpulkan bahwa gudang daya tampung memori kita memuncak pada waktu kita berusia sekitar 20 (dalam masa yang disebut pemuda-pemudi). Pada usia itu sistem memori kita bisa menyerap, mengolah dan menyimpan info sebanyak mungkin. Sungguh merugikan jika kesempatan daya serap itu tidak dimanfaatkan.
Tuhan menciptakan manusia dan melengkapinya dengan sistem memori yang sangat canggih. Alangkah ironisnya kalau dengan daya ingat yang begitu canggih ternyata kita tidak mengingat Allah yang memberi daya ingat itu. Sebab itu banyak bagian Alkitab mencatat peringatan “Ingatlah”, atau “Janganlah lupa”. Misalnya, “Ingatlah selalu apa yang dilakukan TUHAN, Allahmu ...” (Ulangan 7:18). Masih banyak lagi ayat Alkitab yang memberi peringatan untuk mengingat misalnya Ulangan 8:11, Ulangan 8:18 dan yang paling indah tertulis di Mazmur 119.
Dalam hal ini tampak pentingnya pemuda untuk belajar terus. Belajara adalah kegiatan seumur hidup. Life long learing. Dalam hal ini belajar tidak harus berarti formal seperti mengikuti belajar di sekolah. Belajar bisa juga dengan mengikuti ceramah, pembinaan, lokakarya, seminar, pemahaman Alkitab, kursus dan sebagainya. Cara belajar yang paling praktis tentunya adalah dengan membaca buku.
Membaca buku adalah cara yang paing praktis untuk pertumbuhan termasuk untuk daya ingat. Ada lima alasan yaitu :
• Pertama, kita tidak perlu meninggalkan rumah.
• Kedua, kita tidak terikat oleh waktu; kapan saja kita mau kita bisa membaca.
• Ketiga, kita bebas melakukannya dengan tempo atau kecepatan kita sendiri.
• Keempat, kita bisa mengulanginya lagi bila perlu.
• Kelima, kita bebas untuk memilih sendiri bahan yang kita minati.
Yang penting kita mempunyai itikad baik.
Membaca buku memberi faedah ganda: pada satu pihak memelihara kebugaran otak serta kesehatan jiwa, dan pada pihak lain menambah pengetahuan, wawasan dan iman.
Kita bisa melihat contoh pada seorang pemuda yang berusia 25 tahun, namun sudah menjadi seorang pembingbing bahkan gembala jemaat di Alkitab. Pemuda tersebut adalah Timotius. Buku-bukulah yang menjadi pendidik Timotius. Buku sangat berperan sebagai pendidik Timotius. Jarang tertulis sejelas ini bahwa buku sebagai benda dikategorikan sebagai pendidik. Perhatikan keenam kata kerja yang memperlihatkan perbuatan pedagogis buku yaitu : ‘memberi hikmat’, ‘menuntun kepada keselamatan’, ‘mengajar’, ‘menyatakan kesalahan’, ‘memperbaiki kelakuan’, dan ‘mendidik dalam kebenaran’ (lih. 2 Tim 3:15).
Belum banyak orang menganggap buku sebagai pendidik termasuk warga gereja. Belum banyak orang berminat untuk membaca buku sampai usia lanjut. Buku dianggap hanya sebagai kebutuhan murid di sekolah. Di sekolah pun tidak semua murid gemar membaca.
Buku yang bermutu adalah pendidik yang perlu. Buku memberi manfaat yang khas pada tiap golongan usia.
• Untuk anak kecil, buku menolong menumbuhkan daya imajinasi dan kecermatan mengeja.
• Untuk remaja dan pemuda buku menolong menajamkan daya konsentrasi dan kerangka bernalar yang sistematis. Untuk orang dewasa, buku berfaedah untuk mencegah kemandekan atau stagnasi dalam perkembangan visi.
• Untuk orang lanjut usia buku menolong mempertahankan fungsi intelegensi.
• Kemudian untuk segala golongan usia buku memberikan banyak manfaat yang umum. Buku menambah pengetahuan. Buku memperluas wawasan. Buku menyegarkan. Buku menghibur.
Buku yang baik (istilah dalam 2 Tim. 3:15 “segala tulisan yang diilhamkan Allah”) dapat dipakai oleh Tuhan sebagai alat untuk membimbing. Seperti yang dialami oleh Timotius : buku memberi hikmat. Buku menuntun kepada keselamatan. Buku mengajar. Buku menyatakan kesalahan. Buku memperbaiki kelakuan. Buku mendidik dalam kebenaran. Timotius telah menikmati pendidikan yang diberikan oleh buku. Timotius telah tumbuh menjadi sebagaimana dia ada karena pendidikan oleh buku.
Sebagai pemuda berminat baca Timotius berkenalan dengan Rasul Paulus. Timotius tertarik untuk belajar terus. Atas rekomendasi warga gereja ia diterima menjadi murid Paulus (lih. Kis 16:2). Itu terjadi pada tahun 49 atau 50. Agaknya ketika itu Timotius berumur sekitar 25 tahun, dan Paulus mungkin sekitar 60 tahun. Tuhan mempertemukan Timotius dengan rasul Paulus di Listra (lih. Kisah 16 : 1-3). Paulus memilihnya sebagai pembantu yang baru. Ternyata bahwa Timotius menjadi pembantu terdekat dari Paulus. Tidak ada pembantu lain yang begitu sering disebut dalam surat-surat Paulus seperti dia. Hubungan antara Timotius dengan Paulus sangat akrab sekali seperti antara anak dengan ayah.
Bagaimana dengan kita, apakah buku sudah jadi pendidik ? Apakah kita sudah pembaca “buku yang baik” ?
Bulletin Narhasem termasuk salah satu Buku yang baik. Inilah tulisan singkat dan sederhana “Dampak Pelayanan Bulletin bagi Pemuda”

(Penulis adalah Pdt. Palti Panjaitan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2006)

Selasa, 01 Juni 2010

RENUNGAN: MASA MUDA ADALAH MASA YANG INDAH

Ingatlah akan penciptamu pada masa mudamu. (Pkh. 12 : la)

I. Pengantar.
Siapakah yang mengatur perjalanan waktu ? Kenangan masa lalu yang indah, dimana seseorang dapat merasakan :
- Belaian kasih sayang dari orangtuanya
- Teman bermain yang menyenangkan
- Lingkungan yang ramah .
Masa-masa indah yang demikian dapat menggairahkan semangat hidup orang tersebut hingga dihari tuanya. Anak yang sudah mendapatkan pendidikan pengenalan tentang kebesaran Allah ditengah-tengah keluarga, tidak mudah putus asa, ketika diperhadapkan dengan situasi yang sulit. Dengan memiliki iman percaya yang teguh kepada Allah, kebenarannya sudah teruji. Daniel dengan kawan-kawannya, yang selalu tekun berdoa dan berpuasa tercatat "sepuluh kali lebih cerdas" dari semua orang berilmu dan ahli jampi yang ada disekitarnya (Dan 1 .20). Demikian halnya dengan Yesus, yang selalu taat kepada Bapa surgawinya, dan secara teratur mengunjungi Bait Allah, dalam usia 12 tahun kecerdasannya sudah membuat "alim ulama dan orang-orang disekitarnya" sangat heran (Luk 2:47) Menghabiskan masa-muda dengan menikmati apa saja yang diinginkan hatinya akan menyeret orang tersebut kelembah yang dalam yang tidak bisa diselamatkan oleh siapa-pun juga, kecuali "darah Yesus". Itupun jika orang tersebut mau bertobat dan meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. Seorang pemuda tidak boleh melihat kehidupan dari segi kenikmatan sesaat saja, sebab masa sukar pasti datang, dan saat seperti itu tidak terelakkan. Ketajaman penglihatan akan semakin surut, begitu juga pendengaran dan nafsu makan, semua itu akan mengalami kemunduran. Sebelum ketidakberdayaan yang demikian menggerogoti masa mudamu, ingatlah kepada Tuhan dan ucapkanlah syukur atas semua kebaikan, pemeliharaan dan semua sarana yang bisa kita nikmati dalam kehidupan ini. Dalam hal ini, ajakan untuk: mengingat Sang Pencipta, kata : 'memento Creatoris’ sangatlah tepat. Sebab apalah arti masa muda, yang sama dengan bunga yang mekar dipagi hari dan layu ketika hari sudah petang, jika tidak mengenal "Sang Pencipta". Sebab hanya bersama Dia, kita mengerti arti kehidupan dan dengan bimbingan Roh-Nya yang kudus kita dimampukan mengucap syukur (dipatau mandok mauliate). Dalam kerinduan untuk mengucap syukur, disitulah kita mengerti, bahwa masa muda itu sangat berarti, dan ucapan syukur kita harum dihadapan Tuhan. Mengenang kebangkitan Yesus Kristus melalui perayaaan paskah, juga merupakan salah satu cara untuk mengingat kebesaran Sang Pencipta melalui karyanya yang agung untuk mempersatukan Allah dan manusia.

II. Penjelasan
1. Peranan Sang Pencipta dalam kehidupan Remaja, ditengah-tengah keluarga
Nyatalah bagi kita, jika anak dibesarkan dengan belaian kasih sayang dari orangtua dilengkapi dengan pendidikan Iman yang baik maka pertumbuhan yang sempurna dalam kepribadian seorang anak dapat dipastikan. Untuk mendapatkan teman bermain yang baik bagi seorang anak juga merupakan pergumulan bagi orangtua begitu juga bagi anak itu sendiri. Sebab pengalaman yang didapatnya dari permainan sangat berpengaruh dalam kehidupannya.. Untuk mengantisipasi kemungkinan itu , orangtua dan anak itu sendiri harus waspada. Lebih baik berkorban sejak dini daripada menyesal di hari tua. Orangtua yang bijaksana harus berani menghentikan langkah anaknya dari permainan yang tidak menguntungkan bagi masa depan. Khususnya bagi "anak remaja" * harus mampu menentukan pilihan pilihan yang tepat dalam memilih tempat dan teman bermain yang tidak merugikan (berpengaruh buruk) bagi diri sendiri. Mis: janjian untuk bermain gitar/memandu lagu pujian kepada Tuhan di lingkungan gereja, sudah pasti lebih bermanfaat daripada nonkrong ditempat orang yang berjudi sambil merokok. Sekalipun tidak ikut melakukan yang tidak baik tetapi dengan sering bersama dengan orang serupa itu, bisa berpengaruh buruk dalam kehidupan seorang remaja.
Memilih tempat tinggal yang nyaman, termasuk perjuangan semua keluarga. Sangatlah janggal bagi orangtua yang masih memperjuangkan pendidikan anak, jika menjatuhkan pilihan untuk tinggal di tempat perjudian atau kedai tuak yang siang malam selalu riuh dengan bahasa yang tidak sopan. Kecuali dalam keadaan terpaksaan. Namun demikian harus tetap jadi perhatian bagaimana menyelamatkan kehidupan seorang remaja agar tertarik dengan suasana damai. Paling tidak orangtua harus berusaha supaya lingkungan pergaulan anak diupayakan berada disekitar orang yang terpelajar dan takut pada Tuhan. Dalam hal ini: Gereja dan tempat kursus/les, adalah tempat yang paling tepat.
Untuk itu, anggaplah suatu kebahaggiaan, jika ada kesempatan ambil bagian dalam pelayan ditengah-tengah gereja, baik melalui wadah "Naposo" atau "Remaja". Bahkan bagi yang berminat menjadi Guru Sekolah Minggu, silahkan saja.
Ingatlah akan Penciptamu (!), berarti ada saat yang indah yang kamu berikan kepada Tuhan, untuk menjalin hubungan yang mesra/akrab antara kau dan Pencipta-mu. Dalam hal ini orangtua tidak baik membiarkan seorang anak remaja yang masih muda, menentukan sendiri langkahnya mau kemana, tanpa kontrol dari orangtua. Sekalipun tidak baik jika orangtua terlalu memaksakan kehendak, namun bimbingan, pendampingan untuk mengerti jalan Tuhan merupakan tanggungjawab. Sepatutnyalah orangtua menjadi panutan yang baik kepada anak, dalam ketaatan beribadah, dengan sendirinya anak tidak sulit lagi diarahkan Jika dalam semua aspek kehidupan masing-masing anggota keluarga, merasakan kehadiran Allah, maka daya tank atau Betapa senang hati Tuhan mendengar pujian yang tulus dari orang muda..
Sangatlah tepat jika sejak dini, orang-orang muda, menyadari peranan kehadiran Allah dalam kehidupannya dan selalu mengandalkan Allah dalam perjuangan masa depannya. Berbahagialah anak remaja yang mempunyai keluarga ideal, dimana Orangtuanya selalu memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya.

2. Peranan Allah sebagai "penolong dan juru selamat" secara pribadi, bagi anak remaja dan pemuda
Dalam usia "12-20 tahun", perangai seorang anak akan mengalami perubahan sesuai dengan tahapan/pembagian adolesensi menurut kesehatan jiwa, dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan orang yang paling dekat dengan anak tersebut. Seorang anak bisa mengalami kemerosotan dalam ketekunan/keberhasilannya selama ini. Hubungan dengan orangtua mulai merenggang dan membentuk kelompok/sahabat karib. Pada hal jika seseorang sudah menjadi tua, masa remaja/muda itu adalah masa indah yang sulit dilupakan. Dalam usia itu, tulang-tulang bertambah kuat, sehingga makan apa saja semua terasa nikmat. Gigi susu sudah berganti dan bersusun rapat dan kuat. Makan buah asam-pun rasanya enak, tidak seperti orang tua yang sudah renta, gampang sakit dan merasa ngilu. Namun demikian bukanlah berita baru jika ada orang yang mati bunuh diri dalam usia muda. Ada sebuah kisah nyata tentang dua orang kakak beradik. Keduanya laki-laki. Abangnya menyandang cacat dikakinya sebelah, sehingga jalannya pincang. Perlakuan orangtuanya kurang adil. Anaknya yang cacat itu bertugas menyelesaikan semua pekerjaan rumah tanpa pembantu. Sementara adiknya hanya mendampingi ibunya pergi ketempat saudara dan berbelanja. Dalam kehidupan sehari-hari masing-masing melakoninya tanpa komentar, karena orangtuanya tidak bisa ditentang. Jadilah anak tertua itu, sebagai anak yang pendiam bahkan banyak murung, sementara adiknya menjadi anak yang periang dan manja. Sampai berusia 14 tahun, anak tertua itu tetap saja melakoni kehidupannya dengan baik tanpa mengundang rasa curiga. Seperti biasa dia bangun pagi-pagi menyediakan sarapan dan merapikan rumah barulah bersiap-siap berangkat kesekolah. Pagi yang naas itu, mamanya bangun dan memanggil nama anaknya karena tidak ada suara yang berisik. Dalam benak ibu itu, mungkin anaknya yang biasanya lebih awal bangun barangkali masih tertidur. Betapa terkejutnya dia, anak cacat itu ternyata mati "gantung diri".
Ada yang harus disesalkan dari kebiasaan keluarga tersebut. Dengan membedakan kasih sayang antara anak yang cacat dengan anak yang sehat (ada anak emas dan anak yang kurang dihargai). Sebagai orangtua perlakuan yang demikian tidak baik bagi kesehatan jiwa anak-anaknya.
Diharapkan seorang anak harus menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai juruselamat pribadi, sehingga pada saat menerima perlakuan yang kurang baik dia mampu memaafkan seperti Yesus yang mau berkorban diatas kayu salib demi keselamatan umat manusia. Putus asa yang mengakibatkan kematian dalam usia muda tidak hanya dialami anak-anak cacat tetapi seorang anak remaja yang pada saat tertentu bisa terjebak dalam kehampaan, merasa tidak berarti karena melakukan tindakan yang tidak mampu dipertanggung-jawabkannya (acting out behavior). Dalam situasi demikian ada juga yang melarikan diri dari rumah, mencari minuman keras, pecandu rokok bahkan sudah banyak yang menjadi korban pecandu obat terlarang. Untuk menyelamatkan setiap pribadi yang mempunyai permasalahan karena ketidak pedulian orangtua tidak baik melarikan diri dari rumah. Sebaiknya tetaplah berdoa dan meminta petunjuk Tuhan mengingat Sang Pencipta dalam usia muda dan memohon campur tangan Tuhan dalam setiap persoalan yang kita hadapi adalah cara mudah untuk bebas dari ketakutan dan ancaman keputusasaan. Masa muda tidak melulu gemar makanan dan minuman serta hura-hura, namun mengundang kehadiran Tuhan dalam pergumulan hidupnya dan selalu dengar-dengaran kepada firman Allah selalu merupakan jalan keluar terbaik.

III. Penutup
Tetaplah memelihara hubungan yang baik dengan Allah
Melatih diri dalam mengikuti ibadah secara teratur dan menjalin komunikasi yang baik secara pribadi dengan Allah sangat berguna dalam melewati masa-masa muda menuju kedewasaan hingga masa tua yang penuh tantangan. Saat mana derita dan sakit penyakit mulai mendera setiap orang.. Kesuksesan dan kegagalan datang silih berganti. Susah senang, tawa dan tangis, itulah yang mengisi kehidupan manusia.
Seorang remaja harus membenahi diri sejak dini agar mampu mengerti kehendak Allah dalam perjalanan masa depannya. Mengundang Allah dalam kebersamaan ditengah-tengah keluarga, dan menjalin komunikasi yang baik diantara sesama anggota keluarga, Orangtua memegang peranan penting dalam mendewasakan Iman dan memelihara kesehatan jiwa maupun spiritual anak-anaknya. Demikian juga semua orang dan setiap pribadi harus menerima Yesus Kristus menjadi juru selamatnya.
Ingatlah penciptamu, berarti: selalu ada waktu untuk Tuhan. Ambil bagian dalam pelayanan ditengah-tengah gereja adalah kewajiban setiap umat percaya. Hal itu ditandai dengan ada senyum dihatiku, bukan terpaksa. Syalom ! Selamat melayani.

(Penulis adalah Pdt. K.E. Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2006)