Kamis, 30 September 2010

ARTIKEL: CINTA EROS

Bila berbicara tentang cinta, kita harus membedakan tiga aspek yang ada padanya. Saying aspek-aspek tersebut sering dicampuraduk atau dipertentanqkan satu dengan yang lain. Sebagaimana adanya aspek fisik, psikologis, dan rohani dalam kepribadian setiap manusia, begitu juga dalam suatu organisme atau kesatuan dari dua pribadi dalam pernikahan ada tiga aspek, yakni seks. eros dan agape. Aspek fisiknya dikenal sebagai "seks’. Aspek ini mencakup segala fungsi dan pengalaman biologis, dari pembuahan sampai kelahiran.
Seksualitas merupakan kegiatan yang berpusat kepada diri sendiri. Tentu saja, aktivitas seks harus melibatkan dua orang yang berbeda jenis untuk tujuan egoistic, yaitu berupa pemuasan keinginan, hawa nafsu. Pribadi yang lain hanya merupakan alat melalui mana seks dapat mencapai tujuannya, dan perasaan pribadi tersebut tidak harus diperhatikan.
Adalah salah apabila kita berusaha menggunakan fakta-fakta di atas untuk mendiskreditkan seksualitas, yang merupakan sarana perkembangbiakan manusia sebagaimana dikehendaki Tuhan. Seksualitas berfungsi sebagaimana fungsi-fungsi yang lain yang ditetapkan oleh Tuhan, misalnya seperti pencernaan, pernafasan dan peredaran darah. Namun, sebagaimana halnya fungsi-fungsi lain tersebut seks merupakan sebagian dari sesuatu yang lebih besar, dan terjadi hal-hal yang tidak wajar mengenai seks, apabila seks diransang dan dialami semata-mata hanya untuk seks itu sendiri
Eros, berbeda dengan seks, mempunyai keprihatinan terhadap pribadi yang lain sebagai seorang manusia yang mempunyai kepribadian dan bukan memanfatkanya sebagai sarana. Seorang laki-laki tidak tertarik secara erotis kepada semua wanita pada umumnya, tetapi hanya kepada seorang wanita tertentu dengan sifat-sifat pribadinya yang khusus pula.
Eros berusaha sekuat mungkin untuk memunculkan sifat-sifat kejantanan atau kewanitaan dari dalam kepribadian manusia. Kelemahlembutan dan kebaikan, daya tarik dan kehalusan pada satu pihak wanita, dan pada pihak pria keberanian, sikap ksatria serta kelakuan yang sopan dan penuh perhatian. Semua hal ini merupakan hal-hal yang erotis.
Eros yang adalah kegiatan jiwa manusia, selalu berkaitan dengan hubungan antara dua prang. Eros tidak pernah bertujuan untuk memuaskan keinginan pribadi seseorang, melainkan untuk menciptakan hubungan di mana masing-masing akan memberi kegembiraan atau kesenangan kepada yang lain. Pemuasan diri sendiri merupakan ciri-ciri seks dan hal ini sifatnya “sendiri”. Tetapi eros tidak pernah “sendiri” sebab dijalankan melalui pasangan. Eros menemukan pemenuhannya dalam hubungan cinta, memberi kesenangan kepada keduanya pada saat yang sama, memberi kemampuan kepada masing-masing untuk memberikan diri sendiri kepada yang lain, saling mengerti dan menghargai, memadamkan ego pribadi demi kebaikan yang lain.
Kita menderita kerugian besar di abad ini karena eros tidak banyak dikenal dan dicampuradukkan dengan seksualitas, paling tidak pada pihak laki-laki, Kebanyakan hal-hal yang dicap erotis oleh banyak moralis sebenarnya seksual juga sifatnya. Karena tak ada pengajaran moral yang diajarkan secara terus terang (terbuka), kaum pemuda dibiarkan bergumul sendiri dengan dorongan atau gairah yang muncul didalam badannya. Sebagaimana akibatnya, mereka tidak pernah dapat melihat lebih jauh dari pandangan bahwa cinta semata-mata merupakan dorongan seksual, Apa yang mereka butuhkan adalah pengajaran yang mencakup lebih dari seks, yaitu eros. Mereka perlu ditunjukkan bahwa obyek minat mereka yang utama, yakni tubuh wanita, meskipun tubuh tidak jahat dan bukannya remeh, kurang menarik jika dibandingkan dengan wanita dalam keseluruhan, yang terdiri dari tubuh pikiran dan jiwa.
Kelemahan yang paling umum dalam pernikahan mungkin adalah tidak berkembangnya eros. Kebanyakan suami sangat hebat dalam hal pengetahuan tentang seks, tetapi bodoh sekali dalam pengertian tentang eros. Oleh karena itu para istri mereka, yang lebih banyak dipengaruhi eros daripada seks, menjadi kecewa secara psikologis dan sebagai akibatnya secara fisik suaminya menimbulkan perasaan tak senang pada diri mereka. Perasaan dingin terhadap seks yakni ketiadaan nafsu birahi, pada pihak kaum istri merupakan pencerminan tepat dari sikap yang semata-mata seksual dan sama sekali tidak erotik pada diri suami mereka. Perasaan dingin ini hanya dapat ditimbulkan dengan memperbaiki sikap suaminya terlebih dahulu. Misalnya pipa air minum bekerja dengan tekanan maksimal apabila pintu air tepat pada posisinya; arus listrik yang maksimal hanya tercapai apabila keseluruhan aliran berjalan dengan baik. Apabila terjadi korsleting, maka kekuatan arus akan turun sampai nol. Seperti itu pula eros bergantung pada penguasaan seks.
Pemuda-pemuda, begitu pula laki-laki yang lebih tua, harus menyadari bahwa mereka mesti mengendalikan dorongan-dorongan yang timbul di dalam dirinya, bukan karena dorongan tersebut tidak baik atau bahwa hubungan seks yang terlalu sering mungkin berakibat serius atas fisik mereka, tetapi dengan tujuan untuk menjaga agar tegangan erotis tetap tinggi dan dengan demikian bersama istrinya mereka dapat menarik manfaat yang maksimal, Peringatan-peringatan moral yang mempersalahkan dorongan seksual menyatakan pandangan yang secara fundamental salah, dan sebetulnya pengaruhnya pada kaum pemuda tidak ada sama sekali. Apa yang sebenarnya diperlukan oleh kaum muda tersebut adalah mempelajari “seni bercinta" sebagai suatu yang dikehendaki Tuhan. Hal ini, sama dengan segala macam seni, tidak dapat diwujudkan tanpa disiplin.
Cinta juga memiiiki aspek yang ketiga, yaitu aspek rohani, yang dapat disebut dengan istilah Yunani agape. Seks berpusat pada ego, eros berpusat pada "kita berdua", yakni pasangan manusia, sedangkan pusat agape terletak lebih jauh dari pasangan manusia. Agape meliputi tanggungjawab satu terhadap yang lain, juga tanggungjawab kepada pihak ketiga. Agape memelihara loyalitas atau kesetiaan di antara kedua anggota suatu pasangan, meskipun apabila salah satu pihak tidak mau setia. Eros mengidupkan, "Jatuh cinta kepadaku; engkau tidak perlu setia."
Tetapi agape tahu bahwa dalam perkawinan yang terbaik pun ada saat-saat dimana cinta menjadi luntur dan kesetiaan harus mengisi kekosongan tersebut. Agape, sebagaimana dikatakan oleh almarhum ahli teologia dari negeri Swis, Emil Brunner, mencintai yang lain karena dia ada, bukan karena sifat-sifat tertentu. Seorang suami mencintai istrinya bukan hanya karena wajahnya yang cantik; seorang istri mencintai suaminya, bukan saja inteleknya. Dengan demikian Agape tidak terikat pada perbedaan seksual sebagaimana halnya dengan seks dan eros, "Tidak lagi diadakan perbedaan antara.... laki-laki dan perempuan, Saudara semuanya satu karena Kristus Yesus" (Gal 3:28, terj. Kabar Baik). Agape juga merupakan dasar persahabatan. Sebagaimana dikatakan oleh Montaigne, pengarang esei yang terkenal pada zaman dalu, mengenai temannya La Botie, "Apabila saya harus mengatakan mengapa saya harus mengasihinya, saya merasa satu-satunya jawab yang dapat saya berikan adalah: Sebab dia adalah dia, dan saya adalah saya".
Tetapi tidaklah benar sama sekali jika kita kemudian mempertentangkan agape dan eros sebagai dua ekstrim yang berlawanan, atau menganggap bahwa ogape lebih mulia dan lebih bersifat Kristen dari pada eros. Keduanya merupakan unsur yang sangat penting dalam pernikahan. Setiap pernikahan yang baik harus juga merupakan persahabatan. Suami isri perlu sama banyak saling menghargai, saling mencintai dan saling menarik sebagaimana dua orang yang bersahabat erat, Tetapi celakalah suatu pernikahan yang hanya semata-mata persahabatan, yaitu hanya Agap. Dalam setiap pernikahan yang baik suami istri harus saling mencintai dengan begitu menggelora dan kuat, secara terus-menerus saling membahagiakan, saling bersemangat dan mencari akal baru supaya hidupnya tidak begitu-begitu saja dan membosankan karena tak pernah ada variasi, dan menjadi seperti sepasang kekasih yang baru bercinta, yang selalu tergila-gila akan pasangannya. Tetapi celaka jugalah pernikahan yang hanya berisi nafsu, yaitu hanya eras.
Pernikahan dimulai ketika seorang laki-laki dan perempuan memutuskan untuk mempersatukan hidup mereka dan menyatakan keputusan itu kepada umum. Namun pada saat itu, seperti bayi yang baru lahir, pernikahan tersebut masih lemah dan perlu dibina. Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan sepenuhnnya. Sebagaimana seorang anak, pernikahan bukan sekedar kumpulan sejumlah bagian-bagian: Seks, eros, agape, kesetiaan, dan sebagainya, tetapi juga merupakan suatu kelengkapan dan kesatuan dari mulanya, yang terus berkembang setiap hari sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan.
Suami dan istri bersama-sama mengalami hal-hal yang menyenangkan dan menakutkan; mereka mengalami hal-hal yang tertentu yang membosankan dan hal-hal yang menggembirakan secara meluap. Seorang bayi dianugerahkan kepada mereka; mereka berdiri dengan kagum di samping ayunan bagitu juga ketika bayi itu mulai dapat melangkah dari tangan ibu ke tangan ayahnya. Kemudian mereka berdua merawat anak itu ketika anak itu sakit, serta merasakan ketakutan yang sama ketika anak itu sukar bernafas, dan berdoa bersama kepada Tuhan. Jika salah satu jatuh sakit, yang lain akan mengerjakan pekerjaan berdua, apabila suami atau istri kehilangan pekerjaan, mereka belajar lebih hemat dan mencari cara mengatasi masalah yang ada bersama-sama.
Kadang-kadang tarjadi masalah konflik diantara suami dan istri.
Mereka tidak dapat saling memahami, merasakan apa yang dirasakan oleh pasangannnya atau mengalah; kata-kata kasar diucapkan dan keduanya merasa sangat kesepian, susah dan marah. Kemudian mereka mendapati bahwa tidak akan ada orang lain yang bisa menolong, dan justru pasangannya yang paling penting dalam hidupnya. Lalu mereka rukun kembali dan merasa malu atas tindakan dalam mana mereka mementingkan diri, dan mereka mernbuang untuk selama-lamanya sebagian dari kecenderungan egois mereka itu. Pernikahan tumbuh melalui setiap gerakan yang dihargai dan dinilai tinggi yang dirasakan bersama oleh suami dan istri, mungkin ketika ada di desa, ketika mendengar musik, atau ketika membaca Alkitab, atau melalui setiap kata yang menghiburkan dalam situasi yang buruk, atau setiap letupan ketawa dari anak-anak mereka yang masih kecil.
Suami dan istri bukan hanya memiliki bersama apa yang telah berlalu, tetapi juga masa depan, yaitu semua rencana, harapan dan kekawatiran mereka yang telah dipersatukan, disamping Ketidakpastian mereka setiap pagi apakah mereka akan bersama lagi malam nanti. Tuhan memegang keduanya bersama-sama di tanganNya. Itulah pernikahan, dan pernikahan tidak dapat dipisahkan dan dipecahkan.
Ikatan cinta semacam ini digunakan berkali-kali dalam Alkitab, sebagai persamaan yang memadai untuk menyatakan kasih Tuhan kepada manusia dan perjanjianNya dengan umatNya. "sebab seperti seorang muda belia menjadi suami seorang anak dara, demikianlah Dia yang membangun engkau akan menjadi suamimu, dan seperti girang hatinya seorang mempelai melihat pengantin perempuan. demikianlah Allahmu akan girang hati atasmu” (Yes, 62:9). Dengan demikian cinta dalam pernikahan memiliki kekuatan untuk membuktikan bahwa kasih Tuhan dapat dipercayai, ataupun sebaliknya kalau tak ada kasih yang dinyatakan di dalam pernikahan tersebut, Cinta dan kesetiaan dalam pernikahan menetapkan pengertian yang macam mana yang dimiliki suami dan istri itu tentang kasih dan kesetiaan Tuhan.

(Penulis adalah Pdt. M.B.S. Hutasoit, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2005)

Senin, 27 September 2010

ARTIKEL: APA DAN BAGAIMANA "DOA"

1. Kalau kita baca tentang Doa dalam Alkitab, dapat kita lihat misalnya : Matius 6 : 9 -13; Matius 4 : 10 ; 5 Musa 6 : 13; dll. Maka, doa ialah :
1. suatu percakapan antara kita yang berbicara kepada Allah yang mendengarkannya. Doa itu harus suatu jawaban penuh iman atas hasil dengar-dengaran akan Firman-Nya. Jadi, hakekat doa Kristen ialah, bahwa doa itu adalah percakapan antara dua pihak - kita dengan Allah, yang telah berfirman kepada manusia di dalam Tuhan Yesus Kristus dan yang terus berbicara kepada kita dengan Firman dan Roh-Nya.
2. Istilah modern, defenisi doa ialah diumpamakan sebagai IDENTITAS dan Bahasa. Ibarat Bahasa, orang yang berbicara/berbahasa akan nampak siapa dia sebenarnya. Kalau kita orang Batak Toba, bila bicara akan nampak dan kedengaran dari bahasa dan dialek kita bahwa kita adalah Batak Toba.
Dari doamu, nampak identitasmu : orang beriman, orang yang rajin mendengar Firman Allah, orang yang melayani, orang yang bersaksi, dll.
3. Sekali lagi, doa adalah manusia bicara dan Allah mendengar.
Latar belakangnya ialah, karena manusia sudah lebih dulu mendengar Allah berbicara (melalui Firman dibaca, dikhotbahkan, dll)

2. Adakah artinya Doa kita itu ?
Pertanyaan ini sering timbul karena kita mengetahui Allah itu : Maha Tahu, Maha Kuasa. Karena ini, kita berpendapat, kalau kita berdoa, seolah-olah Allah belum tahu tentang hidup kita? Sebenarnya ini salah satu aspek membuat kita tidak tahu mau bicara dengan Allah. Kemahatahuan Allah, justru mendorong kita berdoa kepadaNya. Karena dengan berdoa itu, kita menikmati persekutuan kita yang intim, kudus dan kasih dengan Allah Pencipta kita. Tetapi, harus pula diingat, bukan karena doa kita maka Allah memberi atau bekerja. Allah tetap bekerja sampai sekarang, walaupun manusia sudah ingkar/berdosa,dalam rangka memelihara ciptaanNya. Kita adalah "anak-anakNya, teman sekerja Allah". Dia tetap mau menggabungkan diri dan memasukkan doa kita ke dalam rencanaNya, dalam
menyelamatkan dunia ini.

3. Adakah Allah mendengar Doa kita ?
1. Sering kita rasakan doa kita itu -"kosong"- kenapa ?
Karena kita berdoa bukan kepada Allah. Kalau tidak kepada diri sendiri, kepada orang lain.Contoh :
-berdoa agar keinginan kita yang jadi.
-berdoa agar didengar kawan, kita bisa/pintar berdoa.
2. Doa kita harus dengan KUASA dan NAMA YESUS KRISTUS. Kenapa ?
Dia yang memperdamaikan, Dia-lah Jalan, Kebenaran, dan Hidup kita (Yoh 14:6). Dengan Nama Yesus, berarti:
-mempertemukan dan menghapus dosa kita.
-berdoa karena PerintahNya.
-berdoa dalam RohNya.
3. Doa yang dikabulkan Allah ialah doa yang memperlakukan kehendak Allah dalam Yesus Kristus. Dengan kata lain, doa permohonan itu adalah untuk mempermuliakan Allah dan kebahagiaan manusia.

4. Syarat-syarat Doa yang Benar !
1. Iman, percaya bahwa Yesus yang menyuruh kita berdoa (Matius 7:7).
2. Rendah hati. Kita sedang berhadapan dengan Allah yang memberi kita HIDUP.
3. Kesederhanaan dan ketulusan hati. Sederhana, artinya : datanglah kepada Allah sebagaimana kamu ada jangan kamu datang kepada Allah berganti menjadi orang lain (pura-pura, dibuat-buat,dll).
Tulus, artinya : benar terarah kepada Allah, jangan mohon pengampunan dosa padahal orang lain tidak kita maafkan.
4. Keluasan hati (keberanian) – Ibrani 4:16
Cf.Jokub bergumul dengan malaikat Allah di sungai Jabek.
5. Rasa hormat ; jangan sornbong ; jangan menuntut ; jangan memaksa.
Jangan semau gue.Cf.lipat tangan, tutup mata.

5. Dosa-dosa yang Merusak DOA kita !
1. Kebiasaan - mesin, Doa menjadi suatu kebiasaan yang tidak bersemangat.
Contoh:
-perkataannya muluk-muluk (tidak berisi). Misalnya, "mengucap syukur kepada Allah atas berkat yang diterimanya dari Allah, tapi tidak merasa terharu dengan sungguh-sungguh atas berkat yang diterimanya itu.
-meminta pengampunan dosa, tapi tidak tahu dosa yang mana.
-mohon kebijaksanaan/pimpinanNya, padahal satu pun yang dikerjakan tidak diserahkan kepada Allah. Di sini terbukti, bahwa Allah tidak dimasukkan dalam kernesraan hidup.
2. Pertunjukan yang sia-sia (Show). Berdoa untuk orang lain
Cf.Mat 6:5-8 "Jahudi berdoa kuat-kuat di jalanan."
3. Kemunafikan. Artinya, berlagak pura-pura saleh ; mulut bicara pada Allah, hati mengabdi pada dosa. Cf.Yesaya 1: 15-16.
4. Memaksa atau Doa Sihir. Yaitu, menganggap Allah sama dengan Dewa yang hanya bekerja memenuhi keinginan kita.
5. Penyelewengan Pikiran.
Harus menghadap Allah, arahkan seluruh jiwa/kehidupan kepada Allah.

6. Apa yang harus kita Doakan ?
Yang jelas, kita tidak diatur, tidak harus begini, akan tetapi dasar doa ialah PERCAYA, yaitu Yesus Tuhan yang mengajar kita berdoa. Berdoalah dalam Iman.
a. Ada pengakuan kesalahan, pengakuan dosa
b. Percaya akan Kasih Allah yang suka mengampuni
c. Memohon
d. Mendoakan yang lain (Syafaat)
e. Ucapan Syukur, sembah puji, kemuliaan Allah.
Hendaklah doa kita bersumber dari doa yang diajarkan Tuhan Yesus : "DOA BAPA KAMI YANG DI SORGA"......Matius 6:9-13. Inilah doa yang sempurna.

(Penulis adalah Pdt. Monang P. Silalahi, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2005)

Selasa, 21 September 2010

ARTIKEL: MENYIKAPI KEGAGALAN DALAM PROSES REALISASI HIDUP

Pendahuluan
Pada tahun 2010 ini seperti telah dicanangkan, negara-negara Asean dan China telah memasuki Era baru yaitu melaksanakan perdagangan bebas dalam AC-FTA (Asean China Free Trade Area), dengan demikian maka barang-barang China akan bebas masuk kenegara-negara Asean demikian juga sebaliknya. Hal itu akan saling menguntungkan kalau neraca perdagangan antara negara-negara itu seimbang satu sama lain. tetapi bagaimana mau seimbang belum masuk ke tahun 2010 para pengusaha di Indonesia sudah menjerit karena barang-barang produk China sudah membanjiri Indonesia dengan harga yang jauh lebih murah dan mutu yang lebih tinggi dari produk Indonesia sendiri. Lihat saja barang elektronik dan barang-barang mainan produk China di glodok dan pasar pagi atau barang-barang textil di pasar tanah abang dan barang-barang porselen / keramik di Pasar jembatan tiga. Akibatnya banyak pabrik di Indonesa terpaksa mengurangi produknya atau harus tutup sama sekali akibat tidak mampu bersaing karena biaya produk yang tinggi di Indonesia. Sebagai akibatnya banyak perusahaan gulung tikar dengan mem PHK memutuskan hubungan kerja para buruh pegawainya malahan tanpa pesangon. Mungkin sudah jutaan buruh yang kena PHK di Indonesia dan sekarang menjadi pengangguran dan bagaimana nasib para tamatan sekolah menengah dan perguruan tinggi yang setiap tahun jutaan orang mencari pekerjaan? dan bagaimana nasib anaknya. Jamandatar orang sitahul tahul yang harus menanam padi di sabalombang dua kali satu tahun karena sawahnya berair atau harus menanam cabai sebagai tanaman selingan di sabarimba sababolak yang tanahnya kering karena sawahnya hanya dapat ditanami sekali setahun dimana air Aek Mandurana kering musim kemarau. Orang tua jungkir balik bekerja agar anaknya bisa menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan setelah selesai harus mengumpulkan uang lagi puluhan juta untuk masuk pegawai di salah satu instansi yang katanya sekali lagi katanya untuk masuk ke instansi tersebut tidak dipungut biaya satu senpun yang jelas “lulus test” katanya dan bagi penulis itu benar karena dulupun penulis masuk kerja tanpa mengeluarkan uang satu senpun dan mempercayainya. Tetapi oleh Jahaporas dikomentari: mana ada yang prei (cuma-cuma) di Jakarta untuk masuk W.C. saja harus membayar Rp 1.000. apalagi masuk suatu tempat untuk bekerja dan mendapat gaji katanya dengan mimik serius.

I. Dampak dari kesulitan hidup
Dewasa ini tempat yang banyak menjadi sorotan umum adalah tiga tempat yaitu mal atau apartement, menara, listrik atau menara telepon seluler dan jembatan diatas jalan aspal bukan diatas air alias jembatan layang. Ketiga tempat tersebut kadang-kadang sudah berubah fungsi dari tempat yang menghibur dan membuat kemudahan menjadi tempat mengerikan atau menyeramkan dan bukan karena tempat itu diisi oleh hantu jeruk purut yang bergentayangan pada malam hari tetapi justru pada siang hari dimana Iblis yang menggoda manusia untuk mengikuti jejaknya terutama mereka-mereka yang dangkal iman dan merasa gagal dalam menjalani hidup ini dan pergi bersama Iblis keneraka jahannam dengan meloncat membunuh diri. Dengan demikian selesailah masalah,tutup buku dan tamatlah semuanya, tetapi apakah sedemikian mudah penyelesaiannya? Tidak saudaraku beberapa waktu yang lalu seorang yang mencoba bunuh diri disuatu Mal diJakarta seorang yang meloncat dari jembatan layang tidak sesuai harapannya keduanya bisa diselamatkan tetapi tubuhnya patah dibeberapa tempat dan kemungkinan cacat untuk selamanya dan pembayaran perawatan dirumah sakit menumpuk sehingga akibatnya bukan menyelesaikan masalah tetapi menambah masalah. Tinggallah dia merenungi nasib, menyesel yang selalu datang kemudian dengan menahan sakit, menahan malu dan menahan segalanya yang tidak pernah bisa diselesaikan.

II. Kegagalan adalah suatu hal yang susah diterima
Kegagalan adalah suatu hal yang paling tidak bisa diterima oleh seseorang, karena setiap orang tidak pernah berpikir untuk pernah gagal tetapi selalu berpikir untuk terus dan terus berhasil sampai pada akhirnya mencapai puncak yang dicitacitakan. Ternyata pada suatu saat dia gagal maka akibatnya dia akan kehilangan semangat bekerja dan merasa bahwa dia sudah gagal total. Beliau lupa bahwa menurut orang bijak bahwa : ”kegagalan adalah suatu kunci keberhasilan” dimana dari kegagalan yang ada dia mengadakan evaluasi dan akirnya didapat suatu hal penyebab kegagalan dan dengan bercermin dari kegagalan maka dia bisa bangkit lagi dan berhasil. Tetapi ada juga yang merasa bahwa kegagalan yang dihadapi adalah sudah total dan tidak mungkin untuk bangkit lagi.
A. Arti sebuah kegagalan
Dalam kehidupan ini kita semua pernah menghadapi suatu kegagalan baik dalam usaha, dalam bidang pendidikan, maupun dalam keluarga dimana kegagalan itu kelihatannya disebabkan hal kecil dan tidak pernah diperhitungkan. Apabila kita menghadapi kegagalan tersebut kerap kali kita tidak mengetahui jalan keluar dan kita tidak bisa menerimanya dengan alasan kok bisa, padahal kita sudah perhitungkan dengan masak-masak akan segala risikonya yang mungkin timbul. Jarang terjadi suatu usaha yang langsung berhasil apabila tidak didukung oleh dana yang kuat atau seorang anak yang orangtuanya adalah “seorang kuat” dinegara ini dengan fasilitas yang wah dan selalu mendapat kemudahan-kemudahan untuk itu:
1. Perlu diingat bahwa apa sesungguhnya yang membuat adanya kegagalan membuat kita akan berusaha mengatasinya. Dengan demikian maka kita sudah mendapat ilmu baru perihal penyebab kegagalan dan cara mengatasinya dan untuk selanjutnya kita akan lebih hati-hati lagi. Seperti kata orang bijak: ”Experience is a best teacher” pengalaman adalah guru yang baik bagi orang yang mau belajar dari hal telah dialaminya.
2. Kegagalan kemungkinan timbul karena terlalu banyak mempergunakan teori atau juga berdasarkan keberhasilan orang lain tanpa mempelajari lebih mendalam akan keberhasilan orang lain tersebut. Untuk itu perlu diadakan semacam penelitian terlebh dahulu atas apa yang diinginkan oleh pasar. Berarti ada usaha untuk belajar mengetahui kondisi lingkungan.
3. Seorang yang selalu berusaha untuk mengatasi kegagalan adalah akan menjadi kuat dan tahan banting karena kegagalan bukan untuk dihindari tetapi diatasi dengan sikap terbuka dan positif. Memang perlu diakhiri bahwa kegagalan adalah suatu hal yang sulit diterima oleh siapa saja pada umumnya. Tetapi apakah suatu kegagalan membuat seseorang menjadikan dunia menjadi kiamat? Tentunya tidak saudara-saudaraku.

B. Kegagalan sebagai pembelajaran
Kegagalan bisa terjadi apabila seseorang merasa tidak berhasil mencapai apa yang diharapkan atau dicitacitakan misalnya tidak dapat menyelesaikan pendidikan karena tidak ada biaya, setelah menyelesaikan pendidikan tetapi sulit mendapat pekerjaan seperti yang diharapkan, sudah mendapat pekerjaan tetapi kemudian kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), membuat usaha tetapi tidak berhasil dll. Untuk itu bagi seseorang yang harus mencari pekerjaan maka jauh-jauh hari dia sudah harus bekerja keras untuk menuntut ilmu. Seperti kata orang bijak: Kalau kamu mau keadaan nanti ramah kepada anda maka sekarang anda harus keras kepada dirimu tetapi sebaliknya apabila kamu sekarang ramah kepada diri anda maka nanti keadaan akan keras kepada anda. Untuk itu ada jauh-jauh hari sudah harus mempersiapkan diri dengan keras. Suatu Instansi Pemerintah dalam menyaring calon pegawainya sangat ketat dimana antara lain:
1. IPK harus 2,75.
2. Fasih dalam 2 bahasa asing.
3. Bersedia ditempatkan dimana saja.
4. Berbadan sehat dll.
Dari sejumlah pelamar dibawah IPK 2,75 tentunya sudah gugur terlebih dahulu dan dari seluruh pelamar dengan IPK 2,75 tadi hanya 5% - 10% yang akan ditentukan dengan hasil penyaringan selama 7 kali, sekarang apakah anda termasuk salah satu diantaranya? Kalau anda seorang yang bekerja dibidang perdagangan mengalami kegagalan maka perlu diperhatikan beberapa hal:
1. Apakah biaya penjualan terlalu mahal dibandingkan dengan yang lain.
2. Apakah pelayanan tidak seperti yang diharapkan dimana terlalu lama dll.
3. Apakah ada potongan harga untuk mereka yang membeli dalam jumlah besar, pelanggan lama dan setia.
4. Apakah produk yang dijual memang produk yang dibutuhkan oleh masyarakat setiap hari.
5. Apakah jaminan kesediaan barang cukup memadai untuk jangka waktu tertentu dll. Dengan demikian maka kita harus memperhatikan hal-hal tersebut mempelajarinya dan mencari jalan keluar atas hal yang ada.

III. Menyikapi kegagalan dalam proses realisasi hidup
Bagaimana kita harus menyikapi kegagalan dalam realisasi hidup bisa dilaksanakan sbb:
1. Kita harus mengadakan evaluasi dan koreksi diri mengapa hal itu terjadi apakah memang ada kekurangan atau kelalaian kita selama ini sehingga kita bisa mendapat jalan keluar.
2. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan kata-kata dari mereka yang dulu pernah gagal tetapi diatas puing-puing kegagalan itu dia berusaha bangkit lagi. Seperti Henry Ford pengusaha mobil yang terkenal. Saat dia diambang kebangkrutan dan semua assetnya disita dia hanya berkata: silakan ambil semuanya kecuali pegawai saya. Dan dengan pegawai-pegawai tadi dia bangkit lagi sampai sekarang.
3. Gagal untuk menjadi pegawai jangan menjadi patokan atau dasar untuk putus harapan. Mungkin anda bertalenta bukan pegawai tetapi pedagang, pengusaha dll. Cari usaha lain yang tidak memerlukan biaya besar. Seorang pengusaha terkenal dia mulai usaha hanya dengan menjual/berdagang beberapa butir telur.
4. Kegagalan harus disikapi dengan tenang dan tetapi berusaha karena hidup harus jalan terus berarti pemasukan tentunya harus tetap ada dan jangan malu untuk berusaha apapun asal tetap halal.
5. Jangan cepat-cepat memutuskan bahwa saya sudah gagal tetapi usahalah bergaul dengan banyak orang yang kemungkinan ada yang dapat memberi jalan yang baik.
6. Usahakan bahwa anda mempunyai satu kelebihan dari orang lain biarpun hanya sedikit sehingga kelebihan itu menjadi modal yang dapat dikembangkan pakailah prinsip bisnis orang Jepang dimana apabila anda berjalan dihutan bersama seorang kawan dan tiba-tiba ada harimau mengejar anda maka usahakan agar anda setengah langkah lebih maju dari kawan anda dan akhirnya yang diterkam oleh harimau adalah orang yang paling belakang berarti selamatlah anda.
7. Dan jangan lupa dan terutama yaitu berdoa dan kegereja karena Tuhan akan memberi kesempatan pada ummat NYA yang tekun didalam doa dan sabar dalam pengharapan.

Penutup
Kegagalan dalam hidup terjadi karena adanya impian dan cita-cita tidak kesampaian seperti yang diharapkan. Sebenarnya yang harus diperhatikan bahwa talenta yang dimiliki seseorang itu tidak selamanya seperti apa yang dicita citakan orang. Seorang pegawai yang kena pemutusan kerja ternyata dia membuka usaha sendiri malahan kondisi kehidupannya jauh lebih baik dibandingkan dengan semasa dia jadi pegawai. Juga harus ada kesungguhan untuk beralih professi dari yang dicita-citakan menjadi pekerjaan lain. Kegagalan dalam proses realisasi kehidupan hanya akan dialami oleh orang-orang yang idealis, padahal dalam kehidupan ini kita harus berusaha membaur dengan orang dari segala macam asal usul pendidikan, kebudayaan dan lain lain. Kita harus tetap bersemangat dan jangan lupa tetap Ora et Labora, dan jangan pernah menyerah karena life is stroggle not enjoy kata orang bijak: pada saat penulis mau mengakhiri tulisan ini Rudy cucu penulis menyanyikan lagu D’masiv yaitu jangan menyerah sbb: Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah Tuhan pastikan menunjukkan kebesaran dan kuasanya, bagi hambanya yang sabar dan tak pernah putus asa. Anak kecil saja tahu menyanyikannya masa kita orang dewasa tidak bisa melaksanakannya. Tidak percaya, silakan coba. Tuhan selalu memberkati kita semuanya, Amin dan Horas.

(Penulis adalah Kamaruli Pohan Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Februari 2010)

Sabtu, 11 September 2010

RENUNGAN: KEJUJURAN (AMSAL 19:9)

Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman,
orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa

I. Pengantar
Siapakah yang dapat melihat kejujuran dalam cerita bohong?
Sebagai seorang Raja Israel yang pertama di Israel, berdasarkan garis keturunan, "Salomo" naik tahta tanpa pemberian karunia Allah. Namun demikian, Salomo menunjukkan kasihnya kepada Tuhan dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, Ayahnya. Karunia itu kemudian diperolehnya dalam penglihatannya di Gibeon. Tuhan menyodorkan kepadanya suatu pilihan. Menyadari pekerjaannya sebagai seorang pemimpin yang belum berpengalaman ditengah-tengah umat Allah (Israel) bangsa yang besar itu, maka dia memohon hati yang paham membedakan antara yang baik dan yang jahat (1 Raj. 3 : 9)
Salomo menyadari tanpa karunia Allah, seorang raja mustahil mampu menegakkan keadilan. Pada kenyataannya manusia seringkali menutupi kejujuran dengan kebohongan yang telah dipoles sedemikian bagus untuk memenangkan setiap persoalan yang dihadapi.
Dalam waktu yang singkat setelah Salomo mendapat karunia Allah, dia diperhadapkan dengan pertengkaran 2 perempuan sundal dengan bayi mereka (1 Raj. 3 : 16). Dengan memenangkan salah satu diantaranya telah menjadi contoh yang luhur yang menunjukkan hikmah Salomo. Beberapa istilah Ibrani dan Yunani yang bisa kita
samakan dengan kejujuran, kita uraikan demikian :
- Misypat berarti keputusan yang tepat.
- Isedaa (kejujuranku : Kej, 30 : 30), yakub memenuhi syarat-syarat perjanjiannya untuk menggembalakan domba Laban.
Ada kalanya seseorang bisa selamat dari hukuman karena menghadirkan saksi dusta sehingga bagi banyak orang kepalsuan seolah-olah tertutupi. Bahkan di dalam peristiwa "kebun anggur Nabot" (1 Raj. 21:1- 29) Raja Ahab dan Izebel, muncul sebagai pemenang karena menghadirkan saksi dusta dan mengupah orang dursila untuk menyembur-nyemburkan kebohongan. Tetapi takhtanya tidak bertahan lama, yang paling mengenaskan Izebel mati terbunuh, mayatnya terinjak-injak dan darahnya dijilat anjing.

II. Keterangan
Salomo tampil sebagai seorang pemimpin yang sangat dikagumi. Dia muncul mengungguli sebayanya di Mesir, Arab, Kanaan, dan Edom. Dalam hal hikmat (1 Raj. 4 : 29 dab), Salomo menjadi penganjur Sastra Hikmat Israel. Tak ada masa lain lagi dari kerajaan Israel yang begitu berjaya. Amsal-amsalnya yang hebat ada 3.000 dan nyanyiannya 1.005. Dia berbicara tentang pepohonan, binatang seolah peneliti botani dan zoologi. Keberhasilan yang dicapainya termasuk memadu hubungan-hubungan internasional, kekayaan (dijamannya, di Yerusalem : emas sama dengan batu; 2 Tawarikh 1 : 15). Kemegahan bait suci dan banganan istananya didukung oleh para pelayannya yang terlatih, cara makan dan minum, semua itu menambah keharuman nama Salomo. Namun harus kita catat bahwa Salomo menempatkan takut akan Tuhan adalah sumber pengetahuan dan hikmat. Kejujuran sangat disanjungnya. Salomo menyadari bahwa : orang sesat adalah kekejian bagi Tuhan tetapi dengan orang jujur la (Allah) bergaul erat (Amsal 3 : 32).
Ada kalanya dalam menghadapi situasi sulit seperti yang kita alami di negara kita saat ini berbicara tentang kejujuran adalah hal yang mustahil. Sudah menjadi kenyataan bahwa harapan yang sudah hampir pasti bisa gagal karena ketidak-jujuran. Hal serupa ini bisa kita temukan dikalangan aparat hukum, misalnya : untuk menangani kasus korupsi pada awalnya menggebu-gebu untuk memberantas korupsi, tidak berapa lama kemudian khabarnya nyaris tidak terdengar.
Demikian juga dengan para pakar ekonomi, mereka tidak lagi mampu memberikan kepastian yang jujur tentang kemungkinan yang masih bisa diupayakan untuk mencegah kemerosotan ekonomi. Masyarakat seolah-olah tidak ada lagi penuntun yang dapat membimbing mereka keluar dari kesulitan yang mereka alami. Bahkan kekayaan alam Indonesia yang subur itu tidak lagi menjanjikan ketahanan pangan bagi bangsa ini. Untuk bisa keluar dari kesulitan yang kita hadapi sudah menjadi kewajiban kita sebagai warga masyarakat Indonesia harus mau tunduk di hadapan Tuhan. Jangan ada diantara kita yang memperburuk keadaan dengai mengatakan hal yang tidak benar yang belum kita tahu kepastian berita yang akan kita sampaikan. Sebagai warga gereja yang baik kita harus berdoa bagi semua pemimpin dan warga masyarakat bangsa ini. Kita semua harus mau berubah dari kebiasaan yang tidak baik. Hal menyakitkan yang sudah kita alami jangan lagi dibumbui dengan kata-kata dusta yang dapat rnenambah ketakutan dihati masyarakat kita. Masyarakat lemah sudah lelah oleh banyaknya isu ketakutan tentang politik, ekonomi, dan keamanan. Belum lagi ancaman kesehatan yang setiap saat bisa berganti, seperti : sapi gila, flu burung dan lain-lain. Padahal kita tahu makanan yang tersedia di pasar tidak banyak pilihan. Jika ada orang yang mencoba memanfaatkan situasi demikian untuk kepentingan pribadi atau golongan, ingatlah ada Allah yang melihat jauh kedalam lubuk hati setiap orang. Dialah yang akan membalasnya dan akan ternyata, bahwa : orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa. Untuk itu apapun yang terjadi kita tidak perlu takut, percaya saja kepada Allah maka Dia akan bertindak.

III. Kesimpulan
Belajar dari keberhasilan Salomo sebagai seorang raja yang berhasil memimpin sebuah bangsa yang besar, maka ada beberapa catatan penting yang bisa kita lihat:
- tidak semua manusia lahir dengan bakat dan kemampuan yang hebat. Apa yang kira perlukan dalam melakoni kehidupan ini, Tuhan mengetahuinya. Dengan selalu menunjukkan kasihnya kepada Tuhan, Salomo diberikan karunia dan diberkati dalam menempuh setiap langkahnya. Sesederhana apapun penampilan dan cara berfikir kita, Tuhan pasti memampukan semua yang dikasihi-Nya dalam menempuh cita-cita yang dipergumulkan dalam permohonan dan doa kepada Allah.
- Kedekatan kepada Allah ditandai dengan kebaikan hati dan sikap adil, sebab Tuhan bergaul karib dengan orang yang jujur.
- Marilah belajar menciptakan ketenangan sekalipun orang-orang disekitar kita gelisah dan rusuh akibat berita yang tidak baik. Tetapi anak-anak Tuhan selalu menebar damai dan giat berkarya. Shalom!!!! Tuhan Yesus Memberkati

(Penulis adalah Pdt. K.E. Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Nopember 2005)

Jumat, 10 September 2010

ARTIKEL: BERGAUL DENGAN SESAMA NAMUN TETAP SEBAGAI MURID KRISTUS (GAUL BUT STILL FOLLOW JESUS)

1. Pengantar
Bisa dibilang, teman merupakan kebutuhan mutlak bagi kita. Tanpa teman, dunia akan terasa sepi. Hari-hari kita lebih banyak dihabiskan bersama teman sebaya. Ketika di sekolah, ngerumpi, menyalurkan hobi, bahkan ikut kebaktian, pasti bersama teman. Bersama teman-teman, kita akan merasakan dunia ini indah: bisa bercanda sesukanya dengan mereka; saat kita sakit kedatangan mereka yang berisik dapat membangkitkan harapan dan keceriaan, bahkan membangkitkan semangat untuk hidup. Atau di saat kita ada masalah, mereka mau mendengarkan curhat kita. Karena itulah pada hakikatnya kita musti bergaul dengan sesama. Persoalannya bagaimana kita kalau berteman (bergaul)? Sebab kalau salah, pertemenan (gaul) bisa menghambat perkembangan diri kita termasuk pelajaran, bahkan bisa menghancurkan hidup kita. Lantas bagaimana menyiasatinya? Inilah yang akan kita percakapkan pada topik ini.

2. Dasar-dasar Berteman (Bergaul)
Pertanyaan yang mungkin sering eloo lontarkan “mengapa kita berteman/bergaul? Apa dasarnya? Kita pertama-tama bertolak dari Alkitab gitulo.. Kalau kita baca kitab Kejadian pasal pertama dan kedua, jelas ditunjukkan bahwa manusia diciptakan bukan untuk menyendiri atau memisahkan diri dari dunia sekitar. Manusia diciptakan untuk “bertemen” dengan sesamanya, dan memelihara ciptaan Tuhan dengan penuh tanggungjawab. Jadi Tuhan tidak seneng kalo kita menyendiri atau menjauhkan diri dari dunia sekitar kita. Dengan berteman/bergaul kita dapat mengasihi sesama (dan sebaliknya), dan yang paling utama pertemenan merupakan bagian dari pribadi kita sebagai manusia.

- Aku ingin punya sahabat. Sahabat adalah orang yang spesial di hati. Bersamanya kita bukan cuma berbagi suka, tapi juga bisa curhat sambil berurai air mata saat patah hati. Dia atau mereka adalah yang punya care pada kita, sekaligus mau mendukung kita. Kalau begitu: jangan gegabah menentukan sahabat, jangan cuma melihatnya secara fisik dan sikapnya yang terlihat baik. Jalanilah pertemanan dengan sesama, dan pelan-pelan kamu akan menemukan orang-orang yang punya kesamaan, entah itu hobi, pola hidup, atau cara pandang. Setelah itu bolehlah mulai untuk sobatan lebih dekat lagi.

- Harus seiman? Nilai-nilai dalam pergaulan itu universal. Jadi siapa saja bisa kita jadikan teman. Malah dengan memiliki teman yang tidak seiman, kita akan kaya pengalaman.

- Belajar untuk saling mengerti. Dengan berteman kita akan berhadapan dengan temen yang kadang-kadang di antara kita terjadi perbedaan pandangan, dan masing-masing juga tentu punya kelemahan. Di sinilah perlunya pergaulan agar masing-masing dapat belajar untuk saling mengerti.

3. Berbagai Masalah Dan Alternatif Solusi Dalam Berteman (Bergaul)
Dalam pelaksanaannya, bergaul enggak selalu mulus. Kita menemui benturan-benturan dalam bersahabat atau berteman. Berikut ini akan kita lihat beberapa masalah yang bisa terjadi dalam berteman:

- Haruskah tampil beda dari teman?
Bagaimana perasaanmu kalau suatu hari kamu berpakaian seragam ke sekolah padahal semua kawanmu berpakaian bebas? Tentu saja canggung, kamu canggung dan malu kalau berbeda dengan kawan-kawanmu. Kamu ingin kelihatan sama seperti mereka. Itu namanya konformitas yaitu penyamaan diri dengan kelompok. Perasaan ini timbul karena kebutuhan untuk merasa terhisap kepada teman-teman.
Konformitas yang paling mencolok adalah dalam hal penampilan. Kamu kurang senang kalau terlalu berbeda dari kawan-kawanmu dalam hal potongan rambut, mode pakaian, sepatu, tas dsb. Gitu juga dalam hal bahasa, kamu kan punya “kamus prokem”? yang punya istilah bokap, nyokap, doi,boxy, dll. Keinginanmu untuk mengikuti apa yang jadi mode di antara kawan-kawanmu, okay dapat dipahami. Namun itu tidak berarti mengorbankan kepribadianmu. Misalnya, kamu sudah berpendapat tidak mau menjadi perokok. Motivasimu jelas: merokok merugikan kesehatan. Lalu kamu berada di tengah-tengah kawan-kawanmu yang sedang merokok, dan kamu menolak ajakan mereka. Dan mereka mengejek: ah pengecut, anak kemaren, kuno, anak mammi dll. Demikian juga dengan perilaku yang lain: misalnya ugal-ugalan, tawuran. Kalau kamu menolak, mungkin kamu akan kehilangan kawan, tetapi kalau kamu menyerah, kamu akan kehilangan kepribadian. Mana lebih susah dicari? Di sinilah pentingnya pengendalian diri, sebab orang yang tidak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya (lih. Ams. 25:28)

- Ihh, temanku itu suka bohong
Kalau temen sampai bohong, pada dasarnya yang bermasalah itu dia, dan yang akan menanggung resiko kebohongan di hadapan Tuhan adalah dia sendiri. Kita mungkin rugi sedikit karena kebohongannya. Makanya menghadapi yang begini, jangan dengan emosi. Justru kita harus punya dasar kasih, supaya dia bisa memiliki kejujuran. Dia juga dapat menjadi baik dan kita juga seneng bersamanya. Untuk itu, kamu perlu: cari momen yang bagus untuk bicara dari hati ke hati, dan berterus teranglah bahwa kita lebih menyukai kejujuran; dan jangan lupa doakan dia supaya hatinya tergerak untuk berubah.

- Uhh, dia sering ingkar janji
Dalam berteman pasti sering ada kebersamaan. Dalam memupuk kebersamaan itu, kita sering membuat janji. Entah itu janjian untuk ketemu, janjian untuk melakukan sesuatu atau yang lain. Kenyataannya adakalanya kita menemui teman yang mengingkari janji. Sebelum kita menjadi sebel, perlu: memahami (tanyakan)alasannya, bersedia memaafkan, dengan demikian kita bebas dari rasa dendam, ingatkan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan daoakan dia agar Tuhan mengubahkan dia meninggalkan kebiasaannya yang kurang baik itu.

- Soal cinta/pacaran
Soal cinta ini bisa bikin kamu hepi, tapi juga bisa memusingkan kepala. Bahkan kalau enggak terkontrol bisa menjebak kamu jatuh dalam kepahitan hidup. Pertanyaan yang sering diutarakan: “haruskah seiman”? Dengan dalih sudah saling cocok, atau ingin membawa orang lain bertobat, banyak yang memutuskan pacaran dengan orang yang tidak seiman. Ini semua masuk akal, tetapi argumen ini sering amblas ketika seseorang dengan pacarnya sudah menjalaninya. Ada yang menjadi malas ke tempat ibadah masing-masing, atau malah terpengaruh dengan pasangannya. Makanya jalan yang terbaik adalah mencari orang yang seiman. Keuntungannya, antara lain: (1) Bisa bertumbuh bareng. Banyak pemuda yang jadi bersemangat dalam membina imannya karena ada pacar. Tentunya ini bukan hal yang mutlak untuk semua orang. (2) Meminimalkan konflik. Ya, kamu bebas berdiskusi apa saja tanpa takut tersandung masalah yang sensitif karena perbedaan agama. Sebab, salah satu potensi konflik adalah soal ini. Konsentrasimu dapat dialihkan untuk menghadapi konflik-konflik yang berkaitan dengan perbedaan pribadi.

4. Penutup
Remaja belasan seperti kamu-kamu ini pasti seneng-senengnya gaul. Punya temen banyak bikin hidup lebih hidup. Tapi bukan berarti nggak ada masalah juga, sih! Bila kamu salah menyikapi, bisa terjerumus sendiri. So, kita butuh arah yang jelas dalam menjalani hidup ini. Karena itu baiklah disimak apa yang dikatakan pemazmur berikut ini: “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih?Dengan menjaganya sesuai firman-Mu.(Mzm. 119:9)

(Penulis adalah Pdt. Daniel Napitupulu, M.Min., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2005)

Kamis, 02 September 2010

ARTIKEL: REDUPNYA SPRITUALITAS KASIH

Pengantar
Kita hanya dekat dengan orang yang kita sukai.
Dan seringkali kita menghindari orang yang tidak kita sukai.
Pada hal dari dialah kita akan mengenal sudut pandang yang baru” dan “Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan, Jangan pernah mengabaikan tuntutan kebaikan tanpa mengetahui kuburukan yang kemudian kita dapat”
.

Ungkapan di atas sengaja penulis kutip dari seorang motivator Mario Teguh, yang mengantar kita memahami realitas “Redupnya Spritualitas Kasih” dalam kehidupan kita saat ini, yang sekaligus menjadi judul dan tema tulisan ini. Seperti itulah kehidupan banyak orang saat ini.
Kalau kita melihat kehidupan sekarang tidak banyak orang lagi yang mau interaktif menanggapi situasi sosial yang ada dihadapannya apa lagi ditempat yang lain. Semua orang sibuk mengejar jabatan, glamour, dan gengsi. Tercerai berai tidak ada pengayoman, tidak ada rasa aman. Memiliki iman tetapi hanya disimpan di dalam hati saja. Iman yang tidak memiliki perwujudan konkret, Iman yang mati, menjalani kehidupan rohaniah yang rasanya tawar, diam dan tidak berkembang. Seperti air tawar dingin tanpa warna tanpa sukacita beku dan kaku. Bergerak tetapi tidak beranjak. Hiruk pikuk dan ramai tetapi tanpa makna.

Redupnya Spritualitas Kasih
Akhir-akhir ini banyak keluhan, kekhawatiran, kecemasan. Sulitnya membangun gereja, gedung-gedung gereja dihancurkan. Orang-orang Kristen hanya bisa melakukan kebaktian rumah tangga dengan tanpa suara, menyanyi juga tanpa suara. Orang-orang Kristen ditekan, digeser, didiskriminasikan diperlakukan sebagai warganegara kelas dua atau kelas tiga. Kita bertanya: kalau sekarang saja sudah begini, bagaimana nanti? Pada satu pihak, mendengar dan melihat semua itu, Anda tentu marah, geram, tidak bisa dimengerti, tidak bisa menerima. Bukan saja oleh karena kita ini orang Kristen, tetapi terutama oleh karena kita percaya betul dengan Pancasila. "Gelar elite menjadi predikat, menyebut orang-orang pilihan, golongan kelas atas, kaum terkemuka, pejabat. Ternyata itu hanyalah sekedar nama, pertikaian dan tindak kekerasan tidak pernah serius dihentikan, HKBP Filadelfia Res Duren Jaya Tambun Kab.Bekasi di segel oleh Pemkab Bekasi. HKBP Sibuhuan Kec.Barumun Padang Lawas tidak diijinkan beribadah, begitu juga satu gereja HKBP Sarolangon Jambi, HKBP di Dumai dan di Cinere. Para elit sibuk bertengkar soal jabatan dan pembagian proyek." Ini membuktikan Spritualitas Kasih kita telah redup.
Menurut K.Prient, Kamus Latin-Indonesia. Spritualitas berasal dari kata latin “spiritus” yang artinya antara lain: roh, jiwa, sukma, nafas hidup, ilham, kesadaran diri, kebesaran hati, keberanian, sikap dan perasaan. Istilah spritualitas dapat dilihat mengacu pada sikap hidup yang erat kaitannya dengan pengenalan dan kesadaran diri yang bersumber pada roh sebagai nafas hidup. Jadi istilah spritualitas mencakup pengenalan hidup dan pengenalan diri. Mark A McIntosh dalam bukunya, Christology from Within mengatakan Roh Kudus itu diutus oleh Tuhan sendiri, bahkan Roh Kudus itu adalah Tuhan itu sendiri. Roh Kudus itu adalah Roh Allah, Roh Kudus itulah yang menguasai kita. Bukan kita yang mengatur Roh Kudus, tetapi Roh Kudus itu yang mengatur kita. Bukan Roh Kudus yang memenuhi kehendak dan keinginan kita, tetapi kitalah yang harus menaati apa yang dikehendaki oleh Roh Kudus. Orang yang dikuasi Roh Kudus, Ia harus membuktikan melalui tutur katanya, sikap hidupnya, tingkah lakunya.

Spritualitas Kasih yang Menyala
Ioanes Rakhmat dalam sebuah tulisannya berjudul Spritualitas Yesus dari Nazaret mengatakan, Berbicara mengenai spritualitas dalam kekristenan adalah intensitas dan kedalaman hubungan seseorang dengan Roh Yesus Kristus atau Roh Kudus yang menjadi landasan dan pembentukan jati diri yang dinampakan dalam sikap dan perilaku yang terus menerus, kehidupan yang dijalaninya memungkinkan untuk menemukan makna asasi dalam hidupnya, menjadi bingkai dalam menjalani hidup yang bisa mendatangkan pembaharuan dalam hidupnya.
Jadi bagi orang Kristen, makna hakiki dan jati diri adalah menemukan Roh. Pada waktu Yesus hidup kawasan roh yang menjadi pusat hidup-Nya yang membentuk jati diri-Nya sebagai kawasan Allah. Itulah yang membuat spritualitas Yesus sebagai “Spritualitas Kerajaan Allah”. Hubungan spritualitasnya yang mendalam adalah Allah yang dipangil-Nya sebagai Bapa yang sedang menjalankan kekuasaan-Nya dan bentuk hakikinya adalah ketika Yesus mendemonstrasikan kekuasaan pemerintahan Allah di dalam karya dan perkataan-Nya yang terus menerus dihayati. Dampak penghayatan-Nya pada tatanan sosial masyarakat-Nya pada akhirnya membawa-Nya pada kematian. Spritualitas yang seperti inilah yang tidak hadir lagi dalam kehidupan kekristenan saat ini, yang hanya mengunggulkan spritualitas yang mengawang, tidak bersentuhan dan bahkan melarikan diri dari realitas sosial.
Pencobaan Yesus di padang gurun (Mark.1:12-13; Mat.4:1-11; Luk.4:1-13) menunjukkan perjuangan spritualitas Yesus, yang lebih dari pergumulan batiniah Yesus sendiri, ketika memulai visi dan panggilan hidup-Nya. Ia berada di padang gurun empat puluh hari lamanya, di cobai iblis. Ketika Ia dibaptis oleh Yohanes, Dia telah memasuki dunia Roh, Ia melihat langit terkoyak dan Roh seperti merpati turun ke atas-Nya. Dalam rangkaian ini semua menunjukkan Yesus mempunyai hubungan yang kuat dengan kuasa Roh yang memberi-Nya pengelihatan-pengelihatan dan kuasa, yang di cari dan diterima-Nya dari Roh melalui ujian-ujian fisik dan batiniah yang berat di padang gurun. Kalau kita baca di Luk.10:17-18, Iblis pun takluk akan Dia.
Dalam spritualitas-Nya, Yesus juga terbenam dalam doa yang sangat mendalam dan berlangsung lama bisa beerjam-jam bahkan sampai semalam suntuk (Mark.6:46; 9:2; Mat.14:13; Luk.6:12). Ia memelihara hubungan-Nya dengan Allah yang sangat akrab dan mendalam dalam kawasan Roh. Bukan karena daftar pokok doa yang panjang dalam bentuk permintaan dan permohonan. Dalam suatu kesempatan, Yesus bersama tiga murid-Nya (Petrus, Yohanes dan Yakobus) dikisahkan berdoa dalam kontemplasi (Luk.9:29-29). Di saat Ia berdoa, Yesus berubah rupa dan pakainnya menjadi sangat putih berkilau dan murid-murid-Nya melihat Elia dan Musa bersama-Nya, bercakap-cakap dengan-Nya. Dalam hal ini Yesus berhubungan langsung dengan alam Roh. Pada diri-Nya bertemulah dua dunia, Dia menjadi perantara dua dunia. Diri-Nya memancarkan cahaya kehadiran Ilahi yang menyelimutinya dan menggentarkan orang (Mark.1:22).
Dengan memiliki hubungan dengan Roh Allah yang berwibawa dan berkuasa itu juga yang ditunjukkan-Nya di dunia ini, bahwa Kerajaan Allah sedang berhadapan dengan kuasa setan. Yesus mendemonstrasikan bahwa Allah kini memerintah melawan musuh Allah yakni setan. Dan spritualitas kerajaan Allah yang dihayati Yesus, membuat-nya berhadapan dengan kuasa anti-Allah, menimbulkan dampak sosial politik dalam tatanan masyarakat di zaman-Nya, yaitu orang-orang Yahudi yang memiliki pemahaman sendiri yang baku.
Yesus melakukan perlawanan tanpa kekerasan senjata, tetapi Dia memberi ucapan-ucapan dalam bentuk cerita dan perumpamaan tentang Kerajaan Allah serta tindakan-tindakan simbolisnya. Tetapi walaupun bukan perlawanan dengan kekerasan semuanya itu membawa-Nya pada kematian di kayu salib, karena penguasa Roma juga melihat kemapaman politik bisa terganggu apabila Yesus terus dibiarkan menyampaikan kisah-kisah-Nya mengenai Kerajaan Allah. Yesus pernah mengatakan,”…sesungguhnya Kerajaan Allah itu ada di antara kamu (Luk.17:21b). Kerajaan itu ada di tengah rakyat yang najis dan paling menderita karena penjajahan Roma dan sistem puritas yang dipertahankan kalangan elit imamat aristocrat Yahudi. Tindakan Yesus membangun dan memasuki persekutuan dan persaudaraan dengan orang-orang najis dan marjinal dan makan bersama-sama mereka tanpa memakai meja. Sehingga terbentuk suatu komunitas yang anggota-anggotanya setara, egaliter adalah perwujudan dari keyakinan dan pewartaan-Nya bahkan Kerajan Allah adalah kerajaan yang merobohkan hierarki sosial relegius yang dipertahankan dalam sitem puritas.

Refleksi
“Spritualitas Kasih ditandai dengan kehidupan doa, bersikap dan memandang seluruh kehidupan dalam perspektif hubungan dengan Allah-yang mendorong dan melahirkan tindakan. Tindakan yang didorong oleh ketaatan yang penuh kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia. Spritualitas yang memiliki kasih menilai manusia dari apa yang ada di dalam hati. Bukan kulit tetapi isi. Membenci semboyan-semboyan yang kosong tanpa arti, membenci seremoni-seremoni tanpa isi, membenci sikap yang mengutamakan prestise dan bukan prestasi yang ingin disenangi lalu menghianati hati nurani. Spritualitas yang memiliki kasih menyadari sepenuhnya agama bukan hanya dipercayai tetapi untuk dialami, kita tidak cukup mempercayai Kristus, kita harus mengalami Kristus. Makna kasih harus dikembalikan lagi kepada jati diri ajaran Yesus Kristus yang murni dan asli. Kebanyakan orang Kristen cuma bersibuk diri untuk memperbesar dan memperkuat kelompoknya, serta memperbesar kekayaan dan pengaruhnya. Pengikut Kristus telah kehilangan kridibilitasnya, karena tidak berbuat apa-apa dalam memperjuangkan kepentingan rakyat melawan kekuasaan yang tidak adil.

(Penulis adalah Pdt. Maruasas S.P. Nainggolan S.Si., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Maret 2010)