Kamis, 29 September 2011

ARTIKEL; PELUANG JEMAAT UNTUK MENJABAT KEPALA BIDANG DIAKONIA, MARTURIA, KOINONIA DI TINGKAT DISTRIK HKBP

Menurut Aturan Peraturan HKBP 2002 yang baru, pucuk pimpinan HKBP di tingkat Distrik adalah Praeses yang dibantu dengan Kepala Bidang Diakonia, Kepala Bidang Kononia dan Kepala Bidang Marturia. Maksud tujuan serta tugas Kepala Bidang sudah jelas diatur dalam AP HKBP. Jabatan Kepala Bidang di tingkat Distrik HKBP sudah berlangsung 7 tahun, yaitu 4 tahun pada periode 2004-2008 dan 3 tahun pada periode 2008-2012. Di tingkat Huria atau Gereja HKBP seluruh Indonesia saat ini, Ketua Dewan Diakonia, Dewan Marturia, Dewan Kononia sudah dijabat oleh jemaat HKBP. Di Distrik Jakarta sudah ada Dewan Diakonia, Dewan Kononia dan Dewan Marturia tingkat Distrik. Dewan inipun sudah dijabat oleh para jemaat HKBP. Dewan tingkat Distrik sudah banyak membantu program para Kepala Bidang.

Bagaimana Pula Dengan Kegiatan Kepala Bidang Diakonia, Marturia, Kononia Tingkat Distrik Yang Dijabat Oleh Para Pendeta?
Pengalaman Penulis dan hasil pengamatan selama 7 tahun mengikuti kegiatan HKBP di Distrik Medan Aceh adalah sebagai berikut? Para Kepala Bidang aktif membantu Praeses menyelesaikan permasalahan yang ada di Jemaat maupun Resort di Distrik Medan Aceh, antara lain permasalahan yang terjadi di Gereja HKBP Banda Aceh dll. Para Kepala Bidang aktif membantu Praeses mengurusi keuangan Distrik dimana sering juga secara langsung mengumpulkan kontribusi / kewajiban jemaat / resort yang ada di Distrik . Para Kepala Bidang aktif membantu Distrik melakukan verifikasi keuangan Resort. Para Kepala Bidang aktif membantu Praeses dalam Sinode Distrik dan dalam kepanitiaan di tingkat Distrik seperti Panitia Paskah, Panitia Pembangunan dll. Para Kepala Bidang aktif berkotbah bila ada undangan dari Jemaat atau Resort., ataupun mewakili Praeses. Seluruh kegiatan diatas adalah dibidang ibadah dan manajemen Distrik. Penulis belum melihat kegiatan yang menonjol di bidang Diakonia, Marturia dan Kononia sesuai tugas masing masing dari para Kepala Bidang tersebut.

Usulan Kegiatan Yang Seharusnya Dilakukan Kepala Bidang Distrik
Di Distrik Medan Aceh terdapat 1 universitas milik HKBP yaitu Universitas HKBP Nomensen, dan ada 27 sekolah milik HKBP yang dikelola langsung oleh Gereja HKBP setempat. Sekolah yang menonjol antara lain Sekolah HKBP di HKBP Padang Bulan Medan dan Sekolah HKBP di Gereja HKBP Sidorame Medan. Sekolah HKBP lainnya sepertinya megap megap. Sekolah HKBP di Gereja HKBP Sei Putih dan Gereja HKBP di HKBP Sei Agul sudah lama tutup. Selanjutnya di Distrik Medan Aceh juga sudah terdapat beberapa koperasi HKBP, Credit Union HKBP dan klinik HKBP. Semua berjalan sendiri sendiri didampingi oleh Badan Pengelola atau gereja HKBP setempat. Para Praeses diusulkan membuat Dewan Diakonia, Dewan Marturia, Dewan Kononia di tingkat Distrik, serta membuat Majelis Pendidikan, Majelis Kesehatan, Majelis Pemberdayaan Ekonomi dan badan badan lainnya di tingkat Distrik. Praeses melalui para Kepala Bidang agar membuat Rapat koordinasi se Distrik untuk para dewan diakonia, kononia ,marturia tiap gereja. Kegiatan tersebut bisa dilakukan secara sub wilayah /regional di Distrik. Praeses melalui Kepala Bidang Diakonia bisa melakukan rapat koordinasi bidang pendidkian untuk Para Kepala Sekolah HKBP, Yayasan Pendidikan HKBP yang ada di seluruh Distrik. Demikian juga membuat rapat koordinasi bidang pemberdayaan ekonomi dengan seluruh pengelola koperasi HKBP dan Credit Union HKBP yang ada di Distrik. Praeses melalui Kepala Bidang Kononia bisa melakukan rapat koordinasi bidang kepemudaan dengan seluruh Pengurus NHKBP dan PPND yang ada di Distrik. Keberadaan PPND (Naposobulung Distrik) secara AP HKBP 2002 tidak ada lagi, tetapi secara real mereka masih eksis. Diusulkan agar PPND diajak kerja sama untuk pengembangan kegiatan kepemudaan di tingkat Distrik. Kegiatan donor darah yang dilakukan Panitia Jubileum 150 tahun HKBP akan lebih berhasil untuk menjangkau seluruh jemaat , bila naposo bulung (PPND dan NHKBP) dilibatkan sebagai panitia donor darah.

Usulan Jemaat HKBP Menjabat Kepala Bidang di Distrik
Kepala Bidang Diakonia, Martuira, Kononia selama ini adalah pendeta yang ditempatkan oleh Kantor Pusat. Mereka sering berganti karena mutasi atau pindah. Fasilitas yang disediakan dan operasional yang harus dibiayai oleh kantor Distrik antara lain Perumahan, transportasi.
Diusulkan Kepala Bidang di tingkat Distrik bisa dijabat oleh jemaat yang ada di Distrik dan yang bukan Pendeta. Sehingga dapat lebih pasti kerjanya, karena tidak mutasi. Pembiayaan akan lebih efisien karena bila dijabat oleh Jemaat di Distrik, mereka umumnya sudah punya rumah sendiri dan kendaraan sendiri. Saat ini di tingkat jemaat dan gereja, dewan Diakonia, Marturia, Kononia dijabat oleh jemaat maupun parhalado (sintua). Tentunya Kepala Bidang Distrik juga bisa dijabat Jemaat maupun parhalado sintua. Pekerjaan Kepala Bidang di tingkat distrik adalah pekerjaan teknis bukan pekerjaan partohonan di bidang tata ibadah. Sehingga seorang jemaat yang profesional di bidangnya dan mempunyai kemampuan manajemen tentu bisa dipilih sebagai Kepala Bidang.

Pembentukan Jabatan Wakil Praeses Bidang Diakonia, Wakil Praeses Bidang Marturia, Wakil Praeses Bidang Kononia
Jabatan Kepala Bidang akan lebih effektif apabila diganti nama menjadi jabatan Wakil Praeses Bidang Diakonia, Wakil Praeses Bidang Marturia, Wakil Praeses Bidang Kononia.
Keberadaan Jabatan Kepala Bidang merupakan unsur pucuk pimpinan HKBP di tingkat Distrik, bila ingin diganti nama dengan jabatan Wakil Praeses Bidang Diakonia, Wakil Praeses Bidang Marturia dan Wakil Praeses Bidang Kononia, tentulah harus mempunyai payung hukum didalam Aturan Peraturan HKBP dan mejadi Program HKBP yang ditetapkan sebagai Keputusan Sinode Godang 2012. Kita harapkan nantinya para Kepala Bidang akan menjadi maksimal kerjanya dan kegiatan Distrik HKBP akan semakin berkembang.

(Penulis adalah Ir. Raya Timbul Manurung M.Sc., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2011)

Rabu, 28 September 2011

RENUNGAN: BERIMAN DAN BERHIKMAT

“Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.”
(1 Raja 3:8)

Bahwa kita perlu beriman tidak ada yang ragu-ragu! Tapi, apakah kita butuh hikmat? Ini bisa diwacanakan. Kita tidak perlu wacana. Yang kita butuhkan adalah ketegasan. Yang pasti: kita juga butuh hikmat! Yesus juga menganjurkan dalam Matius 10:16, tapi dalam Alkitab terjemahan LAI diterjemahkan dengan kata ‘cerdik’ dari akar kata yang sama dengan ‘bijak’ atau ‘berhikmat’ yaitu kata: phronimoi. Senada dengan itu dalam nas sejajar juga ada seruan Tuhan untuk ‘berhati-hati’ (Markus 13:13) dan ‘waspada’ (Lukas 12:1) semuanya dalam konteks masa kritis dari perwujudan Kerajaan Allah.
Dalam konteks itu, ambil bagian dalam Kerajaan Allah tidak berarti menjalani kehidupan dengan tenang-tenang saja. Hidup akan selalu mulus, tidak akan ada tantangan yang berarti, kita boleh nyenyak tidur dan lahap makan…bukan itu jenis kehidupan yang sedang kita jalani. Sebaliknya, hidup menyambut Kerajaan Allah, apa lagi sampai ikut dipakai Tuhan untuk meluaskan Kerajaan Allah, tentunya akan berhadapan dengan tantangan-tantangan yang tidak mudah. Tidak mudah, tapi bukan berarti mustahil untuk dihadapi oleh karena kekuatan dari orang percaya adalah Allah yang berkenan melayakkan kita (yang sebelumnya tidak layak!). Justru di sini kita butuh hikmat, yaitu ketika kita mewujudkan kehidupan yang mendapat dukungan dan penyertaan Allah.

Apakah yang Dimaksud dengan Hikmat?
Salomo merupakan ikon hikmat dalam dunia Perjanjian Lama bahkan Alkitab secara keseluruhan. Yesus juga ada menyinggung hikmat Salomo yang amat kesohor itu. Bukanlah tanpa alasan kalau kata hikmat melekat pada namanya. Oleh hikmat, Salomo dapat memimpin umatnya dengan penuh ketentraman. Ia dikenal tidak hanya oleh kalangan umat tapi juga sampai keluar kerajaannya.
Satu contoh hikmat Salomo yang sangat spektakuler adalah ketika ia mengadili dua orang ibu yang berebut anak yang hidup. Direnungkan dari pojok awam, cara Salomo dalam mengambil keputusan amat mengesankan. Perintahnya untuk memenggal kedua anak yang hidup ternyata menimbulkan dua reaksi yang berbeda dari kedua ibu. Ternyata reaksi itu menentukan siapa ibu yang sesungguhnya.
Tapi hikmat tidak hanya terbatas kepada kearifan dalam menimbang sebuah perkara atau dalam mengambil keputusan. Hikmat pada masa Raja itu juga mencakup ketrampilannya dalam membuahkan karya seni berupa tiga ribu amsal, seribu lebih nyanyian, sajak tentang pohon, percakapan hewan (1 Raja 4:32) dan teka-teki (1 Raja 10:1-2).
Dibandingkan dengan dunia Timur Dekat kuno, pada jaman itu, ternyata ‘Hikmat’ telah menjadi sebuah istilah teknis untuk aneka pengetahuan yang berguna bagi manusia. Sebagai pengetahuan yang berguna bagi manusia, hikmat ini telah melembaga. Ada bahan ajar yang diturun-alihkan (lisan maupun tulisan), ada guru dan murid, ada tempat-tempat pengajaran (semula di lingkungan istana tapi kemudian juga di tempat-tempat yang resmi dan ditujukan bagi masyarakat secara umum baik untuk menjadi calon pekerja di istana maupun bagi yang mau bekerja bagi tuan-tuan tanah). Memang ada juga hikmat rakyat yang pemakaiannya untuk tujuan hiburan (bandingkan nyanyian rakyat, berbalas pantun, pesta orang muda, pesta panen, dll). Dengan singkat, hikmat pada masa itu dapat kita sebut sebagai lembaga pengajaran masyarakat kuno yang utamanya ditujukan bagi kalangan istana dan bangsawan. Tapi ada pula hikmat yang berkembang di kalangan rakyat baik yang mengandung nasihat maupun yang sifatnya hiburan.
Di tengah-tengah interaksi semacam itu, bukan tidak mungkin pengajaran agama di lingkungan penganut Yahwisme (agama Perjanjian Lama) juga ada mengikuti tatacara pengajaran sebagaimana dikenal di dunia masyarakat secara umum. Demikianlah selanjutnya kita dapat melihat di dalam kitab Amsal aneka contoh hikmat (lihat Amsal 1:1-6). Ada hikmat yang memberi tuntunan bagi orang muda agar dalam kehidupannya berhasil. Ada yang mengandung nasihat agar tegas melawan kebodohan: jerat dosa amoral, kemalasan, dll. Namun, hikmat Israel tetap memiliki sesuatu yang khas. Bagi umat Israel hikmat dimengerti sebagai karunia Allah. Itu sebabnya yang menjadi semboyan dari hikmat adalah: Takut akan Allah (Amsal 1:7). Pada masa ini hikmat dapat kita bandingkan dengan ilmu pengetahuan praktis (terapan) berupa tuntunan moral, tuntunan bagi orang muda yang ingin hidupnya berhasil, dan tuntunan agar menjadi bijak dalam arti tidak hanya hidup sekadar untuk mengisi perut dan mencari untung, tapi hidup yang terhormat, berkecukupan, bahkan mengalami pertolongan Tuhan oleh karena cara hidup yang sejalan dengan tuntutan hukum Tuhan.

Hukum Taurat saja Cukup?
Umat Israel sebetulnya telah memiliki Hukum Tuhan yang dikenal dengan nama Hukum Taurat Allah. Yang dimaksud dengan hukum Taurat Allah bukan hanya Dasa Titah (Dekalog Etis). Masih ada lagi yang disebut dengan Dekalog Kultis (aturan tentang penyembahan). Selain itu juga ada sejumlah ketetapan yang mengatur tata social, misalnya jika ada konflik, jika ada orang miskin, dst. Namun ternyata dibutuhkan tata kehidupan lain yang tidak diatur dalam Hukum Taurat. Ada sebuah kebutuhan yaitu pegangan hidup yang tidak diatur dalam Hukum Taurat tapi secara praktek mereka pakai. Termasuk di dalamnya pengalaman praktis yang telah mereka hidupi sebagai pelajaran hidup, baik yang mereka peroleh sebelum mengenal hukum Taurat maupun pelajaran hidup yang diperoleh ketika Hukum Taurat telah mereka terima di gunung Sinai. Seperti telah disebutkan di atas, hikmat yang dimaksud dapat meliputi pengalaman dalam pergaulan, pengalaman dalam menunaikan pekerjaan, pengalaman dalam keluarga, pengalaman dengan keluarga istana maupun dengan masyarakat secara umum. Bahkan, hikmat dapat pula berarti, pengalaman-pengalaman dalam medan kehidupan setelah Hukum Taurat mereka kenal.
Selanjutnya ada kebutuhan hikmat yang baru yaitu ketika mereka hancur sebagai kerajaan yang berdaulat pada tahun 587 sebelum Masehi. Tidak bisa tidak, kehidupan harus diteruskan. Mereka tidak bisa melupakan begitu saja masa kejayaan sebagai Monarkhi-Teokrasi. Betapapun pahitnya, mereka harus menerima. Sambil memetik makna secara konseptual, pada waktu yang sama mereka harus menjalani kehidupan praktis. Dalam kondisi seperti itu mereka membutuhkan kearifan yang baru. Dengan hancurnya bait suci dan tatanan yang telah ada, mereka dikondisikan untuk memulai sesuatu corak keberagamaan yang baru, pada waktu yang sama juga corak hikmat yang baru. Tapi tetap harus dalam kerangka Taurat yang ada. Tidak boleh melenceng dari Hukum Tuhan yang ada yaitu: Hukum Taurat! Ini pun disebut Hikmat juga! Dengan demikian kita melihat bahwa Hikmat memenuhkan apa yang masih kurang. Hukum Taurat yang diterima melalui Musa di gunung Sinai memuat sejumlah norma hidup yang meliputi aturan ibadah dan keagamaan dan tata sosial. Toh, masih dibutuhkan pegangan-pegangan hidup dalam corak yang lain semisal pelajaran dari pengalaman. Ada pelajaran yang berharga yang dapat dipetik dari orang kecerobohan orang. Hal itu sebaiknya jangan dicontoh. Ada pula pelajaran berharga dari orang-orang yang rajin. Itu sebaiknya ditiru. Bila perlu mencontoh dari hewan, nggak apa-apa!

Dulu Taurat sekarang Iman
Pada masa Perjanjian Baru, fungsi Iman tampaknya disejajarkan dengan fungsi Taurat. Sebagaimana Taurat dibutuhkan dalam kehidupan umat pilihan pada masa Perjanjian Lama, maka demikianlah pula pada masa Perjanjian Baru fungsi itu diambil alih oleh fungsi Iman. Kepatuhan terhadap Taurat akan mendatangkan keselamatan dan berkat. Itu dulu! Sekarang: hanya dengan beriman saja.keselamatan telah menjadi milik kita. Dari pojok ini kita mengatakan bahwa ada benarnya jika dikatakan bahwa norma iman amat penting dalam komunitas Perjanjian yang Baru. Namun demikian fungsi iman tidak cukup secara sempit dilihat hanya sebagai ganti melakukan Hukum Taurat.
Pertama-tama, dalam masa Perjanjian Lama juga dibutuhkan iman. Yaitu iman yang membuat Abraham menaruh harapan kepada sebuah masa depan. Begitu pula iman yang membuat keturunan Yakub menantikan sebuah masa depan di tanah yang baru. Masih juga terlihat, bagimana peran iman pada masa umat Israel ketika menghadapi banyak bahaya musuh, apalagi setelah kejatuhan Yerusalem. Jadi iman adalah sesuatu yang memang tidak dapat lekang dari umat pilihan baik pada masa Perjanjian Lama maupun masa Perjanjian Baru.
Yang membuat iman pada masa Perjanjian Baru lebih khas adalah oleh karena umat Allah telah tiba pada titik yang amat signifikan. Rencana agung Allah yang telah dicoba diberitahukan dan dinubuatkan sebelumnya kini menemui penggenapan! Apa yang dinubuatkan kita telah digenapi. Apa yang ditunggu telah tiba. Masa penyelamatan umat pilihan telah tiba. Lalu sasaran penyelamatan dalam jaman yang baru ini juga tidak dibatasi kepada sebuah etnis saja, tapi meliputi bangsa-bangsa (baca: segala bangsa!) Iman sebagai dasar yang amat menentukan dalam komunitas umat pilihan adalah prasyarat mutlak. Namun perlu pula ditegaskan bahwa iman yang dimaksud bukan sebagai penyebab dari keselamatan tapi sebagai katup pembukaan diri dari manusia untuk dimasuki oleh anugerah Tuhan. Tidak beriman berarti tidak mau membuka pintu hati bagi pengampunan maupun penyelamatan Allah yang telah Allah kerjakan di Golgata!
Seterusnya pembukaan hati itu perlu diikuti oleh keteguhan dan ketekunan. Inilah yang tampaknya sulit untuk dipertahankan pada jaman ini. Pada umumnya setiap orang terbuka kepada hal-hal yang baru. Namun apakah hal-hal yang baru itu kemudian menjadi bagian yang menetap dari kehidupannya, ini adalah pertanyaan ikutan yang harus yang harus dikumandangkan.
Kuatnya iman dalam arti tidak goyah, baik oleh penganiayaan maupun oleh godaan hidup duniawi, dst adalah kunci kebertahanan dalam Kerajaan Allah. Iman menjadi kunci kemenangan dalam menghadapi pelbagai tantangan kehidupan. Lalu dari sini kita melihat hubungannya dengan kebutuhan akan hikmat!

Beriman dan Berhikmat!
Hikmat adalah kecakapan hidup, demikian dalam Perjanjian Lama. Pada masa kini kata hikmat mungkin lebih tepat diterjemahkan dengan kecerdasan. Semula kecerdasan yang paling dikejar adalah kecerdasan intelektual. Pada masa kini telah dikembangkan bahwa selain cerdas secara intelektual, dibutuhkan pula jenis kecerdasan yang lain yaitu: kecerdasan emosional (oleh agamawan ditambah dan dirangkum dengan kecerdasan spiritual!).
Cerdas secara intelektual berarti memaksimalkan logika. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang amat mengagumkan. Kemampuan berpikir rata-rata manusia lebih daripada yang dapat dibayangkan oleh siapapun. Orang dengan tingkat kecerdasan intelektual yang pas-pasan ternyata mampu mengingat sebuah ensiklopedi (bayangkan!). Tapi itu bisa tidak maksimal jika ia juga tidak cerdas secara emosional. Kapasitas intelektual mesti ditopang oleh keberadaan emosional yang stabil. Tidak hanya stabil, tapi menimbulkan enerji yang luar biasa. Kecerdasan emosional dapat dilihat dari semangat yang kuat tapi tidak rapuh jika berhadapan dengan tantangan. Sepertinya untuk masa kita ini, kita bisa menemukan orang-orang yang tangguh secara iman. Mereka adalah orang-orang yang tidak tergoda oleh harta duniawi. Tidak bergeming mesti diolok-olok. Tidak gonta-ganti agama dan gereja meski dianiaya. Tetap rajin sembahyang mesti rejekinya tetap pas-pasan. Tidak jatuh kepada dosa amoral (jatuh kepada perbuatan asusila) dan dosa kriminal (jatuh kepada tindak kejahatan). Mereka adalah orang-orang yang tangguh dan militant. (Bahkan rohaniwan belum tentu seperti itu!)
Namun tampaknya mereka juga butuh hikmat baru. Yaitu hikmat yang membuat mereka tidak kehilangan rasa humor. Hikmat yang membuat mereka dengan lincah menempatkan diri kepada segala situasi tanpa harus kehilangan jatidiri. Ini dia yang sulit. Bagaimana kita dapat hidup dimanapun tanpa harus larut, tapi tetap menunjukkan nilai yang berbeda.
Mungkin itu beda-beda tipis dengan permisif kepada segala nilai. Bunglon. Kepada kejahatan. Kepada penindasan, ya: asal bukan saya! Kepada pelaku kejahatan kita bilang tidak apa-apa! Kepada orang yang hidup di dalam kemunafikan kita bungkam. Mungkin ada sejumlah alasan. Mulai dari takut orangnya tersinggung. Takut nanti kita tidak ditemani. Takut nanti kita dinilai tidak setia kawan…Begitukah?
Tampaknya untuk area di sini kita betul-betul diajak mikir. Harus ada beda antara, di satu sisi: mampu menempatkan diri secara luwes dan lincah dalam menerapkan norma-norma hidup beriman dengan di sisi yang lain: tidak punya sikap terhadap nilai-nilai yang ada seolah-oleh segala sesuatu adalah boleh! Itulah hikmat: kita tahu apa yang patut yang tidak. Kita tahu apa yang harus dilakukan pada saat yang tepat! Berarti hikmat yang benar butuh penerangan Allah, tapi juga dibarengi oleh tekad untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah pada segala keadaan. Di manapun dan kapanpun, taat dan hormat pada Allah serta kasih terhadap sesama!

(Penulis adalah Pdt. Maurixon Silitonga, M.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2010)

Jumat, 23 September 2011

ARTIKEL: JUBILEUM HKBP DI TINGKAT RESSORT HKBP SEMPER

Pendahuluan
Hari ini tanggal 4 September 2011 juga bertepatan dengan terbitnya buletin ini, HKBP Ressort Semper melaksanakan perayaan 150 tahun HKBP di tingkat Ressort sesuai dengan Program yang telah ada dari Kantor Pusat bahwa pelaksanaan Jubelium 150 tahun HKBP dilaksanakan tingkat Nasional, Regional, Ressort dan Pagaran atau Huria. Untuk menyongsong Perayaan Jubileum 150 tahun HKBP tanggal 7 Oktober 2011 nanti.

I. Pengertian Dan Dasar Berjubileum
A. Pengertian Jubileum
Jubileum berasal dari kata Heber atau Hebrew atau Ibrani yaitu Yovel yang berarti domba jantan. Hubungannya yaitu pada tahun 50 sesudah bangsa Israel meninggalkan Mesir mereka merayakan hal itu sebagai tahun ucapan syukur kepada Tuhan dengan meniup terompet dari tanduk domba jantan. Berarti mereka bergembira ria mengucapkan puji syukur kepada Tuhan atas anugerah yang mereka terima.
Jubileum yang biasa orang Batak laksanakan berdasar pada hari-hari bahagia seperti hari jadi ( kelahiran) , hari ulang tahun perkawinan, hari ulang tahun pengabdian. Kebiasaan ini diadopsi menurut tradisi Belanda atau Jerman dengan kelipatan 25 tahun misalnya umur 25 tahun disebut jubileum perak (biasanya untuk perkawinan dari umur berdirinya suatu gereja). Jubileum sere (emas) untuk umur 50 tahun dan jubileum intan atau berlian untuk umur 75 tahun. Biasanya yang dilaksanakan di Angkola dimana seorang orangtua atau ompung berumur 75 tahun maka anak-anak dan cucu dari seluruh penjuru mata angin berkumpul dikampung mengadakan horja 3 hari 3 malam dan memberi hadiah tongkat yang berkepala gading sekarang kepala tongkat diganti emas untuk ompung tersebut. Sekarang perayaan atau pesta hanya satu hari tanpa horja (ulaon sadari kata orang Batak di Jakarta). Tetapi untuk tradisi Inggris umur 75 tahun diganti dengan 60 tahun disebut Diamond jubilee. Ulang tahun atau Jubileum setelah lewat 75 tahun, tidak ada lagi nama benda atau batu berharga cukup langsung pada umur tahunnya saja seperti Jubileum 150 tahun HKBP sekarang ini. Dan apakah ada pesta diluar kelipatan 25 tahun bisa disebut pesta parolop olopon contoh: kalau kita lihat Almanak HKBP tahun 2004 halaman 446 ditulis dengan ragu-ragu 6 Juli 1980 jubileum (parolop olopon) 40 taon HKBP manjujung Baringinna tetapi pada Almanak HKBP tahun 2010 hal 452 ditulis dengan tegas disebutkan 6 Juli 1980. Parolop olopon 40 taon HKBP manjujung baringinna dan hanya pada tanggal itulah satu-satunya yang mencantumkan pesta Parolopolopon yang dilaksanakan atau ditulis dalam Almanak HKBP tersebut.
Ada beberapa pengertian atas jubileum 150 tahun HKBP tersebut sebagai berikut;
1. Tahun jubel adalah tahun pembebasan dimana orang atau bangsa Batak 150 tahun yang lalu telah mulai bebas dari cengkraman kekuasaan kegelapan dunia dan menerima terang Jesus Kristus dengan dibaptisnya Pagar menjadi Simon Petrus Siregar dan Main menjadi Jakobus Tampubolon Pohan di Parausorat Sipirok pada tanggal 15 Maret 1861 sesuai dengan Taft Register HKBP Bungabondar dengan nomor urut 1 karena Simon Petrus Siregar adalah anak dari Raja Bungabondar sedangkan Jakobus Tampubolon Pohan kelahiran Tarutung tinggal di Barus. Sebagai catatan menurut tradisi gereja hari pertama pembaptisan adalah tanggal hari lahir gereja dan tradisi ini juga yang kita terapkan dalam menentukan hari jadi HKBP Semper Ressort Semper Jakarta yaitu tanggal 15 Desember 1974.
2. Tahun jubel ini juga merupakan tahun ucapan syukur kita kepada Tuhan atas anugerahnya dimana pada tanggal 15 Maret 1861 yang dibaptis oleh zendeling Gustav Van Asselt di Parausorat hanya dua orang tetapi sesudah 150 tahun yang dibaptis sudah 5 juta orang belum lagi termasuk dari gereja-gereja yang dipajae atau dimandirikan dengan resmi, dan gereja-gereja yang memandirikan diri sendiri alias memisahkan diri dari HKBP tentunya dengan segala macam alasan.
3. Tahun jubel ini juga menjadi tahun mawas diri dan mengevaluasi diri bagaimana kehidupan bergereja kita sekarang ini diantara gereja-gereja tetangga yang sedemikian kuat berusaha menarik jemaat kita untuk bersama mereka dengan segala macam fasilitas pelayanan yang wah dan menggiurkan.
4. Tahun jubel ini juga menjadi renungan bagi kita untuk berbuat sesuatu dimana setiap tahun jubileum HKBP selalu meninggalkan bekas berupa apapun yang di wariskan untuk generasi penerus berupa gedung gereja, gedung sekolah dasar, menengah dan atas, rumah sakit, perguruan tinggi dan panti asuhan.
B. Dasar penetapan tahun jubileum.
Dasar penetapan tahun jubileum tersebut adalah perintah Tuhan kepada bangsa Israel sesudah mereka keluar dari perbudakan oleh bangsa Mesir saat tiba di gunung Sinai menuju tanah perjanjian yaitu Tanah Kanaan yang penuh dengan air susu dan madu. Menurut Alkitab (Perjanjian Lama) yang menjadi dasar jubileum tertulis dalam Imamat 25:1-55 dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Perihal aturan pelaksanaan pada tahun jubel tertulis pada ayat 1:7.
2. Perihal tahun ucapan syukur tertulis dalam ayat 8:13.
3. Perihal penebusan tanah tertera pada ayat 14:28.
4. Perihal penebusan rumah tertera pada ayat 29-34.
5. Dan perlakuan terhadap orang miskin tertulis dalam ayat 33-55.
Perhitungan tahun adalah 7x7+1 tahun= 50 tahun

II. HKBP Telah Beberapa Kali Berjubileum
Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa HKBP sudah beberapa kali melaksanakan jubileum kelipatan 25 tahun sebagai berikut:
1. Jubileum 50 tahun HKBP (namanya masih zending Barmen atau Pardonganon Mission Batak dan baru namanya resmi HKBP sejak tanggal 11 Juni 1931 saat telah diundangkan sebagai badan hukum (recht person) dengan persetujuan pemerintah Belanda, Jubileum pertama itu dilaksanakan pada 7 Oktober 1911 yang dipusatkan di Bungabondar, Sipirok mencakup daerah Pahae, Sipirok dan Padang Bolak Harangan (saat itu zending Batak dibagi 2 ke Ephorusanya dimana untuk daerah Sipirok, Pahae dan Padang Bolak Harangan Ephorusnya adalah Johann Christian Schutz berkedudukan di Bungabondar dan untuk daerah Tapanuli Utara Ephorusnya adalah I.L.Nomensen berkedudukan di Tarutung dan Sigumpar). Pada jubileum 50 tahun itu juga hadir Direktur RMG dari Jerman yaitu Speaker. Bersamaan dan pada jubileum tersebut juga diadakan pesta Parolopolopan 40 tahun Ephorus Johann Christian Schutz bekerja di Angkola 1868-1911 setelah dikurangi dengan cuti ke Eropah 3 tahun. Pesta diadakan secara meriah selama 3 hari mulai tanggal 5 sampai 7 Oktober 1911 dengan dihadiri jemaat dari Pahae, Sipirok dan Padangbolak Harangan. Kehadiran Direktur RMG Speaker pada jubileum tersebut merupakan daya tarik sendiri bagi jemaat.
2. Perayaan jubileum 75 tahun HKBP dipusatkan di Sipirok dan dilaksanakan tanggal 5 sampai 7 Oktober 1936 yang dilaksanakan secara besar-besaran lengkap dengan horja dengan memotong 2 ekor kerbau setiap hari,10 ekor kambing dan puluhan ayam. Jubileum itu dihadiri oleh banyak pendeta Jerman dan Ephorus HKBP yang baru terpilih DR.F.Verwiebe. Pesta itu juga banyak dihadiri raja-raja dari Angkola dan Sipirok juga undangan dari gereja-gereja Menonit di Mandailing. Kebaktian dilaksanakan ditiga tempat yaitu di gereja HKBP Sipirok, ditanah lapang (lapangan bola atau dekat Pesanggerahan Sipirok dan di Balairung Pasar Sipirok. Kebaktian ditiga tempat itu dihadiri ribuan orang membuat tempat itu penuh sesak. Mereka ingin mendengar khotbah oleh Ephorus DR.F.Verwiebe di 3 tempat tersebut. Sebelum acara kebaktian di gereja HKBP Sipirok terlebih dahulu Ephorus F. Verwiebe meresmikan monumen atau tugu dan prasasti jubileum 75 tahun HKBP dan menyerahkan tugu itu kepada Kepala kuria (Raja) Sipirok. Kepala kuria (Raja) Sipirok Patuan Tigor Soangkupon Siregar dalam sambutannya saat menerima penyerahan monumen atau tugu tersebut berkata: Dengan segala senang hati saya menerima monumen ini meskipun saya seorang penganut agama Islam, tetapi saya mengaku bahwa agama Kristen itu baik dan membawa keselamatan batin dan jiwa, tubuh dan roh di dunia dan akhirat. Beliau juga mengucap terimakasih atas jasa-jasa para zendeling karena anak buahnya banyak yang memeluk agama Kristen. Beliau juga berjanji akan memelihara dan menjaga monumen itu atas tanggungan kas Kuria Sipirok sendiri. Monumen itu berada didepan kanan gereja HKBP Sipirok. Sebagai catatan tanah pargodungan gereja HKBP yang sangat luas yang terdiri dari gereja, pekarangan gereja, tugu atau monumen jubileum 75 tahun HKBP, 2 unit sekolah Rakyat yaitu SR Sipirok 3 dan SR Sipirok 4 dengan tanah yang luas yang terdiri dari masing-masing 6 kelas rumah pendeta, rumah guru huria,rumah sakit (sekarang RSUD Sipirok). Tanah itu sendiri adalah tanah pemberian Kepala Kuria Sipirok kepada zendeling J.C.Klammer tahun 1861. Salah satu orang pertama yang dibaptis oleh zendeling J.C.Klammer di Sipirok pada tanggal 25 Desember 1865 adalah anak dari Kepala Kuria Sipirok bernama Thomas Siregar (17 tahun) Thomas Siregar ini juga guru zending pertama keluaran Sikola Tinggi Topas Parausorat Angkatan I tahun 1868-1870. Beliau di Sipirok lebih dikenal dengan Gelarnya Mangaraja Naposo dan isterinya Ambe Cornelia boru Nasution ( putri Batak pertama yang bisa membaca huruf Latin pada tahun 1870) makam keduanya ada dalam komplek gereja HKBP Sipirok.
Selama pesta, penginapan untuk para tamu disediakan pada rumah-rumah penduduk Sipirok baik yang beragama Kristen maupun yang beragama Islam. Semuanya penduduk Sipirok sangat senang menjadi tuan rumah jubileum tersebut dengan semboyan: sabara sabustak, salumpat saindege. Tapakna do rantosna, rim ni tahi do gogona songon siala sampagul raptu ginjang raptu toru. Mereka benar-benar melaksanakan toleransi beragama yang tinggi termasuk juga yang menyediakan makanan semua bekerja sama dengan baik.
3. Jubileum 100 tahun HKBP pada tanggal 7 Oktober 1861 dipusatkan di dua tempat yaitu di Sipirok untuk wilayah Tapanuli Selatan dan di Pearaja Tarutung untuk wilayah Tapanuli Utara. Sedangkan diluar itu dilaksanakan sendiri seperti Medan dan Jakarta. Pada jubileum 100 tahun tersebut Ephorus HKBP DR (HC) Justin Sihombing berkenan hadir memberikan jamita Nadenggan (khotbah) dan mendapat sambutan yang meriah. Setelah selesai kebaktian, banyak orang antri mau bersalaman dengan Ephorus Justin Sihombing. Dan pada waktu bersalaman itu mereka seolah olah sudah lama berkenalan dan berhubungan baik. Ternyata Ephorus Justin Sihombing bukan orang asing bagi masyarakat Sipirok sebab pada tahun 1925 berarti 36 tahun yang lalu Ephorus Justin Sihombing sudah menjadi Evangelis di Luat Sipirok mengunjungi Sipirok, Bungabondar, Arse, Lancat, Sipogu dan Saipar Dolok Hole. Beliau juga mengunjungi Baringin, Padang Matinggi, Parausorat, Hutaraja, Situmba, Janjimauli sampai ke Padangsidempuan. Beliau mengunjungi kampung-kampung tersebut naik kuda, jalan kaki, dan kalau ke Padangsidempuan naik sado. Dan beliau dalam kunjungan tersebut menginap di rumah-rumah jemaat. Itulah sebabnya hubungannya sedemikian baik dan akrab. Pada saat jubileum 100 tahun HKBP di Sipirok yang menjadi pendeta Ressort adalah pendeta Walden Hasugian (terakhir aktip di Dewan Marturia Jakarta). Beliau saya kenal tahun 1862 dan terakhir bertemu saat sama-sama Pelatihan Pekabaran Injil di Jl. Raya Puncak, Bogor bulan Januari 2008 beliau berumur 75 tahun. Pada saat itulah gereja HKBP Sipirok diberi nama Gereja Jubileum HKBP Sipirok oleh Ephorus HKBP Justin Sihombing karena di HKBP Sipirok sudah 2 kali dipusatkan Jubileum HKBP. Menurut pendeta Walden Hasugian pesta dihadiri banyak orang dan tamu-tamu baik dalam maupun gereja di Luar Negeri. Sebagai catatan penulis juga aktip menjadi anggota koor pada saat jubileum 100 tahun HKBP di Jakarta yang dipusatkan di Senayan Sport Hall (gedung Olahraga Bulutangkis Senayan) lagunya adalah Haleluya na bolon di pimpin oleh E.L.Pohan dan musik pengiring kebaktian adalah musik tiup terompet, dari HKBP Menteng Lama, Halimun.
4. Jubileum 125 tahun HKBP dipusatkan di Sipoholon Tarutung, Medan dan Jakarta pada 7 Oktober 1986 Pesta Jubileum tersebut dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia Suharto dan Ibu Tien Suharto dan belasan menteri dan Pejabat Tinggi Negara, Duta Besar Negara sahabat. Acara penyambutan kepada Presiden Republik Indonesia dan rombongan dilaksanakan secara meriah yang langsung diliput oleh TVRI dan disiarkan langsung secara Nasional dan juga diliput oleh banyak media cetak baik dalam maupun Luar Negeri. Di Jakarta juga diadakan Pesta Perayaan Jubileum 125 tahun HKBP yang dipusatkan di Senayan Main Stadium (Stadion Utama Senayan) untuk daerah Jakarta dan Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera Selatan dan Indonesia Bagian Timur. Jemaat HKBP Semper dibawah bendera Ressort Tg. Priok Timur ikut berperan aktip dalam perayaan tersebut dimana Kamaruli Pohan Siahaan/br Sitohang, B. Sirait/br Hutajulu, A. Sarumpaet/br Panjaitan, SB Pasaribu/br Sidabutar, W. Sirait/br Sitorus dibawah pimpinan pendeta Salamat Simatupang BA.STh dan keluarga ikut berdefile di Stadion Utama Senayan berpakaian Angkola dengan baju batik jubileum 125 tahun HKBP, berpeci hitam dan menyandang dileher kain sarung yang dilipat. Pada saat rombongan HKBP Semper melalui panggung kehormatan, applaus dari penonton menggemuruh gegap gempita dengan sorak sorai sambil berdiri memberi penghormatan. Keruan saja para ibu-ibu yang berpakaian kebaya dan dengan sepatu hak tinggi menjadi groggi dimana tadinya tangan dengan saputangan melambai kepada penonton sekarang diam saja dan sibuk sendiri. Untung pendeta Salamat Simatupang BA.STh dengan sabar menenangkan para ibu-ibu tersebut. Sewaktu penulis mempertanyakan mengapa kita berpakaian adat Angkola, pendeta Salamat Simatupang BA.STh menjawab dengan tenang: agar orang mengingat kembali akan tempat lahir HKBP. Dan betulkan, imbuhnya lagi dengan berpakaian Angkola tadi applaus penonton sedemikian meriah dan itulah jawabannya. Hebat juga amang pendeta itu, bravo amang pendeta! HKBP sudah melupakan tempat lahirnya kata ja Amaran orang Bahal Imbalo Siborong borong, kelahiran Hutaraja yang sejak doli doli sudah jadi Sintua disana meneruskan tradisi bapak dan ompungnya yang jadi Sintua semasa doli doli juga (belum berkeluarga).
5. Perayaan jubileum 150 tahun HKBP tanggal 7 Oktober 2011 dilaksanakan per wilayah sebagai berikut:
a. Wilayah I mencakup Silindung, Tobasa, Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Sumatera Barat dilaksanakan di Tarutung.
b. Wilayah II Medan- Aceh, Simalungun, Asahan Labuhan Batu dan Rantau Prapat dilaksanakan di Medan.
c. Wilayah III Riau dan Riau kepulauan dilaksanakan Pekan Baru.
d. Wilayah IV Indonesia bagian Timur dipusatkan di Surabaya.
e. Wilayah V Kalimantan dipusatkan di Pontianak.
f. Tingkat Nasional dilaksanakan di Jakarta
Pesta perayaan jubileum 150 tahun HKBP dilaksanakan baik di Huria Pagaran, Ressort, Distrik dan Nasional. Khusus untuk Gereja HKBP Semper Ressort Semper dilaksanakan semeriah mungkin dengan all out kata Ketua Umum Pesta, bapak Mara Karma Samosir Pakpahan yang tanpa lelah berusaha dengan sekuat tenaga, pemikiran dan kemampuan yang ada untuk mensukseskan pesta itu. Ini pertaruhan harga diri tulang katanya pada saat diskusi pada hari Minggu sore tanggal 28 Agustus 2011 memang beliau berkata begitu karena, baik Uluan ni Huria pendeta Belhemrimen Sitompul, pendeta Luspida br Simanjuntak (pendeta diperbantukan), parhalado dan panitia berusaha siang malam sesuai kebutuhan untuk mensukseskan pesta jubileum ini. Sumber Dana diharapkan dari penjualan kupon, tampi-tampi dari setiap lunggu (9 lunggu) dan Seksi Lansia, RHKBP, NHKBP, Parompuan, Ama dan Mantan Naposobulung HKBP Semper. Juga dari donatur perlunggu, bunga semat, lelang berupa barang, hasil tortor Sikola Minggu dan NRHKBP Semper dan 2x mandurung tujolo pada kebaktian Minggu untuk jubileum 150 tahun HKBP. Untuk menyongsong pesta tersebut pada hari Senin tanggal 29 Agustus 2011 baik parhalado, NRHKBP Semper, Punguan Parompuan, Panitia dan lainnya ikut berpatisipasi dalam bersih-bersih dilingkungan gereja dari pagi sampai sore. Mensukseskan Perayaan Pesta Jubileum 125 tahun HKBP tingkat Ressort Semper Jakarta sudah menjadi semboyan mereka.

III. Jadilah Pelaku Sejarah
Jadilah pelaku sejarah dan jangan hanya jadi penonton saja sesuai kemampuan, tenaga dan pemikiran itulah semboyan penulis dan selalu penulis terapkan dalam hidup bergereja. Suksesnya pesta tersebut akan tergantung kepada kita semua jemaat HKBP Semper. Panitia, Parhalado, kedua pendeta HKBP Semper sudah berusaha sekuat tenaga dan kemampuan yang ada agar perayaan tersebut succes tanpa cela. Sekarang tinggal kita jemaat HKBP Semper harus bahu membahu untuk mensukseskan pesta tersebut dan menjadi pelaku sejarah aktip . Bagi kami golongan Lansia berarti inilah kesempatan terakhir untuk menghadiri pesta jubileum HKBP dan itulah sebabnya Punguan (seksi) Lansia HKBP Semper dalam usia yang sudah senja sambil memandang langit saat senja “ di na ro sibalik hunik i” sesuai dengan Ende koor Punguan Lansia pada pesta tersebut dengan judul : Namasihol do rohangku”. Hayo kaum muda jangan kalah semangat dengan semangat golongan Lansia HKBP Semper. Ikut serta dan berbuat sesuatu dalam pesta tersebut berarti kita sudah ikut menjadi pelaku sejarah. Sekarang HKBP adalah menjadi gereja suku yang paling besar didunia dan penulis selalu menyebut dengan HKBP nabolon i dengan perkiraan data jumlah jemaat ± 5 juta orang, jumlah pendeta ± 1500 orang. Menurut Almanak HKBP tahun 2011 jumlah Ressort = 814, Persiapan Ressort 14, Huria = 3.190 Gereja, Pos Pelayanan 87 buah dan Pos Pekabaran Injil = 25 buah. Gereja-gereja ini tersebar mulai dari Sipirok, Tarutung, Sigumpar, Medan, Jakarta, Jayapura, Singapura sampai ke New York diujung ni portibi on. Juga sudah banyak gereja-gereja yang dipajae dimandirikan dengan resmi atau memandirikan diri sendiri dengan memisahkan diri (karena adanya perbedaan-perbedaan atau hal-hal tertentu lainnya tetapi sekarang sudah satu wadah dalam PGI daerah atau Nasional). Hanya sangat disayangkan bahwa gereja-gereja baik HKBP maupun gereja-gereja yang berasal dari HKBP sudah lupa pada tempat lahirnya HKBP seperti apa yang penulis tulis dalam Buletin Narhasem Edisi Oktober 2004 “Parausorat Sipirok Betlehemnya HKBP yang dilupakan” memang benar-benar sudah dilupakan. Penulis jadi ingat saat mengunjungi gereja HKBP Sipirok pada tanggal 29 Desember 2010 dan bertemu dengan pendeta Ressort Sipirok pendeta Leritio Panjaitan STh didampingi Amang Simanjuntak dirumahnya dalam “pargodungan gereja yang megah dan luas di Sipirok” beliau berkata bahwa walaupun HKBP lahir di Sipirok ini tetapi pesta jubileum 150 tahun HKBP di Sipirok hanya dilaksanakan tingkat Ressort dan pagaran saja, dan Pagaran saja katanya. Penulis langsung menimpali “memang lahir di kota tepatnya kampung kecil di Parausorat, Sipirok tetapi sekarang sudah berkembang dari Parausorat hingga keujung dunia di Amerika Serikat sana. Benar juga apa yang dikatakan Ephorus Emeritus HKBP DR.J.R.Hutahuruk dalam salah satu pertemuan penulis beberapa tahun yang lalu akan “nasib” Parausorat Sipirok tersebut. Beliau berkata bahwa Parausorat Sipirok sudah diserahkan HKBP pada Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA) dahulu HKBP-A maka sebaiknya “tulang” membicarakannya dengan GKPA katanya dengan bijaksana dengan penuh kewibawaan. Pada hari Senin tanggal 29 Maret 2010 penulis menghadap Ephorus dan Sekjend GKPA mengemukakan hal Parausorat tersebut dan menyampaikan bahwa jubileum 150 tahun ini adalah moment yang tepat untuk membuat tanda disana sekaligus mengingatkan orang akan kebesaran nama Parausorat itu. Dan benar Tuhan mengabulkan harapan dalam bentuk lain dimana pada tanggal 8-10 Juli 2011 penulis pulang kampung dan ikut menjadi saksi sejarah dalam Perayaan 150 tahun Kekristenan di Luat Angkola di Parausorat Sipirok sekaligus peletakan batu pertama monumen 150 tahun Kekristenan di Luat Angkola di tempat dulu zendeling Gustav Van Asselt membaptis Pagar yaitu Simon Petrus Siregar dan Main yaitu Jakobus Tampubolon Pohan pada tanggal 15 Maret 1861. Disamping membuat monumen, GKPA juga membuat Parausorat menjadi tempat wisata Rohani dan digunung Tor Nangge diatas Parausorat akan dibuat tempat disamping monument tersebut sudah tersedia. Tetapi disamping monumen tersebut penulis masih berusaha agar ditempat itu juga dibuatkan tugu dan prasasti ditempat mana dahulu dicapai kesepakatan antara 4 zendeling Belanda dan Jerman yaitu zendeling Gustav Van Asselt, zendeling Friederich Wilhelm Betz, zendeling J.C.Klammer dan zendeling Heine pada tanggal 7 Oktober 1861 saat “marsagi ulaon penginjilan di Tanah Batak” dengan Nats pembimbing Mika 4:2. Dan itu sudah dibicarakan dengan beberapa orang dan mendapat respon positip. Hanya GKPA yang belum dihubungi sebagai pemilik tanah dan daerah tersebut. Tuhan akan memberi jalan untuk itu.

Penutup
Penulis belum mengetahui apa peran dari HKBP Semper Ressort Semper pada peringatan Jubileum 150 tahun HKBP tingkat Nasional pada 7 Oktober 2011 yang akan datang, apakah ada peran aktip atau hanya peran serta dalam bentuk Dana saja. Untuk itu penulis belum mengetahuinya secara resmi. Walaupun begitu mari kita semua ikut
berpartisipasi aktip membawa panji-panji Kristus dalam jubileum 150 tahun HKBP tersebut. Sebagai penutup tulisan ini penulis ingat lagu wajib dalam perpeloncoan tahun 1962 berupa volksong (lagu rakyat) dari Sipirok dengan sedikit perubahan sebagai berikut:
Sai salamat ma HKBP nabolon i
Tubu di Napa ni Sibualbuali
Sian Sipirok tu Siantar, Padang Panjang, New York
Sai salamat ma HKBP nabolon i.
Selamat berjubileum 150 tahun HKBP nabolon i sai horas ma sude Uluan dan parhalado, baik tingkat Kantor Pusat, Distrik, Ressort, Pagaran dan juga semua jemaat.
Tuhan beserta kita semuanya, Amin dan Horas.

(Penulis adalah St. Kamaruli Pohan Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2011)