Sabtu, 25 Februari 2012

ARTIKEL: MENGASIHI MASYARAKAT SEKITAR GEREJA

Pendahuluan
Menjelang bulan puasa tahun 2011 yang lalu NRHKBP Semper memasang spanduk didepan tembok gereja HKBP Semper dengan ucapan “Selamat melaksanakan ibadah puasa” ucapan ini disampaikan kepada saudara-saudara kita yang berada disekitar gereja atau orang-orang yang melaksanakan ibadah puasa yang lewat didepan gereja HKBP Semper Ressort Semper Jakarta.
Penulis salut kepada para NRHKBP Semper atas ucapan tersebut karena hubungan baik yang sudah terjalin selama ini dengan warga sekitar gereja oleh para orangtua sudah diteruskan oleh para NRHKBP Semper sebagai generasi penerus yang akan meneruskan tongkat estafet digereja ini.

I. Jadilah Terang Dunia
Istilah atau kutiban diatas sudah sering kita dengar dari para pengkhotbah dimana mana tetapi dalam prakteknya ucapan itu hanya “pemanis kata saja” atau lips service kata orang dois disana (kata dois ini untuk generasi sekarang tidak mengerti lagi tetapi untuk generasi zaman dahulu kata-kata ini sangat populer kepada semua orang Barat Duitsch= Jerman. Contoh yaitu Schwester Hester Needham yang bekerja terakhir di Maga Mandailing Natal sekarang, dia adalah bangsa Inggris yang bekerja di Tanah Batak dibawah bendera RMG maka dia selalu disebut orang Dois juga pendeta Munson dan Lyman orang Amerika juga disebut orang Dois). Karena dalam pelaksanaan atau dalam penerapan sehari hari kadang sangat jauh panggang dari api. Kita lihat saja pada saat saudara-saudara kita yang ada disekitar gereja ini yang non Batak sedang berdukacita, jarang kita datang melawat kesana menyampaikan ucapan turut berdukacita. Padahal mereka adalah tetangga kita yang menjadi saudara terdekat kita “jonok dongan tubu jonohan dongan parhundul”.
Dalam terjemahan bebas: walaupun kita punya saudara dekat tetapi tetangga kitalah saudara terdekat kita. Contoh saja kita ambil dimana apabila kita sakit dan perlu cepat-cepat dibawa kerumah sakit tidak mungkin kita harus menelepon dan menunggu saudara kita yang berada “dibanua leku” sana yang jaraknya 40 km dan bisa datang minimal dua jam dan itupun belum tentu bisa datang dalam dua jam tadi mengingat jalan-jalan di jakarta kapan saja dimana saja pasti macet kecuali tengah malam atau dini hari. Menjadi terang itu harus mengasihi orang lain dan itupun harus berbuat sesuatu walaupun itu kecil sesuai kemampuan. Disekitar gereja kita masih banyak anggota masyarakat yang berada dalam kondisi menengah kebawah dan itu tentunya perlu kita lihat disamping jemaat kita sendiri untuk jemaat kita sendiri kita sudah mulai melaksanakan Diakoni sosial sesuai dengan kemampuan gereja dan tentunya untuk masyarakat sekitar perlu juga kalau keuangan gereja mengijinkan perlu kita teruskan seperti apa yang diperbuat oleh NRHKBP bekerja sama dengan dewan Diakonia membagikan paket sembako dan juga melaksanakan pengobatan gratis untuk masyarakat sekitar.Hanya sedikit penulis bertanya hal ide datangnya dari NRHKBP dan mereka juga mencari sendiri, apa-apa yang akan dibagikan dengan harga jauh di bawah harga pasar. Terimakasih untuk itu kepada NRHKBP Semper. Kadang-kadang kita masih membawa sifat-sifat asli kita dari kampung di Bonapasogit atau didaerah perantauan yang didominasi orang-orang Batak asli dan satu agama saja dimana dalam bermasyarakat sehari hari hanya dalam kumpulan Batak. Akibatnya untuk berbuat sesuatu untuk masyarakat sekeliling kita kurang begitu tertarik. Jangankan untuk masyarakat sekeliling kita untuk orang sesama Batak saja kita pilah-pilah antara Batak Islam dan Batak Kristen non HKBP dan Kristen HKBP. kadang-kadang kita lupa atau pura-pura lupa bahwa berdirinya suatu gereja ditempat perantauan seperti Jakarta ini kalau tidak ada izin dari tokoh-tokoh masyarakat non Kristen jangan harapkan bisa berdiri termasuk gereja kita HKBP Semper ini.
Hubungan baik yang telah dijalin oleh para pendahulu kita dengan masyarakat sekitar membuat didapatnya kemudahan-kemudahan dari masyarakat sekitar sehingga gereja kita bisa berdiri. Mereka itu antara lain bapak Soleman Rumapea, bapak H. Bangun Napitupulu bapak R.W dan Lurah Semper yaitu bapak H. Jurtoni dan masih banyak lagi nama-nama yang lain. Dan pada saat terjadi peristiwa Tanjung Priok yang lalu dimana masa yang bergerak dari Sukapura menuju Tanjung Priok sesudah menghancurkan rumah Pendeta sekaligus gereja Bethel disana mereka bergerak mau masuk ke komplek Tipar Selatan untuk menghancurkan gereja kita. Dipersimpangan jalan sudah banyak berdiri penduduk komplek Tipar Selatan dan terjadi dialog antara penduduk dan rombongan yang mau masuk ke komplek Tipar Selatan ini sebagai berikut:
Penduduk Tipar Selatan (PTS)
Anggota Rombongan (AR)
PTS: Saudara-saudara mau kemana?
AR: Kami mau masuk karena dikomplek ini ada gereja.
PTS: Kalau ada kamu mau apa?
AR: Kami mau rusak karena itu kafir.
PTS: Jadi kamu mau rusak gereja berarti merusak kampung kami.
AR: Tidak ada urusan.
PTS: Kalau kamu mau merusak gereja berarti mau merusakkampung kami, kalau begitu langkahi dulu mayat saya katanya sambil berdiri ditengah jalan masuk JL. Tipar Selatan I.
AR: Melihat yang dihadapi adalah salah seorang tokoh terpandang di Komplek Tipar Selatan dan kenal baik dengan pimpinan rombongan melanjutkan perjalanan ke Prapatan Semper dan seterusnya ke Pasar Permai dan disanalah terjadi peristiwa Tanjung Priok yang terkenal itu.
Catatan: Menurut informasi ada beberapa gereja yang dirusak oleh massa di Jakarta Utara sebagai korban “ peristiwa Tg. Priok itu. Dan untuk gereja HKBP Semper, selamatlah dari huru hara tersebut diselamatkan oleh Tuhan melalui “tokoh masyarakat “tersebut”. Dan peristiwa ini hanya diketahui oleh beberapa gelintir tokoh-tokoh tua gereja ini. Dan bagaimana sikap warga sekitar gereja dalam pembangunan gereja permanen pada awal September 1978? Pada awal September 1978 gereja lama yang dibuat sangat sederhana (sesuai kemampuan waktu itu) yang terdiri dari tiang kayu empat dibantu oleh tiang pembantu dari bambu berdinding bambu yang dianyam (topas) berlantai tanah dan atap genteng biasa tanpa loteng. Bangunan itu dibongkar dan diganti dengan bangunan permanen dengan sumbangan Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan biaya Rp 10 juta. Pada penyerahan bangunan yang setengah jadi (sesuai kemampuan uang tersebut) para tokoh-tokoh masyarakat disekitar gereja ikut menyaksikan penyerahan gereja tersebut didalam gereja oleh Gubernur DKI Jakarta yang diwakili oleh wakil Gubernur Chourmain yang diterima oleh Dewan Pembangunan yaitu St Drs. Selamat Limbong, Ketua Pembangunan Mayor Djongguk Pangaribuan (dikemudian hari menjadi Sintua dan Guru Huria HKBP Semper) sedang penulis adalah wakil Ketua Pembangunan gereja HKBP Semper. Pada sambutan itu tokoh masyarakat mengucapkan terimakasih pada pemerintah DKI dan mereka akan membantu mengamankan gereja bersama warga gereja. Dan janji itu mereka laksanakan sesuai peristiwa tersebut diatas tadi. Dan kalau ada hal-hal yang terjadi karena akibat/ekses suatu kebijakan-kebijakan digereja ini maka para tokoh-tokoh tua jemaat gereja ini selalu memberitahukan pada tokoh-tokoh masyarakat akan hal itu, komunikasi ini perlu agar “ tangan-tangan kotor”tidak masuk memperkeruh suasana yang sedang ada digereja saat pergolakan ini.

II. Kita Perlu Berbuat Sesuatu
Lima tahun yang lalu tepatnya tahun 2006 penulis mengusulkan agar gereja mengirim “seekor kambing korban” sebagai eksistensi gereja kita dilingkungan ini pada saat Hari Raya Kurban (Idul Adha) tahun 2006. Hal ini mendapat tantangan dari sebagian parhalado dengan alasan bahwa “orang sini” sifatnya kalau masuk jari masuk botohon katanya. Karena setiap menjelang Idul Adha penulis dengan getol selalu mengusulkan dengan memberikan alasan yang bisa diterima akhirnya rencana itu disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham terbatas alias parhalado partohonan pada tahun 2009. Dan kita sudah 3 tahun ini (3 kali mengirim) kambing korban disana. Pendekatan kepada warga dilingkungan gereja ini bisa dilaksanakan antara lain dengan dua cara yaitu:
1. Pendekatan Pribadi (personal approach)
Pendekatan secara pribadi dimana setiap pendekatan ini dilaksanakan orang bisa mengadakan pendekatan dengan masyarakat sekitar gereja dengan mengadakan partisipasi aktip dalam setiap acara yang ada. Hal itu bisa diadakan misalnya warga Rt 04 Rw 05 (tempat gereja berdomisili) seiring mengadakan kerja bakti bersih-bersih lingkungan. Tentunya baik gereja maupun kita warga sekitar tentunya harus ikut berpartisipasi langsung yang jelas kita tidak pernah absent akan kegiatan tersebut.
2. Pendekatan secara Institusi (Institutional approach)
Pendekatan ini telah dilaksanakan oleh gereja dalam beberapa hal antara lain memberikan hadiah saat lebaran untuk orang-orang tertentu, memberikan pengobatan gratis, pemberian sembako murah untuk warga sekitar, pengiriman kambing korban saat Idhul Adha dan lain-lainnya memberi kesempatan kepada para hansip, Rt,Rw untuk pengamanan gereja dalam acara-acara tertentu juga memberi kesempatan pada para pemuda-pemuda sekitar untuk mengamankan parkir kendaraan dilapangan belakang gereja untuk saat-saat tertentu baik pada hari Minggu maupun saat-saat ada kebaktian pada hari-hari tertentu digereja baik saat acara Martuppol maupun pada acara perkawinan.

III. Prinsip-Prinsip Dalam Hubungan Dengan Masyarakat Sekitar Gereja
Dalam hidup dalam masyarakat yang majemuk dan menjadi golongan minoritas dalam bingkai NKRI yang kita cintai ini, kita harus pandai-pandai dalam hidup bermasyarakat,kekuatangolongan mayoritas dalam wadah-wadah tertentu dan rendahnya wibawa pemerintah dimata rakyatnya dewasa ini membuat siapa sebenarnya yang lebih berkuasa dinegara ini menjadi saru. Lihat saja adanya demo besar-besaran yang menutup jalan, membakar gedung pemerintah, membakar Kantor Polisi, Kantor-kantor perusahan, demo menuntut hak ulayat yang diambil oleh perusahaan besar, Bandara dan lain-lain membuat lemahnya kepastian hukum dalam penegakannya. Gereja yang sudah diputus oleh Mahkamah Agung izinnya syah menurut hukum negara tetapi ditolak oleh Pemda setempat membuat jemaat suatu gereja di Bogor harus melaksanakan kebaktian Minggu dipinggir jalan. Dan itupun masih di usir oleh orang tertentu dengan alasan mengganggu ketertiban umum.
Dalam hidup bermasyarakat kita perlu melaksanakan beberapa prinsip-prinsip berhubungan baik dengan warga di sekitar sebagai berikut:
1. Jadilah warga yang baik dalam keseharian saling hormat menghormati, saling bergotong royong satu sama lain.
2. Jadilah menjadi seorang motivator bagi orang lain.
3. Hidup berdampingan sesama warga harus mempunyai sifat yang ramah.
4. Harus dihindari debat kusir dan usahakan agar bisa menerima dan menghargai pendapat orang lain walaupun sebenarnya kita tidak sependapat.
5. Hindari kebiasaan menang sendiri karena belum tentu secara umum pendapat anda benar.
6. Kebiasaan selalu mengkritik orang lain harus dihilangkan karena kebiasaan itu membuat anda akan dihindari orang lain.
7. Ramah kepada orang lain tidaklah menurunkan wibawa anda tetapi justru orang lain akan lebih menghormati anda.
8. Usahakan dalam pembicaraan untuk membicarakan apa yang diminati orang lain dan dia akan mengikuti jalur anda.
Dengan demikian anda akan menjadi panutan masyarakat disekitar anda.

Penutup
Sebagai anggota masyarakat disekitar gereja dan melihat kondisi dan situasi masyarakat dewasa ini yang sangat labil dan kita juga akan tetap saling membutuhkan satu sama lain. Untuk itu gereja juga harus berbuat sesuatu sesuai kemampuan untuk menjalin silahturahim kepada masyarakat sekitar gereja. Pengurusan surat-surat tanah yang masih belum selesai, Pengurusan surat izin membangun gedung sekolah minggu yang masih antah berantah perlu ditindak lanjuti dengan penuh kearifan kalau tidak nanti ada orang yang akan menunjukan surat kepemilikan lahan tersebut secara resmi dari pemerintah baru kita sadar. Karena dalam kondisi sekarang surat bukti kepemilikan lahan ditentukan oleh surat bukan bukti penguasaan akan hal itu. Masih banyak harus kita kerjakan dan butuhkan dalam bekerjasama dengan masyarakat disekitar gereja. Mengasihi bukan hanya suatu retroika belaka tetapi harus dalam bentuk nyata sekecil apapun kita perbuat untuk mengasihi masyarakat yang susah disekitar gereja bagi Tuhan itu adalah suatu hal besar asal dilakukan dengan sukacita.
Tuhan akan selalu bersama kita, Amin dan Horas.

(Penulis adalah K. Pohan Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Februari 2012)