Sabtu, 30 Juni 2012

ARTIKEL: KORELASI KEMATIAN, KEBANGKITAN DAN KENAIKAN TUHAN YESUS

Disebutkan dalam teologi pluralisme agama: Seluruh pekerjaan Kristus sangat terkait dengan masalah penebusan dosa manusia. Karya Kristus memungkinkan manusia kembali dapat menghampiri Allah Bapa.
a. Kematian Kristus
Kematian Kristus sudah diprediksikan jauh-jauh sebelumnya (Maz. 22:16; Yes. 53:5-10; Dan. 9-26; Zak. 12:10) bahkan Yesus sendiri sudah menubuatkan tentang kematianNya sendiri (Mat. 12:40; 17:22-23; Mrk. 8:31; Yoh. 2:19-21; 10:10-11). Hukuman yang dijatuhkan kepada Yesus adalah hukuman yang terberat, yang paling final dan memalukan, karena Ia dihukum oleh pemerintahan Romawi, dan cara pelaksanaan hukumanNya adalah dengan cara disalib. Semuanya ini, merupakan cara yang dipakai Tuhan untuk mewujudkan penebusan manusia berdosa. Dampak dari kematian Kristus bagi manusia adalah: dengan menjadi tebusan; untuk menggenapi 4 misi yaitu: misi penebusan, misi penggantian, misi pemulihan kembali dan misi pendamaian.

b. Kebangkitan Kristus
Kebangkitan Kristus merupakan salah satu dasar kepercayaan orang Kristen, sebab hal itu merupakan dasar kebangkitan orang percaya. Kebangkitan Kristus juga merupkan sebuah keunikan bagi orang Kristen, karena hal ini tidak terdapat dalam ajaran agama lain. Peristiwa kebangkitan itu sendiri sudah jauh-jauh diprediksikan sebelumnya. Di Perjanjian Lama sendiri para nabi sudah menubuatkan tentang hal itu ( Maz. 2:7; Ibr. 1:5; Kis. 13:33; Maz. 16:8-11; Maz. 22; Yes. 53). Kristus sendiri juga telah membuktikan tentang kebangkitan tersebut.

c. Kenaikan Yesus ke Sorga
Sebagaimana Yesus berinkarnasi di dalam dunia ini, menjadi manusia seutuhnya merupakan suatu mujizat Allah, demikian juga halnya dengan masalah kenaikan Yesus Kristus. Setelah memberikan amanatNya maka Yesus terangkat ke Sorga. Kenaikan Kristus itu sendiri mempunyai makna tersendiri bagi kita.  Kenaikan Kristus berarti:
·     Menjadi suatu jaminan bagi kita untuk datang ke hadapan Allah dengan tanpa gentar dan takut.
·     Menjadi jaminan pengharapan hidup yang kekal.
·     Supaya kita percaya bahwa ada pemeliharaan Allah.
·    Kenaikan Kristus ke Sorga sekaligus sebagai pelopor, menyediakan tempat bagi orang percaya, menyatakan diri di depan Allah Bapa demi jemaatNya, menerima kemuliaan dari Allah Bapa.
Maka bagi orang Kristen khusus yang beriman selalu meyakini bahwa korelasi kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke Surga sesuatu mata rantai yang tidak terpisahkan antara kehidupan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Semaunya itu diawali karena memang dosa kita telah ditanggung oleh Kristus, karena kasih-Nya kepada umat manusia. Dan jika kita bandingkan dengan PL (perjanjian Lama) Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.” (Ibr 11:5)? dan “Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.” (2 Raj 2:11).
Kematian Yesus merupakan suatu kesempatan untuk ikut merasakan betapa berat-Nya perjuangan Yesus untuk menebus dosa-dosa dan menyelamatkan umat-Nya, sampai Dia mati di Salib. Yesus menjadi korban kasih-Nya bagi kita manusia (Yoh 3: 16). Namun peristiwa penyaliban sendiri mengingatkan kepada kita kembali bahwa begitulah perlakuan manusia apabila ia belum mau menerima kebenaran, belum mau menegakkan keadilan dan belum mau menghargai sesamanya manusia sebagai manusia. Sikap dan tindakan-tindakan brutal, yang menyiksa bahkan mengorbankan hidup orang lain adalah merupakan pilihan orang yang belum mengerti apa artinya hidup sebagai orang beriman, belum paham apa artinya hidup mengasihi. Dengan perkataan lain kita masih saja bisa menyaksikan perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi sepanjang iman hanya sebagai formalitas dan cinta hanya sebuah kata.
Kematian Yesus memberi kita sebuah dorongan untuk bertanya lagi, mengapa makin banyak orang haus akan kebenaran dan keadilan? Mengapa krisis multi dimensi belum bisa teratasi? Mengapa segala kemajuan yang dicapai belum bisa membuat terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat? Apakah kita manusia masih memperhitungkan tempat bagi Tuhan dalam hati, dalam pikiran, dalam perkataan dan rencana-rencana kita?
Sikap dan pengalaman hidup manusia bahwa Tuhan telah dikesampingkan bahkan sudah tidak punya tempat dalam hidupnya, diungkapkan dengan sangat jelas oleh Kurt Marti dalam sebuah sajaknya yang berbunyi:
“Dalam segala kenanganku, segala yang lain ada, kecuali Tuhan. Dalam segala pengalamanku, segala yang lain ada, kecuali Tuhan. Dalam segala impianku, segala yang lain ada, kecuali Tuhan. Segala sesuatu dalam hidupku, sudah menjadi segalanya, kecuali Tuhan.”
Selanjutnya, Kebangkitan Yesus dari mati adalah sebuah peristiwa besar yang menyusul peristiwa kematian-Nya di Salib. Yesus telah mati di salib dan dikuburkan tetapi pada hari ketiga Ia bangkit kembali. Kebangkitan-Nya merupakan sebuah kemenangan yang sangat besar arti-Nya bagi diri-Nya sendiri dan bagi umat-Nya. Karena kebangkitan-Nya maka Yesus adalah Tuhan yang telah mengatasi kegelapan kubur dan mengalahkan kematian. Dia adalah putera sulung kebangkitan dan berjaya sebagai pemenang. Kebangkitan-Nya membuka peluang baru bagi setiap orang untuk semakin percaya kepada-Nya karena “Dia adalah kebangkitan”, “Dia adalah jalan, kebenaran dan hidup”.
Ternyata kematian Yesus di Salib bukan akhir dari sebuah perjuangan melainkan merupakan awal untuk mengalami kehidupan baru, bangkit dari mati. Ia berjaya sebagai pemenang. Hal yang serupa akan terjadi dalam hidup setiap orang yang mengikuti Dia dan hidup setia dalam iman. Artinya, umat Tuhan akan ambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Yesus. Apakah, di tengah kerumitan hidup masa kini, kita masih berpegang teguh pada Dia?. Apakah Tuhan masih menjadi tumpuan harapan dan perjuangan hidup kita? Apakah kita masih terus memelihara hidup iman kita?
Peristiwa hidup Yesus yang baru kita rayakan dan kita renungkan, baik kematian maupun kebangkitan-Nya, mengajak kita untuk, pertama, meneladani sikap murid yang percaya: tidak gegabah, namun dengan mata iman dan cinta: melihat dan percaya bahwa Tuhan sungguh telah bangkit. Kedua, memberi kita sebuah kesempatan baru untuk sekali lagi menyadari bahwa tiada perjuangan tanpa tantangan, tiada kebahagiaan tanpa derita, sesudah kematian ada kebangkitan. bertumbuh dalam penghayatan iman dan setia mengamalkan cinta kasih merupakan tuntutan teladan hidup Yesus yang mestinya nyata dapat terwujud dalam hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya. Kurt Marti pada akhir sajaknya berkata: “Saya hanya tahu untuk apa Tuhan memanggil kita: Untuk bangkit, hari ini dan sekarang! Semoga kita mempunyai kemampuan untuk bangkit !”
Peristiwa Kanaikan  Yesus adalah menjadi titik awal menerima kekekalan yang kita songsong. Sebagai orang yang bersama dengan kenaikan Kristus maka haruslah menjadi orang yang mampu mengendalikan dirinya dari hawa nafsu yang dapat merasuki segala kehidupan kita. Mari kita merendahkan hati kita kepada Dia agar harapan kita terkabul di dalam naungan kasihNya yang nyata kini dan juga yang akan datang. 
Kesimpulan. Korelasi antara kematian, kebangkitan dan kanikan Tuhan Yesus ini saya coba ilustrasikan seperti ini: Kalau kita mau membangun rumah, sedikitnya dibutuhkan 3 buah gambar dari rumah yang akan dibangun (dari atas, dari depan, dari samping). 3 buah gambar itu menggambarkan rumah yang sama, tetapi menggambarkannya dari sudut yang berbeda, sehingga mereka saling melengkapi satu dengan yang lain. Kristus mati menjadi dasar kematian kita, kebangkitan Kristus menjadi dasar dan jaminan bagi kebangkitan kita, Kristus naik ke surga menjadi dasar kenaikan kita  juga. Semunaya itu sudah kita terima melalui baptisan kudus yang hendak kita perhatikan, perjuangkan, pertahankan.  Maka jika kita sudah dalam kematian, kebangkitan, kenaikan, kita pasti menjadi pemberita Injil dan pelaku firmanNya, sehingga dapat menjadi garam dan terang yang membawa berkat dalam segala bidang kehidupan. Selamat berkarya bersama Kristus!

(Penulis adalah Pdt. Haposan Sianturi, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2010)