Selasa, 31 Juli 2012

RENUNGAN: MENGEMBANGKAN POTENSI DIRI




Seorang motivator berkata, “Salah satu tragedi besar di dalam hidup seseorang adalah ketika dia tidak mau memaksimalkan potensi yang ada di dalam dirinya.” Mengapa demikian? Sebab, itu artinya orang tersebut tidak bisa memanfaatkan sesuatu yang sudah ada di depan mata. Dia dianggap bukan saja bersalah kepada dirinya sendiri, tetapi juga kepada Tuhan yang telah memberikan potensi di dalam dirinya. Orang tersebut akan menjadi orang yang “ala kadarnya”. Jangan keliru, ini bukan masalah “tidak bisa mengucap syukur”, tetapi ini masalah “tidak mau menjadi seperti yang seharusnya ia bisa jadi”. Lambat laun orang yang demikian bisa “menyerah pada keadaan “atau”  menyerah kepada nasib”.
Apa itu potensi? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan potensi sebagai kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya.  Para ahli memberikan pengertian, yaitu kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik. Wikipedia Bahasa Indonesia memperjelas, potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal. Intinya, potensi adalah kemampuan tersembunyi yang bisa dikembangkan.

Tuhan Menciptakan Dengan Potensi
Tuhan menciptakan bumi dan manusia tidak “apa adanya” atau sekedar saja. Tuhan menciptakan semuanya dengan potensi yang besar untuk sebuah perkembangan.
1. Tanah dan Biji
Perhatikan Kej 1: 12!
Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.”
Di ayat ini saja kita bisa melihat dua potensi yang tersembunyi. “Tanah itu menumbuhkan”, merupakan sebuah penegasan bahwa tanah itu memiliki potensi. Pernahkan anda berpikir tentang rumput yang tiba-tiba saja muncul di halaman anda? Atau bahkan berpikir tentang rumput atau tanaman yang tumbuh di tempat yang gersang? Kita tidak beripikir tentang tanah yang berpotensi menumbuhkan rumput, apalagi tanah itu gersang, sebab kita melihat tanah adalah sesuatu yang tidak menarik, tidak bergerak, seolah mati, dan yang tidak mampu “menggoda mata kita”. Kesan kita tentang tanah hanyalah kotor, tidak berguna. Padahal sebaliknya, ia mempunyai potensi yang luar biasa. Yang kedua yang kita lihat disini mengeai potensi dari “biji” Di KJV sebagian kalimatnya diterjemahkan “whose seed was in it self.” Artinya, biji mempunyai kemampuan untuk memultiplikasi diri sendiri. Di dalam dirinya ada potensi dasar untuk membentuk sebuah tanaman, baik itu akar, batang, maupun daun. Menurut para ahli, sebuah pohon yang tinggi dan baik, bisa menghasilkan biji atau benih hingga jutaan buah. Ini baru generasi pertama. Berapa jumlahnya pada generasi kedua, ketiga, dan seterusnya? Terlalu banyak untuk dihitung. Sungguh dahsyat potensi potensi multiplikasi sebuah benih!
Tetapi, perlu diperhatikan bahwa potensi itu tidak akan terlihat dan tidak akan dapat dirasakan kalau tidak ada sesuatu di luar dirinya yang turut mewujudkannya. Ada baiknya kita perhatikan Kej2: 5!
“belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu.”
Ayat ini menegaskan bahwa potensi bagi tanah untuk menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, tidak akan terjadi kalau tidak ada air. Jadi biji-bijian memerlukan factor luar seperti air agar dapat memultiplikasi dirinya sendiri. Manusia juga diperlukan peranannya, misalnya dengan mengerjakan tanah agar gembur, membuat pengarian, penyiangan, dll. Air dan manusia adalah alat bantu supaya tanah dan biji bisa mengembangkan potensinya.
Satu hal yang menarik di dalam hal penciptaaan tanah dan tentang biji yang berpotensi itu adala Tuhan melihat bahwa semuanya itu baik. “Baik” disini (Ibr,tov) juga bisa berarti menguntungkan. Itu berarti bahwa potensi tanah dan biji itu menguntungkan manusia.
 2. Manusia
 Akhir Oktober 2011, menurut perkiraan PBB, penduduk dunia menembus 7 miliar. Ini adalah peningkatan sebanyak dua miliar jiwa di dalam waktu kurang dari seperempat abad. Angka itu bakal terus meningkat dengan prediksi menjadi delapan miliar pada tahun 2025 dan 10 miliar sebelum akhir abad ini. Sadarkah kita, dari berapa orang semua  itu dimulai? Dari dua orang yang bernama Adam dan Hawa!
Suatu kali Tuhan berfirman, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap dibumi.” Kalau kita renungkan, Tuhan waktu itu berfirman kepada Adam dan Hawa saja. Kalau kita yang berada di posisi Adam dan Hawa, mungkin saja kita akan bertanya, “Mana Mungkin?” Tetapi, Tuhan sangat tahu bagaimana manusia nantinya “bermultilikas” sehingga sanggup memenuhi bumi. Ada potensi itu untuk! Tetapi perhatikan, bahwa potensi manusia tidak hanya bertambah banyak memenuhi bumi. Pernyataan Tuhan “taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binantang yang merayap dibumi”, jelas menunjukkan potensi yang lain yang dimiliki manusia. Satu ayat fiman Tuhan yang seharusnya meyakinkan kita betapa besar potensi dalam diri manusia adalah Mzm 8:6, “Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.” “Hampir sama dengan Allah” berarti mempunyai kesanggupan yang luar biasa. Di dalam Kej 1:26 manusia disebut sebagai ciptaan yang segambar dan serupa dengan Allah. Makanya, Tuhan berfirman, “Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana..” (Kej 11: 6). Jadi potensi yang ada di dalam diri setiap orang itu sungguh besar dan akan berdampak besar bagi mereka yang mau mengembangkannya.  

Urgensi Mengembangkan Potensi Diri
Ada dua alasan mendasar mengapa kita harus mengembangkan potensi diri kita, yaitu:
1. Sebagai Tanda Ucapan Syukur
Mengucap Syukur tidak hanya sekedar ucapan bibir. Selain harus berasal dari hati yang tulus, mengucap syukur juga harus ditunjukkan di dalam perbuatan. “Ketika anak saya mengatakan terima kasih untuk mekanan yang saya bawa, maka saya menghendaki agar makanan itu dimakan, bukan didiamkan atau disia-siakan.”  Demikian gambarannya ketika kita mengucap syukur kepada Tuhan. Mengembangkan potensi berarti tidak menyia-yiakan pemberian atau kepercayaan yang diberikan Tuhan. Perumpamaan tentang talenta di Mat 25: 14-30 menjadi gambaran yang sangat jelas bahwa Tuhan ingin kita kita mengembangkan potensi diri. Potensi itu digambarkan dengan talenta. ada yang berpotensi lima. ada yang dua, dan ada yang satu. Disini Tuhan bukannya tidak adil, tetapi ini berdasarkan kesanggupan si penerima. Orang yang menerima lima talenta daalah orang yang bisa mengucap syukur karena dia mau mengembangkan potensi lima talenta itu. Demikian juga dengan orang yang menerima dua talenta. Upah bagi kedua orang yang bisa mengucap syukur itu adalah menerima kepercayaan untuk potensi yang lebih besar lagi dan menerima sukacita sejati. Sebaliknya, orang yang menerima satu talenta adalah orang yang tidak mau mengucap syukur  karena dia tidak mau mengembangkan potensi satu talenta itu. Upahnya adalah kehilangan potensi dan kesedihan yang mendalam.
2. Untuk sebuah kehidupan yang lebih maju
Tuhan tidak pernah melarang seseorang untuk maju. Kadangkala kita mempertentangkan antara keinginan untuk maju dengan mengucap syukur. Kita berpikir kalau seseorang ingin maju maka dia akan cenderung untuk tidak mengucap syukur. Lalu, kita akan memakai ayat 1 Tim 6:8, “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Atau 1 Tes 5: 18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu..” Padahal tidak demikian! Kedua ayat itu harus dipahami dalam konteksnya, dimana ini menjadi peringatan supaya kita tidak terjebak di dalam keserakahan dan keluhan. Sebenarnya kita tidak perlu terlalu mempermasalahkan hal itu. Setiap orang dipersilahkan utnuk terus maju, mengejar impiannya. yang penting ada keseimbangan antara usaha untuk mendapatkan lebih dengan kemauan utnuk mengucap syukur. Di samping tentunya adalah maju dengan cara-cara yang berkenan kepada Tuhan.
Kesempatan yang diberikan Tuhan bagi manusia untuk bertambah maju terlihat dari diulanginya perintahNya kepada Nuh. Dikatakan di dalam Kej 9:1-3 “Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau.”

Cara Mengetahui Potensi Diri:
Menurut para ahli ada 6 hal yang harus kita perhatikan jika kita mau mengetahui potensi yang ada pada diri kita, yaitu:
1. Minat
KBBI mengartikan minat sebagai kecenderung hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Pengertian minat menurut Tidjan adalah gejala psikologis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap suatu objek sebab ada perasaan senang. Sedang menurut Drs. Dyimyati Mahmud, minat adalah sebagai sebab, yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang, situasi atau aktivitas tertentu dan bukan pada yang lain. Minat inilah yang membuat kita memilih untuk melakukan sesuatu hal yang sangat mungkin berkaitan dengan potensi kita.
2. Kemampuan
Yang dimaksud kemampuan di sini adalah dapat mempelajari dan mengerjakan dengan mudah sesuatu hal. Perlu ditanya kepada diri sendiri, apakah kita merasakan mengalami kemudahan dalam mempelajari dan mengerjakan sesuatu di atas rata-rata orang lain? Apakah kita mampu memperhitungkan sesuatu dengan lebih cepat dari kebanyakan orang? jika ya, mungkin itulah potensi kita.
3. Kenyamanan
Kenyamanan adalah ketika kita merasa cocok melakukan sesuatu hal. Kita tidak merasa terpaksa dan tertekan, Kenyamanan juga akan memunculkan rasa “betah” untuk terus-menerus mengerjakan sesuatu itu. Jika kita nyaman mengerjakan sesuatu, tentu saja yang positif, maka besar kemungkinan itulah potensi kita.
4. Keyakinan
Keyakinan disini tidak ada kaitannya dengan masalah religius. Keyakinan disini seperti arti pertama yang diberikan KBBI, yaitu kepercayaan dan sebagainya yang sungguh-sungguh; kepastian; ketentuan. Kita merasa pasti bahwa itulah potensi kita. Namun, kepastian ini memang harus dikonfirmasi dengan kelima “tanda” yang lainnya itu. Pasalnya, sering kali kita merasa yakin, tetapi sebenarnya itu emosi kita saja yang menggebu-gebu. Dengan konfirmasi yang lain, keyakinan kita bisa dipertanggungjawabkan.
5. Kepuasan
Kepuasan adalah perasaan jiwa dimana kita merasa kegembiraan dan ketenangan saat melakukan sesuatu hal. Kita tidak menjadi kecewa dan tidak menyesal Karena sudah melakukan suatu hal. Justru rasanya ingin terus mengulangnya.
6. Kata orang sekitar
Kita memerlukan peneguhan dari orang lain, terutama mereka yang berada di sekitar kita. Kita bisa mulai mendengar dari keluarga kita, tetangga kita atau teman-teman kita. Kita menunggu orang-orang disekitar kita itu berkata, “Pekerjaan ini memang cocok buat kamu,” “Kami puas kalau kamu yang mengerjakannya,” “kamu memang benar-benar tahu cara menyelesaikan pekerjaan itu”.
Dalam membentengi diri kita dari rayuan atau bujukan dari luar untuk tidak berkembang kita harus selalu mengingat dan memiliki akan pendapat seorang motivator yang mengatakan “ jangan cepat puas diri” mengapa demikian ? karena pada dasarnya hidup yang benar adalah tidak “diam di tempat” orang yang cepat puas diri akan berhenti “di situ”. Untuk terus berkembang, kita harus terus belajar, belajar dari lingkungan, belajar dari pengalaman, bahkan belajar dari kegagalan.
          Firman Tuhan-pun mengingatkan kita serta memberi jaminan untuk berkembang dan berbuah jika kita ada di dalam Tuhan dan tinggal di dalamNya. Sebagaimana Yesus katakan kepada murid-muridnya, Yoh.15:5 “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya, Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak berbuat apa-apa.” (bd. Yoh.15:16 ).
Sebagai orang percaya pada Tuhan Yesus Kristus, ini menjadi bagian/merupakan yang paling fundamental yang harus kita hidupi, juga menjadi pengakuan kita bahwa sumber KEMAJUAN dan PERKEMBANGAN kita adalah Tuhan, bukan kekutan atau kebolehan kita sendiri. sekalipun di minta untuk maju dan berkembang, tapi harus kita ingat akan fondasi atau tempat berpijak mencapai kemajuan itu adalah “ Maju bersama Tuhan, Berkembang di dalam Tuhan “ sehinga terwujudlah “ Berkat bagi Bangsa dan Negara  dan Kemuliaan bagi Tuhan .”
        Selamat Mengembangkan Potensi diri melalui pelayanan, Berkembang dengan memberikan buah, sebab buah adalah bukti bahwa kita memiliki Potensi.Tuhan Yesus Memberkati pembaca NARHASEM  dimanapun berada.

(Penulis adalah Pdt. Belhemrimen Sitompul, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juli 2012)