Ajarku mengerti, segala rencana-Mu.
Ajarku berserah, hanya pada-Mu.
Pimpinlah jalanku, dalam terang firman-Mu.
Ajarku berharap hanya pada-Mu.
Dalam sebuah pertemuan doa syafaat naposobulung HKBP
Semper, lagu tersebut dinyanyikan sebagai lagu penutup. Sebuah lagu yang
mengajak untuk belajar. Belajar mengerti rencana Tuhan, belajar berserah pada
Tuhan dan belajar berharap hanya pada Tuhan. Sebuah proses pembelajaran yang
tidak mudah.
Berdoa.
Setiap kita pasti pernah berdoa, berbicara dan bercakap-cakap dengan Tuhan.
Dalam percakapan itu, kita menyampaikan
seluruh isi hati kita kepada-Nya, termasuk kekhawatiran kita. Kekhawatiran dari
hal-hal kecil sampai hal yang besar. Tapi sering kali setelah kita berdoa
kekhawatiran itu semakin besar. Kekhawatiran yang membuat kita cemas, gelisah,
tidak tenang, stress dan lain-lain. Mengapa begitu? Karena doa yang kita
lakukan hanyalah komunikasi satu arah. Kita hanya berbicara kepada Tuhan menyampaikan
setiap pergumulan kita termasuk jawaban yang kita harapkan untuk Tuhan
kabulkan. Kita khawatir jangan-jangan Tuhan tidak menjawab sesuai dengan apa
yang kita harapkan.
Doa adalah komunikasi kita dengan Tuhan. Sebuah percakapan pribadi dua arah
dimana kita menyampaikan pergumulan kita kepadaNya dan mendengarkan
tanggapanNya sebagai pribadi yang memiliki kehidupan kita. Kemudian kita
bersedia untuk menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Tetapi yang
sering terjadi adalah kita selalu berharap Tuhan menjawab doa sesuai dengan apa
yang menjadi kehendak dan harapan kita. Oleh sebab itulah doa sebuah proses
belajar yang tidak mudah, karena tidak mudah untuk mengerti apa yang menjadi
rencana Tuhan dalam hidup kita. (Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan
jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit
dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari
rancanganmu (Yesaya 55:8-9))
Rancangan kita bukanlah rancangan Tuhan, namun apapun yang Tuhan kerjakan
dalam kehidupan kita pastinya rancangan damai sejahtera. Oleh sebab itu Ia
meminta kepada kita berseru dan berdoa kepadanya meminta apa yang menjadi
pergumulan hidup kita. Dan Tuhan sendiri berjanji akan mengabulkan doa kita,
jika kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya (1 Yohanes 5:14).
Lalu apa yang harus kita pelajari ketika Tuhan menjawab doa-doa kita.
Ketika Tuhan menjawab “YA”
Beberapa tahun yang lalu dalam pertemuan doa syafaat naposobulung HKBP
Semper, salah satu pokok doanya adalah teman hidup. Kami berdoa agar
kakak-kakak dan abang-abang diberikan teman hidup yang sesuai dengan rencana
Tuhan. Hingga saatnya tiba, satu persatu kakak-kakak dan abang-abang
mengucapkan janji di depan altar dengan pasangannya masing-masing.
Beberapa waktu setelah satu persatu dari mereka meninggalkan punguan
naposobulung, sebagai pengurus NHKBP Semper kami bingung dan panik karena
jumlah anggota mengalami penurunan. Hal tersebut tentunya berdampak pula pada
jumlah anggota paduan suara yang bernyanyi pada kebaktian setiap Minggunya.
Jumlah anggota yang tidak banyak lagi itu mendapat sorotan dari parhalado dan
menjadi bahan diskusi kami.
Bingung dan panik, respon
pengurus NHKBP Semper atas sebuah doa yang dijawab Tuhan. Sebuah sikap yang menunjukkan ketidaksiapan
menerima jawaban doa. Tentunya saat berdoa,
kami berdoa dengan iman dan mempercayai bahwa Tuhan pasti menjawab doa
kami. Namun kami tidak menyiapkan hati bahwa saat kakak-kakak dan abang-abang
mendapatkan pasangan hidupnya masing-masing tentu mereka harus meninggalkan
naposobulung. Seharusnya setelah berdoa
kami bekerja keras (ora et labora), melakukan perekrutan kepada rekan-rekan
naposobulung yang belum aktif sehingga saat kakak-kakak dan abang-abang
meninggalkan punguan naposobulung, tidak mempengaruhi jumlah anggota
naposobulung.
Ketika Tuhan menjawab “Tunggu”
Menunggu merupakan
sebuah kegiatan yang membosankan. Kita bisa melihat ekspresi orang-orang yang
bosan menunggu kedatangan pesawat yang tertunda, menunggu antrian di bank,
menunggu antrian di dokter sampai menunggu kedatangan seorang kekasih (wah…,
kalo yang ini tentunya bukan hanya bosan tapi plus kesal dan marah juga ya…)
Saat kita berdoa meminta sesuatu, terkadang kita pun harus menunggu. Kita
harus menunggu saat kita meminta kesembuhan seorang yang kita kasihi, kita
harus menunggu saat meminta pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat kita,
kita harus menunggu saat meminta seorang pasangan hidup yang cocok, kita harus
menunggu saat meminta pertumbuhan dan perkembangan yang baik untuk anak-anak
kita, kita harus menunggu saat meminta agar pelayanan yang kita kerjakan saat
ini menghasilkan buah, kita harus menunggu saat kita meminta pemulihan atas
bangsa dan negara kita, dan banyak hal lain yang harus kita tunggu setelah kita
meminta dan berdoa.
Lalu bagaimana sikap kita saat menunggu? Apakah kita menunggu dengan
bersabar dan menyerahkan sepenuhnya pada kehendak Tuhan? Atau kita lebih sering
menunjukkan kebosanan, kekesalan bahkan kemarahan pada Tuhan karena doa kita terlalu
lama dijawab. Tapi bagaimana sikap Abraham saat menunggu janji yang pernah
dikatakan Tuhan kepadanya?
Dalam Kejadian 15 dituliskan tentang perjanjian keturunan antara Abram dan
Allah. Abram merasakan ketakutan dan
kekhawatiran karena jika ia meninggal tidak akan ada yang menjadi ahli
warisnya, kerena ia tidak mempunyai keturunan. Tapi Tuhan menguatkan Abram dan
berkata, “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang……, demikianlah
banyaknya nanti keturunanmu”. (Dalam perikop tersebut tidak dituliskan berapa
usia Abram pada saat itu. Kemungkinan ia belum berusia 86 tahun, karena dalam
Kejadian 16 dituliskan Abram berusia 86 tahun ketika Hagar-hamba Sarai
isterinya, melahirkan Ismael.)
Saat Abraham berumur 99 tahun Allah mengulangi janjiNya kepada Abraham,
bahwa ia akan beranak cucu sangat banyak dan akan menjadi bapa sejumlah bangsa
besar (Kej. 17). Kemudian Allah menepati janjiNya, maka mengandunglah
Sara-istrinya yang berusia 90 tahun dan melahirkan seorang anak laki-laki yang
diberi nama Ishak. Abraham berusia 100 tahun saat Ishak lahir. Selama lebih
dari 14 tahun Abraham menunggu penggenapan janji Tuhan. Abraham menunggu dengan
sabar dan menyerahkan sepenuhnya pada Allah. Ia mempercayai apa yang Allah
janjikan kepadaNya, dan ia menerima buah dari yang ia percayai.
Selain kisah kepercayaan Abraham, cerita tentang setangkai bunga dan seekor
kupu-kupu berikut mengajarkan kita untuk beriman dan percaya saat menunggu
jawaban doa.
Once there was a man who asked God for
a flower and a butterfly. But instead God gave him a cactus and a caterpillar.
The man was sad, he didn’t understand, why his request was mistaken. Then he
thought : Oh, well God had too many people to care for… And decided not to
question.
After some time, the man went to check
up on his request that he had left forgotten. To his surprise, from the thorny
and ugly cactus a beautiful flower had grown. And the unsightly caterpillar had
been transformed in to the most beautiful butterfly. God always does things
right. His way is always the best way, even if to us it seems all wrong.
If you asked God for one thing and
received another, TRUST….. You can be sure that He will always give you what
you need, at the appropriate time.
Iman adalah dasar dari
segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat (Ibrani 11 : 1). Bersabar,
berserah, berharap dan tetap beriman/percaya, merupakan sikap yang harus
kita tunjukkan saat menunggu jawaban doa. (sebuah pelajaran yang tidak mudah)
Ketika Tuhan menjawab “Tidak”
Setelah sekian lama
berdoa, ternyata doa-doa kita tidak dijawab Tuhan. Apa yang kita minta Tuhan
tidak pernah memberikannya. Maka, kita perlu memeriksa hati kita apakah kita
sudah berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan, atau kita salah berdoa karena yang
kita minta hanyalah keinginan untuk memuaskan hawa nafsu kita sendiri oleh
sebab itulah kita tidak menerima apa-apa (Yakobus 4 : 3)
Lalu apakah kita marah dan
kecewa pada Tuhan saat doa-doa kita tidak dijawabNya? Untuk itulah kita perlu
belajar mengerti kehendak dan rencana Tuhan. Belajar untuk untuk tidak hanya
memikirkan kehendak kita sendiri saat berdoa, tetapi bagaimana kita mau
menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Karena jawaban yang Ia berikan tidak hanya sekedar solusi
dari setiap pergumulan kita. Jawaban “tidak” yang Ia berikan mengajarkan kita
untuk memperdalam iman dan kepercayaan kita pada hikmat-Nya dan memperkuat kita
pada kedaulatan-Nya.
Penutup.
Saat kita berdoa tentu kita tidak mengetahui apa yang akan Tuhan berikan
untuk jawaban doa kita. Namun yang harus diyakini, Tuhan pasti menjawab setiap
doa-doa kita, entah dijawab dengan “ya”, “tunggu” atau pun “tidak”. Apapun
jawaban yang Ia berikan, itulah yang terbaik untuk kita. Ia lebih mengetahui
apa yang menjadi kebutuhan kita dalam menjalankan kehidupan ini. Oleh sebab itu
kita harus berserah, berharap dan percaya pada-Nya, bahwa kita akan menerima
setiap jawaban doa menurut kehendak dan rencana-Nya, karena rencana-Nya indah
pada waktu-Nya.
In His time. In His time
He makes all things beautiful in His time.
Lord please show me everyday as You’re teaching me Your way
That You do just what You say in Your time.
Selamat berdoa. Selamat menerima jawaban doa.
Tuhan Yesus memberkati.
(Penulis adalah Uly Panjaitan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2009)