Senin, 05 Januari 2009

ARTIKEL: MAKNA DAN ARTI TANDA AJAIB MENURUT INJIL YOHANES

Pendahuluan
Melalui tanda ajaib yang dibuat oleh Tuhan Yesus dalam kitab – kitab Injil mempunyai arti dan makna yang dalam bagi orang yang percaya kepadaNya. Dalam hal ini penyaji akan mencoba membahas arti dan makna tanda–tanda ajaib tersebut dalam kitab Injil Yohannes, sebagaimana dikatakan dalam Yoh 20:30-31, bahwa menurut Yohannes banyak tanda (mujizat) yang Yesus telah buat di depan murid–muridnya, maupun di hadapan khalayak ramai.
Kata “ajaib“ dapat diartikan, suatu kejadian yang aneh yang ganjil, sebab kejadian itu tidak terjadi sebagaimana biasa. Dalam kamus An Indonesian-English Dictionary, untuk menjelaskan kata “Ajaib“ disebut “miracle” yang dapat diartikan dengan kata “ajaib dan mujizat”. Dengan pemahaman ini maka kata “ajaib” yang dimaksud dalam sajian ini adalah mujizat- mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus pada masa hidupNya di dunia. Dalam bahasa Inggris selain dari pada “miracle” juga terdapat kata – kata yang lain, yang sering dipergunakan untuk menunjuk kepada pengertian “mujizat“ yaitu “sign“ (tanda bukti), “Wonder“ (mujizat, keajaiban, keheranan) “Work“ (pekerjaan) dan “mighty Work“ (pekerjaan yang sangat besar). Di dalam Alkitab dinyatakan bahwa mujizat itu adalah hasil pekerjaan Allah yang luar biasa (Kel. 7:3, Ul. 4:34-35, Yoh. 3:2, 9: 32-33, 10:38, dll).

Peranan mujizat dalam Injil Yohannes
Injil Yohannes lebih tertarik memakai kata “semeion“ (tanda mujizat) yang sejajar dengan mukadimah dari Injil itu sendiri, bahwa Firman telah menjadi daging diam diantara kita dan telah melihat kemulianNya yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran (Yoh.1:14) “Semeion“ itu adalah sebagai hasil tindakan pribadi yang nampak dari penggabungan kata “semeion dan poiei“ (Wahyu 13:13, 16:14, 19:20). “Semeion“ dengan oknum yang melakukannya tidak dapat dipisahkan sebab “semeion“ itu mengandung sifat dari oknum tersebut. Tentang “semeia“ Yesus ini, Nikodemus mengatakan bahwa tidak seorangpun dapat melakukan mujizat, bilamana Allah besertaNya (Yoh. 3:2). Ucapan orang–orang parisi dalam menanggapi penyembuhan seorang buta pada hari sabat dapat dimengerti bahwa tidak mungkin bagi seorang berdosa melakukan mujizat seperti itu (Yoh 9:16b). Hal pokok bukanlah pada kwantitas “semeia” itu dan bukan pula pada kemegahannya, melainkan kwalitetnya yang berdasar pada maksud pembuatan mujizat itu. Dengan kata lain Injil Yohannes memakai istilah “semeion“ terbatas hanya pada Yesus. Injil Yohannes membentangkan suatu tujuan yang praktis supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya Kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya (Yoh. 20:31). Orang–orang percaya boleh menerima bahwa mujizat adalah suatu kejadian yang supernatural atau yang juga natural yang didalamnya nampak pernyataan Allah. Baik mijizat yang disebut melanggar hukum alam, pada pokoknya mujizat itu berhubungan dengan iman, hal ini nampak apabila iman/kepercayaan itu sebagai dasar untuk melihat mujizat tersebut.
Untuk memahami mujjizat, lebih baik dimulai dengan fakta–fakta yang terdapat dalam sejarah Injil dalam PB. Peristiwa yang disertai dengan mujizat sejak dari awal hingga akhir cerita seluruhnnya melampaui hukum alam: Yesus lahir dari seorang dara dan kelahiranNya diberitakan oleh malaikat kepada IbuNya dan kepada Yusuf tunangannya (Mat dan Luk). Yesus menderita mati disalibkan sebagai manusia biasa, tetapi pada hari ketiga bangkit dari kubur dan tinggal bersama–sama murid–muridNya selama 40 hari (Kis. 1:3). Dan akhirnya Dia naik ke sorga. Disamping itu, Yesus juga membuat keajaiban–keajaiban selama pelayananNya di dunia.
Dalam Injil keempat mujizat selalu disebut “tanda“ dan ditempat–tempat lain dalam Perjanjian Baru kata “mujizat“ atau “keajaiban“ selalu dihubungkan dengan kata tanda–tanda dan keajaiban selalu digunakan bersama, seakan–akan mengajar kita bahwa mujizat–mujizat tidak hanya berhubungan dengan kemampuan menimbulkan keheranan kepada para pendengar dan pembaca, tetapi juga karena apa yang ditandakanNya.
Jadi mujizat–mujizat itu adalah tanda–tanda zaman Mesias, seperti telah di nubuatkan dalam Perjanjian Lama, sebab bukankah telah tertulis dalam Yes.35:5, pada waktu itu mata orang–orang buta akan dicelikkan, telinga orang akan di buka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti Rusa dan mulut orang bisu akan bersorai–sorai.
Injil Yohannes secara khusus mengembangkan makna dari pada mujizat–mujizat Yesus sebagai “semeion“ (2:11), dimana Yohannes tidak menyebut“ dunameis “ atau “ kuat kuasa “ tetapi tanda – tanda mujizat.
Dengan demikian istilah “mujizat“ dapat dipergunakan kepada peristiwa–peristiwa yang beraneka jenis, seperti pekerjaan Allah dalam penciptaan, pengalaman – pengalaman pribadi manusia yang mengherankan yang ditunjuk sebagai “ tanda “.
Iman adalah jawaban manusia kepada pengertiannya sendiri terhadap pernyataan Allah, tetapi iman disini tidak sama dengan intelektualitas manusia. Yohannes dengan jelas menghubungkan iman/kepercayaan itu dengan “semeia“ Yesus. Artinya bahwa iman didalam Yesus selalu berarti juga sebagai iman kepada Allah sebagai Bapa (Yoh. 12:44, Yoh. 14:1), artinya bahwa Yesus sendiri mengatakan bahwa Dia ada dalam satu kesatuan dengan Allah, BapaNya itu.
Ketika Yesus memperkenalkan diri sebagai yang membuat mujizat dan ketika Yesus mengerjakan MujizatNya (Yoh. 11:1) dan yang menyebabkan kematianNya (Yoh. 11:45), semuanya itu menunjukkan identitas Yesus sebagai Anak Allah yang berasal dari Allah. Allah yang di kenal melalui pekerjaan–pekerjaan Yesus, serta Allah yang membuat mujizat–mujizat di Mesir kepada bangsa Israel, atas dasar hubungan iman bangsa itu kepada Allah. Allah juga mempergunakan manusia sebagai alatNya dalam menafsirkan perbuatanNya dan dengan kuasaNya mengatakan identitas Allah dan kehendakNya. Di dalam Injil Yohannes, Yesus menguraikan pekerjaanNya yang menunjuk kepada diriNya sendiri dan juga kepada BapaNya, yang nampak dalam “erga” yang diperbuat oleh Yesus (bd. Yoh.5:17). Di dalam Injil Yohannes di tegaskan dengan jelas bahwa “semeia“ Yesus itu adalah oleh karena kuasa Allah, seperti yang terdapat dalam Yoh. 12:37b ff. Yoh. 12:37b ff ini adalah yang di kutip dari Yes. 53:1 sebagai dasarnya, yang mengatakan bahwa hubungan antara Allah dengan kejadian–kejadian yang dilakukan oleh yesus di ikat oleh “semeia“. Dengan kata lain, atas dasar Yes. 53:1, hubungan Allah dengan Yesus dinyatakan melalui “semeia“ itu dihubungkan dengan tangan Allah.

Tanda Ajaib sebagai pertanda kehadiran Kerajaan Allah
Menurut kesaksian keempat Injil ada empat macam perbuatan ajaib yang dilakukan Yesus sebagai proklamasi dalam bentuk tindakan yang menunjuk kepada kehadiran Kerajaan Allah di dalam diriNya :
1. Ia menyembuhkan orang–orang sakit
2. Ia mengusir roh jahat
3. Ia menaklukkan kekuatan atau hukum alam
4. Ia membangkitkan orang–orang mati
Injil–injil Sinoptik lebih banyak membicarakan tentang Kerajaan jika di bandingkan dengan Injil Yohannes. Hal ini nampak dalam ikhtisar ketiga Injil–injil Sinoptik. Markus mengikhtisarkan pemberitaan Yesus, dalam pasal 1:15
“……..…………..datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kataNya “ waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil !”
Demikian juga dengan Matius, dalam pasal 4:23, 9:35
Yesus berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah–rumah Ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah………….. (4:23)
Demikian juga halnya dengan Lukas , dalam pasal 4 : 43
“…………………Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah aku di utus”.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Istilah Kerajaan Allah itu menyangkut keseluruhan pemberitaan Yesus maupun rasul–rasulNya. Injil Yohannes tidak begitu tertarik memakai istilah Kerajaan di dalam kesaksiannya tentang Kerajaan Allah, namun dia lebih cenderung memakai istilah “hidup kekal“, yaitu hidup kekal yang ada dalam Kerajaan Allah. Jadi hidup kekal itu adalah ekwivalen untuk kehadiran Kerajaan Allah dalam Injil–injil Sinoptik. “Bisa saja ia beranggapan bahwa pokok ini telah di bicarakan, tetapi keterangan yang lebih mungkin ialah bahwa ia secara khusus telah menyusun pengajaran tentang Kerajaan dalam kitab–kitab Injil Sinoptik.
Maka dengan melihat perbuatan Yesus yang ajaib ini, nampaklah di dalamnya tercantum ringkasan dari segala sesuatu yang sejak purbakala menjadi pokok nubuatan Perjanjian Lama serta pengharapan bangsa Israel tentang masa depan, bahwa Kerajaan itu akan membawa pelepasan dan juga penghakiman. Dan di atas dasar pengakuan bahwa Allah adalah Raja sekarang ini juga, maka timbullah pengharapan yang penuh, bahwa Dia kelak akan menjadi Raja dalam arti yang luas dan mendalam, bahkan yang lebih definitif dan kekal adanya.
Pemberitaan Yesus tentang Kerajaan Allah itu, terkandung bentuk dan inti ungkapan yang khas dari pada seluruh pernyataanNya tentang Allah. Dengan kata lain melalui perbuatan tanda ajaib Yesus, Di dalam Injil Yohannes, Kerajaan Allah itu lebih terarah lagi, bahwa Kerajaan Allah itu membawa keselamatan, dan telah datang dengan membawa hidup yang kekal.
Schmidt dengan mengambil kata “Luio Bxgideix“ membuat suatu ungkapan yang menarik, untuk menjelaskan hubungan Yesus dengan Kerajaan Allah. Dikatakan bahwa diri Yesus sendirilah Kerajaan sorga dan di dalam pribadiNya. Jadi melalui perbuatan tanda ajaib Yesus berarti Allah mulai berkuasa, dan mulai melaksanakan perintahNya atas segala bangsa. PemerintahanNya akan membawa keadilan, keselamatan, dan perlindungan bagi orang–orang miskin, sakit, hina, tertindas, janda–janda dan yatim–piatu. Sehingga bila pengertian ini di hubungkan dengan istilah “Kerajaan Allah dekat“ hal itu berarti Allah itu dekat, Allah datang untuk melepaskan umatnya dari penderitaan. Dan bila Allah datang, maka manusia tidak akan tinggal diam atau tetap dalam dosanya yang memisahkanya dari Allah, sebab Allah datang dan ingin bersekutu dengan manusia, karena itu manusia juga harus mempersiapkan diri dan menyesuaikan dirinya kepada kedatanganNya. Jadi dengan uraian ini dapat dipahami bahwa menurut Injil Yohannes Kerajaan Allah itu lebih menunjuk kepada Yesus, Yesus yang memperkenalkan diriNya sebagai hidup dan kebangkitan (11:25).
Dengan percaya kepada Yesus maka telah diperoleh hidup yang kekal, karena percaya kepada Yesus berarti menjadi milik Yesus (Yoh. 1:4, 11: 25, 14:19) dan sebaliknya apa yang dimiliki Yesus (hidup kekal) akan menjadi milik orang yang percaya. W.G.Kummel menghubungkan “kesudah-datangan“ dan “keakan-datangan“ Kerajaan Allah. Di dalam konsepsinya Kummel mengatakan Yesus melihat kehadiranNya sebagai pemenuh eskatalogi. Kehadiran Yesus dimengerti sebagai periode khusus di dalam keselamatan dari Allah. Sejarah di lihatnya sebagai periode menuju akhir keselamatan eskatalogi yang telah di genapi di dalam diri Yesus. Semua ini menandakan saat yang futuris pada saat Yesus mengadakan perumpamaan tentang kerajaan Allah. Presentis dan futuris di hubungkan sebagai kehadiran (present) penggenapan yang membawa pemenuhan janji (futuris).
Dari keseluruhan tanda ajaib Yesus yang tertera dalam Injil Yohannes maka penyaji melihat bahwa mujizat kebangkitan Lazarus adalah merupakan puncak dari ketujuh mujizat. Sesuai dengan tafsiran Injil Yohannes, bahwa pembangkitan Lazarus dari mati dikaitkan kepada kebangkitan yang akarnya adalah dalam diri Yesus sendiri. Dalam peristiwa kebangkitan itu Yesus berkata : “Akulah kebangkitan dan hidup………... (Yoh. 11:25a)”. Melalui pengajaran ini bahwa Yesus menghubungkan diriNya dalam kebangkitan dan hidup. Hal ini menunjukkan kepada kebenaran bahwa hidup yang ada padaNya adalah hidup yang presentis yaitu hidup yang kekal seperti yang disebutkanNya dalam Yoh. 1:4, 3:15. Yesus penjelmaan logos yang merupakan dasar kehidupan dari segala yang hidup. Dia adalah Anak yang kepadaNya Allah memberikan hidup,dengan maksud agar manusia dapat mencapai hidup melalui percaya kepadaNya (bd. Yoh.3:36, 5:24, 8:51) Yesus juga membangkitkan orang–orang percaya dari kematian (Yoh.5:21, 28, 6:39). Dalam Yoh 5:21-25 dikatakan bahwa ia akan menghidupkan orang mati, yang mana melalui mujizat ini nampak penggenapan ungkapanNya itu. Sama seperti Bapa membangkitkan orang mati, demikian juga Anak menghidupkan barang siapa yang di kehendakiNya. Dan kini sudah tiba saatnya orang yang ada dalam kubur mendengar suara Anak Allah yang tentu saja hanya orang yang percaya yang dapat menerima dan mengerti tanda-tanda yang dilakukan Yesus.
Sebelum Yesus membangkitkan Lazarus Ia lebih dulu berdoa, mengucap syukur. Hal ini menyatakan ketergantunganNya kepada BapaNya, bahwa pembangkitan Lazarus itu ada didalam kehendak Bapanya. Sehingga dengan pembangkitan Lazarus itu, Yesus menuntut agar dunia mengakui bahwa Bapa di sorga yang mengutusnya. Di dalam doaNya itu ditandaskan bahwa mujizat yang akan diperbuatNya bukan dari diriNya sendiri. Hal ini yang membedakan mujizat–mujizat yang diperbuat Yesus dari mujizat–mujizat yang diperbuat oleh akrobatis yang mengandalkan kemampuan diri sendiri.

Kesimpulan
- Suatu tanda ajaib dalam Injil tidak pernah menjadi tujuan pokok dari karya TuhanYesus
- Injil Yohannes tidak memakai kata “Sulvmeis“ untuk menjelaskan tanda ajaib yang diperbuat Yesus , namun dia memakai kata “Gnmeiov” (tanda mujizat)yang berarti bahwa munculnya mujizat bukan berarti/bermaksud untuk mengandalkan kekuasaan dan kebolehan diri sendiri, melainkan supaya manusia percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, sehingga oleh Iman manusia, manusia akan memperoleh hidup di dalam namaNya.
- Melalui tanda ajaib Yesus maka nampaklah kemuliaan Allah Bapa di surga, sebagai Allah yang mengutusnya di dunia.
- Untuk menjelaskan hubungan tanda ajaib Yesus dengan Kerajaan Allah, Yohannes lebih cenderung memakai kata “hidup yang kekal“, yakni hidup yang kekal dalam Kerajaan Allah. Hidup yang kekal yang telah hadir bersama–sama dengan Kristus.
- Akhirnya thema pokok dalam tanda–tanda ajaib Yesus adalah pertanda hadirnya Kerajaan Allah (present) dan akan disempurnakan pada masa eskaton.

(Penulis adalah Pdt. Drs. B. Hutahean, M.Div., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2004)

Tidak ada komentar: