Minggu, 30 September 2012

ARTIKEL: SEMANGAT BARU

             Libur t’lah tiba....
           Libur t’lah tiba....
           Hore hore hore....
Lagu tersebut sudah sering sekali kita dengarkan, apalagi saat kita mendapatkan kesempatan liburan. Liburan yang biasanya dinikmati itu adalah liburan sekolah yang cukup panjang dan liburan hari kebesaran yaitu Idul Fitri. Biasanya dalam liburan tersebut, kita dapat memanjakan diri kita dari berbagai kegiatan yang biasanya kita lakukan. Mungkin kita dapat bertamasya dengan keluarga, hang out dengan teman, bahkan bersantai-santai dan bermalas-malasan di rumah.
Berbicara tentang liburan, kita juga dapat menikmati liburan dengan berbagai aktifitas positif yang justru tidak membuat kita bermalas-malasan. Dalam suatu pekerjaan, kita membutuhkan suatu dorongan agar apa yang kita lakukan itu dapat membuahkan hasil baik dan maksimal. Kali ini kita akan membahas tentang “SEMANGAT BARU”. Suatu dorongan yang biasa kita dapatkan ketika melakukan hal-hal baru.
Apakah itu semangat? Semangat adalah suasana hati yang sedang menggebu-gebu untuk melakukan berbagai hal yang ada. Semangat itu tidak selalu kita rasakan setiap hari. Semangat akan kita dapatkan ketika ada sesuatu yang menjadi motivasinya. Misalnya ketika seseorang yang ingin membelikan hadiah untuk seseorang yang dia sayangi. Seseorang tersebut pasti akan berusaha sekeras mungkin agar dia dapat memberikan hadiah itu. Otomatis, orang tersebut mempunyai dorongan atau motivasi yang membuat dia giat memngumpulkan uang untuk membelikan hadiah itu. Hal itu dapat disebutkan sebagai ‘Motivasi Semangat’. Dapat disimpulkan bahwa ‘semangat’ timbul karna adanya motivasi. Motivasi adalah rencana yang diciptakan untuk menjadi dorongan hidup yang memacu untuk menjadi yang lebih baik. Semangat ada karna adanya motivasi. Contoh, seorang gadis yang ditinggalkan Ayahnya. Gadis itu terpuruk karna merasa dirinya sudah tidak memiliki orangtua lagi. Ketika gadis itu merenung, gadis itu mengingat pesan ayahnya untuk tetap berjuang untuk hidup. Untuk membahagiakan ayahnya dan menjalankan nasehat ayahnya, gadis itu tidak lagi terpuruk, melainkan bergairah untuk menjalankan hidup. Itu adalah Semangat.
Apakah itu baru? Baru adalah sesuatu yang masih pertama sekali ada atau belum pernah ada dan sekarang menjadi ada. Kata ‘baru’ biasanya identik dengan sesuatu yang baru pertama sekali dilihat. Misalnya, kita melihat suatu barang yang masih mulus,masih bersih tanpa cacat sedikitpun, pasti yang ada dalam benak kita ‘ini adalah benda yang masih baru’. Berbicara tentang ‘baru’ adalah suatu yang belum ada cacat cela atau terkontaminasi hal lain bila digabungkan, SEMANGAT BARU adalah suasana hati yang baru tanpa suatu beban apapun. Beberapa hal yang biasanya akan membuat Semangat Baru kita timbul :
i. Selesainya masalah yang terjadi. Biasanya karena ada masalah yang menumpuk, kita tidak pernah semangat melakukan sesuatu atau menyelesaikan masalah tersebut. Pertanyaan untuk kita, bagaimana kita bias menyelesaikan masalah tersebut tanpa ada niat dan semangat? Selesaikan masalah yang ada sekarang, dan dengan sendirinya beban yang kita pikul berkurang. Apabila beban berkurang maka untuk melakukan sesuatupun pasti bersemangat. Intinya ‘jangan khawatir’.
ii. Menghibur diri. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang kita sukai atau gemari, kita dapat memperoleh semangat yang baru. Istilahnya sih, kita memanjakan diri kita dengan santai dan membebaskan otak kita yang terkadang mumet karna pekerjaan atau pelajaran. Kita melakukan hal yang kita senangi untuk menenangkan jiwa kita agar disaat kita mulai bekerja lagi, kita sudah mendapat semangat baru dengan pikiran yang enjoy.
iii. Mencari motivasi. Untuk hal yang satu ini, kita sangat perlu mendapatkannya. Untuk semangat yang baru, kita harus memiliki suatu dorongan yang pas agar kita tidak setengah hati dalam melakukan sesuatu.
Semangat Baru wajarnya tidak kita rasakan hanya disaat setelah melakukan liburan saja, tetapi seyiap hari. Semangat Baru setiap hari dapat membantu kita untuk lebih mudah menjalani kehidupan setiap hari. Kita dapat lebih leluasa melewati aktifitas kita, tanpa memikirkan beban atau masalah yang kemarin-kemarin sebagai beban dikemudian hari. Masalah kemarin untuk kemarin, sekarang untuk sekarang, dan esok untuk esok. Kemarin menjadi pelajaran untuk hari ini, dan hari ini menjadi pelajaran untuk esok. J
          Semangat baru…
Semangat baru…
Hore hore hore…
Mari kita buka hari yang baru dengan semangat baru dan pribadi baru…. 
Tuhan Memberkati 

(Penulis adalah Novelia Veronika, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2012)

Jumat, 31 Agustus 2012

ARTIKEL: KETIKA TUHAN MENJAWAB


Ajarku mengerti, segala rencana-Mu.
Ajarku berserah, hanya pada-Mu.
Pimpinlah jalanku, dalam terang firman-Mu.
Ajarku berharap hanya pada-Mu.

Dalam sebuah pertemuan doa syafaat naposobulung HKBP Semper, lagu tersebut dinyanyikan sebagai lagu penutup. Sebuah lagu yang mengajak untuk belajar. Belajar mengerti rencana Tuhan, belajar berserah pada Tuhan dan belajar berharap hanya pada Tuhan. Sebuah proses pembelajaran yang tidak mudah.

Berdoa.
Setiap kita pasti pernah berdoa, berbicara dan bercakap-cakap dengan Tuhan. Dalam percakapan itu, kita menyampaikan seluruh isi hati kita kepada-Nya, termasuk kekhawatiran kita. Kekhawatiran dari hal-hal kecil sampai hal yang besar. Tapi sering kali setelah kita berdoa kekhawatiran itu semakin besar. Kekhawatiran yang membuat kita cemas, gelisah, tidak tenang, stress dan lain-lain. Mengapa begitu? Karena doa yang kita lakukan hanyalah komunikasi satu arah. Kita hanya berbicara kepada Tuhan menyampaikan setiap pergumulan kita termasuk jawaban yang kita harapkan untuk Tuhan kabulkan. Kita khawatir jangan-jangan Tuhan tidak menjawab sesuai dengan apa yang kita harapkan.
 Doa adalah komunikasi kita dengan Tuhan. Sebuah percakapan pribadi dua arah dimana kita menyampaikan pergumulan kita kepadaNya dan mendengarkan tanggapanNya sebagai pribadi yang memiliki kehidupan kita. Kemudian kita bersedia untuk menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Tetapi yang sering terjadi adalah kita selalu berharap Tuhan menjawab doa sesuai dengan apa yang menjadi kehendak dan harapan kita. Oleh sebab itulah doa sebuah proses belajar yang tidak mudah, karena tidak mudah untuk mengerti apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. (Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu (Yesaya 55:8-9))
 Rancangan kita bukanlah rancangan Tuhan, namun apapun yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan kita pastinya rancangan damai sejahtera. Oleh sebab itu Ia meminta kepada kita berseru dan berdoa kepadanya meminta apa yang menjadi pergumulan hidup kita. Dan Tuhan sendiri berjanji akan mengabulkan doa kita, jika kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya (1 Yohanes 5:14).
Lalu apa yang harus kita pelajari ketika Tuhan menjawab doa-doa kita.

Ketika Tuhan menjawab “YA”
Beberapa tahun yang lalu dalam pertemuan doa syafaat naposobulung HKBP Semper, salah satu pokok doanya adalah teman hidup. Kami berdoa agar kakak-kakak dan abang-abang diberikan teman hidup yang sesuai dengan rencana Tuhan. Hingga saatnya tiba, satu persatu kakak-kakak dan abang-abang mengucapkan janji di depan altar dengan pasangannya masing-masing.
Beberapa waktu setelah satu persatu dari mereka meninggalkan punguan naposobulung, sebagai pengurus NHKBP Semper kami bingung dan panik karena jumlah anggota mengalami penurunan. Hal tersebut tentunya berdampak pula pada jumlah anggota paduan suara yang bernyanyi pada kebaktian setiap Minggunya. Jumlah anggota yang tidak banyak lagi itu mendapat sorotan dari parhalado dan menjadi bahan diskusi kami.
Bingung dan panik, respon pengurus NHKBP Semper atas sebuah doa yang dijawab Tuhan.  Sebuah sikap yang menunjukkan ketidaksiapan menerima jawaban doa. Tentunya saat berdoa,  kami berdoa dengan iman dan mempercayai bahwa Tuhan pasti menjawab doa kami. Namun kami tidak menyiapkan hati bahwa saat kakak-kakak dan abang-abang mendapatkan pasangan hidupnya masing-masing tentu mereka harus meninggalkan naposobulung. Seharusnya setelah berdoa kami bekerja keras (ora et labora), melakukan perekrutan kepada rekan-rekan naposobulung yang belum aktif sehingga saat kakak-kakak dan abang-abang meninggalkan punguan naposobulung, tidak mempengaruhi jumlah anggota naposobulung.

Ketika Tuhan menjawab “Tunggu”
Menunggu merupakan sebuah kegiatan yang membosankan. Kita bisa melihat ekspresi orang-orang yang bosan menunggu kedatangan pesawat yang tertunda, menunggu antrian di bank, menunggu antrian di dokter sampai menunggu kedatangan seorang kekasih (wah…, kalo yang ini tentunya bukan hanya bosan tapi plus kesal dan marah juga ya…)
Saat kita berdoa meminta sesuatu, terkadang kita pun harus menunggu. Kita harus menunggu saat kita meminta kesembuhan seorang yang kita kasihi, kita harus menunggu saat meminta pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat kita, kita harus menunggu saat meminta seorang pasangan hidup yang cocok, kita harus menunggu saat meminta pertumbuhan dan perkembangan yang baik untuk anak-anak kita, kita harus menunggu saat meminta agar pelayanan yang kita kerjakan saat ini menghasilkan buah, kita harus menunggu saat kita meminta pemulihan atas bangsa dan negara kita, dan banyak hal lain yang harus kita tunggu setelah kita meminta dan berdoa.
Lalu bagaimana sikap kita saat menunggu? Apakah kita menunggu dengan bersabar dan menyerahkan sepenuhnya pada kehendak Tuhan? Atau kita lebih sering menunjukkan kebosanan, kekesalan bahkan kemarahan pada Tuhan karena doa kita terlalu lama dijawab. Tapi bagaimana sikap Abraham saat menunggu janji yang pernah dikatakan Tuhan kepadanya?
Dalam Kejadian 15 dituliskan tentang perjanjian keturunan antara Abram dan Allah.  Abram merasakan ketakutan dan kekhawatiran karena jika ia meninggal tidak akan ada yang menjadi ahli warisnya, kerena ia tidak mempunyai keturunan. Tapi Tuhan menguatkan Abram dan berkata, “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang……, demikianlah banyaknya nanti keturunanmu”. (Dalam perikop tersebut tidak dituliskan berapa usia Abram pada saat itu. Kemungkinan ia belum berusia 86 tahun, karena dalam Kejadian 16 dituliskan Abram berusia 86 tahun ketika Hagar-hamba Sarai isterinya, melahirkan Ismael.)
Saat Abraham berumur 99 tahun Allah mengulangi janjiNya kepada Abraham, bahwa ia akan beranak cucu sangat banyak dan akan menjadi bapa sejumlah bangsa besar (Kej. 17). Kemudian Allah menepati janjiNya, maka mengandunglah Sara-istrinya yang berusia 90 tahun dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ishak. Abraham berusia 100 tahun saat Ishak lahir. Selama lebih dari 14 tahun Abraham menunggu penggenapan janji Tuhan. Abraham menunggu dengan sabar dan menyerahkan sepenuhnya pada Allah. Ia mempercayai apa yang Allah janjikan kepadaNya, dan ia menerima buah dari yang ia percayai.
Selain kisah kepercayaan Abraham, cerita tentang setangkai bunga dan seekor kupu-kupu berikut mengajarkan kita untuk beriman dan percaya saat menunggu jawaban doa.
Once there was a man who asked God for a flower and a butterfly. But instead God gave him a cactus and a caterpillar. The man was sad, he didn’t understand, why his request was mistaken. Then he thought : Oh, well God had too many people to care for… And decided not to question.

After some time, the man went to check up on his request that he had left forgotten. To his surprise, from the thorny and ugly cactus a beautiful flower had grown. And the unsightly caterpillar had been transformed in to the most beautiful butterfly. God always does things right. His way is always the best way, even if to us it seems all wrong.

If you asked God for one thing and received another, TRUST….. You can be sure that He will always give you what you need, at the appropriate time.
 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11 : 1). Bersabar, berserah, berharap dan tetap beriman/percaya, merupakan sikap yang harus kita tunjukkan saat menunggu jawaban doa. (sebuah pelajaran yang tidak mudah)

Ketika Tuhan menjawab “Tidak”
Setelah sekian lama berdoa, ternyata doa-doa kita tidak dijawab Tuhan. Apa yang kita minta Tuhan tidak pernah memberikannya. Maka, kita perlu memeriksa hati kita apakah kita sudah berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan, atau kita salah berdoa karena yang kita minta hanyalah keinginan untuk memuaskan hawa nafsu kita sendiri oleh sebab itulah kita tidak menerima apa-apa (Yakobus 4 : 3)
Lalu apakah kita marah dan kecewa pada Tuhan saat doa-doa kita tidak dijawabNya? Untuk itulah kita perlu belajar mengerti kehendak dan rencana Tuhan. Belajar untuk untuk tidak hanya memikirkan kehendak kita sendiri saat berdoa, tetapi bagaimana kita mau menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Karena jawaban yang Ia berikan tidak hanya sekedar solusi dari setiap pergumulan kita. Jawaban “tidak” yang Ia berikan mengajarkan kita untuk memperdalam iman dan kepercayaan kita pada hikmat-Nya dan memperkuat kita pada kedaulatan-Nya.

Penutup.
Saat kita berdoa tentu kita tidak mengetahui apa yang akan Tuhan berikan untuk jawaban doa kita. Namun yang harus diyakini, Tuhan pasti menjawab setiap doa-doa kita, entah dijawab dengan “ya”, “tunggu” atau pun “tidak”. Apapun jawaban yang Ia berikan, itulah yang terbaik untuk kita. Ia lebih mengetahui apa yang menjadi kebutuhan kita dalam menjalankan kehidupan ini. Oleh sebab itu kita harus berserah, berharap dan percaya pada-Nya, bahwa kita akan menerima setiap jawaban doa menurut kehendak dan rencana-Nya, karena rencana-Nya indah pada waktu-Nya.

In His time. In His time
He makes all things beautiful in His time.
Lord please show me everyday as You’re teaching me Your way
That You do just what You say in Your time.

Selamat berdoa. Selamat menerima jawaban doa.
Tuhan Yesus memberkati.

(Penulis adalah Uly Panjaitan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2009)

Selasa, 31 Juli 2012

RENUNGAN: MENGEMBANGKAN POTENSI DIRI




Seorang motivator berkata, “Salah satu tragedi besar di dalam hidup seseorang adalah ketika dia tidak mau memaksimalkan potensi yang ada di dalam dirinya.” Mengapa demikian? Sebab, itu artinya orang tersebut tidak bisa memanfaatkan sesuatu yang sudah ada di depan mata. Dia dianggap bukan saja bersalah kepada dirinya sendiri, tetapi juga kepada Tuhan yang telah memberikan potensi di dalam dirinya. Orang tersebut akan menjadi orang yang “ala kadarnya”. Jangan keliru, ini bukan masalah “tidak bisa mengucap syukur”, tetapi ini masalah “tidak mau menjadi seperti yang seharusnya ia bisa jadi”. Lambat laun orang yang demikian bisa “menyerah pada keadaan “atau”  menyerah kepada nasib”.
Apa itu potensi? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan potensi sebagai kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya.  Para ahli memberikan pengertian, yaitu kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik. Wikipedia Bahasa Indonesia memperjelas, potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal. Intinya, potensi adalah kemampuan tersembunyi yang bisa dikembangkan.

Tuhan Menciptakan Dengan Potensi
Tuhan menciptakan bumi dan manusia tidak “apa adanya” atau sekedar saja. Tuhan menciptakan semuanya dengan potensi yang besar untuk sebuah perkembangan.
1. Tanah dan Biji
Perhatikan Kej 1: 12!
Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.”
Di ayat ini saja kita bisa melihat dua potensi yang tersembunyi. “Tanah itu menumbuhkan”, merupakan sebuah penegasan bahwa tanah itu memiliki potensi. Pernahkan anda berpikir tentang rumput yang tiba-tiba saja muncul di halaman anda? Atau bahkan berpikir tentang rumput atau tanaman yang tumbuh di tempat yang gersang? Kita tidak beripikir tentang tanah yang berpotensi menumbuhkan rumput, apalagi tanah itu gersang, sebab kita melihat tanah adalah sesuatu yang tidak menarik, tidak bergerak, seolah mati, dan yang tidak mampu “menggoda mata kita”. Kesan kita tentang tanah hanyalah kotor, tidak berguna. Padahal sebaliknya, ia mempunyai potensi yang luar biasa. Yang kedua yang kita lihat disini mengeai potensi dari “biji” Di KJV sebagian kalimatnya diterjemahkan “whose seed was in it self.” Artinya, biji mempunyai kemampuan untuk memultiplikasi diri sendiri. Di dalam dirinya ada potensi dasar untuk membentuk sebuah tanaman, baik itu akar, batang, maupun daun. Menurut para ahli, sebuah pohon yang tinggi dan baik, bisa menghasilkan biji atau benih hingga jutaan buah. Ini baru generasi pertama. Berapa jumlahnya pada generasi kedua, ketiga, dan seterusnya? Terlalu banyak untuk dihitung. Sungguh dahsyat potensi potensi multiplikasi sebuah benih!
Tetapi, perlu diperhatikan bahwa potensi itu tidak akan terlihat dan tidak akan dapat dirasakan kalau tidak ada sesuatu di luar dirinya yang turut mewujudkannya. Ada baiknya kita perhatikan Kej2: 5!
“belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu.”
Ayat ini menegaskan bahwa potensi bagi tanah untuk menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, tidak akan terjadi kalau tidak ada air. Jadi biji-bijian memerlukan factor luar seperti air agar dapat memultiplikasi dirinya sendiri. Manusia juga diperlukan peranannya, misalnya dengan mengerjakan tanah agar gembur, membuat pengarian, penyiangan, dll. Air dan manusia adalah alat bantu supaya tanah dan biji bisa mengembangkan potensinya.
Satu hal yang menarik di dalam hal penciptaaan tanah dan tentang biji yang berpotensi itu adala Tuhan melihat bahwa semuanya itu baik. “Baik” disini (Ibr,tov) juga bisa berarti menguntungkan. Itu berarti bahwa potensi tanah dan biji itu menguntungkan manusia.
 2. Manusia
 Akhir Oktober 2011, menurut perkiraan PBB, penduduk dunia menembus 7 miliar. Ini adalah peningkatan sebanyak dua miliar jiwa di dalam waktu kurang dari seperempat abad. Angka itu bakal terus meningkat dengan prediksi menjadi delapan miliar pada tahun 2025 dan 10 miliar sebelum akhir abad ini. Sadarkah kita, dari berapa orang semua  itu dimulai? Dari dua orang yang bernama Adam dan Hawa!
Suatu kali Tuhan berfirman, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap dibumi.” Kalau kita renungkan, Tuhan waktu itu berfirman kepada Adam dan Hawa saja. Kalau kita yang berada di posisi Adam dan Hawa, mungkin saja kita akan bertanya, “Mana Mungkin?” Tetapi, Tuhan sangat tahu bagaimana manusia nantinya “bermultilikas” sehingga sanggup memenuhi bumi. Ada potensi itu untuk! Tetapi perhatikan, bahwa potensi manusia tidak hanya bertambah banyak memenuhi bumi. Pernyataan Tuhan “taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binantang yang merayap dibumi”, jelas menunjukkan potensi yang lain yang dimiliki manusia. Satu ayat fiman Tuhan yang seharusnya meyakinkan kita betapa besar potensi dalam diri manusia adalah Mzm 8:6, “Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.” “Hampir sama dengan Allah” berarti mempunyai kesanggupan yang luar biasa. Di dalam Kej 1:26 manusia disebut sebagai ciptaan yang segambar dan serupa dengan Allah. Makanya, Tuhan berfirman, “Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana..” (Kej 11: 6). Jadi potensi yang ada di dalam diri setiap orang itu sungguh besar dan akan berdampak besar bagi mereka yang mau mengembangkannya.  

Urgensi Mengembangkan Potensi Diri
Ada dua alasan mendasar mengapa kita harus mengembangkan potensi diri kita, yaitu:
1. Sebagai Tanda Ucapan Syukur
Mengucap Syukur tidak hanya sekedar ucapan bibir. Selain harus berasal dari hati yang tulus, mengucap syukur juga harus ditunjukkan di dalam perbuatan. “Ketika anak saya mengatakan terima kasih untuk mekanan yang saya bawa, maka saya menghendaki agar makanan itu dimakan, bukan didiamkan atau disia-siakan.”  Demikian gambarannya ketika kita mengucap syukur kepada Tuhan. Mengembangkan potensi berarti tidak menyia-yiakan pemberian atau kepercayaan yang diberikan Tuhan. Perumpamaan tentang talenta di Mat 25: 14-30 menjadi gambaran yang sangat jelas bahwa Tuhan ingin kita kita mengembangkan potensi diri. Potensi itu digambarkan dengan talenta. ada yang berpotensi lima. ada yang dua, dan ada yang satu. Disini Tuhan bukannya tidak adil, tetapi ini berdasarkan kesanggupan si penerima. Orang yang menerima lima talenta daalah orang yang bisa mengucap syukur karena dia mau mengembangkan potensi lima talenta itu. Demikian juga dengan orang yang menerima dua talenta. Upah bagi kedua orang yang bisa mengucap syukur itu adalah menerima kepercayaan untuk potensi yang lebih besar lagi dan menerima sukacita sejati. Sebaliknya, orang yang menerima satu talenta adalah orang yang tidak mau mengucap syukur  karena dia tidak mau mengembangkan potensi satu talenta itu. Upahnya adalah kehilangan potensi dan kesedihan yang mendalam.
2. Untuk sebuah kehidupan yang lebih maju
Tuhan tidak pernah melarang seseorang untuk maju. Kadangkala kita mempertentangkan antara keinginan untuk maju dengan mengucap syukur. Kita berpikir kalau seseorang ingin maju maka dia akan cenderung untuk tidak mengucap syukur. Lalu, kita akan memakai ayat 1 Tim 6:8, “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Atau 1 Tes 5: 18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu..” Padahal tidak demikian! Kedua ayat itu harus dipahami dalam konteksnya, dimana ini menjadi peringatan supaya kita tidak terjebak di dalam keserakahan dan keluhan. Sebenarnya kita tidak perlu terlalu mempermasalahkan hal itu. Setiap orang dipersilahkan utnuk terus maju, mengejar impiannya. yang penting ada keseimbangan antara usaha untuk mendapatkan lebih dengan kemauan utnuk mengucap syukur. Di samping tentunya adalah maju dengan cara-cara yang berkenan kepada Tuhan.
Kesempatan yang diberikan Tuhan bagi manusia untuk bertambah maju terlihat dari diulanginya perintahNya kepada Nuh. Dikatakan di dalam Kej 9:1-3 “Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau.”

Cara Mengetahui Potensi Diri:
Menurut para ahli ada 6 hal yang harus kita perhatikan jika kita mau mengetahui potensi yang ada pada diri kita, yaitu:
1. Minat
KBBI mengartikan minat sebagai kecenderung hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Pengertian minat menurut Tidjan adalah gejala psikologis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap suatu objek sebab ada perasaan senang. Sedang menurut Drs. Dyimyati Mahmud, minat adalah sebagai sebab, yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang, situasi atau aktivitas tertentu dan bukan pada yang lain. Minat inilah yang membuat kita memilih untuk melakukan sesuatu hal yang sangat mungkin berkaitan dengan potensi kita.
2. Kemampuan
Yang dimaksud kemampuan di sini adalah dapat mempelajari dan mengerjakan dengan mudah sesuatu hal. Perlu ditanya kepada diri sendiri, apakah kita merasakan mengalami kemudahan dalam mempelajari dan mengerjakan sesuatu di atas rata-rata orang lain? Apakah kita mampu memperhitungkan sesuatu dengan lebih cepat dari kebanyakan orang? jika ya, mungkin itulah potensi kita.
3. Kenyamanan
Kenyamanan adalah ketika kita merasa cocok melakukan sesuatu hal. Kita tidak merasa terpaksa dan tertekan, Kenyamanan juga akan memunculkan rasa “betah” untuk terus-menerus mengerjakan sesuatu itu. Jika kita nyaman mengerjakan sesuatu, tentu saja yang positif, maka besar kemungkinan itulah potensi kita.
4. Keyakinan
Keyakinan disini tidak ada kaitannya dengan masalah religius. Keyakinan disini seperti arti pertama yang diberikan KBBI, yaitu kepercayaan dan sebagainya yang sungguh-sungguh; kepastian; ketentuan. Kita merasa pasti bahwa itulah potensi kita. Namun, kepastian ini memang harus dikonfirmasi dengan kelima “tanda” yang lainnya itu. Pasalnya, sering kali kita merasa yakin, tetapi sebenarnya itu emosi kita saja yang menggebu-gebu. Dengan konfirmasi yang lain, keyakinan kita bisa dipertanggungjawabkan.
5. Kepuasan
Kepuasan adalah perasaan jiwa dimana kita merasa kegembiraan dan ketenangan saat melakukan sesuatu hal. Kita tidak menjadi kecewa dan tidak menyesal Karena sudah melakukan suatu hal. Justru rasanya ingin terus mengulangnya.
6. Kata orang sekitar
Kita memerlukan peneguhan dari orang lain, terutama mereka yang berada di sekitar kita. Kita bisa mulai mendengar dari keluarga kita, tetangga kita atau teman-teman kita. Kita menunggu orang-orang disekitar kita itu berkata, “Pekerjaan ini memang cocok buat kamu,” “Kami puas kalau kamu yang mengerjakannya,” “kamu memang benar-benar tahu cara menyelesaikan pekerjaan itu”.
Dalam membentengi diri kita dari rayuan atau bujukan dari luar untuk tidak berkembang kita harus selalu mengingat dan memiliki akan pendapat seorang motivator yang mengatakan “ jangan cepat puas diri” mengapa demikian ? karena pada dasarnya hidup yang benar adalah tidak “diam di tempat” orang yang cepat puas diri akan berhenti “di situ”. Untuk terus berkembang, kita harus terus belajar, belajar dari lingkungan, belajar dari pengalaman, bahkan belajar dari kegagalan.
          Firman Tuhan-pun mengingatkan kita serta memberi jaminan untuk berkembang dan berbuah jika kita ada di dalam Tuhan dan tinggal di dalamNya. Sebagaimana Yesus katakan kepada murid-muridnya, Yoh.15:5 “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya, Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak berbuat apa-apa.” (bd. Yoh.15:16 ).
Sebagai orang percaya pada Tuhan Yesus Kristus, ini menjadi bagian/merupakan yang paling fundamental yang harus kita hidupi, juga menjadi pengakuan kita bahwa sumber KEMAJUAN dan PERKEMBANGAN kita adalah Tuhan, bukan kekutan atau kebolehan kita sendiri. sekalipun di minta untuk maju dan berkembang, tapi harus kita ingat akan fondasi atau tempat berpijak mencapai kemajuan itu adalah “ Maju bersama Tuhan, Berkembang di dalam Tuhan “ sehinga terwujudlah “ Berkat bagi Bangsa dan Negara  dan Kemuliaan bagi Tuhan .”
        Selamat Mengembangkan Potensi diri melalui pelayanan, Berkembang dengan memberikan buah, sebab buah adalah bukti bahwa kita memiliki Potensi.Tuhan Yesus Memberkati pembaca NARHASEM  dimanapun berada.

(Penulis adalah Pdt. Belhemrimen Sitompul, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juli 2012)
   

Sabtu, 30 Juni 2012

ARTIKEL: KORELASI KEMATIAN, KEBANGKITAN DAN KENAIKAN TUHAN YESUS

Disebutkan dalam teologi pluralisme agama: Seluruh pekerjaan Kristus sangat terkait dengan masalah penebusan dosa manusia. Karya Kristus memungkinkan manusia kembali dapat menghampiri Allah Bapa.
a. Kematian Kristus
Kematian Kristus sudah diprediksikan jauh-jauh sebelumnya (Maz. 22:16; Yes. 53:5-10; Dan. 9-26; Zak. 12:10) bahkan Yesus sendiri sudah menubuatkan tentang kematianNya sendiri (Mat. 12:40; 17:22-23; Mrk. 8:31; Yoh. 2:19-21; 10:10-11). Hukuman yang dijatuhkan kepada Yesus adalah hukuman yang terberat, yang paling final dan memalukan, karena Ia dihukum oleh pemerintahan Romawi, dan cara pelaksanaan hukumanNya adalah dengan cara disalib. Semuanya ini, merupakan cara yang dipakai Tuhan untuk mewujudkan penebusan manusia berdosa. Dampak dari kematian Kristus bagi manusia adalah: dengan menjadi tebusan; untuk menggenapi 4 misi yaitu: misi penebusan, misi penggantian, misi pemulihan kembali dan misi pendamaian.

b. Kebangkitan Kristus
Kebangkitan Kristus merupakan salah satu dasar kepercayaan orang Kristen, sebab hal itu merupakan dasar kebangkitan orang percaya. Kebangkitan Kristus juga merupkan sebuah keunikan bagi orang Kristen, karena hal ini tidak terdapat dalam ajaran agama lain. Peristiwa kebangkitan itu sendiri sudah jauh-jauh diprediksikan sebelumnya. Di Perjanjian Lama sendiri para nabi sudah menubuatkan tentang hal itu ( Maz. 2:7; Ibr. 1:5; Kis. 13:33; Maz. 16:8-11; Maz. 22; Yes. 53). Kristus sendiri juga telah membuktikan tentang kebangkitan tersebut.

c. Kenaikan Yesus ke Sorga
Sebagaimana Yesus berinkarnasi di dalam dunia ini, menjadi manusia seutuhnya merupakan suatu mujizat Allah, demikian juga halnya dengan masalah kenaikan Yesus Kristus. Setelah memberikan amanatNya maka Yesus terangkat ke Sorga. Kenaikan Kristus itu sendiri mempunyai makna tersendiri bagi kita.  Kenaikan Kristus berarti:
·     Menjadi suatu jaminan bagi kita untuk datang ke hadapan Allah dengan tanpa gentar dan takut.
·     Menjadi jaminan pengharapan hidup yang kekal.
·     Supaya kita percaya bahwa ada pemeliharaan Allah.
·    Kenaikan Kristus ke Sorga sekaligus sebagai pelopor, menyediakan tempat bagi orang percaya, menyatakan diri di depan Allah Bapa demi jemaatNya, menerima kemuliaan dari Allah Bapa.
Maka bagi orang Kristen khusus yang beriman selalu meyakini bahwa korelasi kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke Surga sesuatu mata rantai yang tidak terpisahkan antara kehidupan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Semaunya itu diawali karena memang dosa kita telah ditanggung oleh Kristus, karena kasih-Nya kepada umat manusia. Dan jika kita bandingkan dengan PL (perjanjian Lama) Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.” (Ibr 11:5)? dan “Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.” (2 Raj 2:11).
Kematian Yesus merupakan suatu kesempatan untuk ikut merasakan betapa berat-Nya perjuangan Yesus untuk menebus dosa-dosa dan menyelamatkan umat-Nya, sampai Dia mati di Salib. Yesus menjadi korban kasih-Nya bagi kita manusia (Yoh 3: 16). Namun peristiwa penyaliban sendiri mengingatkan kepada kita kembali bahwa begitulah perlakuan manusia apabila ia belum mau menerima kebenaran, belum mau menegakkan keadilan dan belum mau menghargai sesamanya manusia sebagai manusia. Sikap dan tindakan-tindakan brutal, yang menyiksa bahkan mengorbankan hidup orang lain adalah merupakan pilihan orang yang belum mengerti apa artinya hidup sebagai orang beriman, belum paham apa artinya hidup mengasihi. Dengan perkataan lain kita masih saja bisa menyaksikan perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi sepanjang iman hanya sebagai formalitas dan cinta hanya sebuah kata.
Kematian Yesus memberi kita sebuah dorongan untuk bertanya lagi, mengapa makin banyak orang haus akan kebenaran dan keadilan? Mengapa krisis multi dimensi belum bisa teratasi? Mengapa segala kemajuan yang dicapai belum bisa membuat terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat? Apakah kita manusia masih memperhitungkan tempat bagi Tuhan dalam hati, dalam pikiran, dalam perkataan dan rencana-rencana kita?
Sikap dan pengalaman hidup manusia bahwa Tuhan telah dikesampingkan bahkan sudah tidak punya tempat dalam hidupnya, diungkapkan dengan sangat jelas oleh Kurt Marti dalam sebuah sajaknya yang berbunyi:
“Dalam segala kenanganku, segala yang lain ada, kecuali Tuhan. Dalam segala pengalamanku, segala yang lain ada, kecuali Tuhan. Dalam segala impianku, segala yang lain ada, kecuali Tuhan. Segala sesuatu dalam hidupku, sudah menjadi segalanya, kecuali Tuhan.”
Selanjutnya, Kebangkitan Yesus dari mati adalah sebuah peristiwa besar yang menyusul peristiwa kematian-Nya di Salib. Yesus telah mati di salib dan dikuburkan tetapi pada hari ketiga Ia bangkit kembali. Kebangkitan-Nya merupakan sebuah kemenangan yang sangat besar arti-Nya bagi diri-Nya sendiri dan bagi umat-Nya. Karena kebangkitan-Nya maka Yesus adalah Tuhan yang telah mengatasi kegelapan kubur dan mengalahkan kematian. Dia adalah putera sulung kebangkitan dan berjaya sebagai pemenang. Kebangkitan-Nya membuka peluang baru bagi setiap orang untuk semakin percaya kepada-Nya karena “Dia adalah kebangkitan”, “Dia adalah jalan, kebenaran dan hidup”.
Ternyata kematian Yesus di Salib bukan akhir dari sebuah perjuangan melainkan merupakan awal untuk mengalami kehidupan baru, bangkit dari mati. Ia berjaya sebagai pemenang. Hal yang serupa akan terjadi dalam hidup setiap orang yang mengikuti Dia dan hidup setia dalam iman. Artinya, umat Tuhan akan ambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Yesus. Apakah, di tengah kerumitan hidup masa kini, kita masih berpegang teguh pada Dia?. Apakah Tuhan masih menjadi tumpuan harapan dan perjuangan hidup kita? Apakah kita masih terus memelihara hidup iman kita?
Peristiwa hidup Yesus yang baru kita rayakan dan kita renungkan, baik kematian maupun kebangkitan-Nya, mengajak kita untuk, pertama, meneladani sikap murid yang percaya: tidak gegabah, namun dengan mata iman dan cinta: melihat dan percaya bahwa Tuhan sungguh telah bangkit. Kedua, memberi kita sebuah kesempatan baru untuk sekali lagi menyadari bahwa tiada perjuangan tanpa tantangan, tiada kebahagiaan tanpa derita, sesudah kematian ada kebangkitan. bertumbuh dalam penghayatan iman dan setia mengamalkan cinta kasih merupakan tuntutan teladan hidup Yesus yang mestinya nyata dapat terwujud dalam hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya. Kurt Marti pada akhir sajaknya berkata: “Saya hanya tahu untuk apa Tuhan memanggil kita: Untuk bangkit, hari ini dan sekarang! Semoga kita mempunyai kemampuan untuk bangkit !”
Peristiwa Kanaikan  Yesus adalah menjadi titik awal menerima kekekalan yang kita songsong. Sebagai orang yang bersama dengan kenaikan Kristus maka haruslah menjadi orang yang mampu mengendalikan dirinya dari hawa nafsu yang dapat merasuki segala kehidupan kita. Mari kita merendahkan hati kita kepada Dia agar harapan kita terkabul di dalam naungan kasihNya yang nyata kini dan juga yang akan datang. 
Kesimpulan. Korelasi antara kematian, kebangkitan dan kanikan Tuhan Yesus ini saya coba ilustrasikan seperti ini: Kalau kita mau membangun rumah, sedikitnya dibutuhkan 3 buah gambar dari rumah yang akan dibangun (dari atas, dari depan, dari samping). 3 buah gambar itu menggambarkan rumah yang sama, tetapi menggambarkannya dari sudut yang berbeda, sehingga mereka saling melengkapi satu dengan yang lain. Kristus mati menjadi dasar kematian kita, kebangkitan Kristus menjadi dasar dan jaminan bagi kebangkitan kita, Kristus naik ke surga menjadi dasar kenaikan kita  juga. Semunaya itu sudah kita terima melalui baptisan kudus yang hendak kita perhatikan, perjuangkan, pertahankan.  Maka jika kita sudah dalam kematian, kebangkitan, kenaikan, kita pasti menjadi pemberita Injil dan pelaku firmanNya, sehingga dapat menjadi garam dan terang yang membawa berkat dalam segala bidang kehidupan. Selamat berkarya bersama Kristus!

(Penulis adalah Pdt. Haposan Sianturi, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2010)

Rabu, 02 Mei 2012

ARTIKEL: MENUMBUHKAN JIWA KEPEMIMPINAN PADA ANAK

Beri kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pendapatnya. Hasilnya, anda akan memiliki anak yang peka terhadap lingkungannya dan memiliki jiwa kepemimpinan. Memang hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Psikolog dan pemerhati anak, Rose Mini mengatakan untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan anak harus distimulasi sesering mungkin, salah satunya dengan memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pendapatnya. Namun, orang tua tetap harus hati-hati dan teliti dengan apa yang menjadi keinginan anak. 
Untuk beberapa masalah anak bisa dilibatkan untuk dimintai pendapatnya. Namun tidak semua pendapat anak harus dituruti. Apalagi jika berhubungan dengan kebutuhan orang lain. Seorang anak masih memiliki keterbatasan dalam mengolah informasi. Mereka masih berpikir pra-operasional dan bersifat egosentris. Jika, terkadang pendapat yang mereka utarakan adalah sesuatu yang dilihat dari sudut pandangnya sendiri. ”Yang dikatakan oleh anak belum tentu tepat. Terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan orang lain. Jadi tidak bisa selalu dituruti, ”ungkap psikolog yang akrab di sapa Romi itu.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menstimulasi anak mengeluarkan pendapat dengan baik adalah mengikutsertakan anak pada sebuah forum diskusi. Seperti Kidzania Congrezz yang diadakan Kidzania Jakarta, Senin (22/6), dikatakan Romi, bisa menjadi wadah yang tepat untuk melatih anak mengungkapkan pendapatnya. Selain itu juga, anak dapat berdebat dengan baik, melatih berpikir kritis dan memiliki jiwa kepemimpinan lainnya.
”Melibatkan anak pada forum diskusi akan memberikan dampak positif. Anak dapat berkomunikasi dengan baik pada orang-orang, memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah atau problem solving, memiliki rasa empati dan peduli pada lingkungan serta memiliki kemampuan menganalisa kebutuhan sekitarnya,” papar Romi.
 Orang tua juga dapat melakukannya di lingkungan rumah. Misalnya dengan mendiskusikan tanggung jawab anak dalam pekerjaan rumah tangga. Seorang kakak dapat diminta sebagai panutan untuk anaknya. Dengan diberikan kepercayaan seperti itu, anak yang lebih tua dapat menyampaikan pendapat tentang cara mengasuh adik, memberikan aturan termasuk kewajibannya. Sementara si adik dapat mengungkapkan pandapatnya mengenai aturan-aturan yang dibuat oleh sang kakak.
 Ketika berdiskusi dengan anak, Romi menyarankan untuk menggunakanlah kata-kata yang bijak agar anak merasa dihargai. Jika ada sesuatu yang keliru dengan pendapat anak, kemukakan oleh orang tua orang tua agar anak belajar menghargai orang lain. Sampaikan alasan, keberatan, manfaat serta kerugian yang anak dapat dengan pendapatnya.
 ”Rasa empati yang dimiliki seorang pemimpin dapat dilatih dengan membiasakan mengemukakan pendapat orang tua dengan kata-kata yang bijak. Dengan begitu anak juga dapat melatih kepekaan dirinya sehingga dapat peduli dengan lingkungannya,” ungkap Romi.
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua tentang hak berpendapat anak, sesuai dengan Convention on the Rights of Childern pasal 12 ayat 1 antara lain : 
a. Ciptakan suasana demokratis. Pembicaraan ringan dapat Anda ciptakan saat santai. Untuk hal ini hilangkan kesan otoriter orang tua; 
b. Dengarkan saat anak bicara. Jangan pernah memotong pembicaraan anak, apalagi mengabaikannya, karena anak mudah meniru apa yang orang tua lakukan. Hargai anak agar mereka juga dapat menghargai orang lain; 
c. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti. Kemampuan anak dalam menangkap pesan yang disampaikan tidak secepat orang dewasa, selain itu juga pembendaharaan kata mereka masih sedikit. Untuk itu gunakan bahasa yang mudah dipahami anak; 
d. Luruskan jika pendapatnya yang tidak benar. Peran orang tua dalam hal ini sangat penting. Tidak semua anak mengerti dan mengetahui bahwa apa yang disampaikan itu adalah benar; 
e. Ajarkan sikap sportif. Anak harus belajar menghargai pendapat orang lain dan menerima pendapat orang lain yang lebih baik; 
f. Setiap anak memiliki kesempatan mengungkapkan pendapatnya dan memiliki potensi untuk menjadi pemimpin. Namun yang perlu diingat adalah bagaimana cara orang tua untuk dapat menstimulasi anak. Menghadapkan anak dengan berbagai persoalan hidup dapat melatih anak untuk mampu menjadi pemimpin baik yang dapat mengatur lingkungan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan.

(Penulis adalah Weni Simangunsong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Januari 2010)

Senin, 30 April 2012

ARTIKEL: MEMPERTAHANKAN PELAYANAN YANG TERUS BERKELANJUTAN; TINJAUAN SEKILAS TERHADAP PELAYANAN BULETIN NARHASEM DI HKBP SEMPER


Ada slogan yang menyatakan bahwa “merebut, mendirikan atau mendapatkan” lebih mudah dari pada “mempertahankan”. Jikalau slogan ini dimaknakan dalam konteks pelayanan, maka lebih mudah membuat atau mendirikan pelayanan baru dibanding mempertahankan pelayanan baru. Namun, hal ini jangan diartikan bahwa kita dapat memandang sepele orang-orang yang telah berjuang merintis[1] suatu pelayanan, bukan itu maksudnya. Namun, seringkali kita terlalu bersemangat dan mampu memulai dengan “baik” tapi akhirnya apa yang dimulai dengan mantap itu tidak dapat dipertahankan dan akhirnya membuat pelayanan menjadi pudar dan hilang.
Sewaktu awal naposobulung HKBP Semper merintis pelayanan Buletin Narhasem, tidak sedikit terdapat pihak yang ragu akan kemampuan Buletin Narhasem untuk bertahan untuk beberapa waktu ke depan. Alasan-alasan pihak yang meragukan itu adalah: 1) materi dan format Buletin Narhasem tidak simpel[2] sehingga suatu saat nanti akan mempersulit tim redaksi untuk membuat dan mencari materi yang dimasukan dalam Buletin Narhasem; 2) Gereja HKBP jarang yang parhalado dan pendeta-nya memandang penting[3] dan karenanya harus dipertahankan suatu pelayanan yang berbasis literatur sehingga suatu saat faktor ini juga dapat melemahkan pelayanan Buletin Narhasem sendiri. Para pemimpin gereja mungkin akan setuju ada pelayanan Buletin Narhasem ini, namun kesetujuan mereka tidak dibarengi dukungan nyata untuk membantu dan mempertahankan pelayanan Buletin Narhasem ini.  Alasan-alasan pihak yang meragukan ini diterima dengan baik dan akan dijadikan alat mawas diri dari segenap tim redaksi Buletin Narhasem agar mampu mempertahankan pelayanan Buletin Narhasem itu secara berkelanjutan.
Mempertahankan pelayanan secara berkelanjutan bukanlah hal yang mudah sehingga setiap pelayan perlu mengetahui alasan suatu pelayanan “susah-susah” untuk dipertahankan secara berkelanjutan. Setelah mengetahui alasan tersebut diharapkan pelayanan memiliki motivasi dan semangat untuk mempertahankan pelayanan tersebut. Mengapa suatu pelayanan Buletin Narhasem harus dipertahankan secara berkelanjutan? Setidaknya ada 3 (tiga) alasan perlunya pelayanan Buletin Narhasem dipertahankan secara berkelanjutan, yaitu sebagai berikut:[4]
a.       Pelayanan ini dapat membantu pertumbuhan hidup rohani jemaat dan mendewasakan imannya, serta mengembangkan wawasan kristen dan pelayanannya secara lebih luas.
b.    Pelayanan ini dapat membantu jemaat untuk merefleksikan kebenaran kristen dalam wujud keseharian.
c.     Pelayanan ini juga dapat menjadi salah satu alat untuk mencatat peristiwa pelayanan apa saja yang telah dilakukan dalam gereja.
Dengan motto sebagai media informasi, komunikasi dan edukasi, tentulah tujuan tersebut sejalan dengan motto Buletin Narhasem ini. Mari kita doakan bersama agar tujuan keberadaan Buletin Narhasem dapat tercapai dan dirasakan bagi setiap pemirsa Buletin Narhasem.
Sekarang, kita perlu mengetahui bagaimana dan apa saja yang perlu dipertahankan secara berkelanjutan dalam pelayanan Buletin Narhasem ini. Penulis setidaknya, mencatat ada 5 (lima) hal yang perlu dipertahankan dalam pelayanan Buletin Narhasem agar pelayanan ini dapat berkelanjutan, turun menurun memberikan pencerahan kepada setiap generasi khususnya Naposobulung dan Remaja HKBP Semper, yaitu sebagai berikut:
1.            Eksistensi Pelayanan
Eksistensi itu ada kalanya dapat diartikan sebagai kenyataan hidup. Dalam hal ini, Buletin Narhasem harus nyata hadir dalam setiap edisi bulan penerbitannya. Patut disyukuri kepada Tuhan jikalau Buletin Narhasem bisa memasuki pelayanan hingga tahun ke 8 (delapan). Tidak mudah untuk melewati masa “panjang” ini. Tidak mudah karena tidak sedikit pelayanan literatur gereja runtuh sebelum mancapai tahun ke 8 (delapan) pelayanan, bahkan ada yang hanya mampu sekali terbit setelah itu hilang entah kemana. Namun, terlepas dari ucapan syukur, kita juga harus berani mengoreksi eksistensi Buletin Narhasem itu sendiri. Setelah 8 (delapan) tahun Buletin Narhasem, berapa kali Buletin Narhasem mangkir untuk tidak terbit? Apa alasan-alasan yang mendasari-nya tidak terbit? Ini semua harus dievaluasi dan dikritisi, bukan didiamkan dan dimaklumi saja[5]. Menurut penulis, minimal Buletin Narhasem harus eksis setiap bulannya (belum termasuk edisi khusus), sesuai dengan janji Tim Redaksi Buletin Narhasem sendiri kepada pemirsanya untuk terbit di minggu pertama setiap bulannya. Tim Redaksi Buletin Narhasem harus setia dan teguh terhadap janji ini, jikalau tidak, jangan harapkan pemirsa Buletin Narhasem untuk setia dan mendukung pelayanan Buletin Narhasem ini.
2.            Kualitas atau Mutu Pelayanan
Mempertahankan kualitas dan mutu pelayanan adalah penting. Harus ada strategi jitu untuk mempertahankan kualitas dan mutu pelayanan. Tim Redaksi Buletin Narhasem harus dapat memilah-memilah, melakukan edit yang baik dan mencari sumber-sumber yang tepat untuk materi Buletin Narhasem. Misalnya, harus mencari narasumber yang memiliki kesungguhan dalam menulis, hal ini penting karena terkadang ditemukan tulisan-tulisan yang sekadarnya saja ditulis tanpa suatu analisa dan pemaparan yang komprehensif. Selain itu, untuk mendapatkan kualitas dan mutu pelayanan buletin yang baik, Tim Redaksi Buletin Narhasem juga harus dibekali dengan pengetahuan dan skill yang baik agar dapat membuat suatu buletin yang berkualitas dan bermutu.  Belajar itu tidak ada habisnya, pelayan yang baik adalah pelayan yang terus belajar dan belajar untuk mendapatkan kualitas dan mutu yang baik.
3.            Inovasi dan Improvisasi Pelayanan
Segmen utama pelayanan Buletin Narhasem adalah remaja dan naposo. Umumnya, remaja dan naposo itu sangat senang dengan hal-hal yang baru, inovatif dan improvisasi. Tim Buletin Narhasem harus mencermati apa yang menjadi kemauan segmen utama ini, kalau tidak, maka segmen utama ini bisa mencari bahan bacaan lain yang memenuhi selera masa muda mereka. Tapi perlu diingat, bahwa inovasi dan improvisasi ini jangan sampai meninggalkan kualitas dan mutu pelayanan. Jangan sampai “Tuhan Yesus Kristus dan nilai-nilai pengajaran-Nya” menjadi tidak dikabarkan karena hanya untuk memenuhi keinginan segmen utama ini.
4.            Semangat dan Keteguhan Pelayanan
Semangat dan keteguhan pelayanan adalah juga faktor penting yang perlu dipertahankan. Di awal pelayanan, banyak anggota Tim Redaksi Buletin Narhasem begitu bersemangat untuk melayani, tak jarang mereka mengorbankan kesenangannya dan urusan pentimg dalam hidupnya agar Buletin Narhasem itu bisa terbit dengan baik. Namun seiring berjalannya waktu, tantangan dan hambatan baik dalam diri sendiri[6] maupun dari luar menghadang sehingga membuat semangat dan keteguhan pelayanan menjadi pudar. Inilah yang harus dicermati, jangan sampai tantangan dan hambatan itu membuat semangat dan keteguhan pelayanan itu menjadi pudar. Dalam Wahyu 2:4, Tuhan tidak suka dan karenanya mencela orang-orang yang meninggalkan kasihnya mula-mula kepada Tuhan[7]. Tuhan ingin kita tetap mengasihi Allah secara konstan dengan bersemangat dan berteguh dalam pelayanan Buletin Narhasem ini.
5.            Regenerasi Pelayanan
Di setiap organisasi pasti ada regenerasi. Regenerasi penting untuk melanjutkan estafet pelayanan kepada generasi selanjutnya. Tanpa regenerasi tidak mungkin pelayananan dapat dipertahankan secara berkelanjutan. Lihatlah tokoh-tokoh Alkitab seperti Musa, Paulus dan juga Tuhan Yesus sendiri mempersiapkan orang-orang yang cakap agar pada akhirnya dapat mengambil alih tongkat pelayanan dengan baik. Bagaimana dengan regenerasi Buletin Narhasem sendiri? Tim Redaksi Buletin Narhasem juga harus mempersiapkan regenerasi pelayanan. Carilah orang-orang yang cakap untuk suatu ketika dapat mengemban pelayanan Buletin Narhasem itu sendiri. Jangan mencari orang yang asal-asalan, kalau demikian maka kita juga turut membawa kehancuran pelayanan Buletin Narhasem ini. Kita harus optimis bahwa diantara remaja dan naposobulung HKBP Semper ada yang memiliki kerinduan dan kecakapan untuk meneruskan pelayanan Buletin Narhasem ini. Memang mencari pelayan bukan pekerjaan mudah. “Tuaian memang banyak tapi pekerjanya sedikit” inilah yang menjadi gambaran tidak mudahnya mempersiapkan regenerasi pelayanan, namun jikalau kita sungguh-sungguh meminta pekerja kepada Tuhan yang empunya pekerja itu, maka Tuhan akan memberikan pekerja yang tanggguh dan cakap untuk meneruskan pekerjaan pelayanan Buletin Narhasem ini.
Di akhir tulisan ini, Penulis mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke 8 buat Buletin Narhasem. Semoga pelayanan Buletin Narhasem dapat dipertahankan secara berkelanjutan, bravo buat Tim Buletin Narhasem, mari tetap semangat melayani Tuhan hingga Maranata, Amin.

(Penulis adalah Benny Manurung, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2012)


[1] Orang-orang yang memulai pelayanan tetaplah patut diapresiasi tinggi karena memulai itu membutuhkan tekad, keberanian bahkan pengorbanan. Lihatlah, bagaimana para misionaris yang masuk ke tanah Batak harus meninggalkan zona nyaman di negaranya untuk masuk ke tanah Batak yang penuh dengan keterasingan bagi mereka, bahkan diantara misionaris ada yang harus menemukan ajalnya karena dibunuh oleh bangsa Batak yang dikasihinya. Menurut penulis, tidak mungkin misionaris itu akan berani masuk ke tanah Batak kalau mereka tidak memiliki tekad, keberanian bahkan pengorbanan. Sebagai bangsa Batak, kita harus bersyukur kepada Tuhan yang menanamkan tekad, keberanian dan jiwa yang berkorban bagi para misionaris itu sehingga akhirnya saat ini kita dapat mengenal siapa Kristus itu. Ini baru contoh misionaris di tanah Batak, masih banyak contoh dari pelayan lain baik yang tercatat dalam Alkitab maupun yang tercatat dalam sejarah gereja.  
[2] Memang pada awal penerbitan, Buletin Narhasem materinya mencapai 40 halaman bolak balik empat bahkan pernah mencapai 80 halaman bolak-balik empat, inilah yang membuat keraguan muncul karena umumnya literatur yang diterbitkan oleh naposobulung umumnya hanya 1 halaman bolak balik empat saja atau paling banyak 2 halaman bolak-balik empat saja.
[3] Umumnya Pendeta dan Parhalado Gereja HKBP saat ini masih memandang pelayanan koor adalah pelayanan yang paling penting untuk gereja, sehingga hampir setiap punguan baik kategorial ataupun punguan lunggu atau wiyk akan ‘dituntut” eksistensinya dengan menampilkan suatu koor atau puji-pujian dalam pelayanan ibadah di gereja. Menurut penulis, koor adalah suatu pelayanan yang baik dan juga perlu dipertahankan, namun gereja harus terbuka dan juga memandang penting pelayanan dalam bentuk selain koor karena tidak semua warga gereja memiliki talenta untuk bernyanyi ataupun bermusik; dan juga tidak mungkin tujuan bergereja akan tercapai dengan hanya dengan mengandalkan pelayanan koor.
[4] Benny Manurung, Sekilas Literatur Dalam Pelayanan Gereja, Buletin Narhasem Edisi April 2006, hal. 10.
[5] Sekali dimaklumi Buletin Narhasem tidak terbit tepat waktu atau bahkan tidak terbit, maka kejadian ini akan terus berulang kembali dan akhirnya Buletin Narhasem tidak akan terbit-terbit lagi. Ini yang harus diwaspadai dengan sungguh-sungguh oleh segenap anggota Tim Buletin Narhasem.
[6] Menurut Penulis, tantangan terbesar dalam pelayanan kristen adalah bukan tantangan dari luar melainkan tantangan dari internal kita sendiri. Orang Kristen akan kuat kalau dilawan pihak luar dirinya, tapi berilah mereka fasilitas yang nyaman maka dia akan pudar semangatnya. Tantangan dalam internal pelayan adalah pelayan berubah dan menjadi hanya mengikuti keinginan dagingnya sendiri, kerinduannya adalah berleha-leha dan bersenang-senang saja. Jikalau ada pelayan yang seperti ini maka dia akan menjadi virus bagi pelayan yang lainnya.
[7] Tanda-tanda pelayan yang mulai meninggalkan kasih yang mula-mula adalah dia menjadi lebih mementingan pikiran dan kepentingannya sendiri. Ia akan selalu melakukan perhitungan sebelum melakukan pelayanan, kalau pelayanan ini menguntungkan atau setidaknya tidak merugikan dia maka dia akan melakukannya, jikalau tidak maka dia tidak akan melakukannya.