Disebutkan dalam teologi pluralisme agama: Seluruh
pekerjaan Kristus sangat terkait dengan masalah penebusan dosa manusia. Karya
Kristus memungkinkan manusia kembali dapat menghampiri Allah Bapa.
a. Kematian Kristus
Kematian Kristus sudah diprediksikan jauh-jauh sebelumnya
(Maz. 22:16; Yes. 53:5-10; Dan. 9-26; Zak. 12:10) bahkan Yesus sendiri sudah
menubuatkan tentang kematianNya sendiri (Mat. 12:40; 17:22-23; Mrk. 8:31; Yoh.
2:19-21; 10:10-11). Hukuman yang dijatuhkan kepada Yesus adalah hukuman yang
terberat, yang paling final dan memalukan, karena Ia dihukum oleh pemerintahan
Romawi, dan cara pelaksanaan hukumanNya adalah dengan cara disalib. Semuanya
ini, merupakan cara yang dipakai Tuhan untuk mewujudkan penebusan manusia
berdosa. Dampak dari kematian Kristus bagi manusia adalah: dengan menjadi
tebusan; untuk menggenapi 4 misi yaitu: misi penebusan, misi penggantian, misi
pemulihan kembali dan misi pendamaian.
b. Kebangkitan Kristus
Kebangkitan Kristus merupakan salah satu dasar
kepercayaan orang Kristen, sebab hal itu merupakan dasar kebangkitan orang
percaya. Kebangkitan Kristus juga merupkan sebuah keunikan bagi orang Kristen,
karena hal ini tidak terdapat dalam ajaran agama lain. Peristiwa kebangkitan
itu sendiri sudah jauh-jauh diprediksikan sebelumnya. Di Perjanjian Lama
sendiri para nabi sudah menubuatkan tentang hal itu ( Maz. 2:7; Ibr. 1:5; Kis.
13:33; Maz. 16:8-11; Maz. 22; Yes. 53). Kristus sendiri juga telah membuktikan
tentang kebangkitan tersebut.
c. Kenaikan Yesus ke Sorga
Sebagaimana Yesus berinkarnasi di dalam dunia ini,
menjadi manusia seutuhnya merupakan suatu mujizat Allah, demikian juga halnya
dengan masalah kenaikan Yesus Kristus. Setelah memberikan amanatNya maka Yesus
terangkat ke Sorga. Kenaikan Kristus itu sendiri mempunyai makna tersendiri
bagi kita. Kenaikan
Kristus berarti:
· Menjadi suatu
jaminan bagi kita untuk datang ke hadapan Allah dengan tanpa gentar dan takut.
· Menjadi jaminan
pengharapan hidup yang kekal.
· Supaya kita percaya
bahwa ada pemeliharaan Allah.
· Kenaikan Kristus ke
Sorga sekaligus sebagai pelopor, menyediakan tempat bagi orang percaya,
menyatakan diri di depan Allah Bapa demi jemaatNya, menerima kemuliaan dari
Allah Bapa.
Maka
bagi orang Kristen khusus yang beriman selalu meyakini bahwa korelasi kematian,
kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke Surga sesuatu mata rantai yang tidak
terpisahkan antara kehidupan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke
surga. Semaunya itu diawali karena memang dosa kita telah ditanggung oleh Kristus,
karena kasih-Nya kepada umat manusia. Dan jika kita bandingkan dengan PL
(perjanjian Lama) Karena iman Henokh terangkat, supaya
ia tidak mengalami kematian,
dan ia tidak
ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh
kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.” (Ibr 11:5)? dan “Sedang mereka
berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan
kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.”
(2 Raj 2:11).
Kematian Yesus merupakan suatu
kesempatan untuk ikut merasakan betapa berat-Nya perjuangan Yesus untuk menebus
dosa-dosa dan menyelamatkan umat-Nya, sampai Dia mati di Salib. Yesus
menjadi korban kasih-Nya bagi kita manusia (Yoh 3: 16). Namun peristiwa penyaliban
sendiri mengingatkan kepada kita kembali bahwa begitulah perlakuan manusia
apabila ia belum mau menerima kebenaran, belum mau menegakkan keadilan dan
belum mau menghargai sesamanya manusia sebagai manusia. Sikap dan
tindakan-tindakan brutal, yang menyiksa bahkan mengorbankan hidup orang lain
adalah merupakan pilihan orang yang belum mengerti apa artinya hidup sebagai
orang beriman, belum paham apa artinya hidup mengasihi. Dengan perkataan lain
kita masih saja bisa menyaksikan perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi
sepanjang iman hanya sebagai formalitas dan cinta hanya sebuah kata.
Kematian
Yesus memberi kita sebuah dorongan untuk bertanya lagi, mengapa makin banyak
orang haus akan kebenaran dan keadilan? Mengapa krisis multi dimensi belum bisa
teratasi? Mengapa segala kemajuan yang dicapai belum bisa membuat terwujudnya
kesejahteraan hidup masyarakat? Apakah kita manusia masih memperhitungkan
tempat bagi Tuhan dalam hati, dalam pikiran, dalam perkataan dan
rencana-rencana kita?
Sikap
dan pengalaman hidup manusia bahwa Tuhan telah dikesampingkan bahkan sudah
tidak punya tempat dalam hidupnya, diungkapkan dengan sangat jelas oleh Kurt
Marti dalam sebuah sajaknya yang berbunyi:
“Dalam
segala kenanganku, segala yang lain ada, kecuali Tuhan. Dalam segala
pengalamanku, segala yang lain ada, kecuali Tuhan. Dalam segala impianku,
segala yang lain ada, kecuali Tuhan. Segala sesuatu dalam hidupku, sudah
menjadi segalanya, kecuali Tuhan.”
Selanjutnya, Kebangkitan Yesus
dari mati adalah sebuah peristiwa besar yang menyusul peristiwa kematian-Nya di
Salib. Yesus telah mati di salib dan dikuburkan tetapi pada hari ketiga Ia
bangkit kembali. Kebangkitan-Nya merupakan sebuah kemenangan yang sangat besar
arti-Nya bagi diri-Nya sendiri dan bagi umat-Nya. Karena kebangkitan-Nya maka
Yesus adalah Tuhan yang telah mengatasi kegelapan kubur dan mengalahkan
kematian. Dia adalah putera sulung kebangkitan dan berjaya sebagai pemenang.
Kebangkitan-Nya membuka peluang baru bagi setiap orang untuk semakin percaya
kepada-Nya karena “Dia adalah kebangkitan”, “Dia adalah jalan, kebenaran dan
hidup”.
Ternyata kematian Yesus di
Salib bukan akhir dari sebuah perjuangan melainkan merupakan awal untuk
mengalami kehidupan baru, bangkit dari mati. Ia berjaya sebagai pemenang. Hal
yang serupa akan terjadi dalam hidup setiap orang yang mengikuti Dia dan hidup
setia dalam iman. Artinya, umat Tuhan akan ambil bagian dalam kematian dan
kebangkitan Yesus. Apakah, di tengah kerumitan hidup masa kini, kita masih
berpegang teguh pada Dia?. Apakah Tuhan
masih menjadi tumpuan harapan dan perjuangan hidup kita? Apakah kita masih
terus memelihara hidup iman kita?
Peristiwa hidup Yesus yang baru kita rayakan dan kita
renungkan, baik kematian maupun kebangkitan-Nya, mengajak kita untuk, pertama,
meneladani sikap murid yang percaya: tidak gegabah, namun dengan mata iman dan
cinta: melihat dan percaya bahwa Tuhan sungguh telah bangkit. Kedua, memberi
kita sebuah kesempatan baru untuk sekali lagi menyadari bahwa tiada perjuangan
tanpa tantangan, tiada kebahagiaan tanpa derita, sesudah kematian ada
kebangkitan. bertumbuh dalam penghayatan iman dan setia mengamalkan cinta kasih
merupakan tuntutan teladan hidup Yesus yang mestinya nyata dapat terwujud dalam
hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya. Kurt Marti pada akhir sajaknya
berkata: “Saya hanya tahu untuk apa Tuhan memanggil kita: Untuk bangkit, hari
ini dan sekarang! Semoga kita mempunyai kemampuan untuk bangkit !”
Peristiwa Kanaikan Yesus adalah menjadi titik awal
menerima kekekalan yang kita songsong. Sebagai orang yang bersama dengan
kenaikan Kristus maka haruslah menjadi orang yang mampu mengendalikan dirinya
dari hawa nafsu yang dapat merasuki segala kehidupan kita. Mari kita
merendahkan hati kita kepada Dia agar harapan kita terkabul di dalam naungan kasihNya
yang nyata kini dan juga yang akan datang.
Kesimpulan.
Korelasi antara kematian, kebangkitan dan kanikan Tuhan Yesus ini saya coba
ilustrasikan seperti ini: Kalau kita mau membangun rumah, sedikitnya dibutuhkan
3 buah gambar dari rumah yang akan dibangun (dari atas, dari depan, dari
samping). 3 buah gambar itu menggambarkan rumah yang sama, tetapi
menggambarkannya dari sudut yang berbeda, sehingga mereka saling melengkapi
satu dengan yang lain. Kristus mati menjadi dasar kematian kita, kebangkitan
Kristus menjadi dasar dan jaminan bagi kebangkitan kita, Kristus naik ke surga
menjadi dasar kenaikan kita juga. Semunaya itu sudah kita terima melalui
baptisan kudus yang hendak kita perhatikan, perjuangkan, pertahankan.
Maka jika kita sudah dalam kematian, kebangkitan, kenaikan, kita pasti menjadi
pemberita Injil dan pelaku firmanNya, sehingga dapat menjadi garam dan terang
yang membawa berkat dalam segala bidang kehidupan. Selamat berkarya bersama
Kristus!
(Penulis adalah Pdt. Haposan Sianturi, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar