Pendahuluan
Kita sudah memasuki minggu Advent 2008 berarti kita sudah berada pada pengujung tahun 2008 yang telah ditetapkan HKBP sebagai tahun Marturia. Hiruk pikuk tahun Marturia yang telah dicanangkan oleh Ephorus HKBP pada tgl 27 Januari 2008 di HKBP Tanah Tinggi Jl. Let. Jen. Suprapto Jakarta sudah hampir berakhir karena tahun 2009 yang akan datang oleh HKBP sudah ditetapkan sebagai tahun Diakonia.
1. Marsending Ekstern
Seperti kita telah sama-sama mengetahui bahwa tugas penting (salah satunya) orang-orang percaya kepada Yesus adalah harus melaksanakan amanah agung Tuhan Yesus yaitu tugas Marturia memberitakan tentang Injil dan memuridkan orang-orang yang belum mengenal Yesus
untuk menjadi murid Yesus Kristus seperti tertulis dalam Matius 28 : 19, “Karena itu pergilah, jadilah semua bangsa dan muridKu dan babtislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Rohul Kudus.
Tahun 2008 ini yang oleh HKBP telah dicoba dan diusahakan untuk mengembalikan jemaat HKBP “kembali demam marsending” seperti dahulu dimana para parsending yang diberangkatkan memberitakan Injil tersebut tidak mengalami hambatan biaya.
Tahun 2011 mandatang HKBP akan berjubileum 150 tahun hanya sayang pada tahun–tahun belakangan ini sepenuhnya mengerjakan tanggung jawab itu secara maksimal. Pangilan Tuhan Yesus untuk mengabarkan berita kesukaan kepada semua umat belum dilaksanakan secara terus-menerus. Adapun usaha-usaha yang telah dilaksanakan dalam pemberitaan Injil tersebut, dibeberapa tempat belum dilaksanakan secara tuntas dengan sepenuhnya. Terbukti dibeberapa tempat dimana mereka yang sudah menerima Injil tersebut kemudian meninggalkan keyakinanya dan pindah ke agama lain. Seharusnya apabila mereka sudah diutus menjadi pembawa Injil di daerahnya baik sebagai guru huria, evanggelis dan lain–lain maka penghidupnya juga harus dilengkapi layaknya gaji guru huria yang ada diterima tepat waktu. Tidak ada lagi penduduk setempat yang sudah dididik dan diangkat menjadi guru huria harus mengembalikan surat baptisnya hanya karena merasa tidak diperhatikan alias kecewa setiap orang yang baru pulang dari Pulau Enggano dan Pulau Rupat apakah dia pendeta evangelis atau volunteer selalu bercerita perihal guru huria atau pendeta yang bertugas disana tetapi hal yang sangat memprihatinkan tersebut selalu itu-itu saja tanpa ada perubahan dari tahun ke tahun. Seharusnya adalah perubahan dari pengambil keputusan HKBP sebagi respon atas kesulitan–kesulitan yang ada. Misalnya gaji yang rendah bisa diangkat lebih tinggi.
Juga penerimaan dilaksanakan sekali sebulan jangan sampai sekali 3 atau 4 bulan. Buatlah model Bantuan Langsung Tunai (BLT)-nya pemerintah. Karena tugas mereka adalah mencari dan membawa mereka yang belum mengenal Yesus dan mengembalakan domba-domba agar keyakinannya lebih stabil. Lain halnya dengan para gembala-gembala, domba-domba yang di kota besar mereka mengembalakan domba yang sudah ’’martoras’’ itupun apakah dari domba-domba itu banyak yang dijala orang lain belum tentu mereka pikirkan. Kita juga prihatin atas para gembala–gembala domba yang bekerja di desa atau di pelosok yang ada tetapi mereka toh masih ada sawah atau kebun huria yang bisa menambah kebutuhan sehari-hari.
Coba kita kembalikan semangat marsending itu model dulu tetapi dalam bentuk sekarang dimana jemaat HKBP baik tua-muda, anak–anak yang saat ini jumlahnya 3,5 juta orang. Setiap orang diminta Rp.1000,- (seribu rupiah) uang marsendingnya berarti terkumpul 3,5 milyar dari jumlah tersebut. Mungkin tidak semuanya tertagih tetapi yang jelas jumlahnya bisa sama karena orang ada yang memberikan Rp. 1000,- atau Rp. 10.000,- atau Rp. 100.000,- dan seterusnya. Uang tersebut masukan ke deposito abadi dan jasa depositonya cukup untuk mengaji para parsending yang ada di pulau–pulau terpencil tadi. Bisa dicoba kalau ada kemauan tetapi kalau kita langsung menjatuhkan vonis ’’susah’’ ya apa mau di kata.
Ya sudahlah, kalau kita terbiasa soal sending Enggano itu sudah kuno dan membosankan tetapi bagi penulis tersebut tidak pernah membosankan karena pada tahun 1950-an apabila ada pendeta yang datang berkotbah di kampung saya HKBP Hutaraja dan pendeta tersebut baru datang dari tempat-tempat penginjilan seperti Pulau Nias, Pulau Mentawai, Pulau Enggano. Orang-orang kubu di perbatasan Jambi dan Sumatra Selatan. Mereka bercerita atas pengalaman mereka baik pada saat bercakap-cakap di teras gereja sambil menunggu jemaat perminggu maupun saat berkotbah, saya selalu mengikutinya dengan serius. Bagi saya mereka adalah menjadi hero, pahalwan dan penegak panji-panji Kristus. Dan apabila ibu saya mengatakan bahwa ayam jantan jara-jara (ayam jantan menjelang dewasa) peliharaan saya ditunjuk untuk sending, maka ayam tersebut akan saya pelihara dengan teliti dan nanti kalau besar dijual dan uangnya akan langsung diserahkan sending ke gereja melalui Ompung Sintua Taroli Siregar. Itu dulu cerita lama dan katanya sudah tidak relavan lagi dengan jaman ayeuna terserah aja.
II. Marsending Intern
Perihal marsending ekstern tadi tidak usah pergi ke Pulau Rupat dan Pulau Enggano tetapi menganti ongkos kita kesanalah kita berikan ke sending gereja (Marturia) agar bisa dipergunakan secukupnya sesuai dengan tujuannya. Sesungguhnya di dalam keluarga Batak sendiri terutama di kota-kota besar banyak yang perlu disendingi seperti orang-orang yang karena pekerjaanya sehari-hari mereka tidak sempat ke gereja. Oleh karena kesibukan pekerjaannya, ke penjara, ke rumah sakit dan lain-lain adalah tempat-tempat yang memerlukan perhatian serius. Jangan sampai tim pendoa gereja tetangga datang terlebih dahulu mendoakan jemaat kita di rumah sakit dari pada parhalado gereja kita sendiri, juga jemaat kita yang jarang ke gereja atau kepertangiangan lunggu perlu dikunjungi dan minta agar ikut aktif pada kebaktian tersebut.
III. Sending Tugas Kita Semua dan Selamanya
Sesuai dengan pembahasaan Pendeta Leodunan Sibarani, M.Th dalam impolani Jamita 2008 atas tema tahun Marturia HKBP 2008, yaitu Johanes 15:16, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu dan Aku telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaku, diberikannya kepadamu.” Dari ayat ini beliau menyatakan sebagai berikut :
1. Allah yang memilih
Karena Allah yang memilih diminta kepada semua kita untuk melaksanakan tugas sesuai dengan amanah tersebut. Adalah anugerah Allah yang sangat besar atas pemilihan tersebut dan merupakan tanggung jawab yang besar adalah suatu tugas jemaat gereja dan gereja sendiri untuk membawa setiap orang kepada Yesus hari ini, besok dan selamanya.
2. Supaya pergi.
Kita disuruh berjalan bersama Yesus memberitakan Injil berita kesukaan. Keberangkatan bukan karena usaha sendiri, kemampuan dan kekuatan sendiri tetapi hanya oleh karena anugerah dari yang memberi anugerah dan mengangkatnya sebagai sahabatnya.
3. Menghasilkan buah.
Buah yang baik diperoleh apabila berbuah satu batang dengan rantingnya. Demikian juga dengan jemaat gereja agar tetap menjaga hidup didalam kemurnian memuji dan persembahan dengan persekutuan bersama Tuhan.
Penutup
Tahun Marturia telah diambang keberlaluan tetapi Marturia (Marsending) tidak berhenti sampai di sini tetapi harus terus-menerus sesuai dengan amanah agung tersebut :
1. Menjadi saksi nama Tuhan Yesus Kristus untuk selamanya yang sesuai dengan amanah yang telah diterima.
2. Menjadi contoh dalam tindakan dan perbuatan yang diterapkan dalam hidup sehari-hari dan menjadi contoh di lingkungan masing–masing .
3. Menjadi satu dalam keluarga Allah.
Dengan terpilihnya menjadi satu dalam keluarga Allah berati kita telah menjadi pewaris kerajaan Allah yaitu harta yang kekal yang telah disediakan untuk pengikut Allah sampai akhir zaman.
Tahun Marturia telah kita lalui dan laksanakan tetapi semangat Marturia harus tetap kita terapkan dalam hidup sehari-hari .
Selamat menjalani minggu-minggu Advent. Selamat Natal dan Tahun Baru 2009. Apabila ada salah kata dalam perjalanan setahun ini dalam tulisan kami dalam Buletin narhasem ini, mohon dimaafkan dan khusus kepada tim bulletin Narhasem, Selamat Natal dan Tahun Baru. Tuhan selalu memberkati kita semuanya. Amin dan horas.
(Penulis adalah Kamaruli Pohan Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2008)
Kita sudah memasuki minggu Advent 2008 berarti kita sudah berada pada pengujung tahun 2008 yang telah ditetapkan HKBP sebagai tahun Marturia. Hiruk pikuk tahun Marturia yang telah dicanangkan oleh Ephorus HKBP pada tgl 27 Januari 2008 di HKBP Tanah Tinggi Jl. Let. Jen. Suprapto Jakarta sudah hampir berakhir karena tahun 2009 yang akan datang oleh HKBP sudah ditetapkan sebagai tahun Diakonia.
1. Marsending Ekstern
Seperti kita telah sama-sama mengetahui bahwa tugas penting (salah satunya) orang-orang percaya kepada Yesus adalah harus melaksanakan amanah agung Tuhan Yesus yaitu tugas Marturia memberitakan tentang Injil dan memuridkan orang-orang yang belum mengenal Yesus
untuk menjadi murid Yesus Kristus seperti tertulis dalam Matius 28 : 19, “Karena itu pergilah, jadilah semua bangsa dan muridKu dan babtislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Rohul Kudus.
Tahun 2008 ini yang oleh HKBP telah dicoba dan diusahakan untuk mengembalikan jemaat HKBP “kembali demam marsending” seperti dahulu dimana para parsending yang diberangkatkan memberitakan Injil tersebut tidak mengalami hambatan biaya.
Tahun 2011 mandatang HKBP akan berjubileum 150 tahun hanya sayang pada tahun–tahun belakangan ini sepenuhnya mengerjakan tanggung jawab itu secara maksimal. Pangilan Tuhan Yesus untuk mengabarkan berita kesukaan kepada semua umat belum dilaksanakan secara terus-menerus. Adapun usaha-usaha yang telah dilaksanakan dalam pemberitaan Injil tersebut, dibeberapa tempat belum dilaksanakan secara tuntas dengan sepenuhnya. Terbukti dibeberapa tempat dimana mereka yang sudah menerima Injil tersebut kemudian meninggalkan keyakinanya dan pindah ke agama lain. Seharusnya apabila mereka sudah diutus menjadi pembawa Injil di daerahnya baik sebagai guru huria, evanggelis dan lain–lain maka penghidupnya juga harus dilengkapi layaknya gaji guru huria yang ada diterima tepat waktu. Tidak ada lagi penduduk setempat yang sudah dididik dan diangkat menjadi guru huria harus mengembalikan surat baptisnya hanya karena merasa tidak diperhatikan alias kecewa setiap orang yang baru pulang dari Pulau Enggano dan Pulau Rupat apakah dia pendeta evangelis atau volunteer selalu bercerita perihal guru huria atau pendeta yang bertugas disana tetapi hal yang sangat memprihatinkan tersebut selalu itu-itu saja tanpa ada perubahan dari tahun ke tahun. Seharusnya adalah perubahan dari pengambil keputusan HKBP sebagi respon atas kesulitan–kesulitan yang ada. Misalnya gaji yang rendah bisa diangkat lebih tinggi.
Juga penerimaan dilaksanakan sekali sebulan jangan sampai sekali 3 atau 4 bulan. Buatlah model Bantuan Langsung Tunai (BLT)-nya pemerintah. Karena tugas mereka adalah mencari dan membawa mereka yang belum mengenal Yesus dan mengembalakan domba-domba agar keyakinannya lebih stabil. Lain halnya dengan para gembala-gembala, domba-domba yang di kota besar mereka mengembalakan domba yang sudah ’’martoras’’ itupun apakah dari domba-domba itu banyak yang dijala orang lain belum tentu mereka pikirkan. Kita juga prihatin atas para gembala–gembala domba yang bekerja di desa atau di pelosok yang ada tetapi mereka toh masih ada sawah atau kebun huria yang bisa menambah kebutuhan sehari-hari.
Coba kita kembalikan semangat marsending itu model dulu tetapi dalam bentuk sekarang dimana jemaat HKBP baik tua-muda, anak–anak yang saat ini jumlahnya 3,5 juta orang. Setiap orang diminta Rp.1000,- (seribu rupiah) uang marsendingnya berarti terkumpul 3,5 milyar dari jumlah tersebut. Mungkin tidak semuanya tertagih tetapi yang jelas jumlahnya bisa sama karena orang ada yang memberikan Rp. 1000,- atau Rp. 10.000,- atau Rp. 100.000,- dan seterusnya. Uang tersebut masukan ke deposito abadi dan jasa depositonya cukup untuk mengaji para parsending yang ada di pulau–pulau terpencil tadi. Bisa dicoba kalau ada kemauan tetapi kalau kita langsung menjatuhkan vonis ’’susah’’ ya apa mau di kata.
Ya sudahlah, kalau kita terbiasa soal sending Enggano itu sudah kuno dan membosankan tetapi bagi penulis tersebut tidak pernah membosankan karena pada tahun 1950-an apabila ada pendeta yang datang berkotbah di kampung saya HKBP Hutaraja dan pendeta tersebut baru datang dari tempat-tempat penginjilan seperti Pulau Nias, Pulau Mentawai, Pulau Enggano. Orang-orang kubu di perbatasan Jambi dan Sumatra Selatan. Mereka bercerita atas pengalaman mereka baik pada saat bercakap-cakap di teras gereja sambil menunggu jemaat perminggu maupun saat berkotbah, saya selalu mengikutinya dengan serius. Bagi saya mereka adalah menjadi hero, pahalwan dan penegak panji-panji Kristus. Dan apabila ibu saya mengatakan bahwa ayam jantan jara-jara (ayam jantan menjelang dewasa) peliharaan saya ditunjuk untuk sending, maka ayam tersebut akan saya pelihara dengan teliti dan nanti kalau besar dijual dan uangnya akan langsung diserahkan sending ke gereja melalui Ompung Sintua Taroli Siregar. Itu dulu cerita lama dan katanya sudah tidak relavan lagi dengan jaman ayeuna terserah aja.
II. Marsending Intern
Perihal marsending ekstern tadi tidak usah pergi ke Pulau Rupat dan Pulau Enggano tetapi menganti ongkos kita kesanalah kita berikan ke sending gereja (Marturia) agar bisa dipergunakan secukupnya sesuai dengan tujuannya. Sesungguhnya di dalam keluarga Batak sendiri terutama di kota-kota besar banyak yang perlu disendingi seperti orang-orang yang karena pekerjaanya sehari-hari mereka tidak sempat ke gereja. Oleh karena kesibukan pekerjaannya, ke penjara, ke rumah sakit dan lain-lain adalah tempat-tempat yang memerlukan perhatian serius. Jangan sampai tim pendoa gereja tetangga datang terlebih dahulu mendoakan jemaat kita di rumah sakit dari pada parhalado gereja kita sendiri, juga jemaat kita yang jarang ke gereja atau kepertangiangan lunggu perlu dikunjungi dan minta agar ikut aktif pada kebaktian tersebut.
III. Sending Tugas Kita Semua dan Selamanya
Sesuai dengan pembahasaan Pendeta Leodunan Sibarani, M.Th dalam impolani Jamita 2008 atas tema tahun Marturia HKBP 2008, yaitu Johanes 15:16, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu dan Aku telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaku, diberikannya kepadamu.” Dari ayat ini beliau menyatakan sebagai berikut :
1. Allah yang memilih
Karena Allah yang memilih diminta kepada semua kita untuk melaksanakan tugas sesuai dengan amanah tersebut. Adalah anugerah Allah yang sangat besar atas pemilihan tersebut dan merupakan tanggung jawab yang besar adalah suatu tugas jemaat gereja dan gereja sendiri untuk membawa setiap orang kepada Yesus hari ini, besok dan selamanya.
2. Supaya pergi.
Kita disuruh berjalan bersama Yesus memberitakan Injil berita kesukaan. Keberangkatan bukan karena usaha sendiri, kemampuan dan kekuatan sendiri tetapi hanya oleh karena anugerah dari yang memberi anugerah dan mengangkatnya sebagai sahabatnya.
3. Menghasilkan buah.
Buah yang baik diperoleh apabila berbuah satu batang dengan rantingnya. Demikian juga dengan jemaat gereja agar tetap menjaga hidup didalam kemurnian memuji dan persembahan dengan persekutuan bersama Tuhan.
Penutup
Tahun Marturia telah diambang keberlaluan tetapi Marturia (Marsending) tidak berhenti sampai di sini tetapi harus terus-menerus sesuai dengan amanah agung tersebut :
1. Menjadi saksi nama Tuhan Yesus Kristus untuk selamanya yang sesuai dengan amanah yang telah diterima.
2. Menjadi contoh dalam tindakan dan perbuatan yang diterapkan dalam hidup sehari-hari dan menjadi contoh di lingkungan masing–masing .
3. Menjadi satu dalam keluarga Allah.
Dengan terpilihnya menjadi satu dalam keluarga Allah berati kita telah menjadi pewaris kerajaan Allah yaitu harta yang kekal yang telah disediakan untuk pengikut Allah sampai akhir zaman.
Tahun Marturia telah kita lalui dan laksanakan tetapi semangat Marturia harus tetap kita terapkan dalam hidup sehari-hari .
Selamat menjalani minggu-minggu Advent. Selamat Natal dan Tahun Baru 2009. Apabila ada salah kata dalam perjalanan setahun ini dalam tulisan kami dalam Buletin narhasem ini, mohon dimaafkan dan khusus kepada tim bulletin Narhasem, Selamat Natal dan Tahun Baru. Tuhan selalu memberkati kita semuanya. Amin dan horas.
(Penulis adalah Kamaruli Pohan Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar