Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku. (Imamat 26 : 1 - 13)
I. Pengantar
Mengapa manusia mengalami penderitaan ?
Ketika manusia masih menikmati kebahagiaan, hidup berkecukupan dan bebas dari rasa takut mereka tidak membutuhkan pertolongan. Adam dan Hawa melakukan aktivitasnya tanpa harus bertanya kepada Allah tentang makan dan minum dan menikmati keindahan alam sejauh mata memandang. Pergaulan juga merupakan hak penuh (mutlak), tidak ada yang terlarang. Tetapi ada satu syarat yang tidak bisa diabaikan, sebagai makhluk ciptaan, manusia harus taat kepada suara Allah yang menciptakan-Nya. Allah tidak melarang Hawa berteman dengan ular di taman Eden, tetapi jangan sampai pertemanan itu menjadikan manusia lupa diri dan melanggar perintah Allah. Dari banyak kebebasan untuk menikmati semua pemandangan dan menyantap buah-buahan yang disediakan Allah untuk manusia hanya satu yang tidak bisa dimakan bahkan merabanya saja 'tidak diperbolehkan". Tempatnya-pun sudah diberitahukan terlebih dahulu, tepatnya berada ditengah-tengah taman (Kej 3:3) dengan harapan manusia itu tidak salah ambil. Pada kenyataannya manusia jatuh kedalam pelanggaran bukan akibat salah ambil atau "khilaf melainkan dengan sengaja melanggar perintah Allah dan mendengar rayuan "iblis" si-ular tua itu. Manusia memilih jalan yang salah.
Itulah dosa. Upah dosa adalah maut. Sedemikian cepatnya manusia itu masuk dalam perangkap pengaruh pergaulan bebas yang tidak sepadan. Barangkali inilah yang disebut oleh orang yang sudah berpengalaman, bahwa: Pergaulan yang tidak baik dapat merusak kebiasaan baik. Akibat kejatuhan manusia kedalam dosa itulah yang mengakibatkan penderitaan. Sejak itulah manusia berada dalam bayang-bayang maut dan mengalami berbagai-macam penderitaan. Termasuk kematian orang benar akibat iri hati (Kej 4:8 - Habil dibunuh Kain saudara kandungnya sendiri). Kematian, kelaparan dan sakit penyakit semakin merajalela. Sekalipun pengalaman kerja dan teknologi hasil temuan pikiran manusia semakin berkembang, tetapi penderitaan tidak bisa dihempang.
Sebagai umat pilihan Allah "Israel" mendapat keistimewaan dimata Tuhan. Kerinduan umat itu untuk selalu beribadah dan mempersembahkan korban syukur dan permohonan akan pengampunan dosa merupakan bukti bahwa umat itu menyadari dosa kesalahannya dihadapan Tuhan. Berulangkali Allah menyampaikan Firman-Nya kepada hamba-hambaNya, supaya Israel bertobat dari dosa-dosanya dan supaya belajar berbuat baik dan hidup kudus dihadapan Allah.
Allah memperbaiki kembali hubungan-Nya dengan Israel. Melalui "Musa" hamba-Nya. Allah mengingatkan, apabila umat itu tidak lagi kembali kejalan yang salah, tidak menyembah berhala atau patung, tugu berhala atau batu berukir tetapi hanya kepada Allah, maka Israel akan diberkati. Kamu harus memelihara hari-hari SabatKu dan menghormati tempat kudus-Ku, Akulah Tuhan (Im 26:2). Janji penyertaan Tuhan, ditandai dengan: damai sejatera, hidup tenang dan dapat berbaring dan tidak dikejutkan oleh apapun. Allah sendiri yang akan meniadakan binatang buas dan menghentikan ancaman musuh dan pedang (ay 5-6) Kelahiran Yesus Kristus, adalah karya keselamatan dari Allah, untuk semua alam ciptaan. Allah tidak menghendaki, manusia mati (binasa) didalam dosa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
II. Penjelasan
1. Berkat sebagai upah ketaatan
Musa sangat gigih memperjuangkan keteguhan iman bangsa Israel, agar tetap berpaut kepada Allah. Dia menyegarkan kenangan umat itu, akan pimpinan Allah sepanjang hidup mereka, ketika keluar dari rumah perbudakan Firaun di tanah Mesir dengan tangan yang kuat sehingga mereka selamat dan mengalami banyak pertolongan yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh siapapun. Peringatan itu merupakan kepentingan yang besar dalam perjalanan masa depan Israel. Kebutuhan mereka sebagai umat Allah bukan hanya sekedar hidup dan bertindak dengan sesuka hati. Selain bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari mereka wajib menaati hukum dan aturan yang sudah dinyatakan Tuhan secara khusus. Keindahan pengalaman berjalan dalam pimpinan Tuhan, selama berada dalam pengembaraan di-padang gurun, adalah peristiwa yang sangat menakjubkan. Saat mana Allah hadir dalam tiang awan untuk memberikan perlindungan dari terik matahari dan tiang api pada malam hari untuk memberi kehangatan. Keajaiban itu tidak mungkin dialami oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini jika bukan karena kasih setia Allah terhadap umat pilihan yang sangat dikasihi-Nya itu. Dikaitkan dengan semua itu sepatutnyalah Musa hamba Tuhan itu, memperjelas kesinambungan hubungan baik itu, antara Allah dan umat-Nya, agar Musa merasa aman saat Allah ada keberuntungan yang memungkinkan orang itu mempunyai peluang, untuk memberikan bantuan atau pertolongan bagi orang lain. (Asa gabe pasu-pasu hamu! Sumarihon naringkot didaging, lumobi ma dipartondion). Dikaitkan dengan kedatangan Yesus Kristus kedalam dunia ini, pertolongan tidak selamanya diartikan dalam bentuk materi, tetapi termasuk membangkitkan semangat hidup, pengampunan dosa, menawarkan kesembuhan, melenyapkan sakit-penyakit dan semua kelemahan. Harapan supaya menjadi bangsa yang diberkati dan menjadi berkat itulah kerinduan Allah, terhadap bangsa Israel yang harus dipersiapkan oleh Musa. Untuk memampukan Israel menerima berkat itu, ada beberapa syarat, yang harus ditaati, al:
-penolakan terhadap semua bentuk penyembahan berhala
-Sabat harus ditaati, dan
-tempat kudus Tuhan harus dihormati.
Berkat-berkat itu merupakan gambaran yang indah-indah. Yesaya dengan girang memberikan gambaran tentang kemakmuran dan kedamaian sebagai upah ketaatan kepada Allah. Tuhan akan memberikan hujan dan tanah akan memberikan hasilnya. Musim mengirik dan memetik akan berkelimpahan, akan berlangsung berbulan-bulan bukan berhari-hari. Bersamaan dengan kemakmuran itu akan ada damai sejahtera tidak ada yang dikejutkan oleh marabahaya atau kecelakaan. Tidak ada orang atau musuh yang menyakiti ataupun binatang yang dapat melukai atau merintangi mereka dalam beraktivitas. Semua itu dimungkinkan sebab Allah berpaling kepada mereka dan mengingat mereka. Allah menempatkan kemah suci-Nya ditengah-tengah umat itu dan tidak merasa bosan kepada mereka. Hal inilah yang harus dirindukan dan harus disadari oleh semua orang yang takut pada Tuhan, bahwa kehadiran Bait Alllah harus mengingatkan kita kepada berkat, pertolongan dan kemurahan Allah. Dengan demikian kita akan selalu rajin beribadah dan menghormati Allah dalam sikap hidup maupun tindakan sehari-hari. Barangkali hal inilah yang menjadikan motivasi bagi masyarakat Batak, sekalipun dikenal sebagai suku bangsa berwatak keras dan bergelimang dosa, karena ditantang kehidupan keras dengan berbagai profesi, tetapi selalu berjuang untuk mendirikan gerejanya dimanapun mereka tinggal.
Sama halnya dengan Israel, mereka adalah umat yang berdosa, yang sepatutnya tidak disukai Tuhan. Tetapi jaminan kehadiran Allah, sebagai pemberi berkat kasih karunia (pasu-pasu pardagingon dohot pasu-pasu partondion), pengampunan dan kemurahan. Kehadiran Allah ditengah-tengah umatNya itulah satu-satunya cara Allah untuk menyucikan umat itu. Hal itu digambarkan dengan kehadiran kemah-suci dan ketaatan beribadah dan kesediaan memohonkan pengampunan. Kemahakuasaan Allah memungkinkan semua itu terjadi dan mengembalikan kebahagiaan umat itu, menjadi seperti taman Eden. Sebab Allah sendiri yang memberikan gambaran tentang tanah Kanaan kemana Allah akan memimpin mereka. Kanaan sebagai tanah yang subur "berlimpah susu dan madu". Yang berarti rancangan Allah adalah "rancangan damai sejahtera, dan kemakmuran" bagi seluruh umat yang disayangi itu. Dengan harapan, supaya mereka hidup berbahagia, bekerja dan beribadah kepada Allah. Semua umat percaya harus mau dipimpin oleh Roh Allah seperti Israel melalui hamba-hambaNya, agar memiliki roh yang taat dan setia melakukan hukum Tuhan. (Ingkon rade tu panogu-noguon ni Tuhan i: ringgas mangula ulaon huhut dibagasan haunduk-on, manopot bagas joro) sebagai bukti bahwa kita adalah milik Allah.
2. Membebaskan Israel dari kuk perhambaan, adalah bagian dari "Karya Penyelamatan" Allah. Penyertaan Allah, memimpin Israel keluar dari rumah perbudakan Firaun di-tanah Mesir, memasuki tanah perjanjian adalah bukti kemahakuasaan Allah dan kesetiaan-Nya terhadap umat-Nya, bahwa "Dia" tidak menginginkan Israel menjadi budak. Hal ini bisa kita lihat pada kitab Kel 22:25; Im 25:25, 35, 39, 47 : orang Israel tidak bisa disamakan dengan bangsa asing. Seandainya diantaranya ada yang jatuh miskin, orang itu tidak diperbolehkan menjadi budak, tetapi harus dipekerjakan sebagai orang upahan. Yang berarti orang tersebut wajib mendapat upah yang layak untuk menyambung hidupnya. Apabila keterpurukan yang dia alami sudah sangat parah lalu menjual dirinya. Orang itu tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang (semau gue) ataupun sebagai budak belian, tetapi dia harus diperlakukan dengan murah hati, "sebagai buruh upahan" dan harus dibebaskan pada tahun Yobel, jika tahun ini telah tiba sebelum akhir 6 tahun pelayanannya (Kel 21:2-4; U115;12-13).
Kenyataan yang bisa kita lihat dalam dalam sejarah perjalanan kehidupan B. Israel, sekalipun kemah Suci tetap hadir ditengahtengah "umat" itu, bahkan pada masa R. Salomo "pembangunan Bait Allah" yang sangat terkenal keindahan dan kemegahannya, namun penderitaan, kemiskinan dan perhambaan tidak luput dari umat itu. Adakalanya bangsa itu kalah perang, mengalami panen yang pahit dan berbagai penderitaan yang seringkali mengakibatkan umat itu dijadikan sindiran dan diolok-olok oleh bangsa yang tidak mengenal Tuhan. Belajar dari semua itu ada beberapa catatan yang bisa kita lihat sejauh mana ketaatan dan kesetiaan Israel terhadap Allah yang sangat mengasihi mereka.
Dalam kitab hakim-hakm kita melihat, sebelum penderitaan umat itu diberitakan seringkali diberitahukan terlebih dahulu, bahwa Israel : seringkali menyakiti hati Allah, al : menyembah berhala pada zaman hakim-hakim (2:6-23); melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (4:1 ; 6:1). Kesalahan yang sama, seringkali mereka lakukan, pada hal berulangkali Allah mengingatkan bangsa itu supaya setia melakukan hukum Tuhan. Yosua bahkan dengan tegas mengatakan :"terserahlah, apakah kalian mau setia atau tidak, tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Allah. Sebab Yosua melihat tantangan yang akan dihadapi oleh masyarakat global. Apabila sudah berada diseberang sungai Efrat, bergabung dengan bangsa-bangsa asing, hamba Tuhan itu sudah mulai meragukan keteguhan hati umat itu. Ada berbagai kemungkinan, mis: pengaruh yang datang dari berhala, seperti : allah orang Amori (Yosua 24:15) Kebiasaan buruk serupa itulah yang berlangsung terus dalam kehidupan B. Israel. Pengaruh yang datang dari lingkungan dimana mereka tinggal, akibat dari perkawinan campuran dengan pasangan yang tidak mengenal Alllah (tidak sepadan), dan diperparah oleh pemimpin yang berubah setia kepada Allah setelah bergelimang harta, mis: - nabi Ahia menubuatkan pecahnya kerajaan Israel sebab : Salomo telah meninggalkan Tuhan Allah-Nya dan tidak berlaku setia seperti Daud ayahnya. Salomo telah sujud menyembah kepada Asyotoret, dewi orang Sidon, kepada Kamos allah orang Moab dan kepada Milkom, allah bani Amon, dan tidak hidup menurut jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan dengan melakukan apa yang benar dimata Tuhan (1 Raja-raja 11:28-37).
Lupa kacang akan kulitnya, adalah sebutan yang paling cocok, untuk ketidak setiaan Israel. Orang yang bisa lupa diri setelah hidupnya diberkati adalah cara hidup yang tidak disukai Tuhan. Sejak Israel terbagi dua (Utara dan Selatan), mereka mengalami berbagai macam penderitaan dan seringkali terperangkap menjadi tawanan (diperbudak) oleh penjajah.
Kelahiran Yesus Kristus kedalam dunia, sudah lama dinanti-nanti. Israel berharap bahwa kadatangan Mesias adalah untuk membawa kemenangan bagi umat Allah dari penjajahan Roma. Namun, Allah tidak lagi mengkhususkan keselamatan itu kepada "Israel" saja, tetapi sudah direncanakan untuk membawa pembebasan dari dosa dunia dan kepada seluruh bangsa dibawah kolong langit. Sebab pengaruh dosa sudah menjalar kemana-mana dan dengan mudah bisa mempengaruhi semua orang dimuka-bumi. Pengaruh kejahatan, tidak bisa lagi dipercayakan kesalah satu bangsa, tetapi semua bangsa-bangsa didunia harus mengetahui khabar gembira itu, bahwa Yesus telah lahir. Anak Allah menjadi manusia
Itulah cara Allah membebaskan setiap orang percaya dari maut. Agar manusia tidak mati binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Joh 3:16). Allah sendiri sudah menjanjikan akan mematahkan kuk perhambaan itu, maka wajiblah setiap orang percaya menjaga kekudusan dirinya. Anak Allah turun kedunia, mati di atas kayu salib, rela memberikan darahNya yang kudus untuk membasuh utang dosa manusia. Untuk itu, saling mengasihilah kamu sebab "Allah adalah kasih".
III. Penutup
Kamu harus memelihara hari-hari Sabat-Ku dan menghormati tempat kudus-Ku, Akulah Tuhan. Ada banyak perobahan yang terjadi tentang cara-cara memberikan hormat kepada Allah setelah kita masuk dalam Perjanjian Baru. Menyembah Allah, tidak lagi wajib ke-Bait Allah yang di Yerusalem. Yesus sendiri mengatakan:- Allah itu Roh, dan barang siapa meyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24). Bukan lagi harus disalah satu tempat, melainkan dimanapun kita berada, wajib menyembah Allah. Mengucap syukur dan berterimakasih atas semua pertolongan dan kemurahan-Nya. Setiap orang percaya terpanggil untuk memuliakan Allah dengan sikap dan tindakan dan wajib turut berperan serta dalam setiap pembangunan Rumah Tuhan. Sekalipun Paulus mengatakan :-tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam didalam kamu (1 Kor 6:19), bukan berarti kita tidak membutuhkan Rumah Ibadah, tempat kita secara bersama-sama dengan sesama anak-anak Tuhan, untuk menyembah dan memuliakan Allah.
Sekecil apapun yang bisa kita bawa kerumah Tuhan sebagai tanda hormat dan ucapan syukur sangat berharga dihadapan Tuhan. Ambil bagian dalam tugas pelayanan sesuai dengan bakat, talenta dan potensi dirimu adalah salah satu cara menghormati Tuhan. Menghormati tempat kudus Tuhan, termasuk kunjunganmu ke-gereja. Kesediaanmu mengajak sesama, dan seisi keluargamu, naik kerumah Tuhan juga merupakan bukti bahwa kamu adalah "anggota keluarga kerajaan Allah".
Daya tarik yang paling berpengaruh adalah tingkah-laku dan ketulusan hati. (Jamita do parange, parange do jamita, Pdt. J. Sihombing - mantan Ephorus HKBP). Syalom ! Tuhan Yesus Memberkati!
(Penulis adalah Pdt. K.E. Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Januari 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar