Pendahuluan
Adapun latarbelakang masyarakat Kristen di Korintus terdiri dari: Beberapa orang Yahudi. tetapi ciri khasnya yang menonjol ialah non Jahudi dan mantan penyembah berhala. Mengunjungi upacara-upacara dalam kuil kafir terlarang bagi orang Kristen. Namun soal diundang makan dalam rumah orang yang tidak percaya, adalah suatu hal yang harus diputuskan oleh orang itu sendiri. Orang Kristen tidak wajib mengabaikan segala pergaulan dengan orang yang percaya sebagai warga masyarakat yang hidup berbaur dalam lingkungan yang sama. Makanan yang disajikan boleh dimakan tanpa menanyakan dari mana asalnya. Lazimnya penduduk kota kafir yang makmur. Sebagian besar diantara jemaat Korintus mempunyai latarbelakang jahat. Dan musuh yang senantiasa tersedia adalah: Dunia, daging dan si jahat. Dalam hal ini Paulus mewaspadai agar warga jemaat di Korintus jangan terpecah belah akibat tawaran makan dari tetangga-tetangga yang sering mengadakan undangan makan dalam hidup sehari-hari oleh masyarakat yang masih menyembah berhala.
Keterangan
a. Saran Paulus terhadap kebebasan Kristen dalam hal menentukan pilihan
Persoalan yang tidak boleh diabaikan dalam kehidupan sehari-hari termasuk urusan makan dan minum. Kebiasaan-kebiasaan kafir makan bersama setelah upacara penyembahan berhala sudah merupakan permasalahan tersendiri yang sering timbul dalam masyarakat Korintus. Paulus bersikap tegas memberikan jawaban terhadap masyarakat Kristen agar tidak ikut ambil bagian dalam upacara makan bersama dalam kuil berhala tersebut. Namun jika diajak makan oleh tetangga-tetangga, Paulus tidak melarang dan tidak perlu mempertanyakan asal-usul makanan tersebut. Demikian juga makanan atau daging yang dijual di pasar ataupun di warung-warung. Orang Kristen tidak perlu mengadakan penyelidikan. Persoalan yang ditimbulkan oleh masyarakat Kristen di Korintus dalam hal makan di rumah kafir. menurut Paulus hal itu tidak membawa seseorang lebih dekat kepada Allah. Namun harus diwaspadai agar saudara kita yang imannya lebih lemah jangan sampai tersandung (tergoncang imannya) karena menyaksikan kehadiran kita dan cara makan kita di rumah orang kafir. Kebebasan untuk menghadiri atau menolak undangan makan dan orang yang belum percaya adalah mutlak dan merupakan keputusan seseorang, bukan menjadi aturan yang harus ditaati oleh semua jemaat Kristen di Korintus. Sikap kita terhadap makanan yang kita yakini telah disediakan Allah untuk kita nikmati, itulah hal yang penting dan merupakan dorongan bagi setiap orang untuk mengucap syukur kapada Allah. Sebab dengan pemeliharaan Allah melalui makanan dan minuman yang kita nikmati untuk kesinambungan hidup kita adalah bukti penyertaan Allah agar kita mempunyai tenaga baru untuk melakukan aktivitas kita selanjutnya yang sesuai dengan kehendak Allah. Orang Kristen tidak wajib membiarkan dirinya secara terus menerus dibatasi oleh keberatan-keberatan orang lain. Karena setiap orang berhak mengambil keputusan jika hal itu dianggapnya baik bagi dirinya untuk dipakai memuliakan Allah. Dan tidak baik menuduh diri sendiri sebagai orang yang berbuat salah hanya karena persoalan makan dan minum bersama orang kafir (Orang yang belum percaya kepada Kristus). Sebab pada masa itu sebagian masyarakat Kristen di Korintus. sebelumnya sudah di didik dalam ketaklmilan dan belum dewasa dalam kepercayaan kepada Yesus Kristus. Untuk itulah masyarakat Kristen yang lebih dewasa agar bersikap hati-hati agar setiap keputusannya boleh menguatkan iman percaya saudaranya yang lebih lemah, dengan demikian semua jemaat Kristen diharapkan semakin memuliakan Allah. Inilah harapan Paulus.
b. Bagaimanakah sikap kita sebagai masyarakat Kristen di Indonesia bila diperhadapkan dengan masalah makan dan minum?
Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kepada murid-muridNya supaya: menerima makanan dan minuman apa adanya, tanpa banyak pertimbangan saat menikmatinya. KataNya: Bukan yang masuk kedalam mulut yang menajiskan orang. melainkan yang keluar dari mulut. Sebab: Hal-hal yang jahat yang timbul dalam hati itulah yang meluap, keluar melalui mulut. Seperti: fitnah, zinah dan pembunuhan. Dalam hal ini makanan dan minuman menurut Yesus adalah halal jika hati seseorang menerimanya dengan rasa syukur. Maka wajiblah setiap orang percaya menikmati makanan dan minuman yang di hidangkan dihadapannya dengan ucapan syukur dan berdoa bagi masyarakat di sekitarnya agar mendapat bagian yang sama dalam hal makan dan minum. Sebab kita menyaksikan masyarakat Kristen di Indonesia sangat berbeda dengan masyarakat Kristen di Korintus. Jika Jemaat Korintus diperhadapkan dengan undangan makan dari orang kafir sebagai warga masyarakat kota kafir yang makmur, sementara di Indonesia masyarakat Kristen di perhadapkan dengan kemiskinan dan kelaparan. Kita dapat menyaksikan disetiap persimpangan, dalam kendaraan umum bahkan dari rumah ke rumah banyak tangan-tangan yang terulur untuk meminta belas kasihan demi sesuap nasi. Kebebasan dapat menjadikan orang egois (makan sesuai dengan seleranya tanpa memperhatikan orang-orang lemah disekitarnya) dan ucapan syukur menjadi munafik. Secara positif lakukanlah semua kegiatanmu (makan dan minum serta kegiatan lainnya) demi kemuliaan Allah dengan menujukkan kasih kepada sesama serta kekudusan bagi Bapa Sorgawi. Secara negatif hindarilah hal yang menimbulkan syak yang tidak perlu (untuk orang yang beragama lain yang menganggap makanan yang kita nikmati itu haram) serta hukum-hukum diluar jemaat yang memiliki hati nurani yang lebih lemah.
Kesimpulan
Paulus sebagai seorang Rasul yang mempunyai hubungan pribadi yang sangat erat dengan jemaat Kristen di Korintus mengharapkan agar semua yang mereka lakukan menjadi kemuliaan bagi Allah.
• Makan dan minum adalah merupakan keharusan bagi setiap makhluk hidup. Secara khusus bagi masyarakat Kristen di Korintus sebagai kota kafir yang makmur. Undangan makan dari tetangga-tetangga kafir adalah merupakan persoalan tersendiri. Paulus menyarankan agar menikmati makan dan minum sebagai karunia Allah yang harus disyukuri dengan tidak mengabaikan saudara Kristen lainnya yang imannya lebih lemah.
• Bagi masyarakat Kristen di Indonesia yang berbeda dengan jemaat Korintus sebagai Kota kafir yang makmur. Indonesia mempunyai persoalan tersendiri dalam hal kemiskinan. Untuk itu dalam hal makan dan minum kita harus bersyukur dan tetap berdoa untuk mereka yang lapar.
Sebagai masyarakat Kristen dimanapun berada kita wajib bersyukur untuk makanan dan minuman yang bisa kita nikmati demi kesinambungan hidup untuk melakukan aktivitas kita selanjutnya untuk kemuliaan Allah.
(Penulis adalah Pdt. Kalvin Effendy Limbong -Mantan Pendeta HKBP Resort Semper, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juni 2005)
1 komentar:
Posting Komentar