Minggu, 08 Februari 2009

ARTIKEL: VALENTINE’S DAY: SEJARAH, MAKNA DAN BAGAIMANA ORANG KRISTEN MENYIKAPINYA

Valentine’s Day atau dalam bahasa Indonesia disadur menjadi Hari Kasih Sayang menjadi satu momen yang membudaya di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Sebagai informasi awal dari pembahasan kita, valentine’s day ini, bukanlah budaya asli bangsa Indonesia. Jadi,.. mari kita telaah lebih lanjut sejarah dari valentine’s day ini.
Ada beberapa versi yang menjadi latar belakang munculnya suatu perayaan yang di kenal oleh seluruh bangsa di dunia sebagai Hari Kasih Sayang. Namun, pada pembahasan kita kali ini, saya hanya akan membahas 2 (dua) versi terbesar.
Dahulu kala, pada jaman Romawi Kuno diperingati perayaan untuk menghormati Dewi Juno (bagi bangsa Yunani dikenal dengan Hera) yang bagi bangsa Romwai merupakan Dewi Kesuburan Wanita. Peringatan diadakan setiap tanggal 14 Februari dan dilanjutkan pada hari berikutnya dengan Perayaan Lupercalia. Dewasa ini, para pria dan wanita dapat mengatur pertemuan dimana saja dan kapan saja, untuk kepentingan pribadi, bisnis atau apa pun juga tanpa adanya hubungan darah sekali pun. Pada jaman romawi ini, para pemuda dan gadis-gadis hidup terpisah. Kalau pun mereka bertemu, para gadis harus berjalan dengan kepala menunduk.
Istimewanya Perayaan Lupercalia ini adalah para pemuda diperkenankan menuliskan nama mereka masing-masing pada selembar kertas, kemudian dilipat dan dimasukkan ke sebuah gentong yang telah disediakan secara khusus. Kemudian para gadis, secara bergiliran mengambil selembar kertas dari dalam gentong dan menemui pemuda yang namanya tertera pada lembar kertas yang dia dapat. Berdasarkan hasil penelitian para ahli sejarah, hasil ‘penjodohan’ secara terbuka ini banyak yang berakhir pada sebuah pernikahan, namun sebagian kecil menemukan ketidak cocokkan dan memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan mereka.
Proses pendekatan ini, diwarnai dengan mengirim puisi romantis dan makan malam dengan suasana yang menarik di tengah kota dengan lampu hiasnya. Budaya ini terus berlangsung bahkan sampai saat ini, namun pada tanggal 14 Februari dinamakan menjadi Valentine’s Day dari sejarah menurut versi terbesar kedua.
Versi kedua dikatakan bahwa Valentine’s Day berasal dari nama seorang Santo yang beragama Katolik Roma yaitu Santo Valentine. Romawi pernah diperintah oleh Kaisar Claudius II, seorang kaisar yang kejam yang pada saat kerajan dipimpin olehnya terjadi perang besar (tidak dijelaskan secara detail dimana pun, perang apa yang terjadi pada saat pemerintahan Kaisar Cladius II ini). Rakyatnya menentang terjadinya perang dan tidak secara sukarela mengikuti kebijakan pemerintah yaitu Wajib Militer. Alasan masyarakat yang paling logis pada saat itu adalah bahwa mereka sudah berkeluarga dan tidak mau hal buruk terjadi pada mereka di kemudian hari sebagai akibat dari mengikuti perang tersebut. Ada juga yang beralasan karena dalam waktu dekat mereka akan segera bertunangan ataupun menikah, jadi mereka menentang Wajib Militer.
Mendengar pembangkangan yang dilakukan oleh rakyatnya, Kaisar Claudius II menjadi murka. Akhirnya dia mengeluarkan peraturan bahwa di seluruh kerajaan Roma DILARANG ADANYA PERTUNANGAN DAN/ATAU PERNIKAHAN dan semua rakyatnya yang berjenis kelamin laki-laki wajib militer. Kebijakan Kaisar yang sangat tidak toleran ini mengakibatkan banyak sekali kehancuran dan ketidak tenteraman bagi rakyatnya pada masa itu. Bahkan, setiap pemuda yang tidak bersedia meninggalkan keluarganya akan ditarik secara paksa atau dipukul untuk bersedia masuk dalam kamp-kamp pelatihan militer pada saat itu dan dikirim ke medan perang. Banyak sekali keluarga-keluarga yang kehilangan suami dan/atau anak laki-lakinya hanya karena keotoriteran Kaisar Claudius II pada saat itu.
Seorang Pastur dari Biara Kecil di daerah Roma, secara diam-diam memberikan pemberkatan pernikahan bagi pasangan-pasangan yang berniat untuk menikah dan menyembunyikan sertifikat mereka dengan baik. Hal ini berlangsung terus sampai kemudian, rahasia kecil ini terbongkar dan pastur tersebut ditangkap lalu dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah. Selama di penjara pastor tersebut berkenalan dengan anak gadis dari Kepala Sipir Penjara. Gadis itu secara rutin menemui pastor dan mereka saling bertukar cerita kesukaan juga kesedihan dari balik pintu penjara. Karena kebaikan hati dan pertolongan yang telah diberikan oleh pastor tersebut, masyarakat pada saat itu menutut pembebasannya. Kaisar Claudius II akhirnya menjatuhkan hukuman mati yaitu dipenggal kepalanya. Sehari sebelum hari kematiannya, pastor dengan nama Valentine itu membuat sebuah surat yang ditujukan kepada teman-temannya dan teristimewa untuk putri kepala sipir penjara yang dibubuhkan tulisan “from your Valentine“. Ironisnya, Kaisar Claudius menetapkan tanggal 14 Februari tahun 270 sebagai hari pelaksanaan hukuman mati bagi Pastor Valentine. Semenjak itu masyarakat menyebut hari itu sebagai Valentine’s Day dan keesokkannya merayakan Lupercalia.
Kurang lebih delapan ratus tahun kemudian, golongan Gereja Katolik Roma yang menganut PAGANISM (tidak percaya pada hal-hal mistis) menolak adanya Perayaan Lupercalia untuk memberikan persembahan kepada Dewi Cinta ataupun Dewi Kesuburan Wanita. Mereka mengangkat Pastor Valentine menjadi seorang Santo dan mendeklarasikan bahwa setiap tanggal 14 Februari adalah St. Valentine’s Day.
Secara garis besar dapat kita simpulkan, bahwa awalnya perayaan-perayaan tersebut di atas adalah suatu wujud ungkapan syukur suatu bangsa untuk berkat-berkat yang boleh mereka dapatkan. Hanya saja, mereka tidak menyikapinya sebagai seorang pengikut Kristus yang beriman hanya kepada Allah Tritunggal saja.
Seorang pujangga bernama Eleanor Whitesides menulis: “To make a valentine God took two shafts of wood and on that wood in love and anguish placed His Son, who gave His Heart that mine might be made new.” Secara bebas dapat diartikan “ Untuk menciptakan suatu valentine, Allah telah mengambil dua potong kayu dan di atas kayu itu, dengan kasih dan derita Ia menempatkan AnakNya yang telah memberikan hatiNya supaya hatiku dapat dijadikan baru. “
Inilah seharusnya yang menjadi makna Hari Kasih Sayang bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Bukan karena menghormati seorang Santo yang adalah seratus persen manusia, tapi memberikan penghargaan yang tertinggi kepada Allah yang adalah seratus persen manusia dan seratus persen Allah. Bukti kasih Allah adalah sangat nyata bagi kita manusia yang adalah “pengantin-pengantin”nya seperti sudah tertulis dalam 2 Kor 11:2. Rasul Paulus memberikan analogi, sehubungan dengan gencarnya perayaan Valentine’s Day, tentang hubungan kasih antara Kristus dengan jemaatNya (Efesus 5:25). Jemaat-jemaat Tuhan yang berkumpul menjadi satu untuk beribadah kepada Tuhan akan disebut sebagai gereja. Gereja adalah tubuh Kristus. Apabila hubungan suami istri dalam suatu keluarga retak, maka gereja akan retak dan tubuh Kristus akan retak. Namun ketika huubungan suami istri dalam membina keluarganya kuat dengan didasari oleh Firman Tuhan maka gereja pun akan kuat dan tubuh Kristus di dunia ini akan menjadi kuat. Makna Hari Kasih Sayang yang mendunia adalah memberikan ungkapan kasih yang tulus dan mendalam kepada setiap orang sebagai satu respon pengucapan syukur atas Anugerah Keselamatan yang telah diberikan Yesus kepada seluruh umat manusia di dunia tanpa kecuali.
Geliat budaya Valentine’s Day ini mulai masuk ke Indonesia diperkirakan pada akhir abad 19. Para pemuda dan pemudi Indonesia, khususnya pemuda dan pemudi Kristen umumnya membatasi makna dari Valentine’s Day adalah penyataan kasih HANYA kepada orang yang saat itu sedang dekat dengan dirinya. Biasanya penyataan-penyataan ini diungkapkan dengan memberikan bunga mawar, bingkisan coklat, boneka dan pernak-pernik lucu lainnya.
Sebagai seorang pemuda/i Kristen, sebaiknya kita tidak terlalu memberikan suatu keistimewaan tersendiri untuk Valentine’s Day ini. Karena, perayaan ini hanyalah sebuah simbol yang dahulu kala diawali dengan budaya menyembah dewa atau dewi Romawi. Dalam doktrin agama Kristen, tidak ada Allah lain selain Yesus Kristus sehingga tidak boleh ada penyembahan kepada illah-illah palsu. Mengambil makna secara teologis seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, dapat dimengerti. Namun mengagungkan hari dimana Allah sendiri tidak berfiman akan kekudusan Valentine’s Day ini adalah tidak bijaksana dan tidak beriman bagi anak-anak Tuhan.
Rasul Yohanes menulis dalam 1 Yoh 4:7-11 yang intinya berbunyi, “Marilah kita saling mengasihi, sebab KASIH ITU BERASAL DARI ALLAH; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari ALLAH dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih …. Jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita dan kasihNya sempurna di dalam kita.“
Firman Tuhan sangat tegas berkata bahwa Kasih itu berasal dari Allah, bukan karena pengorbanan seorang Santo atau perlindungan Dewa atau Dewi. Dan mengasihi adalah respon kita terhadap kasih yang terlebih dahulu diberikan kepada kita. Dan dia tidak mengatakan hanya pada satu momen atau hanya beberapa kali saja, tapi selalu (saling) karena saat kita mengasihi berarti sosok Kristus terpancar dalam diri kita.
Selamat Mengasihi saudara-saudara, karena dari kehidupan kitalah setiap orang dapat melihat teladan Kristus yang ajaib. Tuhan Memberkati.

Daftar Pustaka
- Church Bulletin, February 2003
- Media Sinar Harapan, February 2003
- Berbagai sumber lain

(Penulis adalah Maestri Y Tobing, Editor Buletin Narhasem, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Februari 2005)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Sangat bermanfat...
God Bless You...