Minggu, 12 April 2009

ARTIKEL: KONTROVERSI KEMATIAN YESUS

Berbicara tentang kontroversi kematian Yesus, maka kita akan tiba kepada beberapa tindakan yang bertolak belakang dengan nalar yang normal dan wajar. Namun justru di dalam kontroversi tersebut, kita menemukan: tidak selamanya nalar yang normal dan wajar menurut manusia adalah benar dan berguna.
Di bawah ini ada beberapa kontroversi kematian Yesus dari saat penangkapan sampai ke penyaliban: yang saya harapkan akan sangat berguna untuk melihat lebih jelas tentangproses kematian Yesus serta manfaatnya bagi manusia. Mengapa justru hal itu yang saya sorot? Jawabnya : karena hal inilah yang sangat perlu untuk menjawab kontroversi tentang kematian Yesus.
Memang banyak kontroversi tentang kematian Yesus. Ada banyak keraguan dari pihak agama lain. Bahkan ada pendapat yang mengatakan : bukanlah Yesus yang tersalib itu, tetapi malaikat Tuhan yang menggantikan yang menyamar menyerupai Yesus. Pendapat lain mengatakan, memang benar Yesus disalibkan, namun tidak sampai mati, hanya pingsan, sehingga Yesus tidak pernah mati dan tidak pernah bangkit.

I.Agama Kontroversial (Agama Berwajah Ganda)
Banyak orang tidak percaya bahwa sesungguhnya agama itu kontroversial, agama itu berwajah ganda. Mereka menjadi berang ketika ada yang berkata bahwa agama berwatak dua.
-Di satu sisi, ia anggun dan suci. Berbicara tentang welas asih dan kemurahan hati. Tentang Allah yang rahmani, lagi rahmini. Tentang janji hidup abadi bagi yang bijak dan yang bajik.
-Namun di sisi yang lain matanya bisa tiba-tiba menyala penuh kebencian. Mulutnya menganga siap menelan lawan-lawannya. Tangannya tak segan-segan melempar bom atau menghunus pedang.
Tak semua orang setuju dengan pernyataan itu, mereka berkata tanpa ragu: sikap yang kedua itu bukan agama, tapi orangnya. Agama itu suci, tak pernah dengki apalagi benci. Apabila ada yang begitu, itu pasti cuma tindakan oknum melulu. Tapi bila ada pertanyaan: apakah artinya agama tanpa orang-orangnya? Apakah yang dapat dilakukan agama, bila orang-orangnya tidak melakukan apa-apa?
Di Jumat siang itu, orang-orang beragama menyalibkan Yesus. Atas nama kebenaran agama. Demi kemurnian ajaran agama. Agama Yahudi. Bukan sebab Yesus orang jahat. Atas nama agamalah yang menyalibkan pemimpin agama yang Agung.

II.Pengadilan Kontroversial
Sebelum tengah hari, tidak kurang dari lima pemeriksaan, (pengadilan) dilakukan penguasa yang berbeda-beda terhadap Yesus, dengan kadar formalitas dan mungkin juga legalitas yang berbeda pula. Dalam rentetan pemeriksaan yang rumit itu, hubungannya satu sama lain tidak selalu jelas. Namun hasilnya pasti: sebelum malam tiba Yesus sudah mati.
-Pemeriksaan pertama : Hanas
Pemeriksaan pertama dilakukan oleh Hanas (Yoh. 18:12-23). Hanas memegang jabatan imam agung yang telah lengser 15 tahun sebelum pengadilan Yesus. la digantikan oleh menantunya Kayafas, yang pada saat penangkapan Yesus masih memegang jabatan itu. Tetapi Hanas merupakan kepala keluarga imam agung (dengan kata lain mertua dari Kayafas imam agung saat penangkapan Yesus), yang di mata banyak orang masih tetap dianggap imam agung yang sebenarnya. Kelihatannya Hanaslah dalang di balik usaha untuk membungkam Yesus (maklumlah untuk menolong menantunya Kayafas agar tidak kehilangan simpati/ kehilangan pengikut karena pengaruh Yesus}, Tentunya Hanas tidak mempunyai kekuasaan resmi untuk mengadili Yesus. Oleh karena itu Yesus dikirim ke Kayafas, imam agung yang diakui oleh pemerintah Roma serta ketua Sanhedrin.
-Pemeriksaan kedua: Sanhedrin
Dalam pandangan Yahudi, pemeriksaan oleh Sanhedrin merupakan pengadilan yang sebenarnya. Tentu pelanggaran yang menyangkut masalah keagamaan harus dibawa ke depan mahkamah agama tertinggi orang Yahudi. Kerumitan timbul dari hukum Yahudi sendiri, yang menentukan hukuman mati untuk beberapa pelanggaran agamawi yang berat, termasuk menghujat Allah. Itulah tuduhan yang dilontarkan kepada Yesus. Sehingga Yesus harus dihukum mati.
Kontroversialnya muncul ketika pelaksanaan hukuman mati. Yang berhak melakukan hukuman mati adalah wewenang tunggal penguasa Roma. Jadi kalau hukuman mati dijatuhkan, terdakwa harus dibawa ke pengadilan Roma. Padahal hujatan bukan suatu tuduhan yang diterima untuk melaksanakan hukuman mati pada pengadilan Roma. Melainkan tindakan kriminal misalnya pembunuhan, atau tindakan subversi misalnya pemberontakan yang pantas diganjar hukuman mati. Keadaan ini menyebabkan pengadilan terhadap Yesus menjadi kontroversi.
-Pemeriksaan ketiga dan keempat: Pilatus dan Antipas
Pilatus menerima utusan para pemimpin Yahudi untuk mengadukan/menuntut Yesus dengan dakwaan menghujat Allah (penghujat). Jalannya persidangan di sini tidak begitu jelas diketahui, namun yang pasti Pilatus bermaksud menghalangi keinginan pihak Yahudi sehingga mengulur-ulur waktu. Oleh karena itu pemimpin Yahudi mulai menceritakan gerakan revolusioner Yesus di Galilea. Menurut pemikiran mereka bahwa Pilatus tidak akan merestui hukuman mati kepada Yesus atas dakwaan sebagai penghujat maka mereka menambah dakwaan Yesus sebagai pemimpin nasionalis berbahaya. Pemimipin Yahudi dan Kayafas berasumsi:
~ jika hanya tuduhan Yesus sebagai penghujat Allah maka hukum Roma tidak akan menerima hukuman mati. Namun bagi orang Yahudi alasan ini sudah cukup untuk menyebut Yesus sebagai seorang yang murtad dan pantas dihukum mati.
~ jika hanya tuduhan sebagai pemimpin nasionalis berbahaya, memang pemerintah Roma cukup alasan untuk menjatuhkan vonis mati, namun dakwaan itu akan menjadikan Yesus sebagai seorang syahid yang patriotik dalam pandangan kaum nasionalis Yahudi (pada masa itu ada sebagian masyarakat Yahudi yang melakukan gerakan pembebasan dari penjajahan Roma yaitu kaum Zelot dan Saduse). Untuk itu Kayafas menggabungkan dua dakwaan tersebut: bagi penguasa Roma, Yesus dituduh sebagai pemberontak, sedangkan untuk masyarakat Yahudi, Yesus dituduh sebagai penghujat Allah. Jika akhirnya hukuman mati dijatulikan terhadap Yesus maka Yesus akan diingat sebagai seorang yang murtad.
Tetapi Pilatus berkesimpulan lain. Kalau Yesus datang dari Galilea, berarti Yesus datang dari wilayah Herodes Antipas (Antipas sebagai gubernur Galilea), dan kebetulan Antipas berada di Yerusalem untuk menghadiri pesta Paskah. Sebab itu biarlah Antipas yang mengadili. Namun Antipas juga tidak menemukan kesalahan seperti yang didakwakan. Antipas hanya mendengar kegiatan Yesus sebagai pembuat mujizat di Galilea. Bahkan Antipas berkeinginan bertemu dengan Yesus untuk melihat mujizat Yesus. Namun Yesus mengecewakan Antipas. Tidak ada mujizat yang diperlihatkan, bahkan Yesus menolak menjawab pertanyaan-pertanyaan Antipas. Kemudian Antipas mengembalikan Yesus kepada Pilatus
-Pemeriksaan kelima: Pilatus
Pilatus terpaksa menangani perkara Yesus. Pilatus menyimpulkan bahwa Yesus bukanlah seorang revolusioner, melainkan seorang yang fanatik dalam hal agama. Yesus tidak berbahaya. Untuk membebaskan Yesus; Pilatus mempunyai ide yaitu menawarkan amnesti karena pada masa itu berlaku kebiasaan membebaskan seorang tahanan sebagai isyarat perdamaian pada pesta Paskah. Orang Yahudi tidak menerima, mereka sudah mempunyai calon yaitu Barabas.
Pilatus gagal untuk membebaskan Yesus. Namun Pilatus mengambil jalan tengah. la menyuruh Yesus dihukum cambuk. Ini sudah cukup berat, sebab pencambukan biasanya mendahului penyaliban, dan hanya dijalankan bagi pelanggaran-pelanggaran yang sangat berat. Dengan darah yang bercucuran akibat cambukan sudah cukup untuk menggantikan hukuman mati.
Namun Pilatus salah perhitungan. Hukuman untuk pihak yang menghujat bagi orang Yahudi adalah mati. Dan mereka tidak mau menerima kurang dari itu. Teriakan agar Yesus disalibkan semakin menggema. Pilatus tetap mengulur waktu. Para imam terus-menerus menekan Pilatus. Tekanan itu mencapai puncaknya dengan ancaman akan melaporkan Pilatus kepada atasannya yaitu Kaisar. Kali ini Pilatus tidak dapat mengabaikan pemerasan politis (takut dicopot jabatannya sebagai wali negeri/gubernur). Setelah beberapa kali menyampaikan keberatan, akhiranya Pilatus memberikan surat perintah hukuman mati.

III.Dakwaan Kontroversial
Ketika mereka harus memilih, siapa yang ingin dibebaskan: Barabas, si penjahat dan pembunuh atau Yesus, si guru agama yang mudah jatuh iba, pilihan mereka jelas, Barabas mesti bebas. Dan Yesus mesti ditumpas. Yesus tidak disalibkan sebagai penjahat - (sebab hukuman salib hanya untuk penjahat kelas kakap) -, Yesus disalibkan sebagai penghujat dan penyesat. Kejahatan mempunyai ukuran yang pasti. Jahat adalah, misalnya, bila saya membunuh, merampok atau mencuri.
Akan tetapi penghujat atau penyesat, apa ukurannya? Mungkin satu-satunya ukuran adalah: karena Anda mempunyai keyakinan yang berbeda dari saya. Dan itu, bagi agama, dianggap sangat berbahaya. Agama cenderung menganggap diri sebagai pemegang kebenaran mutlak. Karena namanya saja 'mutlak', ia cuma mengenal dua kategori: "ya" dan "tidak". Saya benar, dan karena itu anda salah. Oleh karena itu, jangan heran, bila tiba-tiba agama menampilkan wajah pemberang, sebab menumpas perbedaan dianggap identik dengan membela kebenaran. Inilah dakwaan kontroversial kepada Yesus.

IV.Salib Kontroversial
Allah telah memilih jalan salib untuk menyelamatkan manusia. Ini bukan karena Yesus harus begitu, tetapi karena Dia mau begitu. Aneh bin ajaib. Sebab jalan salib sesungguhnya bertolak belakang dengan nalar yang normal dan wajar. Menurut jalan yang wajar, manusialah yang seharusnya membawa korban kepada Allah. Namun yang terjadi pada peristiwa salib justru sebaliknya. Allah membawa korban bagi manusia. Menurut nalar yang wajar, orang lainlah yang dikorbankan untuk kepentingan diri sendiri (ingat tragedi Mei 1998, ingat Ambon dan banyak lagi). Namun yang terjadi pada peristiwa salib justru sebaliknya : Allah mengurbankan diriNya sendiri, demi keselamatan pihak lain, Anda dan saya.

V.Mengapa harus Salib?
Mengapa harus Salib. Padahal Allah dengan mudah dapat memilih jalan lain. Yang lebih enak. Yang lebih gampang. Tentu tidak mungkin dapat menyelami sedalam-dalamnya ‘logika’ Allah telah memperingatkan,” Jalanku bukanlah jalan, dan pemikiranKu bukanlah pemikiranmu.” Jangan coba-coba berspekulasi. Namun kita bisa mengatakan, dengan memilih jalan salib, Yesus mau memberikan contoh dan teladan untuk kita panuti.
-Kasih itu mahal. Tak pernah mudah. Tidak pernah murah. Di satu pihak, tidak ada nilai yang lebih diagungkan daripada kasih. Namun di pihak lain, tidak ada nilai yang telah mengalami inflasi yang begitu hebat daripada kasih di dalam praktik kehidupan umat ktristiani. Dimana-mana kasih itu menjadi barang murahan, hanya di mulut. Mudah diucapkan. Karena kasih telah menajdi tuntutan kepada orang lain, dan bukan pertama-tama menjadi tuntutan kepada diri sendiri. Ketika kepentingan diri sendiri dirugikan, orangpun dengan segera berteriak: mana kasih itu? namun, ketika ia merugikan orang lain, adakah ia menuntut kepada diri sendiri : mana kasih itu? Kasih yang sejati tidak menuntut, kecuali pada diri sendiri. Allah menempuh jalan salib sebab Allah bersedia membayar mahal untuk kasihNya kepada manusia. Oleh karena itu, kasih itu tidak pernah mudah, tidak pernah murah
-Tidak ada kemenangan yang lebih sempurna daripada kemenangan atas diri sendiri. Itulah yang terjadi di Bukit Golgota, Allah mengalahkan Dirinya sendiri. Yesus tidak disalibkan. Mengalahkan lawan-lawan yang hebat adalah keperkasaan. Akan tetapi, mengalahkan diri sendiri adalah keperkasaan yang jauh lebih hebat. Di atas salib, Yesus berhasil mengalahkan kuasa iblis. Namun bukan ini yang paling utama. Kapan saja dan dengan cara apa saja, iblis sebenarnya dapat dikalahkan dengan mudah. Kemengangan salib menjadi kemenangan yang sempurna, justru karena di sana Allah mengalahkan dirinya Sendiri. Yaitu dengan memilih jalan salib. Bukan jalan lain yang lebih mudah. Bukan mempertahankan tahta, tetapi seperti yang dikatakan Paulus, melainkan justru dengan ‘mengosongkan diri’.
Inilah paparan yang hanya segelintir dan sederhana tentang Kontroversi Kematian Yesus. Mudah-mudahan bisa menjawab kebimbangan dan keragu-raguan tentang kematian Yesus, oleh karena ada beberapa pandangan yang sangat mecolok untuk meniadakan kematian Yesus dalam rangka menebus umat manusia.

Daftar Pustaka
1. Yesus Sang Radikal : oleh R.T. France
2. Mengapa Harus Disalib ; oleh Eka Darmaputera
3. Kristus Dalam Paskah: oleh Charles Colson dkk
4. Mengikuti Yesus: oleh Dietrich Bonhoeffer
5. Jalan Kematian, Jalan Kehidupan: oleh Eka Darmaputera.

(Penulis adalah Pendeta Palti Hatoguan Panjaitan, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2005)

Tidak ada komentar: