Jumat, 07 Agustus 2009

RENUNGAN: PACARAN DAN PERNIKAHAN (BELAJAR DARI RUT DAN BOAS)

Pendahuluan
“Pacaran dan Pernikahan” merupakan topik yang tidak pernah usang untuk dibicarakan, tidak hanya dikalangan remaja dan muda-mudi, tetapi juga dikalangan orang tua dan pasangan keluarga muda yang rentan dengan masalah-masalah rumah tangga. Dikalangan orangtua,topik ini tentunya memberikan pandangan dan saran-saran dalam menyikapi perilaku anak-anak mereka yang sedang menjalani masa remaja dan muda-mudi. Dikalangan keluarga muda, topik ini mengigatkan mereka akan masa-masa pacaran dan komitmen mereka untuk menikah, apalagi ketika mereka sedang diperhadapkan dengan masalah-masalah rumah tangga mereka.
Kemajuan zaman yang begitu pesat telah membawa berbagai perubahan, baik yang positif maupun yang negatif dalam dalam kehidupan masyarakat kita. Secara jujur, perubahan-perubahan yang terjadi lebih mengarah pada hal-hal negative dan merusak kehidupan masyarakat kita, terutama dalam hal hubungan antar-remaja, muada-mudi, dan keluarga muda. Perubahan-perubahan yang dimaksud antara lain : Munculnya trend pacaran dikalangan anak-anak yang masih dibawah umur, style pacaran yang terbuka secara bermesraandimuka umum, budaya free-sex semasa pacaran, munculnya budaya selingkuh dilingkungan kantor bagi pegawai yang telah menikah, dan lain sebagainya.
Menaggapi perubahan-perubahan tersebut, muncul pertanyaan dalam benak kita: Apa arti sebenarnya dari pacaran? Apa tujuanya? Kapankah seseorang “siap” untuk berpacaran? Apakah pedoman yang layak untuk hubungan pacaran? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting yang layak mendapatkan jawaban-jawaban yang pasti. Pemahaman tentang berpacaran tidak hanya perlu bagi para remajadan orangtua mereka, tetapi juga perlu bagi orang-orang yang lebih tua, yang baru menjadi lajang (karena perceraian atau pasanganya telah meninggal) dan memasuki lagi kancah pacaran.
Pacaran dan pernikahan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap yang terbentuk semasa bertahun-tahun pacaran umumya terbawa kedalam pernikahan. Sedikit orang yang menyadari bahwa benih-benih keberhasilan dan kegagalan dalam pernikahan ditabur selama masa pacaran. Kebiasaan, sikap dan proses berfikir yang mengkarakterisasi hubungan-hubungan pacaran seseorang akan terbawa ke dalam pernikahannya. Itulah sebabnya mengapa sama pentingnya mempersiapkan diri untuk berpacaran dengan mempersiapkan diri kita untuk pernikahan.

Berpacaran : Arti dan Tujuannya
Istilah “Berpacaran” atau “Berkencan” berasal dari ide “menetapkan suatu tanggal” dimana dua orang yang sepakat untuk meluangkan waktu bersama pada suatu waktu dan tempat tertentu untuk rekreasi dan bersekutu. Berpacaran atau berkencan adalah suatu sarana dalam kebudayaan kita memberi kesempatan pada pemuda dan pemudi untuk saling mengenal dalam perilaku-perilakusosial yang dapat diterima. Dari sudut pandang logika social, trend pacaran dan penerapannya mencerminkan keseluruhan kesehatan masyarakat, karena cara orang berperilaku semasa pacaran biasanya mengungkapkan bagaimana mereka akan berperilaku setelah menikah. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap yang terbentuk semasa bertahun-tahun pacaran pada umumnya terbawa ke dalam pernikahan. Oleh karena itu pacaran dan pernikahan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sebenarnya manfaat utama dari pacaran adalah kesempatan untuk mengenal seseorang yang baru, untuk membangun suatu persahabatan baru dengan anggota dari jenis kelamin yang berbeda. Ini penting untuk membangun rasa percaya diri dan keahlian berinteraksi, selain belajar saling menghargai sebagai pribadi-pribadi yang punya harga diri, nilai diri dan martabat. Namun, pada puncak daftar perangkap potensial dalam berpacaran tertdapat bahaya menjadi terlalu cepat terlibat, baik secara fisik ataupun emosional pada tingkat yang terlalu dalam, yang menuntun pada perilaku yang tidak layak.
Benar bahwa rasa ketertarikan dengan lawan jenis menyebabkan dua insan terlibat dalam hubungan asmara. Rasa suka pada lawan jenis mendorong seseorang untuk menjalin hubungan yang lebih intim dengan pria/wanita yang disukainya. Namun, perlu dicamkan bahwa sebangai mahluk sosial, kita saling berhubungan dengan tiga tingkat : roh, jiwa, dan tubuh. Dengan kata lain, kita saling berinteraksi dalam dimensi rohani, jiwa dan jasmani. Urutan ini sangat penting! Hubungan—hubungan yang sehat seharusnyan selalu dimulai pada tingkat rohani dan intelektual – maksud, minat, impian, dan kepribadian Dimensi jasmani adalah yang paling tidak penting diantara ketiganya, namun dari sanalah kita bisa memulai. Kebudsayaan barat telah memutar balikkan proses ini. Memang, kemanapun kita pergi dalam masyarakat – media, industri hiburan, sistem pendidikan dan bahkan, seringkali, greja – foks utama hubungan adalah pada ketertarikan fisik terlebih dulu.
Kaum remaja dan muda-mudi pada masa kini menghadapi godaan-godaan yang sangat besar dan berada dibawah tekanan yang sangat berat dari segala arah untuk segera melompat pada tingkat jasmani dalam suatu hubungan. Ketertarikan secara fisik segera menuntun pada keterlibatan emosi yang mendalam, padahal pasangan tersebut bahkan belum mendapat kesrempatan untuk mengetahui apakah mereka mempunyai kesamaan minat, impian dan pandangan hidup. Saat hal-hal tersebut muncul dan mereka mulai menemukan bahwa mereka tidak berada pada tingkat rohani dan intelektual yang sama, semuanya sudah terlambat karena mereka sudah terlanjur terikat secara emosional, yang menyebabkan sulit sekali untuk memutuskan hubungan tersebut. Terlalu cepat dan terlalu sering mereka langsung terjun dengan hubungan emosional sehingga mengakibatkan frustrasi dan impian-impian hidup yang taidak terpenuhi. Oleh sebab itu, kaum remaja dan muda mudi perlu menyadari dan memahami apa manfaat dan bahaya berpacaran serta memiliki pemahaman yang baik dan jelas tentang standar Tuhan bagi hubungan-hubungan.
Memiliki pemahaman yang baik dan jelas tentang standar Tuhan bagi perilaku suatu hubungan menuntut suatu kedewasaan rohani tertentu. Masyarakat modern telah menciptakan beberapa criteria aneh untuk berpacaran. Bebersapa pendapat bahwa seseorang siap untuk berpacaran pada saat memasuki masa puber, atau saat menjadi seorang remaja. Satu-satunya criteria bagi seorang percaya dan pengikut Kristus adalah menemukan dan mengikuti standar Tuhan. Jika kita tidak mengetahui standar atau karakteristik Tuhan bagi orang yang seimbang secara rohani, maka kita belum siap untuk berpacaran. Pacaran bukan tempat untuk uji coba! Oleh karena itu, kita harus mengerti terlebih dahulu apa harapan dan tuntutan Tuhan tentang suatu hubungan sehingga kita dapat menjalin dan mengembangkan suatu hubungan yang serius dengan seseorang, bahkan ke jenjang pernikahan.

Belajar dari Rut dan Boas (Rut 4: 1-17)
Alkitab tidak memberikan penjelasan tentang “pacaran”. Bahkan istilah itu tidak dapat ditemukan di mana pun di dalam Alkitab. Pada masa di Alkitan dan hampir dalam seluruh sejarah, pernikahanlah yang diatur. Pada satu sisi, terkadang pasangan pernikahan dipakai untuk menggab8ngkan persatuan politik, dan pada sisi lain, mempelai perempuan merupakan penghargaan prestasi militer, seperti Raja Saul yang menawarkan anak perempuannya kepada siapa saja yang dapat membunuh Goliat (1Samuel 17:25). Terkadang pernikahan digunakan untuk mendapat keamanan secara ekonomi. Hal ini seperti yang terjadi di dalam Film Titanic, ketika Rose dipaksa menikah dengan Cal.
Meskipun Alkitab tidak memberikan penjelasan tentang “pacaran”, namun kita dapat menggali dan menemukan di dalamnya apa dan bagaimana standar-standar yang dikehendaki Tuhan tentang suatu hubungan pacaran dan pernikahan. Hal itu akan kita coba temukan dalam hubungan antara 2 pribadi, yaitu Rut dan Boas.
Rut adalah perempuan Moab yang dipersunting oleh Mahlon, putra Naomi, menjadi isteri, tatkala keluarga Elimelekh, orang Betlehem-Yehuda itu, pindah ke daerah Moab karena kelaparan melanda negeri mereka (1:1-4) . Naomi tidak hanya ditinggal mati oleh suaminya, Elimelekh, tetapi juga oleh kedua anaknya, Mahlon dan Kilyon. Lalu, kabar baik yang didengar bahwa Tuhan telah memperhatikan umatNya dan memberikan makan kepada umatNya, menyebabkan Naomi bersama kedua menantunya, Orpa dan rut berkemas kembakli ke Betlehem.
Dalam perjalanan ke Betlehem, Naomi meminta agar kedua menantunya itu kembali ke rumah ibu mereka masing-masing dan berharap kiranya mereka mendapat tempat perlindungan dan memulai hidup baru dengan suami mereka masing-masing. Hanya Orpa yang meminta diri, tetapi Rut tetap berpaut pada Naomi. Walaupun Naomi mendesak Rut untuk meninggalkannya, tetapi Rut tetap teguh terhadap pendiriannya untuk tetap bersama dengannya. Kepribadian Rut tampak pada ucapannya: “janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi di mana engkau bermalam, di situlah juga aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, aku pun mati disana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku, bahkan lebih lagi daripada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain daripada maut!” (1:-16-18)
Rut tidak hanya seorang yang memiliki kepribadian yang teguh, tetapi juga seorang yang berprakarsa dan pekerja keras. Setelah mereka tiba di Betlehem pada permulaan musim menuai jelai, Rut memohon izin kepada Naomi agar ia pergi ke ladanguntuk memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang bermurah hati kepadanya. Secara kebetulanRut berada di tanah milik Boas. Rut bekerja tanpa henti, hampir-hampir ia tidak beristirahat. Keringat bercucuran dari punggungnya ketika mataharibersinar semakin terik. Bulir-bulir jelai yang dikumpulkannya dengan teratur menjadi semakin banyak. Ia berhenti dan duduk di tempat teduh untuk beristiraha, namu tidak lama. Ia ingin mengejutkan Naomi, mertuanya itu, dengan jelai yang banyak.
Tiba-tiab ia mendengar suara langkah-langkah kaki mendekat dan seorang laki-laki menyapanya dengan lembut. Ketika ia menengadah ia melihat wajah seorang laki-laki yang tidak muda lagi. Segera Rut mengenali dia. Ia adalah pemilik lading itu, namanya Boas. Boas adalah seorang sanak dari pihak suami Naomi, seorang yang kaya raya. Meskipun Boas seorang yang kaya raya namun ia berbeda dari kebanyakan orang kaya raya pada umumnya. Ia tidak sombong dan tidak memperlakukan parapekerjanyadengan semena-mena. Ia seorang yang kaya raya yang ramah, rendah hati dan menghargai orang lain serta takut akan Tuhan. Suatu kali ia datang untuk melihat para penyabit di ladangnya. Ia datang kepada mereka dengan membawa salam: “Tuhan kiranya memberkati kamu.” Salam itu memberi kesan bahwa Boas tidak datang kepada para pegawainya dengan maksud memperlihatkan wibawanya sebagai Bos. Ia datang untuk mendoakan kesejahteraan mereka selama bekerja. Salam ini dijawab para pegawainya : “Tuhan kiranya memberkati tuan.”(2:4-5). Singkatnya, Boas datang kepada para pekerjanya untuk membangun hubungan yang manusiawi di antara mereka, sekaligus memperhatikan kesejahteraan mereka.
Boas sudah terbiasa melihat beberpa orang miskin berjalan di belakang para penyabitnya untuk memungut bulir-bulir jelai yang jauth. Rut ada diantara mereka. Tentu saja Boas mengenal semua orang miskin dalam kota kecil itu. Itu sebabnya dia heran melihat ada orang miskin baru yang memungut bulir-bulir jelai di ladangnya. Terdorong rasa ingin tahu, bertanyalah Boas kepada para mandornya.
Setelah mendengan penjelasan dari para mandornya, Boas menyapa Rut dan berkata, “dengarlah dahulu anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke lading lain dan tidak usah juga engku pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan … ikutilah perempuan –perempuan itu dari belakang … sebab aku telah memesankan kepada pengerja-pengerjaku lelaki jangan menggangu engkau. Jika engkau haus , pergilah ke tempayan-tempayan dan minumlah…” (2:8-9). Keramahan, perhatian dan kehangatan kata-kata Boas mengejutkan Rut. Rut sujud dan menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata, “mengapa aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini orang asing?” Boas menjawab, “ Telah dikabarkan kepadamu orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau kenal. Tuhan kiranya membalaskan perbuatanmu itu dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh Tuhan, Allah Israel, yang dibawah sayapNya engkau datang berlindung. (2:10-12)
Bagi Rut, alangkah baiknya orang itu. Ia mulai mempercayai keramahan Boas. Bahkan kata-kata Boas itu sangat berkesan sekali baginya sebab betapa wajarnya Boas berkata tentang Allah. Ia melakukan hal yang sama seperti yamg dilakukan Naomi, piker Rut. Hubungan dengan Allah semacam itulah yang selalu mengesankan dia . Lalu Rut berkata,”Memang aku mendapat belas kasihan dari padamu, ya tuanku, sebab tuan telah menghiburkan aku dan telah menenangkan hati hambamu ini, walaupun aku tidak sama seperti salah seorang hamba-hambamu perempuan”(2:13).
Setelah mereka bekerja keras selama beberapa jam lagi, kini tibalah waktu makan. Dengan sopan, Rut menjauhi para penyabit itu. Ia tahu bagaimana harus membawa dirinya. Sekali lagi Boas memanggil Rut ke depan. “Datanglah kemari, makanlah roti ini dan celupkanlah suapmu kedalam cuka ini”(2:14). Setelah Rut datang, Boas sendirilah yang memperhatikan agar Rut dapat makan sampai kenyang.
Sejak Rut menginjakkan kakinya di lading Boas, ia telah memberi suatu kesan yang baik oleh karena kesetiannya, kebaikannya, tingkah lakunya yang sopan, dan keinginan untuk bekerja. Walaupun ia seorang pendatang, ia dapat dengan mudah membuat tuntutan. Tuntutan oleh karena posisinya sebagi menantu Naomi, seorang yang terkemuka. Ia dapat menuntut haknya, menurut undang-undang Ibrani yang mewajibkan bangsa Israel untuk menolong orang miskin dan orang asing (Imamat 19:9-10). Tetapi Rut tidak menuntut apa-apa. Dengan rendah hati ia meminta izin untuk memungut bulir-bulirjelai dan menunjukkan rasa terima kasihnya kepada setiap orang yang sudah memberikan pertolongan kepadanya. Lagipula, ia tekun memikul tanggung jawabnya.
Boas bukanlah orang satu-satunya yang segera memperhatikan dia: Rut juaga memberi kesan yang baik kepada para mandor yang mengawasi para pekerja itu. Jadi dalam uatu negeri dimana biasanya wanita menimbakan air untuk laki-laki, Rut minum dari air yang ditimba para hamba.
Rut akhirnya berhenti bekerja ketika petang tiba. Setelah ia mengirik jelai yang dipungutnya itu, ia mendapat seefa jelai banyaknya. Ia mengangkat ikatan jelai yang berat itu, dan berjalan dari lading Boas ke kota. Ia tiba di tempat Naomi, dengan perasaan lelah, puas dan berterima kasih.
Lihat betapa banyak jelai yang dibawa Rut, Naomi sangat gembira sekali dn berkata kepada Rut, “Dimana engkau memungut dan dimana engkau bekerja hari ini? Diberkatilah kiranya orang yang telah memperhatikan engkau itu!” (2:19) Rut menceritakan pengalamannya hari itu. Naomi bergembira atas segala yang diceritakan menantunya itu. Ia memperhatikan apa yang telah terjadi hari itu. Ia mendengar semua cerita tentang apa yang dikatakan dan yang dilakukan Boas dan bagaimana Rut diajak untuk terus memungut jelai di ladangnya sampai semua lading telah dituai.
“Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita” (2:20), kata Naomi, setelah ia mendengarkan seluruh cerita Rut. Suara Naomi menunjukan bahwa ia merasa heran, tetapi penih harapan. Ia terkesan akan cara Allah memimpin Rut dengan begitu jelas sejak hari pertama. Boas merupakan penghubung pada masa lalunya. Apakah ia juga akan menjadi suatu jembatan bagi masadepan yang baru? Keadaan ideal inilah yang dinanti-nanti kan Naomi, menurut hakum Ibrani, seorang janda yang tidak dikaruniai anak berhak menikah dengn iparnya untuk meletarikan nama suami yang telah meninggal dunia, Musa membuat peraturan bahwa suadara dari suami yang mati harus mengawini istri orang yang mati itu. Anak sulung yang nanti dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap sebagai anak saudara yang telah mati, supaya namanya jangan terhapus dari antara orang Israel. (Ulangan 25:5-10)
Sejauh yang diketahui Naoimi Boas adalah kerabat terdekat yang dapat dituntut oleh Rut untuk menikahi dirinya, karena Elimelekh tidak mempunyai kakak maupun adik yang masih hidup. Tetapi Naomi tidak hanya memikirkan kelestarian nama dan keturunan suami dan anak-anaknya, tetapi ia juga memperhatikan kebahagiaan Rut. Ia telah memperhatikan dengan sekssama serentetan kejadian selam beberpa minggu, dan dengan jelas ia melihat pimpinan Tuhan dalam sgala hal yang terjadi itu.
Naomi juga menyadari adanya persamaan diantara Rut dan Boas serta pernikahan nenek moyang mereka dahulu. Karena ibu Boas juga bukan seorang Iserael (Yos 6:25; Mat 1:5) Boas tampaknya akan cocok menjadi suami Rut. Sebaliknya Rut juga akan menjadi penolong yang baik bagi suaminya. Norma itulah yang telah ditentukan Allah bagi Hawa, yaitu wanita yang pertama (Kej 2:18) segi lain dari hubungan mereka juga mengingatkan Naomi kembali pada nenek moyang mereka, Abraham dan istrinya, Sarah. Dan sama sepertoi istri Ishak dan Yakub. Ribka dan Rahel, keinginan Rut untuk bekerja dengan rajin menyebabkan dia berkenalan dengan seorasng laki-laki yang saleh. Tidak dapat diragukan lagi, cinta silaki-laki bagi si wanita yang merupakan materai dalam perjanjian yang terdahulu (Kej 24:6-7, 29-30), juga ada di dalam diri Boas.
Hal berikutnya yang harus dilakukan Naomi adalah memeriksa apakah Allah membuka atau menutup kesempatan itu, oleh Karena itu, Naomi membukakan sebuah saran kepada Rut berdasarkan 3 fakta: menggenapkan janji Allah, kasihnya kepada Rut dan pengertiannya tentang pimpinan Roh kudus “Mandilah dan beruraplah, pakailah pakaian bagusmu dan pergilah ke tempat pengirikan itu. Tetapi janganlah engkau ketahuan kepada orang itu sebelum ia selesai makan dan minum, jika ia membaringkan diri dan tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimur dari kakinya dan berbaringlah disana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kau lakukan” (3:5).
Rut yang dididik dalam kebudayaan Moab, menganggap bahwa saran itu aneh. Ia mau mengikuti peraturan Israel, tetapi ia adalah seorang perempuan yang sopan; ia juga bersemangat tinggi dan sanggup membuat keputusan yang berani. Diatas segala-galanya ia mencintai kemurnian dan kesucian. Tetapi ia juga memiliki rasa hormat yang mendalam kepada Naomi dan percaya bahwa Naomi, mertuanya tidak akan mengajukan seorang yang keliru dan tidak akan menyarankan sesuatu yang tidak terhormat. Ia tahu bahwa Naomi juga mencari kehendak Allah dan memang bijaksana jika ia mendengarkan nasihatnya.
Kini tibalah waktunya bagi Rut untuk menyesuaikan diri dngan peraturan di negeri itu dan dengan Allah tempat ia berlindung. Allah akan menjaga dia. Allah dtidak akan meninggalkan dia, dalam keadaan sekarang. Denagn percaya kepadaNya, ia memutuskan untuk melakukan apa yang diusulkan Naomi. Rut juga sangat menghormati Boas. Boas adalah orangyang tanpa diminta telah bertindak sebagi pelindung dan pemberi nafkah baginya. Bukankah ia sudah menunjukanbahwa ia memahami Rut? Ia adalah seorang pria yang hidup dekat dengan Allah. Ia tidak akan menyakiti atau melukai hati Rut.
”Segala yang engkau katakana itu akan kulakukan” (3:5), demikian kata Rut kepada Naomi. Malam itu Rut berbaring di dekat kaki Boas, sebagai seorang perempuan yang sekali lagi telah menghiasi dirinya sebagi seorang pengntin untuk seorang laki-laki. Ia menanti dengan penuh harap dan ingin tahu bagaimanakah reaksi Boas. Sekitar tengah malam Boas terbangun dan terkejut karena ia menemukan seorang perempuan berbaring disebelah kakinya. Kemudian Rut menceritakan kisahnya dengan d=sederhana dan jelas. “Aku Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami” (3:9)
Reaksi Boas sangat menggugah perasaan Rut. Sekali lagi Boas menunjukkan betapa ia memahami Rut. Rut tergugah oleh kerendahan hatinya. Dengan mengabaikan kenyataan bahwa ia sendiri adalah seorang pria yang banyak didambakan para wanita, Boas mengalihkan pembicaraan denagn memuji kesetian Rut pada almarhum suaminya. Ia memuji kesuciannya dalam hubungannya dengan laki-laki dan kebaikannya yang dikenal setiap orang di kota itu (3:11). Selanjutnya Boas mengatakan bahwa ia bersedia mengawini Rut. Tetapi masih ada satu persoalan, yaitu masih ada seorang kerabat lain yang lebih dekat denagn Rut dibandingkan dengan dia. Jika orang itu melepaskan haknya dan tidak mau menebus Rut, maka jalan pun sudah terbuka baginya. Dengan ujian ini pula, Allah akan menyatakan dengan jelas laki-laki mana yang ditentukanNya untuk menjadi suami Rut(3:12). Rut tidak perlu menawarkan dirinya sekali lagi kepada seorang laki-laki. Boas-lah yang akan mengatur hal itu baginya. Sekali lagi Boas menunjukkan perhatiannya pada Rut. Ia tidak akan mengusir Rut pada tengan malam buta.
Pagi-pagi sekali ketika hari masih gelap, Rut meninggalkan Boas dan pulang mellui jalan-jalan yang masih sepi. Boas tidak menyentuh dia. Cinta kasihnya yang dalam dan penghargaannya kepada Rut dinyatakannya dengan mengendalikan dirinya. Ia juga melindungi nama baik Rut. Tidak ada seorang pun yang perolu mengetahui bahwa Rut berada ditempat pengirikan. Jika hal ini tersebar luas, maka nama baik Rut akan rusak dan ia tidak akan menjadi pasangan yang sepadan bagi seorang penebus. Boas bukan saja menjaga dirinya dari kejahatan ia juga memperhatikan pandangan orang banyak. Percakapannya dan sikapnya mebuktikan bahwa Allah diutaman dalam pikirannya.
Rut berjalan lambat isepanjang jalan pulang, sambil berpikir. ”Rasanya sepert baru pertama kali aku bertemu dengan dia. Pertemuan pertama itu terjadi pada hari kerja tetapi sekarangdiluar dugaan terjadi pada malam hari”,mungkin demikian Rut merenung dalam hatinya. Sekarang ia yakin bahwa Boas mempunyai hubungan yang erat dengan Allah dan didalam hatinya Rut yakin bahwa ia dapat mempercayai dirinya kepada laki-laki seperti Boas.
Sebelum Rut pergi, Boas memberikan enam takar jelai kepadanya. ”Engkau tidak boleh pulang kpada mertuamu dengan tangan hampa” (3:16), katanya.
Dengan demikian, Boas menjanjikan dua hal kepada Rut. Kalau ia mengawini Rut, ia tidak akan melupakan Naomi. Dengan mengingat pernikahan mereka yang akan datang, Boas kini sudah memberikan sebagian kecil dari mas kawinnya bagi Rut. Seandainya Rut bertemu dengan seseorang dalam perjalanannya pulang, pemberian Boas dapat dijadikan bukti perhatiannya kepada Rut, dan dapat merupakan alasan yang masuk akal mengapa ia berjalan sepagi itu.
Nama Boas yang berarti ”tangkas”, memang cocok untuk orangnya. Pada hari itu juga Boas membereskan segala sesuatu yang diperlukan berdasarkan hukum yang berlaku (4:1-17). Dengan penuh semangat ia menemui kerabat lainnya – penebusRut yang seharusnya – dipintu gerbang kota. Kemudian ia memilih 10 orang dari tua-tua di kota itu dan mengadakan pertemuan. Setelah laki-lakiyang seharusnya menebus Rut memutuskan untuk tidak mengawini Rut sebab pernikahan seperti itu akan merugikan milik pusakanya sendiri, Boas membeli tanah milik Naomi dihadapan saksi. Hal itu berarti bahwa ia bertanggung jawab atas harta milik Naomi dan anak-anaknya. Boas menjadi suami Rut yang sah dan ia berjanji bahwa anak yang akan lahirakan menegakkan nama keluaraga suami Rut yang pertama.
Pengantin perempuan itu adalah seorang perempuan yang mempunyai sufat yang uar biasa. Ia berani, berani menukar masa kiniyang jelas baik dengan masa depan yang tidak menentu. Ia berpendirian kuat dan mempunyai inisiatif, tetapi pada waktu bersamaan ia juga mau mendengarka nasihat orang lain. Rut setia dan berpegang teguh pada janjinya. Rajin, rendah hati, dan suci, seluruh kota mengenal dan karena kasihnya senantiasa terpancar. Pengantin laki-laki memperhatikan dia sepenuhnya. Ia amat menghargai kewanitaannya. Karena Boas mengasihi Rut, ia melindungi dan menyanyangi Rut.
Suatu hubungan yang luar biasa, yangberdasarkan pengertian terjalin diantara pasangan ini. Merekan dapat sling berkomunikasi dan mengetahui bagaimana caranya mendengarkan. Kurang komunikasi merupakan batu karang yang menghancurkan banyak pernikahan. Tetapi pernikan Rut dan Boas tidak diancam hal yang demikian. Rasa saling menghargai dan keinginan untuk melanjutkan cita-cita bersama menjamin suatu pernikahan yang bahagia. Pernikahan ini merupakan ciri-ciri dari janji nikah yang dibuat di surga.
Rut perempuan yang mengasihi Allah dan sesamanya, merasakan pertolongan Allah. Anaknya Obed, dipilih Allah untuk menjadi nenek moyang Yesus, Mesias itu (Mat 1:5). Hak istimewa yang sedang diharapkan wanita Ibrani diberikan kepadanya. Ia menjadi ibu dari nenek moyang Penebus.
Sejauh ini, kita telah melihat kepribadian Rut dan Boas. Memang mereka bukan lagi remaja dan muda-mudi. Rut adalah seorang janda miskin yang mencari nafkah, dan Boas adalah seorang tuan tanah yang kaya raya. Status janda muda dan keadaan ekonomi yang sulit dapat saja membuat Rut untuk meninggalkan Naomi dan mencari pria lain yang mau menjadi suaminya dan menjadi tempat perlindungannya. Atau ketika bekerja di ladang Boas, Rut, yang telah mendapat perhatian Boas, bisa saja menggoda dan merayu Boas agar menyentuhnya. Tetapi, semua itu tampaknya tidak pernah terlintas dalam pikiran dan hatinya. Disini kita melihat, Rut adalah seorang perempuan yang memiliki sikap dan pendirian yang teguh, yang tidak menyerah pada nasib tetapi mempunyai prakarsa untuk memperbaiki hidup serta pekerja keras. Dalam perjumpaannya dengan Boas dan sesuai dengan undang-undang ibrani yang menentukan keturunan dari pihak suaminya yang pertama wajib mengawini dia, Rut tidak memanfaatkan situasi dan undang-undang itu. Rut tetap menjaga kemurnian dan kesucian dirinya. Bahkan kepercayaan Naomi terhadap TuhanNya, menjadi pelajaran yang berharga dan keteladanan baginya untuk lebih sungguh mempercayakan Tuhan Allah Israel. Hal itu juga dijumpainya dalam diri Boas. Oleh karena itu, Rut memiliki rasa hormat dan sangat menghargai Boas yang telah memperhatikan dan berbuat baik kepadanya.
Hal yang sama juga terdapat dalam diri Boas. Seorang tuan tanah yang kaya raya tetapi tidak bertindak semena-mena terhadap orang lain apalagi terhadap kaum yang lemah. Boas adalah orang yang tidak memandang harta benda diatas segala-galanya, tetapi dia memahami benar karunia Tuhan yang dimilikinya. Boas adalah seorang yang takut akan Tuhan dan menyadari dengan sungguh bahwa Tuhan memakainya sebagai saluran berkat Allah bagi orang lain. Boas juga orang yang taat dan menjunjung tinggi peraturan agama dan masyarakatnya. Boas menghormati harkat dan martabat Rut sebagai seorang perempuan dan janda dari pihak kerabatnya.
Kepribadian yang utuh, itulah yang kita lihat dalam diri Rut dan Boas, kepribadian yang utuh adalah syarat utama dalam membangun suatu hubungan yang sehat dan yang baik, teruatam dalam masa pacaran dan berlanjut pada pernikahan. Ada tiga karakteristik tentang kepribadian yang utuh.
Seseorang yang memiliki kepribadian yang utuh adalah seseorang yang mempunyai, pertama-tama, konsep diri yang sehat. Banyak orang bergumul dengan perasaan rendah diri dan kebencian pada diri sendiri. Orang yang seperti itu pasti akan mempunyai masalah dalam hubungan manapun. Cinta diri sendiri yang sehat memang sangat penting bagi keutuhan pribadi, karena mempenagruhi setiap hubungan lain. Tanggung jawab yang pertama adalah mengasihi Tuhan dengan segala keberadaan kita. Karena Ia terlebih dahulu mengasihi kita, kita mampu mengasihiNya, setelah itu, mengasihi diri kita sendiri dalam kesan suatu citra diri yang positif sebagai seorang yang dikasihi dan dihargai oleh Tuhan. Jika kita tidak mengasihi diri kita sendiri akan sulit bagi kita untuk mengasihi orang-orang lain, bahkan untuk berhubungan dengan mereka dengan cara yang layak. Kedua, seseorang utuh mempunyai iman yang jelas dan teguh. Saat kita mengetahui apa yang kita percaya dan mengapa kita mempercayainya, saat kita mengetahui apa yang dikatakan Firman Tuhan dan berkomitmen untuk mentaatinya, saat kita memahami dengan baik standar-standar Tuhan untuk kehidupan pribadi kita dan berketetapan untuk menjalaninya, disaat itulah kita sedang dalam perjalanan menuju keutuhan.
Karakteristik ketiga adalah menumbuhkan akar sendiri. Menumbukan akar diri sendiri artinya memusatkan perhatian pada motivasi dan kembali pada diri sendiri, bukan dalam diri orang lain. Banyak orang mengijinkan orang lain mengendalikan hidup mereka. Mereka berpakaian untuk menyenangkan orang lain, mereka membeli apa yang dibeli orang lain, dan mereka berpikir seperti oran glain berpikir, karena tidak yakin dan tidak nyaman dengan pemikiran-pemikiran dan ide-ide mereka sendiri, mereka setuju saja dengan pemikiran-pemikiran dengan ide orang lain. Orang-orang yang utuh memotivasi diri sendiri, terarah dari dalam diri snediri, merasa nyaman dengan diri mereka sendiri dan berakar cukup kuat, sehingga mereka sanggup berdiri sendiri teguh dan yakin pada nilai-nilai hidup mereka, bahkan jika kadang-kadang mereka tampak berdiri sendirian.
Memiliki kepribadian yang utuh berarti kita tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa godaan dan rayuan. Memiliki kepribadian yang utuh berarti kita mengutamakan hubungan rohani dan intelektual daripada hubungan jasmani. Memiliki kepribadian yang utuh berarti kita mau berjalan dengan jalan pacar atau pasangan kita di sepanjang jalan menuju suatu tujuan tertentu, menjaga pandangan kita terfokus pada tujuan yang ada di depan kita. Selama kita berjalan di jalan yang ada di depan kita, kita bertumbuh dalam anugerah dan pengetahuan akan Tuhan dalam kebenaranNya, yang artinya kita tahu bagaimana hidup, bertindak yang dan berhubungan dengan cara yang benar dalam kehidupan ini. Pengetahuan ini datang melalui Firman Tuhan dari meluangkan waktu dalam kehadiratNya.

Penutup
Kepribadian Rut dan Boas dapat menjadi teladan bagi kaum remaja dan muda-mudi Kristen pada masa kini, terutama mereka yang hendak menjalin dan sedang menjalin hubungan pacaran dan merencanakan memasuki jenjang pernikahan. Sebagaimana telah saya ungkapkan diatas, bahwa pacara dan pernikahan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, maka kepada kaum remaja dan muda-mudi janganlah jadikan masa pacaran sebagai tempat uji coba, jangan jadikan masa pacaran hanya semata-mata sebagai hubungan jasmani atau pelampiasan hawa nafsu dan jangan jadikan masa pacaran sebagai kesempatan mencari seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan dan menutupi kekurangan dirimu snediri. Tetapi jadikan masa pacara sebagi suatu kesempatan untuk mengenal seseorang yang baru, untuk membangun suatu persahabatan baru dengan anggota dengan jenis kelamin yang berbeda. Ini penting untuk mengembangkan rasa percaya diri dan keahlian berinteraksi, selain belajar saling menghargai sebagai pribadi-pribadi yang punya harga diri, nilai diri dan martabat. Jadikan masa pacaran sebagai kesempatan mengutamakan hubungan rohani dan intelektual daripada hubungan jasmani. Jadikan masa pacaran sebagai masa untuk berjalan dengan calon pacar dalam kehendak Allah dan kebenaranNya. Tuham memberkati saudara-saudara. Amin.

(Penulis adalah Pdt. E. Tambunan, M.Th. –Pendeta diperbantukan di HKBP Resort Semper, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Februari 2009)

Tidak ada komentar: