Luapan sukacita dalam mensyukuri bertambahnya usia senantiasa menjadi moment yang tidak terlupakan. Ucapan selamat yang disertai dengan doa dan harapan membuat semakin sempurna rasa kebahagiaan. Tekad untuk meraih masa depan yang lebih baik dirasakan semakin membara karena adanya dukungan dari banyak orang yang mengasihi.
Sesuai dengan Rencana Strategis HKBP (Renstra), yang menjadikan tahun 2010 sebagai tahun Sekretariat HKBP dan merupakan tahun Pra Jubelium 150 tahun HKBP pada 7 Oktober 2011, ucapan “SELAMAT ULANG TAHUN 150 TAHUN HKBP” akan terdengar diberikan banyak orang, Gereja maupun lembaga-lembaga pendidikan untuk sukacita besar ini. Persiapan untuk menyambut perayaan ulang tahun tersebut tentunya sudah dilakukan HKBP jauh-jauh hari sebelumnya. Sebagai Gereja yang besar dan tertua di Indonesia, pertambahan usia akan selalu mengajak HKBP untuk mengingat sejarah berdirinya yang penuh dengan perjuangan dan usaha-usaha untuk menjadikan HKBP sebagai lembaga keagamaan yang dapat mewujudkan kasih Allah sehingga dunia sekitar menjadi diberkati.
Secara khusus dalam menjalankan misi dan visi pelayanan HKBP, dalam Rapat Pendeta HKBP, 3-7 Agustus 2009 yang mengangkat tema “Hendaklah kamu murah hati seperti Bapamu murah hati” (Lukas 6:36) dan Sub Tema “Pendeta HKBP terpanggil meningkatkan kebersamaan terhadap sesama Partohonan dan memberdayakan anggota jemaat menjadi berkat di tengah Gereja, masyarakat, dan bangsa pada Era Global”, tersirat suatu hasrat agar HKBP tetap eksis dalam menyikapi perubahan zaman di arus globalisasi. Itu akan dapat terlaksana dengan adanya kesatuan pandangan (komitmen) para pendeta/pelayan HKBP sebagai perangkat utama dalam mewujudkan tujuan kehadiran HKBP di dunia. Arus globalisasi yang membuat terjadinya perubahan-perubahan secara radikal dan tidak terbatas telah mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku, budaya bahkan peradaban dunia secara drastis. Perubahan-perubahan mendasar dalam aspek kehidupan menuntut para Pendeta HKBP dapat berperan sebagai “pemberi jalan keluar” atas semua persoalan yang dihadapi jemaat. Perubahan ini menantang para pendeta HKBP untuk membenahi diri dalam misi pelayanannya agar tidak larut dalam ritus peribadahan tetapi siap memasuki, mendampingi, menyikapi, serta menguatkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan jemaat.
Keberadaan HKBP di tengah-tengah dunia yang berubah begitu cepat dan dibarengi dengan munculnya persoalan-persoalan zaman telah menghadirkan suatu pertanyaan besar “perubahan apakah yang dibawa HKBP (pendeta)” untuk keadaan dunia yang lebih baik? Bagaimanakah pelayanan HKBP dilakukan sejalan dengan arus globalisasi ? HKBP harus menggumulinya dan menyikapinya dalam “terang Firman Allah” dan dipahami dengan pendekatan kontekstual. Arus globalisasi telah membuat HKBP tidak sekedar merenungkan situasi zaman yang terus berubah tetapi menjadi tantangan bagi para pendeta HKBP dalam konteks berKoinonia, berMarturia dan Berdiakonia. Memberdayakan jemaat dengan mengembangkan segala potensi yang ada adalah kekuatan besar pelayanan para pendeta HKBP dalam menghadapi perubahan-perubahan zaman akibat era globalisai. Artinya jemaatpun harus disadarkan atas realitas yang terjadi dan menolong mereka dalam memberikan solusi. Tentunya dalam pemberdayaan jemaat ini harus mengacu pada Karya Penyelamatan Allah dalam relasi dinamis dengan konteks kehidupan yaitu kedatangan Kerajaan Allah di dunia.
Dalam pelayanannya, HKBP harus mampu menemukan integritas pelayanan sebagai saksi Kristus yakni yang mampu menterjemahkan kabar keselamatan dalam realitas dan tantangan global. Membangun komunitas jemaat sebagai kekuatan spiritualitas, menumbuhkan semangat penginjilan dan tanggung jawab dalam diri jemaat ditiap sektor kehidupan, serta memperjuangkan kaum miskin, tersingkir, tertindas sebagai tindakan keberpihakan Gereja (Lukas :18-19). Ini juga yang dilakukan Tuhan Yesus semasa hidupNya, memperjuangkan hak-hak orang-orang yang tersingkirkan dan terabaikan oleh dunia. Pelayanan Tuhan Yesus tidak hanya bersifat ke dalam (internal) yaitu yang hanya memperhatikan umatNya (Israel) tetapi juga bersifat keluar (eksternal) yaitu bagi bangsa-bangsa lain sehingga karya keselamatan bisa dimiliki oleh semua orang.
Sebagaimana realitas arus global yang memaksa dan membuka pengaktualisasian pelayanan yang sesungguhnya membuat HKBP dalam menyongsong 150 tahun kehadirannya di dunia harus segera memperlengkapi diri menjadi Gereja yang peduli dan siap untuk melayani ditengah-tengah perubahan yang ada. Kesatuan komitmen para pelayan (Pendeta, Guru, Diakones, Bibelvrow) dan kekuatan komunitas jemaat yang didasarkan atas panggilan Allah sebagai “garam dan terang dunia” akan memampukan HKBP melakukan banyak hal yang berguna bagi kemanusiaan dan menjadi hormat kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus, Amen !
(Penulis adalah Pdt. Linda Christine Lumbantobing, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Oktober 2009)
Sesuai dengan Rencana Strategis HKBP (Renstra), yang menjadikan tahun 2010 sebagai tahun Sekretariat HKBP dan merupakan tahun Pra Jubelium 150 tahun HKBP pada 7 Oktober 2011, ucapan “SELAMAT ULANG TAHUN 150 TAHUN HKBP” akan terdengar diberikan banyak orang, Gereja maupun lembaga-lembaga pendidikan untuk sukacita besar ini. Persiapan untuk menyambut perayaan ulang tahun tersebut tentunya sudah dilakukan HKBP jauh-jauh hari sebelumnya. Sebagai Gereja yang besar dan tertua di Indonesia, pertambahan usia akan selalu mengajak HKBP untuk mengingat sejarah berdirinya yang penuh dengan perjuangan dan usaha-usaha untuk menjadikan HKBP sebagai lembaga keagamaan yang dapat mewujudkan kasih Allah sehingga dunia sekitar menjadi diberkati.
Secara khusus dalam menjalankan misi dan visi pelayanan HKBP, dalam Rapat Pendeta HKBP, 3-7 Agustus 2009 yang mengangkat tema “Hendaklah kamu murah hati seperti Bapamu murah hati” (Lukas 6:36) dan Sub Tema “Pendeta HKBP terpanggil meningkatkan kebersamaan terhadap sesama Partohonan dan memberdayakan anggota jemaat menjadi berkat di tengah Gereja, masyarakat, dan bangsa pada Era Global”, tersirat suatu hasrat agar HKBP tetap eksis dalam menyikapi perubahan zaman di arus globalisasi. Itu akan dapat terlaksana dengan adanya kesatuan pandangan (komitmen) para pendeta/pelayan HKBP sebagai perangkat utama dalam mewujudkan tujuan kehadiran HKBP di dunia. Arus globalisasi yang membuat terjadinya perubahan-perubahan secara radikal dan tidak terbatas telah mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku, budaya bahkan peradaban dunia secara drastis. Perubahan-perubahan mendasar dalam aspek kehidupan menuntut para Pendeta HKBP dapat berperan sebagai “pemberi jalan keluar” atas semua persoalan yang dihadapi jemaat. Perubahan ini menantang para pendeta HKBP untuk membenahi diri dalam misi pelayanannya agar tidak larut dalam ritus peribadahan tetapi siap memasuki, mendampingi, menyikapi, serta menguatkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan jemaat.
Keberadaan HKBP di tengah-tengah dunia yang berubah begitu cepat dan dibarengi dengan munculnya persoalan-persoalan zaman telah menghadirkan suatu pertanyaan besar “perubahan apakah yang dibawa HKBP (pendeta)” untuk keadaan dunia yang lebih baik? Bagaimanakah pelayanan HKBP dilakukan sejalan dengan arus globalisasi ? HKBP harus menggumulinya dan menyikapinya dalam “terang Firman Allah” dan dipahami dengan pendekatan kontekstual. Arus globalisasi telah membuat HKBP tidak sekedar merenungkan situasi zaman yang terus berubah tetapi menjadi tantangan bagi para pendeta HKBP dalam konteks berKoinonia, berMarturia dan Berdiakonia. Memberdayakan jemaat dengan mengembangkan segala potensi yang ada adalah kekuatan besar pelayanan para pendeta HKBP dalam menghadapi perubahan-perubahan zaman akibat era globalisai. Artinya jemaatpun harus disadarkan atas realitas yang terjadi dan menolong mereka dalam memberikan solusi. Tentunya dalam pemberdayaan jemaat ini harus mengacu pada Karya Penyelamatan Allah dalam relasi dinamis dengan konteks kehidupan yaitu kedatangan Kerajaan Allah di dunia.
Dalam pelayanannya, HKBP harus mampu menemukan integritas pelayanan sebagai saksi Kristus yakni yang mampu menterjemahkan kabar keselamatan dalam realitas dan tantangan global. Membangun komunitas jemaat sebagai kekuatan spiritualitas, menumbuhkan semangat penginjilan dan tanggung jawab dalam diri jemaat ditiap sektor kehidupan, serta memperjuangkan kaum miskin, tersingkir, tertindas sebagai tindakan keberpihakan Gereja (Lukas :18-19). Ini juga yang dilakukan Tuhan Yesus semasa hidupNya, memperjuangkan hak-hak orang-orang yang tersingkirkan dan terabaikan oleh dunia. Pelayanan Tuhan Yesus tidak hanya bersifat ke dalam (internal) yaitu yang hanya memperhatikan umatNya (Israel) tetapi juga bersifat keluar (eksternal) yaitu bagi bangsa-bangsa lain sehingga karya keselamatan bisa dimiliki oleh semua orang.
Sebagaimana realitas arus global yang memaksa dan membuka pengaktualisasian pelayanan yang sesungguhnya membuat HKBP dalam menyongsong 150 tahun kehadirannya di dunia harus segera memperlengkapi diri menjadi Gereja yang peduli dan siap untuk melayani ditengah-tengah perubahan yang ada. Kesatuan komitmen para pelayan (Pendeta, Guru, Diakones, Bibelvrow) dan kekuatan komunitas jemaat yang didasarkan atas panggilan Allah sebagai “garam dan terang dunia” akan memampukan HKBP melakukan banyak hal yang berguna bagi kemanusiaan dan menjadi hormat kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus, Amen !
(Penulis adalah Pdt. Linda Christine Lumbantobing, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Oktober 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar