Sabtu, 09 Januari 2010

RENUNGAN: ANEKA PRAKARSA DAN BANYAK DOA

“TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri;
Engkau mengerti pikiranku dari jauh.

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku,
Ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;
Lihatlah, apakah jalanku sderong,
Dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”
(Mazmur 139:1-24)

Pendahuluan
Setelah Paskah, yang merupakan perayaan kristiani terbesar, pada bulan Mei ini kita menoleh pada perayaan Hari Kenaikan Yesus yang tampil biasa-biasa saja. Namun kesan lahiriah yang adem tetap menyimpan berita yang hangat dan…tetap mengandung pesan praktis. Itulah antara lain yang hendak kita gali lewat kolom ini.
Tahun Diakonia masih merupakan agenda kita pada bulan-bulan ini. Kita telah membagikan buku Seri Doa Keluarga yang sedianya merupakan konsumsi masa Passion. Menyongsong Hari Kenaikan, kita perlu mengupayakan bentuk-bentuk kegiatan diakonal yang berarti.
Meja redaksi Narhasem mengangkat tema doa. Hal itu tetap relevan mengingat keberlanjutan dari misi Yesus dan penyertaanNya – dengan cara yang baru - yang tetap pada masa penantian gereja akan kedatanganNya kedua kali.

Siklus Hari Raya Gerejawi
Ibarat rites des passages (ritual kehidupan: lahir, masa kanak-kanak, pancaroba, dewasa, menikah dan meninggal) demikianlah gereja kita memusatkan siklus Hari Raya Gerejawi pada peristiwa Kristus (Natal, PelayananNya, PenderitaanNya dan Kebangkitannya). Rangkaian peristiwa yang dimaksud diawali dengan peristiwa kelahiranNya dan memuncak pada peristiwa kematian dan KebangkitanNya. Rangkaian kejadian tentang Kristus dari lahir sampai bangkit yang disebut sebagai peristiwa Kristus ini amat penting bagi perwujudan misi penyelamatan dunia yang telah ditentukan Allah sejak awal.
Namun demikian peristiwa Kebangkitan Kristus tidak mengakhiri ritual gereja. Peristiwa Kristus bukan merupakan rangkaian peristiwa yang berdiri sendiri. I tidak dapat dipisahkan dari peristiwa Turunnya Roh Kudus untuk melanjutkan apa yang telah dimulai oleh Yesus. Oleh sebab itu ibadah umat kristiani tidak berhenti pada peristiwa Kristus.
Semula, pada awal abad ke-4 perayaan Hari Kenaikan digabung dengan perayaan Turunnya Roh Kudus. Namun kemudian, pada akhir abad ke-4, Kenaikan Yesus dimajukan sepuluh harisebelum perayaan Tuirunnya Roh Kudus. Perayaan Hari Kenaikan Yesus jatuh pada hari ke-40 setelah Kebangkitan dan aperayaana Turunnya Roh Kudus jatuh pada hari ke-50 sesudah Kebangkitan Yesus. Itu sebabnya disebut juga sebagai hari Pentakosta.
Penamaan Hari Turunnya Roh Kudus sebagai Hari Pentakosta (yang secara hurufiah berarti “lima puluh”) bukan sesuatu yang kebetulan. Hal itu terkait dengan perkembangan awal Kekristenan sebagai kelanjutan (atau lebih tepat pembaharuan) dari Keyahudian. Sebagaimana pada awalnya (pada masa peralihan) orang Kristen beribadah dua kali seminggu (yaitu sekaligus pada hari Sabtu/Sabbat dan pada hari Minggu) maka demikianlah pada awalnya orang Kristen mengadopsi dua Hari Raya besar dalam Keyahudian yaitu: Hari Paskah dan Hari Pentakosta. Hari Paskah, yang dalam Keyahudian dirayakan sebagai perayaan mengenang pembebasan umat Israel dari Mesir melalui Musa, oleh Kekristenan diadopsi dan dirayakan dengan makna baru sebagai peristiwa penebusan umat manusia dari kematian, dosa dan Iblis oleh Yesus (Paskah Kristen dulunya jatuh pada hari Jumat/Kematian, tapi kini lebih ditekankan pada hari Kebangkitan Yesus. Hal itu tidak mengapa oleh karena peristiwa KebangkitanYesus tidak dapat dipisahkan dari KematianNya).
Demikianlah selanjutnya, Hari Pentakosta yang oleh Keyahudian dirayakan sebagai hari panen yang selalu jatuh pada hari ke-50 sesudah Paskah Yahudi (yang digabung dengan Hari Raya Roti Tidak Beragi), oleh Kekristenan diganti sebagai perayaan Hari Turunnya Roh Kudus. Tentang ini D.G. Dix berkata:
“Jika Paskah didramatisasikan sebagai penebusan abadi dari Allah, maka Pentakosta didramatisasikan sebagai penetapan orang Kristen sebagai milik Allah oleh Roh Kudus. Dengan demikian karya penebusan dari Allah itu menjadi efektif.” (R. Rachman, 2003: hl. 89).
Dengan demikian siklus Hari Raya Gerejawi kristiani bukanlah sebuah rangkaian tata perayaan tahunan yang sekali jadi. Ada proses selama berabad-abad sebelum menjadi sistem yang baku. Rangkaian perayaan tahunan ini selanjutnya tidak menyangkal perjalanan dan perkembangan gereja sebagai organisme yang hidup dan berada di tengah-tengah dunia nyata dengan persoalannya yang khas pula. Dengan tema peristiwa Kristus dan kesinambungan kehadiran serta misiNya, umat kristiani merayakan kehadirannya (lewat ritual maupun lewat pelayanannya) di tengah-tengtah dunia ini sebagai umat yang telah melihat peristiwa Kristus yang ajaib dan akan memberitakan peristiwa itu kepada dunia ini.

Pesan Kenaikan Yesus
Setidaknya ada dua hal yang hendak ditekankan dari perayaan Kenaikan Yesus yaitu: Yesus akan datang kembali dan Yesus tetap hadir dalam persekutuan kristiani. Aspek yang pertama memang menebarkan suasana haru yang amat dirasakan kesebelas murid Yesus ketika itu. Mereka tidak bias merasakan lagi pendampingan sebagaimana layaknya dulu: muka dengan muka. Tidak ada lagi yang menampakkan diri di tengah-tengah amereka. Tidak ada lagi Yesus yang memecah roti dan menjenguk mereka ketika kesulitan menjala ikan di danau. Namun demikian suasana haru segera diganti dengan penghiburan dan harapan akan kedatangan Tuhan kedua kali. Bagi Allah tidak ada janji yang tidak terpenuhi. Kedatangan Yesus kedua kali sama pastinya dengan kedatangan matahari pagi. Tidak ada tempat untuk ragu-ragu. Tidak ada waktu untuk bersedih. Ganti keharuan, saatnya untuk menatap masa depan yang sedang menjelang. Sejarah Kerajaan Allah terus melangkah maju. Naiknya Yesus ke surga tidak menghentikan misiNya. Tugas-tugas kerajaan akan dilanjutkan. Dari sini kita masuk kepada aspek yang kedua.
Yang lebih penting lagi adalah bahwa Yesus ternyata tetap hadir dalam perwujudan dan gerak perkembangan Kerajaan Allah. Ia hadir dalam cara berada yang baru di tengah-tengah persekutuan. Meski tanpa visualisasi tubuh yang sudah bangkit namun kuat kuasanya terasakan. Para murid tidak apernah merasa ditinggal sendiri. Tetap ada yang mendampingi. Tetap ada yang menghibur dan menolong. Tetap ada penguatan dan malahan…keajaiban. Tiap-tiap hari adalah pemberitaan Kerajaan Allah yang bergerak pasti serta pendapat dukungan dan penyertaan Allah.
Yesus telah naik, berarti Yesus tidak menampakkan diri lagi kepada kesebelas murid seperti yang Ia lakukan pada pasca kebangkitan. Yang lebih ajaib lagi adalah bahwa Yesus telah naik maka para murid dan orang-orang percaya akan mendapat penyertaan yang amat penting. Di mana Injil diberitakan di sana Yesus hadir. Di mana ada pelayanan di dalam nama Yesus – sekecil apapun itu – maka di sana akan ada penyertaan dan kuat kuasaNya! Siapa takut?

HKBP Semper Merayakan Hari Kenaikan
Menurut tencana, pencangan Tahun Diakonia Distrik 21 Jakarta 3 akan dilaksanakan pada Hari Kenaikan Yesus. Pada saat itu pula gereja kita (HKBP Semper) akan mengadakan penanaman pohon. Dengan itu perayaan Hari Kenaikan Yesus kali ini memberi suasana yang lebih khas yaitu berkaitan dengan agenda pelayanan diakonal yang diharapkan menggema di seluruh jemaat-jemaat HKBP di dalam dan luar negeri. Bagaimana gemanya di HKBP Semper?
Kita merencanakan untuk meluncurkan Tahun Diakonia di jemaat kita bersamaan dengana peluncurannya di tingkat distrik. Kita berharap dapat melakukan penanaman pohon pada Hari H tersebut. Kalau boleh pada waktu yang sama akan digiatkan Poti Parasian kita. Semua peserta ibadah dihimbau untuk memasukkan lembaran seribu ke Poti Parasian mulai pada hari Kenaikan Yesus. Hari H ini diharapkan dapat membakal semangat diakonal gereja kita untuk kemudian membuahkan karya-karya diakonal secara berkesinambungan.
Ada lima prioritas karya diakonal yand ddengungkan di distrik kita yaitu: penanaman pohon, membentuk koperasi, membentuk komisi beasiswa, mendirikan TK dan membuat pos kesehatan (setidaknya membuat pengobatan gratis atau melaksanakan hari donor darah). Dari percakapan yang pernah dilakukan, yang paling mendesak di gereja kita adalah membentuk koperasi dan mendirikan komisi beasiswa. Kita akan menantikan kemungkinan realisasinya.

Inspirasi dari Doa Pemazmur
Di manakah peranan doa gereja dalam tugas-tugas diakonalnya maupun di dalam kehadirannya yang utuh sebagai pengikut Tuhan yang sudah naik ke surga?
Praktek doa memiliki banyak aspek yang tidak mudah untuk diselesaikan dalam satu artikel saja. Tulisan ini juga tidak bermaksud sampai ke sana. Untuk kebutuhan renungan kita akan disoroti hal-hal yang amat menggelitik dari praktek doa Pemazmur (utamanya dengan melihat pasal 139!)
Dari Mazmur pasal 139 kita menangkap sikap si pendoa berhadapan dengan Allah. Dia tidak dapat melupakan begitu saja apa yang telah Allah perbuat baginya. Malahan dia justru berlama-lama dengan uraian rasa takjubnya (sampai 18 ayat: ayat 1-18) sebelum menyampaikan permohonannya (dalam ayat 19-24). Kita melihat bagaimana si pendoa tidak dapat menyembunyikan perasaan dan pengalamannya, dengan kata lain: sikap rohnya dalam mengingat-ingat apa yang selama ini dia alami bersama Allah. Rasa takjub, sikap hormat, suasana hati yang amat tergantung, harapan yang kuat tertuang dalam kata-kata yang meluncur lancar. Si pendoa berkeyakinan: tidak ada bagian dari tubuhnya dan bagian dari jiwanya yang luput dari perhatian dan pengasihan Allah. Tidak ada rentang waktu yang luput, bahkan sejak dalam kandungan. Tidak ada hal yang mencemaskan, bahkan keberadaan di dalam rahim, tempat jika ada masalah tidak ada yang bias kita ketahui dan perbuat oleh karena tempatnya di dalam sana, bahkan di situpun Allah turut mengetahui dan berbuat. Bahkan sampai di dunia orang mati! Si pendoa memperlihatkan bagaimana praktek doa tidak dapat dipisahkan dari hubungan timbal balik antara si pendoa dengan Allahnya. Hampir tidak mungkin untuk menyampaikan permohonan tanpa adanya hubungan yang hidup denganNya.

Penutup
Gereja pasca Kenaikan Yesus hadir menjadi saksi-saksi iman. Gereja tidak tidak hanya menjadi saksi tapi juga menjadi pelaku yang ambil bagian dalam misi mulia penyelamatan dunia secaara utuh. Dunia diciptakan Allah. Allah mengiuti dan memasuki sejarah dunia serta memprakarsai upaya pemulihan dunia melalui perwujudan misi Yesus. Misi Yesus telah mulai dan tidak berhenti oleh karena kenaikanNya. Yesus tetap menyertai misi. Yesus bahkan yang melaksanakana melalui gerejaNya.
Perjalanan gereja pasca Kenaikan Yesus adalah hari-hari yang amat penting oleh karena pada saat itu gereja terpanggil untuk bersaksi, bersekutu dan melayani. Gereja hendak melayani dunia ini sebagai Yesus melayani. Gereja bersaksi kepada dunia ini sebagaimana Yesus bersaksi. Gereja tetap bersekutu dengan Yesus, tapi kali ini dengan cara berada Yesus yang baru.

(Penulis adalah Pdt. Maurixon Silitonga, M.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2009)

Tidak ada komentar: