Rabu, 13 Januari 2010

ARTIKEL: SELUK BELUK TES PSIKOLOGI

Entah kenapa, kata Tes Psikologi (yang lebih sering disingkat menjadi Psikotes), terutama bagi kebanyakan orang, kerap merupakan momok yang cukup menakutkan. Kenapa begitu? Bisa jadi karena cerita dari mulut ke mulut mengenai sulitnya menghadapi psikotes. Bahkan saya seringkali dihinggapi pertanyaan dari teman-teman atau saudara seputar psikotes, “Ta, gimana sih caranya biar lulus psikotes?” atau ”Ta, kasi gw kisi – kisi soal psikotes yg dari kampus lo dong..” dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Dalam penggunaannya, umumnya psikotes berkembang terus secara meluas, namun khusus di Indonesia psikotes sepertinya tidak berkembang melesat. Hal ini bisa kita lihat dari jenis-jenis psikotes yang digunakan oleh beberapa pihak, seperti perusahaan ataupun sekolah. Memang harus kita akui bahwa psikotes kita masih berorientasi pada psikotes – psikotes yang ada di luar negeri, seperti Amerika, Eropa, dan Australia sehingga sebenarnya ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan sebelum kita menggunakan psikotes tersebut di Indonesia, seperti tes tersebut merupakan sampel tingkah laku yang representatif dari domain / ranah tingkah laku yang diukur, standarisasi tes, obyektivitas tes, reliabilitas tes, validitas tes, dan norma tes. Oleh karena itu, melalui artikel ini, saya akan mencoba menjelaskan mengenai psikotes, mulai dari pengertian psikotes sampai dengan bagaimana cara kita mempersiapkan diri sebelum mengikuti psikotes tersebut.

Pengertian Psikotes
Menurut Anastasi, psikotes adalah pengukuran yang standar dan obyektif dari suatu sampel tingkah laku. Hal ini juga didukung oleh Kaplan & Saccuzzo yang menyatakan bahwa psikotes adalah seperangkat item – dimana item adalah stimulus spesifik yang dapat memancing tingkah laku yang tampak agar dapat diukur / dinilai / diberi skor. Dari dua pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa psikotes adalah penyelidikan suatu tingkah laku dengan menggunakan beberapa pertolongan berupa pertanyaan dan tugas-tugas khusus yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran suatu sifat seseorang / dibandingkan dengan orang lain.

Penggunaan Psikotes
Ada tiga bidang utama dimana psikotes mempunyai peran besar, yaitu penggunaan tes di bidang pendidikan, pekerjaan, dan psikologi klinis dan konseling. Namun, saat ini saya hanya menitikberatkan penggunaan psikotes pada bidang pendidikan dan pekerjaan.
1. Psikotes di bidang Pendidikan
Hampir semua jenis tes digunakan di lingkungan sekolah, seperti tes intelegensi, tes bakat, tes kepribadian. Semuanya diperlukan sebagai materi kerja dari konselor pendidikan dan psikolog sekolah. Ada jenis-jenis tertentu yang khusus diciptakan dengan keperluan peramalan dan klasifikasi dalam kegiatan pendidikan. Adapun contoh-contoh tes pendidikan, seperti;
Tes prestatif, dimana dirancang untuk mengukur hasil dari sebuah program belajar dan pelatihan, sehingga umumnya hanya menggambarkan bagaimana keberhasilan seseorang setelah mengikuti pelatihan tertentu. Oleh karena itu, penggunaan tes ini biasanya untuk penerimaan siswa atau mahasiswa baru.
Tes bakat, dimana dirancang untuk menggambarkan pengaruh kumulatif daari berbagai pengalaman kehidupan sehari-hari sehingga tes ini dapat memperkirakan kualitas prestasi dalam situasi baru. Oleh karena itu, penggunaan tes ini biasanya untuk mengetahui peminatan / penjurusan siswa.
2. Psikotes di bidang Pekerjaan
Psikotes merupakan bagian dari rangkaian seleksi sebuah lowongan kerja, yang kerap memiliki arti penting. Psikotes, percaya atau tidak, merupakan perangkat untuk menangkap kecenderungan para pelamar, yang meliputi kemampuan intelektual atau kepribadian. Dua hal ini tentunya akan disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan yang tersedia. Oleh karena itu, psikotes banyak digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan, baik untuk kepentingan konseling individual maupun dalam hal yang berkaitan dengan tujuan seleksi, penempatan, dan evaluasi kerja. Hal terpenting dalam memilih dan menempatkan seseorang pada sebuah jabatan / pekerjaan adalah adanya kesesuaian antara ciri-ciri orang tersebut dengan persyaratan jabatan / pekerjaan yang ada. Itu sebabnya validitas psikotes untuk bidang pekerjaan menjadi sangat penting. Tes harus mampu mengukur ciri yang dipersyaratkan oleh jabatan atau mampu meramalkan keberhasilan seseorang dalam menjalankan suaut pekerjaan tertentu.
Model psikotes yang dilakukan biasanya akan dipengaruhi oleh kualifikasi terhadap posisi yang dibutuhkan perusahaan yang bersangkutan. Untuk posisi tinggi semisal CEO atau tingkat managerial, akan dibutuhkan proses yang relatif lebih rumit dan perangkat tes yang lebih beragam.
Biasanya terdapat 3 aspek pokok yang diungkap dalam psikotes. Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan integritas yang tidak bisa dipisahkan secara segmentatif. Hasil dari ketiga aspek ini, nantinya akan menentukan "kualitas" seseorang.
Aspek Pertama, aspek kecerdasan umum atau intelegensi yang untuk mendeteksinya, dibutuhkan sebuah alat tes yang memancing kemampuan intelegensi umum dan kemampuan khusus. Alat tes yang biasa digunakan bisa berupa tes verbal, non-verbal dan performance.
Aspek kedua, karakteristik/perilaku kerja. Hal ini meliputi berbagai unsur: kecepatan, ketelitian, perencanaan dan semacamnya, biasanya disesuaikan dengan kebutuhan khusus pekerjaan.
Aspek ketiga adalah aspek kepribadian. Hal ini biasanya mencerminkan sisi-sisi unik seseorang. Untuk menggali aspek ini, dibutuhkan ketajaman dan kepekaan psikolog. Untuk menghindari hal-hal yang subyektif seperti marah atau tersinggung, dibutuhkan pengalaman yang memadai.
Persiapan Mengikuti Psikotes
Kalau Anda merasa cukup normal dan tidak pernah mengalami gangguan kecemasan yang berlebihan, cobalah untuk tenang dalam mengikuti psikotes. Proses seleksi adalah kegiatan yang lumrah dilakukan untuk mendapatkan calon terbaik dari sejumlah calon yang tersedia. Proses itu diadakan justru untuk memberi kesempatan pada para pelamar untuk menunjukkan kualitasnya agar bisa diketahui mana yang sesuai dengan harapan. Jadi, psikotes dalam proses seleksi adalahajang dimana Anda diberi kesempatan untuk menunjukkan potensi kemampuan Anda semaksimal mungkin. Oleh karena itu, fokuslah pada hal-hal yang akan membuat Anda nanti cukup nyaman, tenang untuk mengerjakan tugas serta dapat berpikir jernih. Jangan membebani diri dengan berbagai kecemasan.
Hal-hal berikut ini mungkin tampak sepele, tapi beginilah seharusnya tindakan yang tepat untuk mengikuti psikotes:
1. Memahami apa itu psikotes dan proses yang akan anda lalui
Dengan membaca artikel ini dari awal, cobalah Anda mengerti tentang psikotes sehingga Anda akan mendapat gambaran tentang apa itu psikotes. Jika belum memadai, carilah informasi tambahan dari sumber yang bisa dipercaya (literatur, referensi dari internet, kenalan psikolog). Proses psikotes memang bisa saja berbeda dari satu tempat dengan tempat lain, tapi biasanya ada sesuatu yang berlaku umum. Pemahaman ini akan membuat Anda tidak mengembangkan imajinasi sendiri yang keliru sehingga psikotes terasa lebih mencemaskan dari yang sebenarnya.
2. Mencari informasi yang memadai tentang penyelenggaraan psikotes
Biasanya penjelasan tentang penyelenggaraan psikotes sudah disertakan dalam pengumuman atau surat panggilan. Pastikan Anda mendapat informasi yang tepat tentang hari dan waktu. Tanyakan pada penyelenggara. Sedapat mungkin cari juga informasi tentang durasi penyelenggaraan psikotes, apakah 2-3 jam saja, atau hingga sehari penuh. Pastikan pula apakah Anda harus hadir jauh lebih awal karena ada proses registrasi. Anda pun harus mengetahui dimana lokasi penyelenggaraan secara jelas. Kemudian pastikan Anda paham kelengkapan apa yang harus dibawa. Alat tulis apa saja? Apakah tersedia meja tes atau Anda harus membawa clipboard (papan kecil alas menulis)? Jika diberikan kesempatan, tanyakan juga pada panitia penyelenggara, hal-hal lain yang Anda anggap perlu diketahui. Kelengkapan informasi ini juga untuk mengurangi kecemasan Anda.
3. Menyiapkan kondisi fisik dan penampilan
Psikotes menghendaki Anda bekerja seoptimal mungkin, oleh karena itu minimalkan hal-hal yang bisa mengganggu. Pastikan kondisi fisik Anda cukup prima, cukupkan tidur pada hari-hari menjelang psikotes. Pilih pakaian yang rapi tapi cukup nyaman untuk bekerja dalam waktu panjang. Selain itu, kadang-kadang ruang tes ber-AC dingin, atau mungkin tempat duduk Anda tepat pada sasaran hembusan AC. Antisipasi dengan membawa blazer atau jaket yang cukup rapi. Jika tidak digunakan, Anda bisa meletakkannya di punggung kursi. Kalaupun diijinkan menggunakan pakaian bebas, sebaiknya tetap gunakan pakaian rapi.
4. Menyiapkan perangkat yang diperlukan
Jangan sampai Anda mendapat masalah karena perlengkapan yang Anda bawa kurang lengkap. Sudah pasti Anda harus membawa tanda identitas. Bawa KTP asli, dan bawa juga seluruh dokumen terkait. Begitu pula alat tulis yang diperlukan, bolpen, penghapus tinta, pensil, karet penghapus, dan serutan pensil. Perhatikan pensil apa yang diminta, apakah 2B atau HB, atau jenis lain. Siapkan perangkat cadangan, jangan sampai Anda kebingungan ketika bolpen Anda tiba-tiba macet atau pensil Anda patah. Biasanya kecepatan kerja sangat diperlukan sehingga ketika macet atau patah. Lebih baik Anda sudah siap dengan cadangan dan tidak membuang waktu untuk mengganti isi bolpen atau menyerut pensil.
5. Hadir lebih awal
Selain untuk memastikan Anda tidak terlambat, hadir lebih awal juga membuat Anda sempat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Setidaknya ini akan mengurangi ketegangan. Jika Anda hendak membawa kendaraan sendiri, pastikan dulu beberapa hari sebelumnya apakah cukup mudah mencari tempat parkir di sana.
6. Mengikuti proses registrasi dengan baik
Kadang-kadang sebelum psikotes ada proses registrasi dahulu. Perhatikan penjelasan yang diberikan, mungkin Anda diminta mengantri dan menyiapkan sesuatu (misalnya KTP, surat panggilan, atau kartu peserta). Siapkan selagi Anda mengantri, sehingga di meja registrasi Anda tidak sibuk mencari-cari dari tas dan kebingungan ketika yang dicari terselip di antara barang-barang lain. Jangan keliru memberi data pada petugas registrasi dan perhatikan dimana ruang tes Anda, jangan sampai keliru masuk ruangan.
7. Duduk dengan nyaman, rapikan barang bawaan
Ikuti petunjuk dimana Anda harus duduk. Kadang sudah diberi nomor, kadang sekedar berurut, atau bebas memilih. Duduklah dengan nyaman, matikan fungsi dering alat komunikasi dan rapikan barang bawaan Anda. Biasanya instruktur tes tidak menghendaki ada banyak benda di meja Anda karena akan merepotkan Anda sendiri ketika mengerjakan tes. Jika tas Anda diletakkan di bawah, upayakan tidak mengganggu jalan. Kalau sekiranya tempat duduk Anda benar-benar akan mengganggu proses kerja Anda, misalnya kaki kursinya timpang sekali, Anda sedang flu dan tidak tahan hembusan AC, Anda tidak bisa mendengar instruksi atau melihat papan tulis (atau layar proyektor) dengan jelas, atau hal-hal lain yang mengganggu, mintalah ijin dengan sopan pada instruktur untuk pindah tempat duduk sebelum tes dimulai.
8. Dengarkan uraian pembukaan dengan baik
Pada intinya, Anda harus mendengarkan dengan seksama semua informasi yang diberikan instruktur atau panitia penyelenggara. Catat hal-hal yang penting seperti tanggal pengumuman hasil, tempat pengumuman, dan sebagainya. Jangan hanya mengandalkan ingatan. Catat di tempat yang akan dapat tersimpan baik. Jangan hanya dicatat dibalik karcis tol misalnya. Kalau ada yang tidak jelas atau ada informasi tambahan yang Anda butuhkan, jangan ragu untuk bertanya. Jangan menunda hingga tes berakhir, bisa saja Anda lupa, atau instruktur sudah sibuk menata berkas-berkas yang terkumpul. Biasanya peserta akan diberi kesempatan bertanya, gunakanlah sebaik-baiknya.
9. Dengarkan petunjuk umum psikotes
Menjelang pelaksanaan psikotes, biasanya dijelaskan dulu secara umum seperti apa kegiatan yang akan dilakukan, alat tulis apa yang akan digunakan, dan “aturan main” yang akan digunakan. Perhatikan baik-baik. Ingat bahwa dalam psikotes, semua peserta diusahakan dapat bekerja optimal, oleh karena itulah dibuat beberapa “aturan main” yang intinya untuk menjadikan proses kerja berjalan baik. Misalnya saja, bagaimana cara materi tes dibagikan dan dikumpulkan, bagaimana cara mengganti jawaban yang salah, dan sebagainya. Jangan berasumsi ada aturan-aturan yang sengaja dibuat-buat sehingga tidak ada salahnya jika dilanggar. Sekali lagi, ingat bahwa proses ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kualitas Anda, bukan hanya kemampuan intelektual tapi juga sikap kerja.
10. Dengarkan instruksi tes hingga paham betul
Psikotes biasanya terdiri dari serangkaian tugas yang masing-masing diawali dengan penjelasan cara mengerjakannya. Selalu dengarkan baik-baik dan pahami betul apa yang dikehendaki. Meskipun Anda barangkali sudah pernah berkali-kali menghadapi tes serupa, jangan pernah berasumsi Anda sudah tahu dan tidak perlu lagi mendengarkan. Tetap dengarkan petunjuknya, mungkin saja ada sedikit perbedaan. Jika ada yang belum jelas, jangan ragu atau malu untuk bertanya. Anda harus bekerja optimal, sehingga sudah pasti Anda harus tahu dulu apa yang mesti dilakukan. Tugas-tugas dalam psikotes kadang ada yang waktunya dibatasi (sehingga mungkin saja tidak semua peserta bisa menyelesaikan seluruh soal), ada yang harus dikerjakan hingga tuntas. Jika tidak diberi penjelasan, Anda bisa menanyakannya. Tidak perlu harus sampai diperoleh jawaban rinci hingga berapa menit waktu yang diberikan, yang penting Anda bisa mendapat gambaran bagaimana Anda nanti harus bekerja. Tapi informasi alokasi waktu ini jangan justru membuat Anda cemas dan bekerja ngebut tidak karuan.
11. Mulai dan akhiri bekerja sesuai waktu yang ditentukan
Biasanya kapan dimulai dan berakhirnya tes didahului aba-aba dari instruktur. Jangan mencuri start, dan jangan mengulur-ulur waktu menyerahkan hasil kerja untuk bisa meneruskan soal yang belum selesai dikerjakan. Pertama, mencuri waktu adalah sebuah pelanggaran dan tentu bukan perilaku yang diharapkan dari peserta tes. Di dalam psikotes, instruktur dan pengawas biasanya juga membuat catatan observasi. Kalaupun Anda tidak ditegur, mungkin saja perilaku Anda sudah masuk dalam catatan mereka. Kedua, jika jumlah pesertanya banyak, biasanya berkas dikumpulkan dengan cara estafet. Jika Anda masih mencuri-curi waktu untuk bekerja, jalannya estafet akan terhambat dan Anda memperlambat keseluruhan proses. Ketiga, Anda akan menjadi terburu-buru, gugup, dan tidak sempat memanfaatkan jeda waktu untuk menjernihkan pikiran guna mengikuti tugas berikutnya. Keempat, belum tentu “curian kerja” Anda memberi nilai tambah. Kadang-kadang ada tugas yang memang rata-rata orang tidak bisa menyelesaikannya hingga tuntas. Jadi, buat apa ambil risiko kalau konsekuensi negatifnya lebih banyak. Bekerja saja sesuai petunjuk yang diberikan, Anda akan merasa lebih nyaman. Dan jangan terganggu dengan sekitar, Anda tidak perlu tergoda untuk “mengintip” hasil kerja peserta lain, kita tidak tahu jawaban siapa yang benar dan siapa yang salah. Curi-curi “mengintip” juga akan menyita waktu. Hal lain lagi, jika Anda tidak melakukan pelanggaran, jangan cemas jika pengawas melintas atau memperhatikan Anda bekerja. Biasanya mereka hanya sedang memastikan bahwa setiap peserta sudah bekerja dengan benar.
12. Dengarkan uraian penutup dengan baik
Meskipun kegiatan sudah selesai, dengarkan baik-baik uraian penutup yang diberikan instruktur. Biasanya instruktur akan mengingatkan kembali sejumlah informasi yang penting, Anda bisa memeriksa kembali catatan Anda. Jika tidak diinformasikan, jangan lupa tanyakan tindak lanjut dari kegiatan ini supaya Anda tidak melewatkan hal-hal penting, atau pulang masih dengan tanda tanya.
Kesimpulan
Kadang begitu cemasnya orang kalau diminta mengikuti psikotes. Ada yang jauh-jauh hari membeli buku “soal-soal psikotes” dan menghafalkannya. Ada yang berhari-hari mencoba berlatih menggambar orang dan pohon supaya nanti gambarnya bagus seperti karya pelukis profesional. Ada yang menghubungi teman-teman yang sudah pernah “lulus” psikotes dan minta kiat cara mengerjakan soal (kemudian muncullah saran-saran yang belum tentu benar!). Ada juga yang kesana kemari mencari layanan “latihan tes” ke berbagai biro layanan psikologis, berharap bisa mendapat bekal kunci jawaban. Psikotes sudah seperti musuh besar, Anda mencari hal-hal yang Anda pikir akan bisa menaklukkannya.
Inilah yang menjadi persoalan, sebenarnya, hasil sebuah psikotes tidak mengenal adanya dikotomi lulus dan tidak lulus. Hal ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Seolah orang yang tidak bisa melewati tahap psikotes, seolah dianggap mempunyai sisi kekurangsempurnaan diri yang membuatnya tidak bisa bekerja.
Psikotes itu sendiri berupaya menangkap sisi kepribadian seseorang, sehingga dibutuhkan spontanitas dan orisinalitas respon/jawaban. Hal tersebut dibutuhkan agar hasil yang diperoleh bisa mendekati akurasi kepribadian yang sebenarnya.
Cukup sederhana bukan? Tapi justru hal-hal sederhana inilah yang acapkali diabaikan peserta sehingga mereka justru menjadikan proses psikotes berjalan kurang lancar. Tunjukkan sikap kooperatif Anda di keseluruhan penyelenggaraan psikotes.
Jadi, perlukah kita “latihan tes”? Biasanya psikotes tidak membutuhkan latihan. Soal-soalnya hanya mengandalkan logika saja. Tugas-tugas seperti menggambar cukup dikerjakan semampu Anda bisa karena bukan untuk melihat ketrampilan menggambar. Tugas-tugas memilih ciri pribadi cukup Anda jawab sesuai keadaan sebenarnya. Jadi, dengan menjadi diri sendiri sudah cukup untuk modal mengikuti psikotes.
Nah, jangan cemas lagi. Psikotes itu hal lumrah dalam proses seleksi, seperti halnya tes bahasa Inggris atau tes kesehatan. Jangan menjadikan psikotes sebagai musuh, tapi hadapi saja dengan bersahabat karena disitulah kesempatan Anda menunjukkan kualitas yang sebenarnya.

-Disadur dari berbagai sumber-

(Penulis adalah Brigitta Rajagukguk, S.Psi., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juli 2009)

Tidak ada komentar: