Sabtu, 16 Januari 2010

ARTIKEL: MENGAJAR ANAK BERDOA

Doa adalah suatu hak istimewa kita yang sebenarnya Tuhan berikan untuk setiap anak-anakNya. Allah menghendaki adanya hubungan yang erat dengan anak-anakNya. Dan satu cara yang Allah inginkan untuk membangun hubungan tersebut adalah DOA.
Doa bukan saja menjadi salah satu cara untuk berkomunikasi dengan Allah, melainkan juga merupakan wujud kebergantungan kita kepada Allah. Oleh karena itu, para guru Sekolah Minggu, orang tua dan para pelayan anak perlu mengajarkan prinsip-prinsip doa yang benar kepada anak-anak agar mereka dapat mengalami pertumbuhan rohani yang sehat pula dalam doa. Beberapa hal berikut ini merupakan hal-hal yang dapat kita sampaikan mengenai doa kepada anak-anak, dan kita dapat mengembangkannya sendiri menurut kebutuhan dalam pelayanan kita.
a. Allah mengasihimu—tanpa syarat; Dia ingin mendengar dan menjawab doamu.
Anak-anak harus diyakinkan bahwa Allah selalu mendengarkan doa mereka, bahkan jika mereka baru saja melakukan hal-hal yang tidak disenangiNya, Allah akan mengampuni mereka. Allah selalu tahu apa yang ada di dalam hati kita. Sangat penting untuk selalu jujur dan benar, terutama di hadapan Allah.

b. Apakah doa itu?
1. Sangat penting untuk mengajarkan kepada anak bahwa doa kita bukanlah sekedar permohonan untuk mendapatkan segala sesuatu yang kita mau dari Tuhan. Doa adalah cara yang Tuhan pakai untuk menyatakan kehendakNya di dunia ini. Caranya adalah dengan berkomunikasi dengan umatNya. Doa dapat mencakup seluruh dunia dan seakan-akan menyatukan dunia dengan surga.
2. Doa menyatakan dengan bebas apa yang ada di dalam hati kita kepada Tuhan. Komunikasi ini berkembang sesuai dengan semakin intimnya hubungan kita dengan Tuhan. Doa adalah menceritakan kepada Tuhan segala ketakutan, kekuatiran, dan perhatian kita. Hal tersebut berarti kita bercerita kepada Tuhan tentang masalah, kebutuhan, atau hal-hal yang tidak kita mengerti. Dengan doa, kita juga mengucap syukur kepada Tuhan. Doa adalah percakapan kita dengan Tuhan. Kita dapat berbicara kepadaNya seperti kita berbicara kepada teman kita.

c. Apakah Tuhan selalu menjawab doa kita?
Ya, Tuhan selalu menjawabnya, tetapi jawabanNya tidak selalu sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Dia dapat berkata: ‘Ya’. ‘Tidak’, atau ‘tunggu’. Tuhan menjawab doa kita untuk memberikan apa yang benar-benar kita butuhkan dan diberikanNya di waktu yang tepat. Kadang waktunya tidak sesuai dengan waktu kita, tetapi Tuhan tahu bahwa penting bagi kita untuk menunggu. Dia selalu tahu apa yang kita inginkan dan kita dapat mempercayai bahwa Dia akan melakukan apa yang terbaik untuk kita.

d. Bagaimana seharusnya kita berdoa?
1. Di dalam nama Tuhan Yesus.
Hal yang paling penting dalam mengajarkan doa kepada anak-anak adalah bahwa doa harus selalu dilakukan dalam nama Tuhan Yesus. “dan apa juga yang kamu minta dalam namaKu, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya” (Yohanes 14:13-14).
2. Bagian-bagian dalam doa
Tidak ada suatu aturan/pola tertentu mengenai doa, tetapi hal tersebut dapat menolong anak-anak. Beberapa orang dewasa membagi doa ke dalam beberapa bagian yaitu doa penyembahan (adoration), pengakuan dosa (confession), ucapan syukur (thanksgiving), atau permohonan (supplication). Untuk anak-anak, kita dapat menyampaikannya dengan kata-kata yang lebih sederhana untuk membagi doa, misalnya memuji dan menyembah Tuhan, mengakui dosa-dosa kita, berterima kasih kepada Tuhan, berdoa untuk kebutuhan orang lain, dan berdoa untuk kebutuhan pribadi kita.

e. Kapan seharusnya kita berdoa?
Beberapa anak tahu dan memiliki waktu-waktu tertentu untuk berdoa, sebelum makan dan tidur di malam hari. Saat mereka telah menyadari bahwa Allah selalu mendengarkan mereka dan Dia tidak pernah berlibur atau tertidur, itu berarti anak sudah siap untuk menerima pengajaran bahwa kita dapat berbicara dengan Tuhan di waktu-waktu tertentu, atau sesering mungkin. Penting bagi anak untuk mengetahui bahwa mereka dapat berbicara kepada Tuhan kapan saja mereka membutuhkan atau kapan saja mereka ingin menyatakan sukacita atau ucapan syukur mereka. Penting pula bagi mereka untuk tahu bahwa ada waktu-waktu khusus yang bisa ditetapkan untuk berdoa secara pribadi dan ada waktu lain dimana kita perlu berdoa bersama-sama dengan orang lain.
Satu cara yang baik untuk memberikan ilustrasi bahwa doa pribadi dapat dilakukan setiap saat adalah dengan menyatakan teladan Yesus, yang memiliki waktu yang berbeda-beda untuk berdoa. Beberapa diantaranya adalah doa pagi (Mrk 1:35), doa sore (Mrk 6:46-47), dan doa malam (Luk 6:12).

f. Apakah cara kita berdoa itu penting?
Ya, kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh, dengan diam-diam, dan dengan penuh hormat.
Berdoa secara sungguh-sungguh berarti berdoa dengan kata-kata yang jelas, di mana kita hanya mengatakan apa yang akan kita maksudkan untuk kita ucapkan. Ini juga berarti kita tidak mencoba untuk menggunakan bahasa yang berpura-pura atau kata-kata yang lucu. Kita menceritakan apa pun yang ada dalam pikiran kita dalam kata-kata yang biasanya kita gunakan karena Dia mengasihi dan mengenal kita, serta berkeinginan untuk memperhatikan kita.
Berdoa secara diam-diam berarti melakukan sikap berdoa sendirian. (Beberapa orang menyebutnya dengan ‘SaatTeduh’.) Hal tersebut berarti setiap hari kita meluangkan waktu untuk berbicara dengan Tuhan, semuanya dari diri kita sendiri. Kita berdoa tidak terbatas hanya pada saat berada di gereja, makan, atau menjelang tidur bersama ibu dan ayah.
Berdoa dengan penuh hormat berarti menempatkan Allah sebagai Allah. Hal itu berarti kita tidak menjelaskan doa kita atau bertindak seolah-olah kita bodoh. Kita berbicara kepada Tuhan, Pencipta semuanya, Tuhan atas jagad raya, dan Tuhan atas segala tuan sehingga kita harus menunjukkan rasa hormat kepadaNya.

Mengajar anak berdoa
Berdoa atau mendidik anak untuk bisa berdoa dengan baik adalah sangat penting, karena kita sendiri juga sudah merasakan manfaatnya. Tetapi masalahnya kapan mau dimulai atau bagaimana caranya kita memulai itu yang kadang-kadang banyak orang tua cukup kesulitan. Sebenarnya bagaimana mengajar anak untuk bisa berdoa sendiri? Semua itu tentu perlu bertahap. Anak perlu dibiasakan berdoa sejak kecil, kalau menunggu mereka remaja baru diajarkan berdoa mungkin ada rasa malu atau rasa segan bagi anak-anak tersebut. Karena itu perlu mengajarkan anak berdoa sejak dini, sejak kecil.
Bagaimana mengajar anak berdoa, untuk berbicara pada sesuatu yang dia sendiri tidak lihat? Pertama-tama yang perlu kita perhatikan adalah contoh dari orang tua lebih dulu, meskipun anak-anak ini mengerti berdoa, berkata-kata kepada sesuatu pribadi yang tidak kelihatan langsung, tetapi sikap berdoa itu mungkin yang perlu kita ajarkan dan kita contohkan terlebih dulu. Bukan yang terutama orang tua menjelaskan dulu kepada siapa kita berdoa dan sebagainya, karena itu tidak relevan dan tidak akan dimengerti oleh anak, tetapi justru akan menimbulkan berbagai pertanyaan yang kurang perlu. Jadi, pertama-tama adalah kita mengajarkan kebiasaan berdoa lebih dulu.
Perihal berdoa ini sebenarnya kita bisa ajarkan kepada anak sejak anak itu masih bayi, saat dia belum mengerti apa-apa. Misalnya waktu kita menggendong anak-anak, kita mengajak mereka bercakap-cakap, kadang-kadang di dalam percakapan ini kita tanya sendiri, kita jawab sendiri dan di antara itu kita selipkan doa-doa kita. Dengan demikian anak-anak ini meskipun belum mengerti, tapi mereka menghayati suasana doa dan kemudian ketika anak tersebut semakin besar, ketika mereka sudah bisa diajak berkomunikasi meskipun mereka belum bisa berbahasa atau berbicara dengan bahasa yang kita gunakan, mereka kita ajak untuk misalnya melipat tangan, menutup mata dalam sikap berdoa dan kita sendiri yang berkata-kata. Peran ibu sangatlah besar karena anak lebih banyak waktunya dengan ibu. Ayah juga penting. Kelihatannya memang ayah tidak sering, mungkin tidak sering merawat bayi seperti ibunya, tetapi ayah juga perlu mendoakan anaknya, terutama waktu malam anak mau tidur, ayah bisa mengajak anaknya untuk berdoa.
Pada waktu anak-anak masih sangat muda dan mulai bisa berkata-kata, sesuai pola pikir anak yang sederhana, kita bisa mengajarkan misalnya Terima kasih Tuhan atau Terima kasih Bapa, amin! Ketika anak bertambah besar dan dia semakin banyak perbendaharaan katanya kita boleh tambahkan lebih panjang lagi.
Yang penting disini adalah kita menanamkan sikap berdoa dulu waktu kecil dan ada baiknya ketika anak-anak sudah mulai berkata-kata, anak diajak untuk menghafal doa. Demikianlah perkembangannya, jadi anak-anak mendoakan temannya, mendoakan kakaknya atau adiknya, mendoakan ayah ibunya.
Biasanya sekalipun anak sudah terbiasa memimpin doa di rumahnya sendiri,kadang-kadang bila ada temannya atau saudaranya yang menginap di rumah, anak menjadi enggan berdoa. Dalam hal ini, mungkin kita bisa berikan contoh lebih dulu, kita katakan bahwa setiap orang di sini memimpin doa secara bergiliran. Jadi ayahnya berdoa lebih dulu dengan kata-kata yang pendek, singkat, supaya anak tidak minder, kemudian ibunya juga berdoa dan kemudian giliran anak dan kemudian tamunya. Jadi dengan cara ini, anak-anak lebih tertolong dari rasa malunya. Kalau cara demikian tidak bias dijalankan orang tua dapat memimpin doa, “OK, mungkin kamu masih malu ya”, kita berdoa sama-sama, jadi ayah atau ibu yang memimpin doa kemudian diikuti oleh anak-anak.
Sikap doa yang perlu kita ajarkan pada anak-anak adalah ketika sering kali anak-anak ini kerena mereka suka bermain, sehingga mereka tidak bersikap hormat. Kita harus ajarkan kepada mereka bahwa sikap hormat waktu berdoa sangat penting dan kemudian juga kita harus ajarkan tentang kerendahan hati dan kekudusan waktu kita berdoa di hadapan Tuhan. Kita ingat saja waktu Yesus memberi perumpamaan tentang membandingkan kehidupan doa orang Farisi dengan pemungut cukai, di sana mengajarkan tentang kerendahan hati seorang pemukut cukai yang doanya diterima oleh Tuhan. Demikian juga tentang kekudusan, ketika ada dosa di dalam diri kita, kita tidak bisa berdoa dengan baik di hadapan Tuhan.
Anak-anak mempunyai daya ingat yang cukup kuat. Tuhan Yesus mengajarkan sebuah doa yang cukup panjang mungkin bagi anak-anak, yaitu Doa Bapa Kami. Pada sekolah Kristen/katolik anak diajar menghafalkan sebuah doa. Hal ini memang perlu dilakukan. Contoh Doa Bapa Kami memberitahukan bagaimana seharusnya kita berdoa. Paling sedikit di sana banyak prinsip-prinsip yang kita bisa pegang dengan demikian kita juga akan lebih mudah mengajarkan anak-anak bagaimana seharusnya berdoa dan apa saja yang perlu ada di dalam suatu doa.
Untuk menghindari dampak anak sudah hafal doa lalu diucapkan seperti otomatis, kita juga harus membiasakan anak juga untuk berdoa secara bebas. Jadi kita berusaha melatih mereka untuk berdoa mengucapkan apa saja kepada Tuhan. Kita katakan kepada mereka bahwa Tuhan itu adalah selain Dia itu Raja di atas segala raja yang kita harus betul-betul hormati, kita harus hidup kudus di hadapanNya sebelum kita berdoa, tetapi dia juga sayang kepada anak-anak. Dia juga dekat kepada anak-anak dan Dia juga mengasihi kita semua, Dia adalah seorang Bapak yang penuh kasih. Kita sebagai anak Tuhan boleh meminta apa saja dan boleh berkata-kata apa saja sama seperti anak-anak berkata-kata kepada ayah ibunya sendiri. Dan kemudian kita juga perlu tegaskan kepada anak-anak bahwa Yesus itu sangat menghargai anak-anak. Dengan demikian anak-anak yang polos, yang selalu berdoa dengan kejujuran hatinya ini merasa dikuatkan dan mereka akan lebih berani untuk mengucapkan doa, meskipun dengan kesalahan-kesalahan kita harus maklumi itu. Seorang anak memimpin doa makan, tetapi ada juga saudara-saudaranya di situ. Ditengah-tengah doanya mungkin dia kehabisan kata-kata, lalu terdiam, tidak bias melanjutkan doanya. Saudara-saudaranya mentertawakan. Sikap orang tua sangat penting dalam hal ini. Bila anak belum ditertawakan oleh saudaranya, begitu anak ini terdiam, kemudian ditunggu sementara waktu, orang tua boleh membantu dengan melanjutkannya kemudian langsung diakhiri. Bila dia sudah ditertawakan saudaranya, orang tua wajib untuk mendidik, mengatakan kepada anak-anak yang lain, jangan ditertawakan karena kita semua tidak ada yang berdoa dengan sempurna dan Alkitab mengatakan Roh Kudus sering kali membantu kita berdoa dalam kata-kata yang kita sendiri tidak bisa ucapkan. Kita katakan bahwa kita harus betul-betul hormat di hadapan Tuhan dan bahwa Tuhan menghargai apapun doa kita, meskipun itu dengan ada kesalahan-kesalahan seperti itu. Kita juga harus memuji anak ini bahwa bagaimanapun juga kamu sudah berusaha dengan baik dan Tuhan menghargai doa kamu, tidak sempurna tidak apa-apa. Seperti kamu belajar di sekolah, semua harus ada tahap demi tahap pembelajaran.
Dengan berdoa, anak ini akan selalu merasa dia harus hidup di hadapan Tuhan dan tidak bisa lari dari hadirat Tuhan. Dan ketika dia dewasa ada kemungkinan dia akan mengingat masa-masa indah ini dimana dia berdoa bersama keluarganya, dia diajarkan untuk berdoa. Kita tidak selalu bisa mengawasi anak-anak kita, tetapi kalau anak-anak kita terbiasa hidup di dalam doa dia akan hidup di hadapan Tuhan dan Tuhan sendiri yang akan mengawasi dia pada saat kita tidak bisa mengawasi kehidupan mereka.
Apa yang dilakukan anak dalam doanya di masa kecil mempunyai dampak di masa depannya. Pasti ada kenangan yang indah ketika anak ini berdoa, misalnya suatu ketika mereka meragukan apakah doa saya didengar, mungkin juga ketika tumbuh remaja mereka berpikir apakah Tuhan sungguh-sungguh ada, dsb. Tetapi kenangan-kenangan ini akan mengingatkan mereka, ada doa-doa yang pernah dijawab, ada doa yang membuat kita semua merasa terharu dan itu yang diharapkan akan menjadikan anak-anak kita itu selalu ingat untuk hidup di dalam doa.
Pada waktu anak meminta sesuatu mainan atau lainnya, ingin mendapatkan sesuatu, orang tuanya berkata agar anak berdoa kepada Tuhan. Namun kita tidak boleh menjanjikan pada anak bahwa apa yang didoakan itu pasti akan terkabul. Kita semua harus belajar pada doa Tuhan Yesus di Getsemani, dimana Dia berdoa agar Dia tidak usah minum cawan pahit itu, tetapi biar kehendak Tuhan yang terjadi. Jadi ketika anak-anak sering kali mengajukan keinginan kekanak-kanakannya akan suatu mainan, kita katakan bahwa kalau misalnya sesuatu itu mungkin berbahaya, mungkin tidak berguna atau kadang-kadang Tuhan memikirkan sesuatu yang lebih dari itu, maka ada kemungkinan permintaan itu tidak dipenuhi. Dan dalam situasi demikian kita bisa mengajar kepada anak-anak untuk lebih berpikir secara dewasa, untuk menahan diri, dan berdoa tidak hanya sekedar memuaskan hawa nafsu seperti yang dikatakan oleh Alkitab.
Sebaliknya, bila doa anak ini sudah terkabul, kita bisa katakan bahwa kita harus mengucap syukur. Karena sering kali kita mengajar anak untuk berdoa waktu dia sakit dan kita sering kali lupa ketika anak itu sudah sembuh kita minta anak untuk mengucap syukur. Disinilah kita mengingatkan bahwa ketika anak sudah sembuh kita Tuhan sudah menjawab doa, meskipun itu misalnya lewat dokter dsb, tetapi yang jelas bahwa Tuhan memberikan kekuatan untuk sembuh, karena banyak orang juga tidak bisa sembuh. Dan kemudian kita mengajak anak itu berdoa dan mengucap syukur dengan demikian anak ini tahu bahwa doanya sudah dikabulkan.
I Samuel 1:27-28, “Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan Tuhan telah memberikan kepadaku, apa yang ku minta daripadaNya. Maka akupun menyerahkannya kepada Tuhan; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan, lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada Tuhan’. Ayat ini mengisahkan tentang Hana yang mendapat anak yaitu Samuel dan dia mengucap syukur. Sikap Hana tersebut penting bagi orang tua yaitu bagaimana orang tua ini menyerahkan anak-anaknya kepada Tuhan. Di dalam doanya orang tua mengatakan demikian, seumur hidup terserah anak saya mau dipakai Tuhan seperti apa. Sikap demikian penting sekali.
Sekarang kita lebih mengerti sangat pentingnya kehidupan doa dan kita semua juga akan memulai bagaimanapun sulitnya, bagaimanapun beratnya, tetapi itulah panggilan yang Tuhan berikan kepada kita, Saat Ini!
Selamat menjalani kehidupan doa bersama keluarga!

(Penulis adalah Monalita Hutabarat, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2009)

Tidak ada komentar: