Kita sudah tidak asing lagi dengan tokoh Yunus yang dicatat dalam Alkitab. Keunikan tokoh ini yang diketahui umum ialah seorang nabi yang melarikan diri dari hadapan Tuhan dan berada dalam perut ikan besar selama 3 hari. Bahkan kisah Yunus ini selalu menjadi bahan pembicaraan di kalangan orang Kristen terkait dengan hamba Tuhan yang tidak taat. Ungkapan ini tidak keliru sebab Yunus sebagai nabi tidak memenuhi panggilannya sebagaimana seharusnya. Namun jarang dibahas mengapa Yunus tidak taat, apa yang terjadi dalam dirinya sehingga Yunus mengambil keputusan yang sangat berisiko, bagaimana komitmennya kepada Tuhan yang memanggilnya sebagai nabi, lalu apa pelajaran penting yang perlu ditarik dari pengalaman Yunus dalam kehidupan kita sehari hari.
Yunus dan Pelayanannya
• Yunus bin Amitai disebut dalam 2 Raja 14:25 yang melayani pada masa pemerintahan Yerobeam II di kerajaan Utara Israel pada paruh pertama abad ke 8 SM.
• Yunus adalah seorang nabi yang takut akan Tuhan, ”Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan” (1:9)
• Yunus tahu kehendak Tuhan hal ini dapat kita lihat dalam teks berikut ini, ”Bangunlah pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepadaKu”. Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo ..... (1:2,3). Hal ini menunjukkan bahwa Yunus sebenarnya tahu kehendak Tuhan dan apa yang harus dikerjakan sebagai seorang nabi Tuhan untuk kota Niniwe.
Hal inilah yang menjadi ironi dalam kehidupan Yunus.
Seorang nabi sudah seharusnya mentaati kehendak Tuhan tanpa syarat, namun realitanya tahu kehendak Tuhan tetapi tidak taat. Lalu timbul pertanyaan, ada apa dengan Yunus, apa yang sedang terjadi dengannya, bagaimana aplikasi iman itu dalam hidupnya?. Mengapa Yunus mengambil keputusan untk melarikan diri menjauhkan diri dari Tuhan?. Nampaknya sikap Yunus ini sangat terkait dengan kondisi kota Niniwe yang menurut Yunus kejahatannya sudah ”keterlaluan” sehingga tidak layak menerima belas kasihan Tuhan. Oleh karena itu kita perlu melihat sepintas sejarah dan kondisi Niniwe yang dicatat dalam alkitab.
Sekilas tentang kota Niniwe:
• Niniwe adalah kota besar berpenduduk lebih dari 120.000 ribu orang namun sangat jahat, karena tidak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri (4:11). Niniwe adalah ibu kota Asyur, suatu bangsa yang amat fasik, kejam dan dursila (lih. Nah 1:11; 2:12-13; Nah 3:1,4,16,19). Israel membenci orang Asyur dan memandang mereka sebagai ancaman besar. (Niniwe ; Nineveh = "abode of Ninus" 1) capital of the ancient kingdom of Assyria; located on the east bank of the Tigris river, 550 miles (880 km) from its mouth and 250 miles (400 km) north of Babylon) Daerah puing-puing yang luas pada tebing timur sungai Tigris. Pertengahan abad ke-14 SM Niniwe berada di tangan bangsa Asyur. Secara politis Niniwe baru memperoleh arti yang penting pada zaman raja Sanherib (Abad 8 SM), yang suka membuat kota itu menjadi tempat kediamannya (2Raj 19:36) dan diperbesarnya dengan bangunan-bangunan indah. Pada tahun 612 SM, kota Niniwe dirusak oleh bangsa Madai dan Babilon (bdk.: Nubuat Nah 1:1-3:19 dan Zef 2:13-15). Yunus berkotbah di Niniwe (Yun 3:1-4:11)
• Beberapa catatan Alkitab tentang kota Niniwe:
1. Asal mulanya pada zaman purbakala. Kej 10:9-11 Dari negeri itu ia Nimrot (keturunan Ham) pergi ke Asyur, e lalu mendirikan Niniwe, Rehobot-Ir, Kalah
2. Terletak di Sungai Tigris. Nah 2:6,8
3. Ibu kota Asyur yang tertua. 2Raj 19:36; Sebab itu berangkatlah Sanherib, raja Asyur, dan pulang, lalu tinggallah ia di Niniwe.
4. Dinamai kota penumpah darah. Nah 3:1
1. Besar. 1:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe 1 , c kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."
3:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu 2 .
2. Yunus 3:3; Luasnya sejauh perjalanan tiga hari lamanya. :3 Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya 1 , tiga hari perjalanan luasnya.
3. Nahum 2:9; Kaya. Jarahlah perak, jarahlah emas! Sebab tidak berkesudahan persediaan harta benda, kelimpahan segala barang yang indah-indah!
4. Kuat. Nahum 3:12 Segala kubumu adalah seperti pohon ara dengan buah ara m yang masak duluan; jika diayunkan, maka jatuhlah buahnya n ke dalam mulut orang yang hendak memakannya.
5. Perdagangan. Nahum 3:16 sekalipun kauperbanyak orang-orang dagangmu lebih dari bintang-bintang di langit, seperti belalang w pelompat mereka mengembangkan sayap dan terbang menghilang.
6. Penduduknya banyak.Yunus 4:11 Bagaimana tidak Aku akan sayang x kepada Niniwe, y kota yang besar itu 1 , yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"
7. Hina. Nahum1:14 Terhadap engkau, inilah perintah TUHAN: "Tidak akan ada lagi keturunan dengan namamu. k Dari rumah allahmu Aku akan melenyapkan patung l pahatan dan patung tuangan; kuburmu m akan Kusediakan, sebab engkau hina. n "
8. Jahat. Yunus 1:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe 1 , c kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."
9. Penyembah berhala.Nahum 1:14 Terhadap engkau, inilah perintah TUHAN: "Tidak akan ada lagi keturunan dengan namamu. k Dari rumah allahmu Aku akan melenyapkan patung l pahatan dan patung tuangan; kuburmu m akan Kusediakan, sebab engkau hina. n "
10. Penuh keramaian dan penduduknya santai. Zef 2:15 Itulah kota yang beria-ria n yang penduduknya begitu tenteram o dan yang berkata dalam hatinya: "Hanya ada aku p dan tidak ada yang lain!" Betapa dia sudah menjadi tempat yang tandus, tempat pembaringan bagi binatang-binatang liar. q Setiap orang yang lewat dari padanya akan bersuit r dan mengayun-ayunkan tangannya. s
11. Penuh dengan dusta dan perampasan. Nahum 3:1 Celakalah kota penumpah darah 1 k itu! Seluruhnya dusta l belaka, penuh dengan perampasan, dan tidak henti-hentinya penerkaman!
12. Penuh persundalan. Nahum 3:4 Semuanya karena banyaknya persundalan si perempuan sundal, yang cantik parasnya dan ahli dalam sihir 1 , n yang memperdayakan bangsa-bangsa dengan persundalannya o dan kaum-kaum dengan sihirnya.
Jadi Niniwe memiliki catatan yang buruk dalam sejarah sampai dengan jaman Yunus.
Yunus diperintahkan Tuhan untuk memberitakan kabar kasih Allah kepada bangsa ini dengan alasan bahwa ”kejahatan kota yang besar ini telah sampai kepada Tuhan”. Kota Niniwe merupakan kota yang mengagumkan besarnya (3:3) atau dapat dipahami sebagai kota metropolitan, kota yang sangat maju pada saat itu. Dapat dipahami bahwa sebagai kota yang sangat berkembang, tentunya berbagai kejahatan juga terjadi di sana. Roger S. Greenway and Timothy M. Monsma mencoba mendeskripsikan situasi Niniwe sebagai berikut,
”Allah sangat mengenal seperti apa kota itu; kejahatannya telah membangkitkan murka-Nya. Dosa kota itu bersifat individual, karena dilakukan secara individual oleh ribuan penduduk Niniwe. Tapi dosa mereka juga bersifat kolektif karena merupakan jumlah total dari kehidupan Niniwe, baik budaya maupun keberhasilan-keberhasilannya menunjukkan kejahatan-kejahatan yang dilakukannya”.
Pengertian kejahatan disini menggambarkan berbagai tindakan yang melawan Allah, artinya manusia sudah lebih memfokuskan hidupnya kepada kesenangan dirinya, melupakan keadilan Allah, dll. Pergumulan di Niniwe tentunya tidak terlalu jauh berbeda dengan pergumulan dan kondisi kota besar pada masa kini walaupun konteks dan situasinya jauh berbeda. Kondisi ini sudah seharusnya Allah bertindak untuk menghukum mereka sesuai dengan tindakannya. Namun sebaliknya yang terjadi. Allah masih memberikan mereka kesempatan untuk bertobat, sehingga Allah mengutus Yunus untuk menyetakan kebenaran.
Reaksi Yunus
Sebagai nabi Tuhan sudah seharusnya ia taat kepada perintah Tuhan. Seorang nabi tidak punya alasan untuk tidak taat, termasuk melakukan perintah Tuhan yang tidak disukai atau bertentangan dengan hatinya. Hal ini untuk menunjukkan keunggulan seorang nabi, yaitu mengutamakan kehendak Tuhan di atas kehendak dirinya. Yunus sebenarnya tahu kehendak Tuhan, yaitu ia harus pergi ke Niniwe untuk memberitakan firman Tuhan. Hal ini kita dapat ketahui dari 1:1-3; ”datanglah firman Tuhan kepada Yunus bin Amitai, demikian: ”Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap nmereka, karena kejahatannya telah sampai kepadaku”, Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan ; ....” (melarikan diri : berusaha untuk menghindari, melepaskan diri dari tanggung jawab). Hal ini menunjukkan penolakan Yunus atas perintah tersebut, sebab ia kemudian bersiap untuk berangkat ke Tarsis (letak Tarsis sudah banyak dibicarakan orang namun masih belum pasti. Yang pasti, Tarsis terletak di pantai Laut Tengah, atau mungkin lebih jauh lagi.) Mengapa Yunus tidak taat kepada perintah tersebut? Ada beberapa hal yang perlu diberikan catatan dalam kejadian ini, antara lain:
• Niniwe merupakan ibukota Asyur yang terkenal jahat dan selalu memusuhi Israel. Menurut pikiran Yunus, sudah sewajarnya Niniwe (kota besar itu) dihukum dengan berat dan tidak layak mendapat kasih karunia Tuhan. Jika Allah memberikan keselamatan kepada bangsa ini, berarti Allah sendiri mengingkari janjinya untuk menghukum bangsa yang jahat. Dalam hal ini tidak ada cara lain yang dapat dilakukan terhadap bangsa Asyur selain dihukum. Mungkinkah Allah dapat berubah? Bagaimana Yunus memahami kondisi ini? Mengapa Allah tiba tiba berbuat baik kepada bangsa yang jahat, apalagi kejahatan terhadap bangsa pilihan Tuhan?. Pemahaman ini yang mendorong Yunus untuk menolak pergi ke Niniwe.
• Yunus lupa bahwa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan selalu berbuat jahat terhadap Tuhan, dan selalu mendapat pengampunan dari Tuhan walaupun mereka harus mengalami penderitaan akibat dosanya. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Niniwe juga sudah selayaknya menerima pengampunan sesuai dengan kehedak-Nya. Dalam hal ini Kebenaran Tuhan tidak kontradiksi dengan keputusan-Nya untuk mengampuni bangsa non-Israel, bahwa manusia harus mengalami penghukuman oleh karena dosanya dan tetap ada anugerah pengampunan. Bahwa Tuhan tidak mengistimewakan bangsa tertentu (Israel) tidak dihukum oleh karena bangsa pilihan Tuhan.
Marilah kita mengkaji tindakan Yunus yang menolak perintah Tuhan:
1. Yunus sebagai nabi mampu mengenali kehendak Tuhan, namun pengenalan tersebut tidak diimplementasikan dalam seluruh hidupnya. Yunus tahu konsekuensi seorang nabi, yaitu harus taat kepada perintah Tuhan untuk menyatakan kehendak Tuhan kepada manusia. Dalam bagian ini kita dapat mengatakan bahwa Yunus bukan nabi yang taat. (walaupun pada kisah selanjutnya kita dapat melihat bahwa ia memang pergi ke Niniwe namun konsepnya tentang tidak mengalami perubahan). Ada prinsip penting yang perlu dipahami, yaitu seorang nabi tetaplah sebagai manusia biasa sebagai makhlukyang berpribadi dan memiliki rasio, perasaan serta kemauan. Nabi bukanlah manusia seperti robot yang hanya digerakkkan oleh pemiliknya (Tuhan), atau nabi bukan seperti ”remote control”. Namun seorang nabi adalah pribadi yang dapat berinteraksi dengan Tuhan, mempertimbangkan, mengenali dan berelasi dengan Tuhan. Kita mengetahui bahwa salah satu ciri nabi ialah memiliki relasi yang sangat ”intim” dengan Tuhan, sehingga tidak keliru mengerti dan menerjemahkan perintah Tuhan. Bahkan seorang nabi harus pula rela mengorbankan keputusan pribadinya dalam rangkan mengutamakan kehendak Tuhan. Dalam tataran ini Yunus nampaknya tidak menunjukkan jati dirinya sebagai nabi Tuhan. Yunus lebih mempertimbangkan kehendaknya untuk tidak pergi ke Niniwe dibandingkan menjalankan kehendak Tuhan. Hal penting yang perlu menjadi perhatian kita semua ialah kita perlu berjuang untuk mengaplikasikan kebenaran Allah yang diungkap dalam Alkitab dengan pencerahan Roh Kudus dalam realita hidup kita sehingga kita dapat mengalami pertumbuhan iman, paradigma hidup terus mengalami pembaharuan secara terus menerus.
2. Dalam perjalanan Yunus ke Tarsis, ia mengalami sesuatu yang tidak diduga sebelumnya. Allah menurunkan angin ribut sehingga terjadilah badai besar (1:4). Peristiwa ini sebagai penghukuman dan sekaligus untuk menyadarkan Yunus akan panggilan Tuhan. Kejadian ini sangat dahsyat sehingga awak kapal mengalami ketakutan, dan diakui manusia tidak dapat mengatasi situasi dan hanya Allah yang mampu. Yunus akhirnya sadar perbuatannya dan dia sendiri yang menentukan hukumannya yaitu dibuang ke laut, atau siap menerima risiko kematian akibat pemberontakannya kepada Tuhan. Namun atas penentuan Tuhan datanglah ”seekor ikan besar” untuk menelan Yunus; dan Yunus tinggal dalam perut ikan itu 3 hari 3 malam lamanya (1:17). Yunus tidak mati dalam perut ikan itu. Hal ini sebagai bentuk hukuman dan pemeliharaan Tuhan terhadap Yunus. Bahkan Yunus masih berdoa dan mengakui kebesaran Tuhan dari dalam perut ikan tersebut, bahwa Yunus masih hidup karena kasih karunia Tuhan. Keselamatan Yunus juga merupakan bentuk pengampunan dan kesetiaan Tuhan. Yunus kembali memperbaharui komitmennya ” dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari Tuhan (2:9). Pengakuan ini seharusnya mengubah paradigma Yunus secara mendasar.
- Hal penting untuk dipelajari : manusia tidak bisa melarikan diri dari hadirat Tuhan. Perhatikan Mazmur 137:7-8, ”Kemana aku dapat pergi menjauhi rohMu, kemana aku dapat lari dari hadapanMu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau” . Maka tidak ada gunanya menolak panggilan Tuhan.
- Rencana Tuhan untuk mengingatkan Niniwe akan dosanya tidak dapat digagalkan. Allah tetap melanjutkan dengan mempersiapkan Yunus dengan paradigma yang baru.
3. Yunus yang telah mengalami kasih karunia Tuhan tidak membuatnya berubah total. Ia memang pergi ke Niniwe sesuai dengan perintah Tuhan namun tidak dengan niat yang jujur, walaupun Allah melakukan perkara besar untuk Niniwe dan mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, sehingga Allah tidak jadi menghukum kota itu. Penduduk Niniwe menjadi percaya kepada Tuhan. Bukankah ini yang diharapkan oleh para nabi?. Seorang nabi seharusnya bersyukur jika orang orang bertobat meninggalkan dosa dan berbalik kepada Tuhan. Tetapi Yunus bersusah hati dan marah kepada Tuhan, bahkan meminta supaya Tuhan mencabut nyawanya (4:1-4). Oleh karena itu ada yang tidak tepat dalam diri Yunus yang harus dibukakan. Hal ini membuktikan bahwa Yunus tidak konsisten dengan janjinya kepada Tuhan (2:9). Apa yang sedang terjadi dengan Yunus? Ia pergi ke Niniwe dalam keadaan ”terpaksa” karena tidak ada pilihan lain. Dia memiliki pandangan teologi yang baik namun tidak teraplikasi dalam hidupnya (pasal 4). Pekerjaannya mengakibatkan Yunus sangat marah dan kecewa kepada Tuhan. Hal ini diungkapkan dengan keinginannya untuk mati, tidak mau melihat kondisi Niniwe lagi. Yunus tetap mau supaya Niniwe dihancurkan. Pertanyaan yang muncul adalah: layakkah Yunus marah kepada Tuhan?. Namun Tuhan tetap sabar dan mencoba menyadarkan Yunus kembali dengan peristiwa ”pohon jarak” (4:6-11), yang kemudian memicu kemarahan Yunus ”Selayaknyalah aku marah sampai mati” (4:9). Berikutnya kita tidak tahu bagaimana kehidupan Yunus. Nampaknya Yunus tidak mau mengubah sikapnya terhadap Niniwe, sebab ia belum bisa terima kasih karunia Tuhan untuk Niniwe. Konflik ini mengakibatkan Yunus merasa tidak ada lagi gunanya hidup.Hal penting yang perlu kita pelajari ialah bagaimana kasih karunia Tuhan mengubah hidup kita menjadi serupa dengan kehendakNya. Belajar untuk mengenali keberadaan diri secara jujur dan mengenali berbagai hambatan dalam diri yang mengakibatkan firman Allah tidak bertumbuh dalam hidup. Ketika seseorang mengalami kasih karunia Allah/bertobat maka langkah selanjutnya ialah mengubah hal hal yang buruk dalam diri, dan hal ini merupakan proses terus menerus yang tidak pernah berhenti. Kadang kadang proses itu sangat menyakitkan atau bahkan ”melukai” diri untuk mengalami kesembuhan . Dalam hal ini kita membutuhkan kasih karunia Allah dan bukan karena kekuatan kita sendiri.
Penutup
Kisah Yunus memberikan pelajaran penting bagi kita:
1. Orang Kristen dituntut untuk setia dalam menjalankan kehendak Tuhan dalam dirinya. Tugas utamanya ialah menyatakan kebenaran Allah melalui hidupnya, dan tampil sebagai orang Kristen dalam dunia yang terus berubah.
2. Kota Niniwe yang besar dan maju menimbulkan permasalahan moral yang tidak sedikit. Tentunya sebagai orang Kristen harus berani tampil beda untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pelayan Tuhan. Manusia yang sangat jahat sekalipun tetap dikasihi oleh Tuhan dan merupakan kesempatan bagi kita untuk menyatakan kesaksian Kristen. Kita tidak melarikan diri dari realita hidup yang keras.
3. Kita senantiasa terbuka terhadap perubahan paradigma untuk semakin sesuai dengan kehendak Allah, agar kita mampu menyikapi pergolakan dunia ini dengan tepat. Kita tetap setia dalam pemberitaan Injil dan bersyukur jika ada orang lain yang bertobat termasuk orang yang pernah menyakiti kita.
4. Pengetahuan teologi harus teraplikasi dalam hidup orang Kristen. Mengaplikasikan firman Tuhan membutuhkan perjuangan yang tidak sedikit tapi harus terus diperjuangkan. Banyak orang Kristen memiliki pengetahuan Alkitab namun tidak diaplikasikan dalam hidup, sehingga hidupnya tidak mengalami pertumbuhan.
Kitranya tulisan yang sederhana ini dapat menjadi berkat bagi segenap pembaca. Tuhan memberkati.
Sumber:
1. W.s Lasor, D.A Hubard, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007), 230.
2. www.sabda.org
(Penulis adalah Pdt. Musa Tarigan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2009)
Yunus dan Pelayanannya
• Yunus bin Amitai disebut dalam 2 Raja 14:25 yang melayani pada masa pemerintahan Yerobeam II di kerajaan Utara Israel pada paruh pertama abad ke 8 SM.
• Yunus adalah seorang nabi yang takut akan Tuhan, ”Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan” (1:9)
• Yunus tahu kehendak Tuhan hal ini dapat kita lihat dalam teks berikut ini, ”Bangunlah pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepadaKu”. Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo ..... (1:2,3). Hal ini menunjukkan bahwa Yunus sebenarnya tahu kehendak Tuhan dan apa yang harus dikerjakan sebagai seorang nabi Tuhan untuk kota Niniwe.
Hal inilah yang menjadi ironi dalam kehidupan Yunus.
Seorang nabi sudah seharusnya mentaati kehendak Tuhan tanpa syarat, namun realitanya tahu kehendak Tuhan tetapi tidak taat. Lalu timbul pertanyaan, ada apa dengan Yunus, apa yang sedang terjadi dengannya, bagaimana aplikasi iman itu dalam hidupnya?. Mengapa Yunus mengambil keputusan untk melarikan diri menjauhkan diri dari Tuhan?. Nampaknya sikap Yunus ini sangat terkait dengan kondisi kota Niniwe yang menurut Yunus kejahatannya sudah ”keterlaluan” sehingga tidak layak menerima belas kasihan Tuhan. Oleh karena itu kita perlu melihat sepintas sejarah dan kondisi Niniwe yang dicatat dalam alkitab.
Sekilas tentang kota Niniwe:
• Niniwe adalah kota besar berpenduduk lebih dari 120.000 ribu orang namun sangat jahat, karena tidak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri (4:11). Niniwe adalah ibu kota Asyur, suatu bangsa yang amat fasik, kejam dan dursila (lih. Nah 1:11; 2:12-13; Nah 3:1,4,16,19). Israel membenci orang Asyur dan memandang mereka sebagai ancaman besar. (Niniwe ; Nineveh = "abode of Ninus" 1) capital of the ancient kingdom of Assyria; located on the east bank of the Tigris river, 550 miles (880 km) from its mouth and 250 miles (400 km) north of Babylon) Daerah puing-puing yang luas pada tebing timur sungai Tigris. Pertengahan abad ke-14 SM Niniwe berada di tangan bangsa Asyur. Secara politis Niniwe baru memperoleh arti yang penting pada zaman raja Sanherib (Abad 8 SM), yang suka membuat kota itu menjadi tempat kediamannya (2Raj 19:36) dan diperbesarnya dengan bangunan-bangunan indah. Pada tahun 612 SM, kota Niniwe dirusak oleh bangsa Madai dan Babilon (bdk.: Nubuat Nah 1:1-3:19 dan Zef 2:13-15). Yunus berkotbah di Niniwe (Yun 3:1-4:11)
• Beberapa catatan Alkitab tentang kota Niniwe:
1. Asal mulanya pada zaman purbakala. Kej 10:9-11 Dari negeri itu ia Nimrot (keturunan Ham) pergi ke Asyur, e lalu mendirikan Niniwe, Rehobot-Ir, Kalah
2. Terletak di Sungai Tigris. Nah 2:6,8
3. Ibu kota Asyur yang tertua. 2Raj 19:36; Sebab itu berangkatlah Sanherib, raja Asyur, dan pulang, lalu tinggallah ia di Niniwe.
4. Dinamai kota penumpah darah. Nah 3:1
1. Besar. 1:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe 1 , c kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."
3:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu 2 .
2. Yunus 3:3; Luasnya sejauh perjalanan tiga hari lamanya. :3 Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya 1 , tiga hari perjalanan luasnya.
3. Nahum 2:9; Kaya. Jarahlah perak, jarahlah emas! Sebab tidak berkesudahan persediaan harta benda, kelimpahan segala barang yang indah-indah!
4. Kuat. Nahum 3:12 Segala kubumu adalah seperti pohon ara dengan buah ara m yang masak duluan; jika diayunkan, maka jatuhlah buahnya n ke dalam mulut orang yang hendak memakannya.
5. Perdagangan. Nahum 3:16 sekalipun kauperbanyak orang-orang dagangmu lebih dari bintang-bintang di langit, seperti belalang w pelompat mereka mengembangkan sayap dan terbang menghilang.
6. Penduduknya banyak.Yunus 4:11 Bagaimana tidak Aku akan sayang x kepada Niniwe, y kota yang besar itu 1 , yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"
7. Hina. Nahum1:14 Terhadap engkau, inilah perintah TUHAN: "Tidak akan ada lagi keturunan dengan namamu. k Dari rumah allahmu Aku akan melenyapkan patung l pahatan dan patung tuangan; kuburmu m akan Kusediakan, sebab engkau hina. n "
8. Jahat. Yunus 1:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe 1 , c kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."
9. Penyembah berhala.Nahum 1:14 Terhadap engkau, inilah perintah TUHAN: "Tidak akan ada lagi keturunan dengan namamu. k Dari rumah allahmu Aku akan melenyapkan patung l pahatan dan patung tuangan; kuburmu m akan Kusediakan, sebab engkau hina. n "
10. Penuh keramaian dan penduduknya santai. Zef 2:15 Itulah kota yang beria-ria n yang penduduknya begitu tenteram o dan yang berkata dalam hatinya: "Hanya ada aku p dan tidak ada yang lain!" Betapa dia sudah menjadi tempat yang tandus, tempat pembaringan bagi binatang-binatang liar. q Setiap orang yang lewat dari padanya akan bersuit r dan mengayun-ayunkan tangannya. s
11. Penuh dengan dusta dan perampasan. Nahum 3:1 Celakalah kota penumpah darah 1 k itu! Seluruhnya dusta l belaka, penuh dengan perampasan, dan tidak henti-hentinya penerkaman!
12. Penuh persundalan. Nahum 3:4 Semuanya karena banyaknya persundalan si perempuan sundal, yang cantik parasnya dan ahli dalam sihir 1 , n yang memperdayakan bangsa-bangsa dengan persundalannya o dan kaum-kaum dengan sihirnya.
Jadi Niniwe memiliki catatan yang buruk dalam sejarah sampai dengan jaman Yunus.
Yunus diperintahkan Tuhan untuk memberitakan kabar kasih Allah kepada bangsa ini dengan alasan bahwa ”kejahatan kota yang besar ini telah sampai kepada Tuhan”. Kota Niniwe merupakan kota yang mengagumkan besarnya (3:3) atau dapat dipahami sebagai kota metropolitan, kota yang sangat maju pada saat itu. Dapat dipahami bahwa sebagai kota yang sangat berkembang, tentunya berbagai kejahatan juga terjadi di sana. Roger S. Greenway and Timothy M. Monsma mencoba mendeskripsikan situasi Niniwe sebagai berikut,
”Allah sangat mengenal seperti apa kota itu; kejahatannya telah membangkitkan murka-Nya. Dosa kota itu bersifat individual, karena dilakukan secara individual oleh ribuan penduduk Niniwe. Tapi dosa mereka juga bersifat kolektif karena merupakan jumlah total dari kehidupan Niniwe, baik budaya maupun keberhasilan-keberhasilannya menunjukkan kejahatan-kejahatan yang dilakukannya”.
Pengertian kejahatan disini menggambarkan berbagai tindakan yang melawan Allah, artinya manusia sudah lebih memfokuskan hidupnya kepada kesenangan dirinya, melupakan keadilan Allah, dll. Pergumulan di Niniwe tentunya tidak terlalu jauh berbeda dengan pergumulan dan kondisi kota besar pada masa kini walaupun konteks dan situasinya jauh berbeda. Kondisi ini sudah seharusnya Allah bertindak untuk menghukum mereka sesuai dengan tindakannya. Namun sebaliknya yang terjadi. Allah masih memberikan mereka kesempatan untuk bertobat, sehingga Allah mengutus Yunus untuk menyetakan kebenaran.
Reaksi Yunus
Sebagai nabi Tuhan sudah seharusnya ia taat kepada perintah Tuhan. Seorang nabi tidak punya alasan untuk tidak taat, termasuk melakukan perintah Tuhan yang tidak disukai atau bertentangan dengan hatinya. Hal ini untuk menunjukkan keunggulan seorang nabi, yaitu mengutamakan kehendak Tuhan di atas kehendak dirinya. Yunus sebenarnya tahu kehendak Tuhan, yaitu ia harus pergi ke Niniwe untuk memberitakan firman Tuhan. Hal ini kita dapat ketahui dari 1:1-3; ”datanglah firman Tuhan kepada Yunus bin Amitai, demikian: ”Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap nmereka, karena kejahatannya telah sampai kepadaku”, Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan ; ....” (melarikan diri : berusaha untuk menghindari, melepaskan diri dari tanggung jawab). Hal ini menunjukkan penolakan Yunus atas perintah tersebut, sebab ia kemudian bersiap untuk berangkat ke Tarsis (letak Tarsis sudah banyak dibicarakan orang namun masih belum pasti. Yang pasti, Tarsis terletak di pantai Laut Tengah, atau mungkin lebih jauh lagi.) Mengapa Yunus tidak taat kepada perintah tersebut? Ada beberapa hal yang perlu diberikan catatan dalam kejadian ini, antara lain:
• Niniwe merupakan ibukota Asyur yang terkenal jahat dan selalu memusuhi Israel. Menurut pikiran Yunus, sudah sewajarnya Niniwe (kota besar itu) dihukum dengan berat dan tidak layak mendapat kasih karunia Tuhan. Jika Allah memberikan keselamatan kepada bangsa ini, berarti Allah sendiri mengingkari janjinya untuk menghukum bangsa yang jahat. Dalam hal ini tidak ada cara lain yang dapat dilakukan terhadap bangsa Asyur selain dihukum. Mungkinkah Allah dapat berubah? Bagaimana Yunus memahami kondisi ini? Mengapa Allah tiba tiba berbuat baik kepada bangsa yang jahat, apalagi kejahatan terhadap bangsa pilihan Tuhan?. Pemahaman ini yang mendorong Yunus untuk menolak pergi ke Niniwe.
• Yunus lupa bahwa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan selalu berbuat jahat terhadap Tuhan, dan selalu mendapat pengampunan dari Tuhan walaupun mereka harus mengalami penderitaan akibat dosanya. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Niniwe juga sudah selayaknya menerima pengampunan sesuai dengan kehedak-Nya. Dalam hal ini Kebenaran Tuhan tidak kontradiksi dengan keputusan-Nya untuk mengampuni bangsa non-Israel, bahwa manusia harus mengalami penghukuman oleh karena dosanya dan tetap ada anugerah pengampunan. Bahwa Tuhan tidak mengistimewakan bangsa tertentu (Israel) tidak dihukum oleh karena bangsa pilihan Tuhan.
Marilah kita mengkaji tindakan Yunus yang menolak perintah Tuhan:
1. Yunus sebagai nabi mampu mengenali kehendak Tuhan, namun pengenalan tersebut tidak diimplementasikan dalam seluruh hidupnya. Yunus tahu konsekuensi seorang nabi, yaitu harus taat kepada perintah Tuhan untuk menyatakan kehendak Tuhan kepada manusia. Dalam bagian ini kita dapat mengatakan bahwa Yunus bukan nabi yang taat. (walaupun pada kisah selanjutnya kita dapat melihat bahwa ia memang pergi ke Niniwe namun konsepnya tentang tidak mengalami perubahan). Ada prinsip penting yang perlu dipahami, yaitu seorang nabi tetaplah sebagai manusia biasa sebagai makhlukyang berpribadi dan memiliki rasio, perasaan serta kemauan. Nabi bukanlah manusia seperti robot yang hanya digerakkkan oleh pemiliknya (Tuhan), atau nabi bukan seperti ”remote control”. Namun seorang nabi adalah pribadi yang dapat berinteraksi dengan Tuhan, mempertimbangkan, mengenali dan berelasi dengan Tuhan. Kita mengetahui bahwa salah satu ciri nabi ialah memiliki relasi yang sangat ”intim” dengan Tuhan, sehingga tidak keliru mengerti dan menerjemahkan perintah Tuhan. Bahkan seorang nabi harus pula rela mengorbankan keputusan pribadinya dalam rangkan mengutamakan kehendak Tuhan. Dalam tataran ini Yunus nampaknya tidak menunjukkan jati dirinya sebagai nabi Tuhan. Yunus lebih mempertimbangkan kehendaknya untuk tidak pergi ke Niniwe dibandingkan menjalankan kehendak Tuhan. Hal penting yang perlu menjadi perhatian kita semua ialah kita perlu berjuang untuk mengaplikasikan kebenaran Allah yang diungkap dalam Alkitab dengan pencerahan Roh Kudus dalam realita hidup kita sehingga kita dapat mengalami pertumbuhan iman, paradigma hidup terus mengalami pembaharuan secara terus menerus.
2. Dalam perjalanan Yunus ke Tarsis, ia mengalami sesuatu yang tidak diduga sebelumnya. Allah menurunkan angin ribut sehingga terjadilah badai besar (1:4). Peristiwa ini sebagai penghukuman dan sekaligus untuk menyadarkan Yunus akan panggilan Tuhan. Kejadian ini sangat dahsyat sehingga awak kapal mengalami ketakutan, dan diakui manusia tidak dapat mengatasi situasi dan hanya Allah yang mampu. Yunus akhirnya sadar perbuatannya dan dia sendiri yang menentukan hukumannya yaitu dibuang ke laut, atau siap menerima risiko kematian akibat pemberontakannya kepada Tuhan. Namun atas penentuan Tuhan datanglah ”seekor ikan besar” untuk menelan Yunus; dan Yunus tinggal dalam perut ikan itu 3 hari 3 malam lamanya (1:17). Yunus tidak mati dalam perut ikan itu. Hal ini sebagai bentuk hukuman dan pemeliharaan Tuhan terhadap Yunus. Bahkan Yunus masih berdoa dan mengakui kebesaran Tuhan dari dalam perut ikan tersebut, bahwa Yunus masih hidup karena kasih karunia Tuhan. Keselamatan Yunus juga merupakan bentuk pengampunan dan kesetiaan Tuhan. Yunus kembali memperbaharui komitmennya ” dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari Tuhan (2:9). Pengakuan ini seharusnya mengubah paradigma Yunus secara mendasar.
- Hal penting untuk dipelajari : manusia tidak bisa melarikan diri dari hadirat Tuhan. Perhatikan Mazmur 137:7-8, ”Kemana aku dapat pergi menjauhi rohMu, kemana aku dapat lari dari hadapanMu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau” . Maka tidak ada gunanya menolak panggilan Tuhan.
- Rencana Tuhan untuk mengingatkan Niniwe akan dosanya tidak dapat digagalkan. Allah tetap melanjutkan dengan mempersiapkan Yunus dengan paradigma yang baru.
3. Yunus yang telah mengalami kasih karunia Tuhan tidak membuatnya berubah total. Ia memang pergi ke Niniwe sesuai dengan perintah Tuhan namun tidak dengan niat yang jujur, walaupun Allah melakukan perkara besar untuk Niniwe dan mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, sehingga Allah tidak jadi menghukum kota itu. Penduduk Niniwe menjadi percaya kepada Tuhan. Bukankah ini yang diharapkan oleh para nabi?. Seorang nabi seharusnya bersyukur jika orang orang bertobat meninggalkan dosa dan berbalik kepada Tuhan. Tetapi Yunus bersusah hati dan marah kepada Tuhan, bahkan meminta supaya Tuhan mencabut nyawanya (4:1-4). Oleh karena itu ada yang tidak tepat dalam diri Yunus yang harus dibukakan. Hal ini membuktikan bahwa Yunus tidak konsisten dengan janjinya kepada Tuhan (2:9). Apa yang sedang terjadi dengan Yunus? Ia pergi ke Niniwe dalam keadaan ”terpaksa” karena tidak ada pilihan lain. Dia memiliki pandangan teologi yang baik namun tidak teraplikasi dalam hidupnya (pasal 4). Pekerjaannya mengakibatkan Yunus sangat marah dan kecewa kepada Tuhan. Hal ini diungkapkan dengan keinginannya untuk mati, tidak mau melihat kondisi Niniwe lagi. Yunus tetap mau supaya Niniwe dihancurkan. Pertanyaan yang muncul adalah: layakkah Yunus marah kepada Tuhan?. Namun Tuhan tetap sabar dan mencoba menyadarkan Yunus kembali dengan peristiwa ”pohon jarak” (4:6-11), yang kemudian memicu kemarahan Yunus ”Selayaknyalah aku marah sampai mati” (4:9). Berikutnya kita tidak tahu bagaimana kehidupan Yunus. Nampaknya Yunus tidak mau mengubah sikapnya terhadap Niniwe, sebab ia belum bisa terima kasih karunia Tuhan untuk Niniwe. Konflik ini mengakibatkan Yunus merasa tidak ada lagi gunanya hidup.Hal penting yang perlu kita pelajari ialah bagaimana kasih karunia Tuhan mengubah hidup kita menjadi serupa dengan kehendakNya. Belajar untuk mengenali keberadaan diri secara jujur dan mengenali berbagai hambatan dalam diri yang mengakibatkan firman Allah tidak bertumbuh dalam hidup. Ketika seseorang mengalami kasih karunia Allah/bertobat maka langkah selanjutnya ialah mengubah hal hal yang buruk dalam diri, dan hal ini merupakan proses terus menerus yang tidak pernah berhenti. Kadang kadang proses itu sangat menyakitkan atau bahkan ”melukai” diri untuk mengalami kesembuhan . Dalam hal ini kita membutuhkan kasih karunia Allah dan bukan karena kekuatan kita sendiri.
Penutup
Kisah Yunus memberikan pelajaran penting bagi kita:
1. Orang Kristen dituntut untuk setia dalam menjalankan kehendak Tuhan dalam dirinya. Tugas utamanya ialah menyatakan kebenaran Allah melalui hidupnya, dan tampil sebagai orang Kristen dalam dunia yang terus berubah.
2. Kota Niniwe yang besar dan maju menimbulkan permasalahan moral yang tidak sedikit. Tentunya sebagai orang Kristen harus berani tampil beda untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pelayan Tuhan. Manusia yang sangat jahat sekalipun tetap dikasihi oleh Tuhan dan merupakan kesempatan bagi kita untuk menyatakan kesaksian Kristen. Kita tidak melarikan diri dari realita hidup yang keras.
3. Kita senantiasa terbuka terhadap perubahan paradigma untuk semakin sesuai dengan kehendak Allah, agar kita mampu menyikapi pergolakan dunia ini dengan tepat. Kita tetap setia dalam pemberitaan Injil dan bersyukur jika ada orang lain yang bertobat termasuk orang yang pernah menyakiti kita.
4. Pengetahuan teologi harus teraplikasi dalam hidup orang Kristen. Mengaplikasikan firman Tuhan membutuhkan perjuangan yang tidak sedikit tapi harus terus diperjuangkan. Banyak orang Kristen memiliki pengetahuan Alkitab namun tidak diaplikasikan dalam hidup, sehingga hidupnya tidak mengalami pertumbuhan.
Kitranya tulisan yang sederhana ini dapat menjadi berkat bagi segenap pembaca. Tuhan memberkati.
Sumber:
1. W.s Lasor, D.A Hubard, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007), 230.
2. www.sabda.org
(Penulis adalah Pdt. Musa Tarigan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar