Sabtu, 05 Juni 2010

ARTIKEL: DAMPAK PELAYANAN BULETIN BAGI PEMUDA

“Saya sudah belajar, namun hanya sedikit yang ada di kepala” ; kata seorang pemuda ketika mau menghadapi ujian. “Maaf saya lupa mengunci pintu”, ucap seorang ibu. “Maaf saya lupa namamu”, ujar seorang guru kepada mantan muridnya.
Ingatan atau memori adalah persoalan tiap orang. Apa yang menyebabkan kita lupa ? Apa ada kiat untuk meningkatkan daya ingat ? Penelitian menyimpulkan bahwa gudang daya tampung memori kita memuncak pada waktu kita berusia sekitar 20 (dalam masa yang disebut pemuda-pemudi). Pada usia itu sistem memori kita bisa menyerap, mengolah dan menyimpan info sebanyak mungkin. Sungguh merugikan jika kesempatan daya serap itu tidak dimanfaatkan.
Tuhan menciptakan manusia dan melengkapinya dengan sistem memori yang sangat canggih. Alangkah ironisnya kalau dengan daya ingat yang begitu canggih ternyata kita tidak mengingat Allah yang memberi daya ingat itu. Sebab itu banyak bagian Alkitab mencatat peringatan “Ingatlah”, atau “Janganlah lupa”. Misalnya, “Ingatlah selalu apa yang dilakukan TUHAN, Allahmu ...” (Ulangan 7:18). Masih banyak lagi ayat Alkitab yang memberi peringatan untuk mengingat misalnya Ulangan 8:11, Ulangan 8:18 dan yang paling indah tertulis di Mazmur 119.
Dalam hal ini tampak pentingnya pemuda untuk belajar terus. Belajara adalah kegiatan seumur hidup. Life long learing. Dalam hal ini belajar tidak harus berarti formal seperti mengikuti belajar di sekolah. Belajar bisa juga dengan mengikuti ceramah, pembinaan, lokakarya, seminar, pemahaman Alkitab, kursus dan sebagainya. Cara belajar yang paling praktis tentunya adalah dengan membaca buku.
Membaca buku adalah cara yang paing praktis untuk pertumbuhan termasuk untuk daya ingat. Ada lima alasan yaitu :
• Pertama, kita tidak perlu meninggalkan rumah.
• Kedua, kita tidak terikat oleh waktu; kapan saja kita mau kita bisa membaca.
• Ketiga, kita bebas melakukannya dengan tempo atau kecepatan kita sendiri.
• Keempat, kita bisa mengulanginya lagi bila perlu.
• Kelima, kita bebas untuk memilih sendiri bahan yang kita minati.
Yang penting kita mempunyai itikad baik.
Membaca buku memberi faedah ganda: pada satu pihak memelihara kebugaran otak serta kesehatan jiwa, dan pada pihak lain menambah pengetahuan, wawasan dan iman.
Kita bisa melihat contoh pada seorang pemuda yang berusia 25 tahun, namun sudah menjadi seorang pembingbing bahkan gembala jemaat di Alkitab. Pemuda tersebut adalah Timotius. Buku-bukulah yang menjadi pendidik Timotius. Buku sangat berperan sebagai pendidik Timotius. Jarang tertulis sejelas ini bahwa buku sebagai benda dikategorikan sebagai pendidik. Perhatikan keenam kata kerja yang memperlihatkan perbuatan pedagogis buku yaitu : ‘memberi hikmat’, ‘menuntun kepada keselamatan’, ‘mengajar’, ‘menyatakan kesalahan’, ‘memperbaiki kelakuan’, dan ‘mendidik dalam kebenaran’ (lih. 2 Tim 3:15).
Belum banyak orang menganggap buku sebagai pendidik termasuk warga gereja. Belum banyak orang berminat untuk membaca buku sampai usia lanjut. Buku dianggap hanya sebagai kebutuhan murid di sekolah. Di sekolah pun tidak semua murid gemar membaca.
Buku yang bermutu adalah pendidik yang perlu. Buku memberi manfaat yang khas pada tiap golongan usia.
• Untuk anak kecil, buku menolong menumbuhkan daya imajinasi dan kecermatan mengeja.
• Untuk remaja dan pemuda buku menolong menajamkan daya konsentrasi dan kerangka bernalar yang sistematis. Untuk orang dewasa, buku berfaedah untuk mencegah kemandekan atau stagnasi dalam perkembangan visi.
• Untuk orang lanjut usia buku menolong mempertahankan fungsi intelegensi.
• Kemudian untuk segala golongan usia buku memberikan banyak manfaat yang umum. Buku menambah pengetahuan. Buku memperluas wawasan. Buku menyegarkan. Buku menghibur.
Buku yang baik (istilah dalam 2 Tim. 3:15 “segala tulisan yang diilhamkan Allah”) dapat dipakai oleh Tuhan sebagai alat untuk membimbing. Seperti yang dialami oleh Timotius : buku memberi hikmat. Buku menuntun kepada keselamatan. Buku mengajar. Buku menyatakan kesalahan. Buku memperbaiki kelakuan. Buku mendidik dalam kebenaran. Timotius telah menikmati pendidikan yang diberikan oleh buku. Timotius telah tumbuh menjadi sebagaimana dia ada karena pendidikan oleh buku.
Sebagai pemuda berminat baca Timotius berkenalan dengan Rasul Paulus. Timotius tertarik untuk belajar terus. Atas rekomendasi warga gereja ia diterima menjadi murid Paulus (lih. Kis 16:2). Itu terjadi pada tahun 49 atau 50. Agaknya ketika itu Timotius berumur sekitar 25 tahun, dan Paulus mungkin sekitar 60 tahun. Tuhan mempertemukan Timotius dengan rasul Paulus di Listra (lih. Kisah 16 : 1-3). Paulus memilihnya sebagai pembantu yang baru. Ternyata bahwa Timotius menjadi pembantu terdekat dari Paulus. Tidak ada pembantu lain yang begitu sering disebut dalam surat-surat Paulus seperti dia. Hubungan antara Timotius dengan Paulus sangat akrab sekali seperti antara anak dengan ayah.
Bagaimana dengan kita, apakah buku sudah jadi pendidik ? Apakah kita sudah pembaca “buku yang baik” ?
Bulletin Narhasem termasuk salah satu Buku yang baik. Inilah tulisan singkat dan sederhana “Dampak Pelayanan Bulletin bagi Pemuda”

(Penulis adalah Pdt. Palti Panjaitan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2006)

Tidak ada komentar: