Senin, 26 Juli 2010

ARTIKEL: FUNGSI SEBUAH KELUARGA KRISTEN DALAM SETIAP ASPEK KEANGGOTAANNYA

Pada masa kini, beban keluarga semakin berat. Dasawarsa terakhir ini, dapat dikatakan adalah era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk teknologi komunikasi. Maka terjadilah yang disebut penyebaran informasi secara global atau globalisasi informasi, juga mengalirnya informasi sampai ke tengah keluarga. Terutama pada keluarga Asia, seringkali pengaruh informasi ini adalah terjadinya benturan-benturan nilai. Informasi yang positif berupa ilmu pengetahuan, teknologi, wawasan budaya dan nilai-nilai moral menambahkan nilai, menyebabkan pemberdayaan sumber daya manusia. Tetapi informasi yang negatif dapat berdampak masuknya nilai-nilai yang kurang sesuai dengan agama, adat istiadat, kebiasaan. Informasi yang menggambarkan kekerasan, kebebasan tanpa kendali, dorongan naluriah kasar dan sebagainya menyebabkan terjadinya benturan-benturan nilai. Bagi para orang tua perlu mengenal nilai informasi dan pembentukan karakter anak. Di mana anak diasuh dan dididik hendaknya dapat menjaga kekuatan seimbang antara pengaruh intern keluarga dengan ekstern keluarga.
Melalui peran atau fungsi keluarga ada 8 fungsi keluarga yang secara umum dapat membentuk karakter yaitu : fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi pembinaan lingkungan. Kedelapan fungsi keluarga adalah perwajahan cinta kasih dan kewibawaan orang tua di mata anaknya. Ruang keluarga hendaknya menjadi pusat kegembiraan, kesantaian dan komunikasi sesama anggota keluarga.
Namun kita tidak akan membahas analisa secara umum, namun kita akan melihat nilai-nilai apa yang diharapkan tertanam dalam sebuah keluarga kristen.

I. Dasar Alkitab Tentang Keluarga
Keluarga manusia dibentuk oleh Tuhan dengan mengikut citra Allah, dandipertanggung-jawabkan dan dikembangkan menurut citra Allah, dan menjadi
bait kudus Tuhan. Kejadian 2:7, ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman: " Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Tuhan Yesus sendiri bertumbuh di dalam keluarga. Ia menjadi anak yang patuh
kepada orang tuaNya. Ia bahkan masih sempat memperhatikan ibuNya ketika Ia
disalibkan: Yohanes 19:25-27, Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Tuhan Yesus sangat menyetujui pernikahan, kita tahu bahwa Yesus melakukan mujizat-Nya yang pertama kali adalah dalam perjamuan kawin di Kana (Yohanes 2 : 1-11). Yesus juga mengajarkan, bahwa pernikahan adalah persatuan yang abadi, karena yang mempersatukan suami-istri adalah Allah sendiri : Markus 10:6-9, Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Allah memandang kepentingan dari pernikahan dan keluarga, sehingga selalu ditekankan berulang-ulang dalam Akitab. Dalam Perjanjian Lama dan Baru, kita dapat temukan banyak petunjuk untuk kehidupan berkeluarga.

II. Hirarki Dalam Keluarga
Suami/ seorang Bapak mempunyai tanggung-jawab di dalam fungsi keluarga, dalam hubungan keluarga kepada masyarakat. Demikian juga Ibu/ isteri juga bertanggung jawab kepada keluarga, begitu juga jemaat kepada Kristus. Keluarga adalah bagian dari masyarakat. Maka hendaknya keluarga Kristen bisa mencerminkan kasih Kristus. Efesus 5:22-25, Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.
Suami adalah kepala keluarga yang menjadi pengayom bagi istri dan anak-anaknya. Keluarga harus mencerminkan prinsip Kerajaan Allah. Bila cermin pemerintahan Allah ada dalam suatu rumah tanggga, berarti Yesus ada di atas suami. Dalam hal ini wewenang yang dimiliki suami bukan wewenang untuk digunakan semena-mena. Tetapi wewenang yang dibungkus dengan kasih Kristus demi kemuliaan Allah dan tegaknya rumah tangga Allah atau pemerintahan Allah dalam keluarga. Untuk ini seorang suami harus menjadi imam. Dalam hal ini harus ditegaskan bahwa hubungan suami istri dapat menjadi lambang hubungan Kristus dengan jemaat
Allah menentukan suami harus menjadi imam dalam keluarga. Seperti Kristus berkorban untuk jemaat, demikian pula suami harus berkorban bagi keluarga. Hal ini juga ditegaskan oleh Allah Bapa dalam Kejadian 3:19, bahwa manusia (laki-laki) akan berpeluh dalam mencari nafkah.
Dalam Efesus 5:25, disebutkan bahwa suami harus mengasihi istri seperti “Kristus mengasihi jemaat”. Dalam hal ini, suami harus melihat kasih Kristus sebagai prototype atau teladan kasih yang harus dikenakan terhadap istri. Untuk itu kita harus mengerti tempat Kristus bagi jemaat. Kristus adalah kepala atau pemimpin yang memimpin kepada kebenaran.
Salah satu ciri keluarga yang sehat adalah ketika seorang Bapak benar-benar bertindak sebagai kepala/ commander yang sekaligus menjadi pengayom/ pelindung keluarganya dengan penuh kasih. Seorang Bapak yang menjadi kepala/commander di keluarganya akan berdampak pada kesuksesan pekerjaannya, karena secara psikis dia mempunyai jiwa yang sehat dan ini salah satu modal kesuksesan karir seorang laki-laki.
Di beberapa koran di Singapura sering memuat banyak kasus seorang suami meminta perlindungan hukum, karena mereka “ditindas” istri. Penindasan ini kadang bersifat fisik dan psikis; penindasan bersifat psikis adalah “kasus yang terbesar”, seorang istri “mengomel tiada henti”. Ini akan berdampak buruk terhadap karir suami juga kejiwaan suaminya, ada yang menjadi makin “tumpul” kemampuannya ketika bekerja; tidak kreatif; tidak bergairah dalam bekerja; atau malah menjadi seorang yang “workaholic”. Lebih suka bekerja daripada tinggal di rumah.
Tidak jarang kita jumpai ada keluarga dimana Suami tidak ditempatkan sebagai “kepala” atau sebagai “imam” dalam keluarga. Seorang Istri bisa menjadi sangat dominan penentu keputusan dalam keluarga. Ini banyak terjadi ketika si istri mempunyai karir lebih hebat, punya kemampuan intelektual lebih dari sang suami. Atau mungkin karena sang istri memang mempunyai sifat “dominan”.
Sikap istri yang terlalu dominan membawa suasana rumah-tangga menjadi tidak sehat. Lazimnya memang laki-laki yang memegang kendali keluarga (sesuai Firman Allah). Sikap dominan istri akan menimbulkan konflik bagi jiwa si suami dan anak-anaknya. Mungkin konflik ini kadang tidak terlihat nyata karena mungkin sang suami tidak mempermasalahkan bahwa istri yang memegang “perintah”. Tetapi ini tetap saja akan menjadi suatu konflik sebab “nature” laki-laki adalah diciptakan untuk menjadi “imam”.
Hakekat perempuan sejak semula diciptakan adalah sebagai “penolong yang sepadan” bukan untuk menguasai suami, janganlah menuntut yang berlebihan akan merusak seluruh tatanan kehidupan
Roma 12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
Setiap kali terjadi “penyalahgunaan wewenang” dalam keluarga, selalu akan membawa suasana berkeluarga tidak baik; saat suami berlaku sebagai “diktator” atau istri yang “memegang kuasa penuh” berpotensi besar untuk membuat rumah-tangga tidak harmonis.
Memang kadang-kadang kita jumpai ada ketimpangan diantara suami-istri. Sang istri mungkin jauh lebih pandai, lebih pintar mencari uang, lebih cakap dan sebagainya. Apabila suami “memiliki kekurangan”, maka sebaiknya istri lebih banyak bisa menopang suaminya dalam kasih dan doa. Sebab istri biasanya memiliki kepekaan yang lebih atau waktu yang lebih dalam perkara-perkara rumah-tangga. Namun apabila istri memiliki “kekurangan” dibanding suami, maka sang suami akan menjadi pelindung yang penuh kasih.

III. Rumah Yang Indah
1. KERAJAAN SURGA HADIR DALAM KELUARGA :
Penting dilakukan bagi setiap anggota keluarga (Bapak, Ibu dan anak) untuk selalu menciptakan suasana Sorga didalam rumah. Tuhan Yesus mengajarkan dalam Doa Bapa Kami “Datanglah KerajaanMu, dibumi seperti di Sorga” Mari kita perhatikan ayat 10 dalam
Matius 6:7-15 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." Maka apabila doa tersebut diucapkan dengan “sungguh” bahwa kita memohon Kerajaan Sorga datang, maka sikap kita akan terbawa untuk selalu menciptakan suasana Sorga di dalam rumah kita. Pengucapan “Datanglah kerajaanMu” adalah Ini adalah suatu doa/permohonan supaya Allah memerintah. Memang Allah sudah memerintah, tetapi adakah kita mengakuiNya atau tidak menempatkan Allah sebagai Raja/ Otoritas tertinggi?. Ketika kita berdoa dan mengakuiNya sebagai Raja, dengan demikian ada Tuhan di dalam rumah kita. Kemudian “Jadilah kehendakMu” ini bisa menunjuk pada rencana kekalNya yang pasti akan terlaksana. Jika kita mengundang Allah dan kerajaanNya hadir, maka bumi bagaikan di Sorga. Dengan demikian keluarga hendaknya senantiasa mengundang Kuasa Tuhan dalam kehidupan berkeluarga.

2. SUASANA SORGA
Sorga itu indah, Indah tidak selalu bersifat luxury (mewah). Jika ada kedamaian di dalam rumah maka rumah akan terasa indah. Senyum dan tawa akan mewarnai keindahan itu. Bayangkan saja jika kita hidup di dalam suasana “kaku” dimana Bapak dan Ibunya jarang tersenyum, ini juga akan mempengaruhi karakter anak-anaknya. Di Sorga ada Cinta dan Kasih dimana masing-masing mengasihi satu dengan yang lainnya. Bapak, ibu, anak-anak semuanya bertutur kata manis tidak ada teriakan cek-cok. Keluarga yang damai dan sejahtera itu hanya bisa terwujud jika Allah diundang hadir. Kasih adalah landasan utama dalam penciptaan suasana Sorga : Efesus 3:17-20 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,
Suasana Sorga bermula dari hatimu. Jika hati kita masing-masing mau untuk menciptakan kedamaian dan menghindari konflik, maka hal ini tidaklah sulit untuk diwujudkan.

3. RUMAH YANG RAMAH
Keramahan selalu menghasilkan hal yang positif dalam hubungan antar manusia. Keramahan adalah salah satu bentuk kita menghargai orang lain. Tuhan Yesus adalah pribadi yang ramah, Dia menyapa dengan ramah orang-orang yang dianggap rendah oleh masyarakat sekitarnya; Dia menyapa Zakeus, Dia menyapa perempuan sundal, Dia menyapa orang-orang yang sakit kusta, dst. Kitapun bisa melihat hasil positif dari keramahan Yesus itu, bukan?! bahwa dengan keramahanNYa banyak orang diselamatkan. Keramahan tidak jarang melahirkan sukacita, rumah yang dipenuhi dengan sukacita adalah rumah yang sehat.
Kolose 4:6 Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu bagaimana kamu harus memberi jawaban kepada setiap orang.

Koreksi diri :
Apakah anda ramah ketika menyambut suami pulang dari bekerja?
Apakah anda ramah ketika menyambut istri pulang dari sesuatu aktivitas/ bekerja?
Apakah anda ramah dan memperlakukan anak-anak sebagai "harta" dari Tuhan?
Apakah anda ramah ketika berbicara dengan anggota keluarga anda?
Bisakah anda tetap ramah ketika mendapati anak-anak anda berbuat salah, dan memberikan mereka nasehat yang sesuai?
Bisakah anda membatasi lamanya kemarahan anda terhadap anggota keluarga yang berbuat salah dan segera bisa memberikan maaf/pengampunan?
Apakah anda ramah ketika menjawab telpon?
Apakah anda ramah menyambut orang yang berkunjung ke rumah?
Apakah anda ramah terhadap para pembantu?
dan lain sebagainya

4. RUMAH SEBAGAI TEMPAT PERLINDUNGAN YANG AMAN
Rumah adalah "pusat rohani" tempat kita mendidik anak-anak kita menjadi umat Tuhan yang dikenan Allah. Rumah adalah pusat pelatihan diri menjadi sebuah pribadi yang mencerminkan Kristus, menjadi bagian dari masyarakat. Kehidupan kita adalah kesaksian hidup bagi Kristus.
Jadikanlah rumah anda adalah sebuah tempat yang "paling aman", aman bagi jiwa dan aman bagi raga. Ketika kita mendapati anggota keluarga kita "malas-pulang" hendaknya itu menjadi "alarm bahaya" bagi kita, sudahkah kita menciptakan rumah kita sebagai tempat yang "aman"?
Jangan sampai ada anggota keluarga kita yang merasa bahwa rumahnya itu tempat yang menakutkan, takut pulang karena omelan, siksaan dan sebagainya. Rumah yang utuh adalah rumah yang aman bagi penghuninya, dan jadikan suasana rumah itu sebagai pembangkit semangat.

5. DASAR IMAN SUMBER KESELAMATAN
Jika ada satu orang saja dalam keluarga dimenangkan dalam Kristus, dia akan menjadi terang bagi keluarganya. Dan terang itu akan menjadi kesaksian hidup yang akan memberi teladan bagi anggota keluarga lainnya untuk pula datang kepada Yesus dan diselamatkan.
Kisah Para Rasul 16:31 …"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."

IV. Pendidikan Rumah
1. DISIPLIN ANAK
Orang harus belajar untuk mengetahui bagaimana hidup dan bekerja dengan orang lain. Untuk menjadi bahagia mereka mau bergaul dengan berbagai jenis orang yang ada di sekelilingnya. Setiap anak dalam hatinya menginginkan untuk dicintai. Jika anda peduli terhadap anak-anak, anda tentu percaya pada disiplin. Jika anda percaya pada disiplin, anda harus peduli pada anak-anak. Perasaan yang kuat terhadap penghargaan diri (self esteem) merupakan salah satu yang terpenting dari orang-tua untuk dapat diberikan pada diri seorang anak.
Disiplin dapat membantu seorang anak tumbuh dengan kepercayaan diri dan kontrol diri yang baik, yang dituntut oleh kesadaran yang baik dari dirinya dan tingkah laku yang positif terhadap orang-orang dan pengalaman hidupnya, perasaan yang baik tentang dirinya dan perasaan tanggung jawab, serta kepedulian terhadap lingkungannya. Cara yang efektif untuk menerapkan disiplin pada anak adalah lakukanlah disiplin tersebut secara konsisten dan yakin dengan tindakan yang kita lakukan (Orang tua menjadi tokoh central disiplin).
Peran orang-tua sangat penting di mata Allah. Orang-tua adalah rekan sekerja Allah dalam mendidik dan mempersiapkan anak-anak dari kecil hingga dewasa menjadi umat Tuhan yang berguna bagi kemuliaanNya. Tuhan Yesus menyukai anak-anak, begitu pentingnya pendidikan dan pembekalan bagi mereka ini, karena anak-anak adalah upah dari Allah : Mazmur 127:3 Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.
Pendidikan rumah sangat penting, kita tidak boleh bergantung kepada pendidikan anak di sekolah saja. Ada banyak pendidikan-pendidikan lain yang diperlukan anak-anak untuk bekal dalam bermasyarakat. Pengetahuan etiket dan budi pekerti tidak didapatkan dalam sekolah saja tetapi terlebih penting dijarkan oleh orang tua kepada anak-anak. Pengetahuan dan etiket terparah yang kurang dimiliki oleh masyarakat disekitar kita diantaranya adalah :
1. Minimnyanya disiplin antre di tempat-tempat umum.
2. Tidak suka mengucapkan terima-kasih kepada orang yang memberikan layanan di tempat umum (misalnya di restauran/ kepada pelayan restauran, kepada kasir di toko-toko, kepada orang yang membukakan pintu bagi kita) dan lain-lain.
3. Kurang menghargai appointment dengan seseorang, kurang menghargai janji waktu. Jika ada orang yang menunggui kita sesuai janji, maka kita harus show-up sesuai appointment yang sudah disepakati.
Pendidikan seperti diatas ini diberikan oleh orang-tua kepada anak dengan memberi contoh perilaku, tidak cukup hanya kata-kata saja. Pendeknya jika orang-tua tidak disiplin, maka jangan harap anak-anak kita menjadi orang-orang yang disiplin.

2. MASALAH
Anak-anak mungkin tidak patuh atau memberontak kepada orang tua, pengasuh, guru dan sebagainya. Ketika anak-anak beranjak remaja-dewasa, ini adalah hal yang cukup sulit bagi para orang tua untuk mendidik mereka, sebab ada banyak hal yang dianggap sebagai tren gaul, padahal dampaknya buruk sekali contohnya : pergaulan bebas, begadang, mentato tubuh, minuman keras, narkoba dan seks bebas dan sebagainya. Ajari mereka untuk menghormati tubuh mereka. Bahwa tubuh kita adalah Bait Allah yang kudus. 1 Korintus 3:16-17 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu"

3. PANDANGAN ALKITAB
Bila seorang anak dibesarkan dengan prinsip-prinsip Alkitab, mareka cenderung akan tetap mengikuti prinsip tersebut dalam kehidupannya yang selanjutnya. Orang tua bertanggung jawab atas pelatihan dan pendisiplin yang tepat bagi anak-anak sampai masa dimana mereka tidak lagi tergantung pada orang-tuanya. Ulangan 6:5-7 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.Amsal 22:6 Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. Amsal 19:18 Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya. Amsal 13:24 Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.
Amsal 22:15 Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya. Efesus 6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. 1 Timotius 3:4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Titus 2:4 dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya.

4. INSTRUKSI/ PERINTAH TUHAN
Efesus 6:1-4 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.2 Timotius 3:15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

5. METODE
Ajarlah anak-anak sejak mereka masih kecil, dan jangan pernah menyerah. Sepanjang mereka berada di rumah, biarkan mereka menjadi perhatian utama. Ajarlah mereka untuk mencari teman-teman yang baik. Mereka akan memiliki teman- teman yang baik dan tidak baik. Melalui pegaulan antar-teman mereka akan membuat perbedaan yang cepat dalam kehidupan mereka. Adalah penting agar mereka mengembangkan suatu sikap toleransi terhadap semua orang, tetapi yang lebih penting adalah mereka dapat berkumpul di sekitar orang- orang yang baik yang akan mendatangkan kebaikan bagi mereka. Kalau tidak mereka dapat tercemar oleh cara-cara teman mereka.
Ajarlah mereka untuk menjadi manusia yang baik. Ajarlah remaja putra kita untuk menghormati remaja putri sebagai para putri Allah. Ajari para putri anda untuk menghargai remaja putra, karena anak-anak lelaki yang memegang imamat. Anak-anak lelaki nantinya akan menjadi manusia dewasa yang hendaknya menjadi pemimpin dan harus menentang kejahatan-kejahatan. Nantinya menjadi pengayom bagi keluarganya.
Ajarlah mereka untuk berdoa. Tidak seorang pun di antara kita cukup bijak untuk melakukannya sendiri. Kita memerlukan pertolongan, kebijaksanaan, bimbingan dari Roh Kudus dalam mengambil keputusan-keputusan yang amat penting dalam kehidupan kita. Tidak ada yang dapat menggantikan doa. Tidak ada sumber yang lebih besar dari kekuatan Tuhan.
Dalam mendidik anak, tekankan pentingnya kebutuhan untuk memanifestasikan buah dari roh. Ketika buah-buah roh ada dalam diri anak-anak, maka mereka akan lebih mampu menjalankan disiplin, kasih dan peraturan di rumah.
Galatia 5:22-23 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Bicaralah dengan anak-anak sesuai tingkat pemahaman mereka. Jelaskan kepada mereka apa yang kita harapkan dari mereka. Jangan suka menghukum mereka dalam kemarahan. Berilah contoh kepada mereka, agar mereka dapat meneladani prilaku kita (orang-tua). Ingatlah contoh prilaku orang-tua adalah lebih efektif dari pada hanya kata-kata.
Bawalah anak-anak kita ke Gereja dan biarkan mereka menyaksikan kita (orang-tuanya) menyembah Allah dan berdoa. Kemudian mohonlah kepada Allah untuk memberimu petunjuk apa yang harus dilakukan pada anak-anak kita.
Penanaman disiplin pada anak diciptakan dalam keadaan hubungan suami isteri yang harmonis. Ayah dan Ibu mencerminkan satu kubu yang bersatu/ menyatu dengan cara :
a. Meminimalkan perbedaan pendapat (pertengkaran mulut) antara orang-tua dihadapan anak-anak.
b. Tidak ceroboh. Jadilah tegas dalam semua instruksi dan disiplin
c. Pahami bahwa tanggung jawab orang tua melampaui/ lebih besar dibanding pendidikan sekolah, klub, kelompok, dan organisasi lainnya
Laksanakan disiplin sesuai dengan usia anak dan pelanggarannya. Peraturan disiplin adalah sebagai berikut :
a. Buatlah pedoman/ petunjuk yang jelas sehingga ana-anak kita tahu apa yang harus dilakukannya dan apa yang dilarang.
b. Hukumlah setiap ketidak-patuhan.
c. Tegakkan disiplin dalam kasih bukan dalam kemarahan.
d. Yakinkan si anak mengerti akan kesalahan yang telah dibuatnya.
e. Tujukkan kasih kepadanya sesudahnya.
f. Selalu berikan pengampunan sesudahnya, kemudian perlakukan anak itu seperti hal itu tidak pernah terjadi.
g. Laksanakan terus disiplin, yakinkan perintah kita dipatuhi.
h. Bila orang-tua yang bersalah, mintalah maaf kepada anak-anak kita.

6. PRINSIP-PRINSIP
a. Tekankan pentingnya kepatuhan kepada orang tua, karena tidak patuh kepada orang tua berarti tidak patuh kepada Allah dan membawa kekacauan dan keruwetan dalam rumah tangga.
b. Tekankan pola berfikir anak-anak kita terhadap ajaran Kristus. Mulailah mempelajari referensi buah Roh. Bicarakan ayat-ayat referensi mengenai hubungan orang tua dan anak.
c. Tekankan pentingnya memberi Allah tempat yang utama dalam segala hal dan setiap hubungan.
Ingatlah tidak ada sesuatupun yang dapat menggantikan waktu kebersamaan kita dengan anak-anak kita. Anak-anak adalah berkat yang datang dari Sorga dan Yesus mengasihi anak-anak.

V. Hubungan Orang Tua Dan Anak
Hubungan dalam keluarga sering dirusakkan oleh konflik pemberontakan, kurangnya disiplin, kurangnya pengertian, dan keinginan tahu. Hubungan dalam keluarga menjadi pengaruh besar dalam kedamaian di rumah tangga. Bagaimana jika kita dihadapkan kepada masalah : Anak-anak memberontak kepada orang-tua, atau orang-tua mengabaikan anak-anak.
Pertumbuhan dalam kehidupan Kristen memerlukan disiplin diri dan kesediaan
berkorban buat satu dan yang lain. Dalam kasus anak-anak, yang terutama harus ada kepatuhan kepada orang tua. Anak-anak harus menghormati dan mematuhi orang tua (baca Efesus 5 dan 6)
Orang tua harus menjadi teladan di dalam keluarganya, Ulangan 12:28 Dengarkanlah baik-baik segala yang kuperintahkan kepadamu, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian untuk selama-lamanya, apabila engkau melakukan apa yang baik dan benar di mata TUHAN, Allahmu."
Kolose 3:20-23 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. Efesus 6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

KEPEMIMPINAN ILAHI DI DALAM KELUARGA
1 Korintus 11:1-12 Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus. Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan kepadamu. Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah. Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya. Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya. Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki. Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki. Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat. Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.
Efesus 5:22 tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, Kolose 3:16-21 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.

PETUNJUK BAGI ORANG-TUA
Amsal 13:24 Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.
Amsal 29:15 Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.
Amsal 19:18 Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.
Ibrani 12:5-11 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

PETUNJUK BAGI ANAK-ANAK
Efesus 6:1-3 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.
Kolose 3:20 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
Amsal 30:17 Mata yang mengolok-olok ayah, dan enggan mendengarkan ibu akan dipatuk gagak lembah dan dimakan anak rajawali.
Ciptakan rasa nyaman di rumah, ada senyum dan perhatian dari orang-tua kepada anak-anaknya. Para orang-tua adalah tokoh utama yang menjadi panutan, menjadi tempat perlindungan bagi anak-anaknya. Orang-tua yang baik harus menciptakan suasana surga dirumahnya. Begitu indah jika dalam keluarga orang tuanya saling menghormati, seorang ibu hormat kepada bapak, seorang bapak mengasihi dan menghargai dengan sungguh istrinya. Itu semua akan dilihat anak-anak kita sebagai contoh dasar baginya dalam bersosialisasi. Jika suasana damai ada dalam rumah, maka komunikasi antar setiap anggota keluarga akan berjalan dengan baik.
Orang-tua yang bijak dihadapan anak-anaknya adalah mereka yang bersikap sebagai “pelindung” dalam kebutuhan rohani dan jasmaninya. Orang-tua yang baik menyediakan apa yang diperlukan anak-anaknya. Bapa kita di Sorga adalah cerminan seorang bapa yang baik. Orang-tua adalah wakil Allah untuk anak-anaknya. Kemudian anak-anak akan tunduk kepada orang tuanya di dalam tunduk kepada Allah. Dan Allah akan tetap menjadi yang tertinggi dalam keluarga.
Orang-tua yang bijak mempunyai manajemen emosional yang baik (EQ yang baik), mereka tidak mudah marah (naik-pitam). Tetapi menghadapi masalah-masalah yang ada dalam rumah tangga dengan kepala dingin dan bersikap rasional. Apabila orang tua selalu tampil simpatik maka anakpun akan terbawa dalam sikap demkian, dan selanjutnya menjadi sikap dasar yang penting dimiliki ketika mereka beranjak dewasa dan melakukan tanggung jawab yang besar dalam hidupnya.
Kecerdasan akademis sedikit kaitannya dengan kehidupan emosional. Orang dengan IQ tinggi dapat terperosok ke dalam nafsu yang tak terkendali dan impuls yang meledak-ledak; orang dengan IQ tinggi dapat menjadi pilot yang tak cakap dalam kehidupan pribadi mereka. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang paling banyak 20 % bagi sukses dalam hidup, sedangkan 80 % ditentukan oleh faktor lain (faktor lain ini melibatkan faktor EQ yang terbanyak).
Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak atau kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitan-kesulitan hidup. IQ yang tinggi tidak menjamin kesejahteraan, gengsi, atau kebahagiaan hidup.
Banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang secara emosional cakap yang mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan, entah itu dalam hubungan asmara dan persahabatan, ataupun dalam menangkap aturan-aturan tak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik organisasi.
Orang dengan ketrampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi pada karir/pekerjaan ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih.
Sebuah keluarga kristen memiliki peran dalam berkembangnya zaman, sebuah keluarga kristen memiliki fungsi baik secara internal maupun eksternal. Setiap fungsi eksternal adalah cerminan dari berhasilnnya setiap anggota keluarga dalam menjalankan fungsi internalnya. Oleh karena itu, perlu ditekankan bahwa keluarga kristen yang baik dan benar adalah yang melandaskan setiap dayung kehidupannya dalam kehendak Kristus sesuai dengan firmanNya didalam Alkitab.
Tuhan Memberkati.

Sumber : Seminar Fungsi Keluarga Kristen Yayasan BPK Penabur, Jakarta.

(Penulis adalah Maestri Y. Tobing, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Oktober 2005)

Tidak ada komentar: