Senin, 26 Juli 2010

ARTIKEL: PEMBERDAYAAN SEKSI PEREMPUAN DALAM PELAYANAN DI GEREJA

I. Pendahuluan
Benarkah perempuan itu lemah ?
Saya pernah membaca tulisan tentang perempuan, demikian : "sayangilah ibumu selama dia di dunia". Ketika itu Tuhan telah bekerja 6 hari lamanya. Kini giliran diciptakan para ibu (perempuan), seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut : "Tuhan, banyak nian waktu yang Tuhan habiskan untuk menciptakan ibu ini". Tuhan menjawab dan menjelaskan secara rinci semua kekhususan perempuan dimata Tuhan. Termasuk: keterampilan yang harus dimiliki, kesabaran, kelemah-lembutan, serta kemampuan mengasuh anak dan mendampingi suami. Malaikat itu masih saja memberikan komentar "terlalu lunak" katanya. Tapi kuat, kata Tuhan bersemangat : mampu memikul derita, dapat berfikir tapi juga memberi gagasan, idea dan berkompromi: kata Sang Pencipta. Akhirnya malaikat menyentuh sesuatu di bagian pipi, " Eh, ada kebocoran disini!". "Itu bukan kebocoran", kata Tuhan, itu adalah air mata......kesenangan dan kesedihan, silih berganti.... kekecewaan, kesakitan, kesepian, dan kebanggaan....... "Tuhan memang ahlinya", malaikat berkata pelan.
Itulah gambaran tentang perempuan yang sering kita dengar sampai sekarang, dari banyak kalangan mengatakan, bahwa : perempuan itu lemah dan tak berdaya. Tetapi ternyata "perempuan" adalah karya istimewa dan sangat spesial dimata Tuhan. Dari semua itu apakah yang menjadi jawaban "Seksi Perempuan" terhadap tritugas panggilan Gereja (Koinonia, Marturia, dan Diakonia) sebagai ungkapan kasih, yang dapat menyenangkan hati Tuhan ?
Perempuan HKBP terpanggil untuk ikut serta ambil bagian dalam tugas pelayanan ditengah-tengah Gereja,

II. Keterangan
1. Apakah yang sudah dikerjakan Perempuan HKBP melalui kehadirannya ditengah-tengah Gereja. ?
Adapun Seksi Perempuan HKBP yang terdiri dari:- anggota P.Ina (Semper: Parari Rabu dan Hanna), begitu juga perempuan "dewasa" yang sudah tidak aktif lagi dalam Naposobulung karena faktor usia dan karena kesibukan ditempat kerja sehingga sulit baginya untuk membagi waktu.
Dalam Kejadian 2:18,22 kita baca: Allah berfirman: "tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia" selanjutnya, setelah perempuan itu selesai dibangun-Nya-dibawa-Nyalah kepada manusia (Adam) itu. Melihat jumlah kehadiran perempuan yang mengikuti ibadah Minggu dan kebaktian lunggu, jauh lebih tinggi daripada kehadiran laki-laki dewasa (bapak-bapak dan pemuda). Padahal yang memegang jabatan pelayanan (khotbah, liturgis, pembaca warta, kolektan dan musik) lebih banyak kaum pria. Yang menjadi pertanyaan: di manakah suami dan anak-anak kaum ibu yang rajin mengikuti ibadah itu? Kebiasaan dan rutinitas beribadah yang demikian sudah berlangsung dari tahun ke tahun. Sejak berdirinya HKBP (7 Okt 1961) sampai sekarang. Apakah yang sudah dikerjakan oleh perempuan HKBP dalam kurun waktu yang sudah terhitung "lama" itu? Apakah hanya datang dan duduk diam untuk mendengarkan Firman Tuhan tanpa menyampaikan pesan "keselamatan dari Yesus Kristus kepada seisi keluarga (suami dan anak-anak)" ? Atau mungkinkah kaum "Bapak dan Pemuda" merasa cukup aman, jika "Perempuan" sudah mengikuti ibadah secara rutin di-Gereja ? Apakah sebahagian orang Kristen merasa terlindungi dari ancaman kekejaman dunia jika ibunya sudah mendoakannya ?. Kemungkinan itu perlu dipertanyakan karena nyanyian "Di Doa Ibu kudengar nama-ku disebut" sangat populer dikalangan "warga masyarakat Batak" khususnya anggota jemaat HKBP. Adalah baik menghormati "sosok ibu" yang selalu berdoa untuk anak-anak dan suami tetapi jauh lebih baik, jika seisi keluarga sama-sama menyadari betapa pentingnya mengikuti ibadah bersama dan ikut ambil bagian dalam tugas pelayanan, mis: bergabung dalam menyanyikan lagu pujian melalui Koor, pemandu lagu, musik atau kegiatan lainnya.
Perempuan HKBP harus mau belajar dan terus menerus memperjuangkan kwalitas dirinya dan tetap memohon pertolongan Tuhan, supaya diberi hikmat untuk mempertanggungjawabkan keselamatan seisi rumah tangganya.
Perjuangan kita bukan hanya sekedar memberi makan dan minum tetapi yang lebih penting lagi bagaimana kita bisa dimampukan untuk menumbuh kembangkan iman anak-anak hanya kepada Yesus Kristus dimasa-masa sukar seperti sekarang. Semua perempuan HKBP harus menyadari tanggung jawab tersebut. Sekalipun peranan kaum Bapa tidak bisa diabaikan karena merekalah sebagai Imam dan kepala keluarga. Sebagai perempuan, status kita hanyalah sebagai pendamping. Namun untuk mengembalikan kesadaran kaum Bapak terhadap tanggungjawab tersebut adalah tugas kita sebagai Perempuan yang sudah diselamatkan darah Yesus. Tidak baik membiarkan suami dan anak-anak tinggal dalam kebiasaan yang salah, dengan perilaku yang buruk.
Perempuan HKBP harus mampu bekerja keras dan memperjuangkan peningkatan kwalitas dirinya, menuju perbaikan. Jangan merasa puas hanya duduk dan diam sewaktu mendengarkan Firamn Allah, tetapi selalu gagal mengarahkan anak-anak dan seisi rumahnya kepada keselamatan. Perempuan HKBP bukan hanya sekedar menaikkan lagu pujian melalui Koor tetapi terpanggil untuk ikut serta ambil bagian dalam tugas pelayanan.
Perjuangan kita sebagai seorang "ibu" didalam keluarga, bukan hanya kesejahteraan materi tetapi yang terutama bagaimana kita mampu meningkatkan kualitas iman, moral dan pendidikan. Sekalipun persoalan ekonomi masih saja menghantui ketenangan hidup kita, namun masih banyak nilai-nilai kebaikan yang bisa kita raih tanpa mengeluarkan uang. Termasuk: perilaku yang baik, sebagaimana layaknya anak-anak Tuhan. Bebas dari pengaruh Narkoba, rokok, minuman keras, judi dan sejenisnya.

2. Peran serta "perempuan dewasa " yang belum menikah, dalam Pelayanan di gereja Tuhan.
Perempuan dewasa yang belum menikah (tidak aktif dalam kegiatan naposo, mungkin factor usia atau pekerjaan), perempuan dalam usia ini sudah waktunya untuk menunggu seorang kekasih hati. Seseorang bercerita demikian : Kadang-kadang muncul pertanyaan ketika saya muda dulu, kapan ya saya bisa mendapatkan seorang kekasih yang sesuai dengan kriteria saya.
Ada lelaki yang mencoba untuk mendekati saya, tapi itu bukan pilihan saya, akhirnya daripada tidak punya seorang kekasih saya terima saja, tapi lama-kelamaan cinta kami tidak semulus bayangan saya. Ibu saya menyarankan : lebih baik menunggu orang yang kita inginkan ketimbang memillih apa yang ada. Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai (berdoalah supaya Tuhan mengirimkan orang yang tepat menjadi pasangan kita) ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada. Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, Jika ingin berlari belajarlah berjalan dahulu, jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu. Jika ingin dicintai belajarlah mencintai dahulu. Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah (apalagi yang tidak seiman dengan kita), menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius dan akhirnya membuahkan hasil yang manis dan sesuai dengan pilihan kita yang sesuai dengan rencana Allah. Penantian yang diperjuangkan bersama dengan pertolongan Roh Kudus akan selalu lebih baik daripada tindakan yang terburu-buru.
Masa-masa penantian yang demikian memang sangat mendebarkan, tetapi jangan sampai meninggalkan kebersamaan dengan saudara seiman. Ada orang yang enggan bergaul dengan orang-orang yang disekitarnya dan lebih banyak mengurung diri, padahal masih banyak hal-hal yang bisa kita lakukan jika kita mau menawarkan persahabatan dengan lingkungan dimana kita tinggal. Dengan ambil bagian dalam pelayanan dalam gereja, kita dapat memberikan semangat kepada orang lain yang merupakan undangan selamat datang kepada orang-orang yang belum mengenal kita. Bakat-bakat yang terpendam selama ini (misalnya : penyuluhan kesehatan bagi yang berprofesi di bidang medis, musik dan lain-lain) bisa menjadi berkat bagi anggota jemaat gereja kita.
Kita sangat mengharapkan peran serta semua Perempuan HKBP untuk ambil bagian dalam kegiatan di gereja kita, supaya nama Tuhan semakin dipermulliakan.

III. Penutup
Sesungguhnya perempuan sebagai makhluk yang lemah itu terdiri dari 180 bagian yang lentur namun mempunyai daya tahan yang luar biasa dan tidak cepat capai. la bisa hidup dari sedikit teh kental (tanpa gula) dan makanan seadanya untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Memiliki kuping yang lebar untuk mendengar keluhan anak-anaknya dan seisi rumah-tangganya. Memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan dan menyejukkan hati anak-anaknya dan semua orang yang dikasihinya. Lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah. Enam pasang tangan untuk melayani sana-sini, mengatur segalanya menjadi baik. Sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup. Mata itu bisa berbicara dan memaafkan seorang anak yang mengakui kekeliruaannya, dengan menatap lembut, mata itu berkata : "saya mengerti dan sayang padamu". la bisa menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit. Dan masih banyak lagi yang bisa diuraikan tentang kehebatan seorang perempuan yang dikenal sebagai makhluk yang lemah itu. Semua itu harus disadari oleh perempuan HKBP agar tidak tinggal diam dalam kebiasaan lama, tanpa mau belajar tentang banyak hal yang sangat diperlukan untuk membenahi masa depan keluarga, gereja, dan masyarakat sekitar kita.
Meningkatkan kualitas perempuan merupakan tanggung jawab kita semua untuk mendapatkan kualitas masyarakat yang baik dimasa depan. SHALOM.

(Penulis adalah Ny. Limbong Br. Tambun, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Maret 2006)

Tidak ada komentar: