Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman,
orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa
orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa
I. Pengantar
Siapakah yang dapat melihat kejujuran dalam cerita bohong?
Sebagai seorang Raja Israel yang pertama di Israel, berdasarkan garis keturunan, "Salomo" naik tahta tanpa pemberian karunia Allah. Namun demikian, Salomo menunjukkan kasihnya kepada Tuhan dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, Ayahnya. Karunia itu kemudian diperolehnya dalam penglihatannya di Gibeon. Tuhan menyodorkan kepadanya suatu pilihan. Menyadari pekerjaannya sebagai seorang pemimpin yang belum berpengalaman ditengah-tengah umat Allah (Israel) bangsa yang besar itu, maka dia memohon hati yang paham membedakan antara yang baik dan yang jahat (1 Raj. 3 : 9)
Salomo menyadari tanpa karunia Allah, seorang raja mustahil mampu menegakkan keadilan. Pada kenyataannya manusia seringkali menutupi kejujuran dengan kebohongan yang telah dipoles sedemikian bagus untuk memenangkan setiap persoalan yang dihadapi.
Dalam waktu yang singkat setelah Salomo mendapat karunia Allah, dia diperhadapkan dengan pertengkaran 2 perempuan sundal dengan bayi mereka (1 Raj. 3 : 16). Dengan memenangkan salah satu diantaranya telah menjadi contoh yang luhur yang menunjukkan hikmah Salomo. Beberapa istilah Ibrani dan Yunani yang bisa kita
samakan dengan kejujuran, kita uraikan demikian :
- Misypat berarti keputusan yang tepat.
- Isedaa (kejujuranku : Kej, 30 : 30), yakub memenuhi syarat-syarat perjanjiannya untuk menggembalakan domba Laban.
Ada kalanya seseorang bisa selamat dari hukuman karena menghadirkan saksi dusta sehingga bagi banyak orang kepalsuan seolah-olah tertutupi. Bahkan di dalam peristiwa "kebun anggur Nabot" (1 Raj. 21:1- 29) Raja Ahab dan Izebel, muncul sebagai pemenang karena menghadirkan saksi dusta dan mengupah orang dursila untuk menyembur-nyemburkan kebohongan. Tetapi takhtanya tidak bertahan lama, yang paling mengenaskan Izebel mati terbunuh, mayatnya terinjak-injak dan darahnya dijilat anjing.
II. Keterangan
Salomo tampil sebagai seorang pemimpin yang sangat dikagumi. Dia muncul mengungguli sebayanya di Mesir, Arab, Kanaan, dan Edom. Dalam hal hikmat (1 Raj. 4 : 29 dab), Salomo menjadi penganjur Sastra Hikmat Israel. Tak ada masa lain lagi dari kerajaan Israel yang begitu berjaya. Amsal-amsalnya yang hebat ada 3.000 dan nyanyiannya 1.005. Dia berbicara tentang pepohonan, binatang seolah peneliti botani dan zoologi. Keberhasilan yang dicapainya termasuk memadu hubungan-hubungan internasional, kekayaan (dijamannya, di Yerusalem : emas sama dengan batu; 2 Tawarikh 1 : 15). Kemegahan bait suci dan banganan istananya didukung oleh para pelayannya yang terlatih, cara makan dan minum, semua itu menambah keharuman nama Salomo. Namun harus kita catat bahwa Salomo menempatkan takut akan Tuhan adalah sumber pengetahuan dan hikmat. Kejujuran sangat disanjungnya. Salomo menyadari bahwa : orang sesat adalah kekejian bagi Tuhan tetapi dengan orang jujur la (Allah) bergaul erat (Amsal 3 : 32).
Ada kalanya dalam menghadapi situasi sulit seperti yang kita alami di negara kita saat ini berbicara tentang kejujuran adalah hal yang mustahil. Sudah menjadi kenyataan bahwa harapan yang sudah hampir pasti bisa gagal karena ketidak-jujuran. Hal serupa ini bisa kita temukan dikalangan aparat hukum, misalnya : untuk menangani kasus korupsi pada awalnya menggebu-gebu untuk memberantas korupsi, tidak berapa lama kemudian khabarnya nyaris tidak terdengar.
Demikian juga dengan para pakar ekonomi, mereka tidak lagi mampu memberikan kepastian yang jujur tentang kemungkinan yang masih bisa diupayakan untuk mencegah kemerosotan ekonomi. Masyarakat seolah-olah tidak ada lagi penuntun yang dapat membimbing mereka keluar dari kesulitan yang mereka alami. Bahkan kekayaan alam Indonesia yang subur itu tidak lagi menjanjikan ketahanan pangan bagi bangsa ini. Untuk bisa keluar dari kesulitan yang kita hadapi sudah menjadi kewajiban kita sebagai warga masyarakat Indonesia harus mau tunduk di hadapan Tuhan. Jangan ada diantara kita yang memperburuk keadaan dengai mengatakan hal yang tidak benar yang belum kita tahu kepastian berita yang akan kita sampaikan. Sebagai warga gereja yang baik kita harus berdoa bagi semua pemimpin dan warga masyarakat bangsa ini. Kita semua harus mau berubah dari kebiasaan yang tidak baik. Hal menyakitkan yang sudah kita alami jangan lagi dibumbui dengan kata-kata dusta yang dapat rnenambah ketakutan dihati masyarakat kita. Masyarakat lemah sudah lelah oleh banyaknya isu ketakutan tentang politik, ekonomi, dan keamanan. Belum lagi ancaman kesehatan yang setiap saat bisa berganti, seperti : sapi gila, flu burung dan lain-lain. Padahal kita tahu makanan yang tersedia di pasar tidak banyak pilihan. Jika ada orang yang mencoba memanfaatkan situasi demikian untuk kepentingan pribadi atau golongan, ingatlah ada Allah yang melihat jauh kedalam lubuk hati setiap orang. Dialah yang akan membalasnya dan akan ternyata, bahwa : orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa. Untuk itu apapun yang terjadi kita tidak perlu takut, percaya saja kepada Allah maka Dia akan bertindak.
III. Kesimpulan
Belajar dari keberhasilan Salomo sebagai seorang raja yang berhasil memimpin sebuah bangsa yang besar, maka ada beberapa catatan penting yang bisa kita lihat:
- tidak semua manusia lahir dengan bakat dan kemampuan yang hebat. Apa yang kira perlukan dalam melakoni kehidupan ini, Tuhan mengetahuinya. Dengan selalu menunjukkan kasihnya kepada Tuhan, Salomo diberikan karunia dan diberkati dalam menempuh setiap langkahnya. Sesederhana apapun penampilan dan cara berfikir kita, Tuhan pasti memampukan semua yang dikasihi-Nya dalam menempuh cita-cita yang dipergumulkan dalam permohonan dan doa kepada Allah.
- Kedekatan kepada Allah ditandai dengan kebaikan hati dan sikap adil, sebab Tuhan bergaul karib dengan orang yang jujur.
- Marilah belajar menciptakan ketenangan sekalipun orang-orang disekitar kita gelisah dan rusuh akibat berita yang tidak baik. Tetapi anak-anak Tuhan selalu menebar damai dan giat berkarya. Shalom!!!! Tuhan Yesus Memberkati
(Penulis adalah Pdt. K.E. Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Nopember 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar