Minggu, 02 Januari 2011

ARTIKEL: MASA DEPAN

Pendahuluan
Pak Siahaan adalah Guru Bahasa Indonesia kelas 1 penulis pada SMP Negeri Sipirok tahun 1956. Beliau berpesan sesuai pepatah yang mengatakan : Berakit rakit ke hulu, berenang renang ketepian, bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian. Pesan itu sangat terpatri dalam ingatan penulis dan diterapkan selama sekolah, walaupun kadang-kadang hampir hampir tidak sanggup lagi memikulnya karena terlalu berat. Maklum saja dengan ekonomi orang tua yang menjadi petani di kampung dan sudah sendiri lagi ditinggal suaminya pergi ke alam baka. Tentunya untuk merubah cita-cita, ambisi dan mimpi tersebut menjadi kenyataan bukan semudah membalik telapak tangan malahan ada orang bijak mengatakan : kalau anda mau keras kepada diri anda sekarang, maka situasi akan lembut kepada anda nanti tetapi kalau anda lemah kepada diri anda sekarang maka situasi akan keras kepada diri anda nanti.
Mungkin pendapat yang dua itu tadi bagi anak anak muda zaman sekarang tidak sesuai lagi karena sudah kuno, tua dan tidak relevan lagi diterapkan karena mereka sudah mempunyai motto : bersenang senang selagi masih muda, bekerja mendapatkan banyak uang dan kalau sudah tua mati harus masuk sorga. Wah…wah…wah… enak sekali bukan ?.

I. Persiapan Diri Mencapai Cita-Cita
Untuk seorang anak Sekolah Minggu kepada mereka diajukan pertanyaan sebagai berikut :: Apa cita-citanya nanti sesudah besar maka tanpa berpikir panjang mereka akan menjawab kalau saya sudah besar nanti maka saya akan menjadi Dokter, Insinyur, Polisi, Tentara, Guru, Pendeta, Pilot Kapal Terbang dan sebagainya. Dan tidak ada yang menjawab menjadi petani, padahal sekarang banyak yang menjadi petani berdasi, juga profesi supir tidak ada yang bercita-cita begitu, padahal ada supir pesawat terbang dan lain-lain.
Pendapat spontan tadi terjadi karena mereka terobsesi dengan apa yang mereka lihat dan alami sehari hari dan akhirnya nanti ditengah jalan mereka akan menyadari bahwa cita-cita tersebut tercapai harus melalui proses dan proses tersebut sangat panjang dan melelahkan sebagai berikut :
1. Mengenal dan lebih memahami tingkat kemampuan diri sendiri dimana kita bercita-cita jadi insinyur ternyata kemampuan kita lebih condong ke hafalan baik untuk bidang Ekonomi maupun Hukum, Bahasa dan lain-lain. Dengan menyadari demikian maka kita tidak boleh “langsung putus asa“ tetapi harus berani berubah haluan sesuai dengan kemampuan tadi.
2. Mengenal dan lebih memahami kemampuan keuangan orang tua. Untuk menjalani suatu proses menjadikan cita-cita jadi kenyataan, kemampuan orang tua harus menjadi satu barometer. Seorang orang tua akan memberikan apa yang dibutuhkan anak-anaknya untuk mencapai cita-cita terutama untuk anak laki-laki pertama. Dengan harapan kalau dia sudah berhasil maka dia bisa membantu adik-adiknya untuk mengikuti jejaknya.
3. Membangun dan meningkatkan rasa percaya diri dimana dia yakin bahwa dia akan bisa menyelesaikan pendidikannya sesuai harapan, untuk itu dia akan lebih sungguh-sungguh lagi belajar demi cita-cita tersebut. Dan kalau dia sudah mencapainya maka dia akan sungguh untuk mengamalkannya.
4. Membangunkan dan meningkatkan sikap positif atas cita-cita dan jalan yang ditempuh untuk mencapainya karena dia yakin, sikap sangat menentukan 90% keberhasilan ditentukan oleh sikap positif.
5. Membangun dan meningkatkan ilmu pengetahuan sebagai modal untuk mencapai cita-cita tersebut, berarti harus belajar sungguh sungguh karena itulah jalan satu satunya.
6. Membangun dan meningkatkan keterampilan agar selalu bisa eksis dalam segala cuaca dan kebutuhan dalam pekerjaan.
7. Meningkatkan kemampuan berbahasa asing minimal dua bahasa, dewasa ini kala ingin menggapai cita-cita terutama bahasa Inggris ditambah dengan salah satu bahasa asing lainnya seperti Bahasa Jepang, China (Hokkian, Hakka atau Mandarin) Perancis, Jerman, Rusia atau Belanda, secara aktif.
Dengan pelaksanaan 7 hal tadi maka persiapan diri kita dalam menghadapi pesaing pesaing kita untuk mencapai cita-cita sudah didepan mata.

II. Mengenai Pekerjaan Dan Hidup Berkeluarga
a. Mengenai Pekerjaan
Kondisi perekonomian dunia dewasa ini yang diterpa oleh Krisis Ekonomi Global keseluruh dunia yang dimulai dengan bangkrutnya usaha usaha dibidang keuangan atau perbankan, asuransi (American Insurance Group atau A.I.G.) dan usaha dibidang permobilan seperti General Motor atau G.M.
Krisis tersebut juga ikut melanda Indonesia dengan kesulitan pemasaran hasil industri di Amerika dan Eropa, berpindahnya para pemodal dari Indonesia ke Vietnam, dimana disana diberikan banyak kemudahan kemudahan bagi para pengusaha untuk berproduksi.
Dengan demikian adanya pendapat sementara pihak yang mengatakan bahwa pengangguran atau pencari kerja di Indonesia mencapai 40 juta orang. Membuat peta persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat.
Untuk menyiasati kondisi tersebut seorang calon pegawai atau pegawai harus :
- Kita tidak lagi harus idealis dengan pekerjaan yang dicita-citakan sejak kita kecil dan telah dipersiapkan secara matang didalam pendidikan. Misalnya seorang yang sejak kecil bercita-cita menjadi insinyur pertanian dan telah mempersiapkan diri untuk itu dengan sekolah di Institute Pertanian Bogor. Sesudah pendidikan selesai, lowongan kerja pegawai negeri dibidang pertanian tidak ada walaupun sudah ditunggu selama dua tahun maka ada perusahaan swasta yang membuka lowongan untuk dibidang kelapa sawit maka cita-cita dengan kenyataan harus ada penyesuaian, tidak harus menjadi pegawai negeri itu saja.
- Kita harus berfikir positif atas pekerjaan dan perusahaan tempat kita bekerja. Memang kadang-kadang ketidakpuasan kepada perusahaan, atasan, rekan kerja, pasti selalu ada dan sewaktu waktu muncul. Tetapi harus kita ingat bahwa kita adalah bawahan yang menjadi bagian dari organisasi. Ketidakpuasan harus kita imbangi dengan kerja keras dan bukan dengan kemalasan. Pekerjaan yang paling enak adalah pekerjaan yang kita buat, dirikan dan usahakan sendiri. Kita bisa bebas mau kerja mau tidur, mau gaji besar dan lain lain., tergantung kita termasuk kalau perusahaan kita bangkrut.
- Kita selalu meningkatkan kemampuan sesuai dengan bidang yang kita geluti. Sehingga apabila kita mengalami kesulitan kita sudah bisa mengatasinya dengan mencari jalan keluar. Harus kita ingat bahwa baik ilmu pengetahuan maupun keterampilan harus selalu ditingkatkan karena hal tersebut sangat cepat berubah.
- Kita harus membangun mentalitas pemenang agar lebih siap menghadapi tantangan dan kesulitan serta pesaing bisnis yang lebih kompetitif dewasa ini.
- Kita harus lebih menyadari, mengenal dan memahami kekuatan dalam diri sendiri sebagai suatu potensi yang harus dikembangkan. Untuk itu kita harus merasa bahwa pekerjaan yang sudah menjadi rutinitas sehari-hari harus dianggap suatu pekerjaan baru agar kita lebih berhati-hati karena adanya anggapan atas suatu pekerjaan yang sudah menjadi runtinitas menimbulkan adanya suatu ketidak hati hatian, kecerobohan, yang dapat merugikan perusahaan dan juga karir anda.

b. Hidup Berkeluarga
Semua orang pernah “bermimpikan” kelak kalau sudah tiba waktunya akan berkeluarga dan hidup bahagia. Tentunya hidup berkeluarga yang bahagia itu harus didasari beberapa hal antara lain :
- Telah mempunayai rencana yang matang dengan mempersiapkan diri dengan adanya dasar pendidikan yang lumayan, adanya pekerjaan yang tetap atau penghasilan tetap agar tidak ketergantungan pada orang tua atau orang lain.
- Didasari dengan Iman yang sama agar dalam kehidupan berkeluarga tidak ada masalah satu sama lain kalau hanya dengan dasar cinta saja perkawinan dilembagakan maka pada hari-hari kemudian pasti akan terjadi percikan-percikan api yang lama kelamaan akan ada kemungkinan membesar apabila tidak cepat diatasi.
- Keluarga juga harus selalu mendukung pekerjaan suami kalau istri tidak bekerja. Apabila keduanya adalah orang pekerja maka keduanya harus saling mendukung dan saling menghormati atas profesi masing-masing. Dan jangan lupa bahwa keluarga adalah segalanya. Terutama untuk para isteri yang jabatan penghasilannya lebih besar dari suami “ada indikasi kadang kadang” suka merendahkan suaminya. Dalam keluarga Kristiani hal ini tidak pantas terjadi, bukankah dalam janji perkawinan satu sama lain harus saling menghormati?
- Masing-masing dalam keluarga harus saling membangun dan meningkatkan antusiasme, motivasi, dan komitmen dalam kelangsungan perkawinan. Bahwa sekali masuk dalam perkawinan tidak ada lagi tiket untuk kembali (only one ticket) kata orang sono.
- Setiap masalah yang timbul harus diselesaikan dengan baik dan dicari jalan keluar dan semua masalah pasti ada jalan keluar apabila kedua belah pihak sepakat. Hidup berkeluarga adalah merupakan suatu “team work” yang tangguh antara suami isteri dan anak-anak, dalam suatu kondisi yang paling sakit sekalipun dalam keluarga, kalau keluarga itu sudah menjadi satu team work yang tangguh maka mereka akan keluar sebagai pemenang. Untuk itu harus ada keterpaduan dalam bentuk tindakan yang berazaskan kebersamaan, kekeluargaan dalam suatu system tertentu. Suami menjadi ketua team, dan dibantu oleh isteri dan anak-anak sebagai anggota team. Keberhasilan team adalah karena usaha bersama. Kalau prinsip ini kita tetap pertahankan maka rumah tangga kita akan menjadi acuan bagi keluarga lain. Dengan demikian kita sudah melaksanakan sebagian tugas Marturia, tidak harus berangkat ke pulau Enggano atau ke Pulau Rupat Marsending. Harus dimulai dari keluarga baru, meningkat kelingkungan keluarga besar dan selanjutnya dan seterusnya.

III. Pelayanan Ke Gereja
Setiap orang pasti mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan pelayanan kepada gerejanya. Tetapi setiap orang “memuat batasan sendiri“ dalam memberikan pelayanan kepada gerejanya sendiri. Dia membangun batasan bahwa kesibukan sehari hari sudah tidak memungkinkan untuk mengikuti salah satu aktivitas gereja. Dengan alasan kesibukan ini maka dia sudah bebas dengan aktifitas pelayanan gereja. Tetapi ada juga orang dengan kesibukan yang padat dalam pekerjaannya sehari-hari, Dia masih berusaha membagi waktu untuk mengikuti salah satu aktifitas gereja dan hal itu tidak membuat gangguan atas pekerjaannya baik di kantor maupun dalam usahanya.
Sebenarnya dasar seseorang untuk memberikan pelayanan kepada gerejanya ada beberapa sebab :
- Adanya usaha pendidikan dari orang tua dengan selalu setiap minggu membawa anak-anaknya sejak kecil untuk mengikuti sekolah minggu.
- Adanya kesediaan orang tua untuk mendidik sendiri anak-anaknya agar lebih tertarik ke gereja dengan bercerita sewaktu perihal cerita-cerita Alkitab.
- Adanya kebiasaan keluarga berkumpul setiap sekali seminggu untuk melakukan kebaktian sendiri keluarga di rumah.
- Adanya kesediaan orang tua mengajari anak-anak dengan kebiasaan berdoa sebelum tidur dan sesudah bangun pagi dan setiap akan memulai makan.
- Adanya ajakan orang lain diluar keluarga untuk mengikuti acara-acara di gereja
- Adanya keinginan sendiri yang keluar dari hati yang paling dalam bahwa dia ingin berbuat sesuatu untuk gerejanya walaupun tidak ada dukungan atau dorongan dari orang tua.
- Adanya kata kata bijak yang di setir oleh Presiden Amerika John F. Kennedy dalam versi gereja.
“Jangan Tanya apa yang diberikan oleh gereja kepada-mu tetapi tanyakan pada dirimu apa yang dapat kamu berikan kepada gereja mu ? “
Usaha untuk membiasakan anak anak sejak kecil agar mencintai gerejanya adalah sesuatu tindakan yang bijak karena kalau sudah besar, maka dia besar akan menolak atau melawan, kalau sudah begitu siapa yang patut disalahkan? Disalahkan tidak ada gunanya, disesalkan juga sami mawon. Ibu penulis sewaktu penulis kecil selalu berpesan dengan berbahasa Batak Angkola sebagai berikut :“ hatiha menek do hayu I bisa di dung dung, muda dung gondang matipul do I “
Terjemahan bebas : kayu harus sejak kecil dibiasakan dilengkungkan sebab kalau sudah besar dilengkungkan pasti dia patah. Falsaafah ini cukup sederhana tetapi bermakna sangat dalam kalau kita mau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penutup
Kita kadang-kadang, sekali lagi kadang-kadang selalu menuntut hak (authority) kita kepada gereja agar dilayani lebih baik, cara marjamita yang harus sesuai dengan selera, harus didengar keluhan dan usul kita juga lupa akan kewajiban (responsibility) kita kepada gereja. Kewajiban kita bukan hanya datang marminggu, membayar iuran bulanan dan kewajiban-kewajiban lain tetapi lebih besar dari situ adalah harus memberikan yang terbaik kepada gereja karena pemilik gereja adalah Tuhan Jesus Kristus, Raja Gereja. Jangan lagi ada pemikiran bahwa nantilah sesudah pensiun saja akan aktif di gereja. Ya bagus apabila masih …………. Sempat. Masa tinggal sisa sisa hidup diberikan pada Raja Gereja. Apakah beliau nanti tidak marah ..? Udahlah muali saja sekarang mumpung masih sempat atau bisa ………………. Tidak sempat sama sekali.
Tuhan selalu memberikan kesempatan kepada kita, tinggal kita sekarang mau mempergunakannya kesempatan itu atau tidak, terserah kita saja kok…..
Than selalu bersama kita, Amin dan Horas.

(Penulis adalah K. Pohan Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juli 2009)

Tidak ada komentar: