Haruskah berubah ?
Paulus berkata: Ketika aku kanak kanak , aku berkata kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang setelah aku dewasa aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu (1 Kor 13:11). Dalam percakapan orang dewasa dengan seorang anak dituntut pengertian, karena pengucapannya sering tidak pas, misalnya saja : seorang ayah mau berangkat ke-kantor, anaknya teriak , “Pa, minta itut !”, Papanya bilang, “ini buku kantor nak!”. Untung Mamanya dengar, dan langsung peluk anaknya, dan menjelaskan: “Papa mau kekantor nak, tidak boleh ikut!”. Seorang Ibu memang lebih banyak berkomunikasi dengan anak-anaknya, dan yang lebih mengerti bahasa kanak-kanak. Ayah anak itu mengira anaknya, “minta itu (buku kerja yang ada ditangan Papanya), rupanya yang dimaksud adalah : minta ikut ! Perkataan ini hanya merupakan contoh sederhana. Jika kita selalu mempergunakan perilaku, gaya dan cara berpikir kanak-kanak maka orang akan bosan berteman dengan kita dan akhirnya meninggalkan kita.
Sekalipun Tuhan Yesus pernah menempatkan seorang anak pada posisi strategis ketika berbicara tentang : “kerajaan Allah” (Mark 10:15; Sesungguhnya barang siapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk kedalamnya).” Hal itu menggambarkan keyakinan seorang anak terhadap orang tua-nya. Dia merasa aman dalam pelukan Ayahnya, dan menikmati semua asupan yang diberikan “suap demi suap”. Setiap tetesan ASI yang disuguhkan Ibunya, itulah yang memberi dia kehidupan. Demikian juga pertumbuhan seorang Kristen dewasa, harus ada ketaatan sejak awal pertumbuhan supaya mampu membedakan yang baik dan buruk. Meninggalkan sifat kanak-kanak masuk ke jenjang dewasa dan menjadikan Yesus Kristus sebagai sosok yang pantas diteladani. Menghormati Bapa surgawiNya dan mengasihi manusia yang berdosa.
Tidak jauh berbeda dengan penerbit yang rindu untuk meningkatkan kualitas isi dari buku (bacaan) yang mereka terbitkan, tidak dinilai dari tampilan luarnya saja. Sekalipun “kemasan” atau cover memegang peranan penting bagi mereka yang baru kenal. Jika seseorang tertarik dengan tampilan luarnya tetapi kecewa dengan isi; tidak berbobot, tidak membangun bahkan sama sekali tidak menyentuh jiwa pembacanya, jangan harap buku serupa dicari oleh pembaca. Begitu juga dengan seorang Ibu, mencoba memperbaiki penampilannya supaya disayangi suami dan anak anaknya; pergi kesalon, merapikan rambut, mengganti warna bibir dan melapis wajahnya dengan bedak yang mahal, tetapi kebiasaannya mengomel tidak berubah malah nambah. Suami dan anak-anaknya tidak mendapat keuntungan dari perubahan penampilan Ibu tersebut, mereka tetap saja kabur dari rumah dan tidak ada yang betah di rumah.
Menjadi Kristen dewasa, perubahan bentuk seperti apa yang perlu bagi kita?
1. Berhati hatilah dengan serigala berbulu domba
Menyebut diri sebagai nabi, tetapi hatinya penuh tipu muslihat (Munafik= muka nabi fikiran kotor). Sama seperti serigala berbulu domba yang masuk kedalam kandang domba, dengan maksud yang jahat. Seperti gembala yang tidak baik yang hanya mengambil keuntungan, menikmati susu dan bulunya, tanpa memperdulikan kepentingan dombanya. Tampilan luar sangat baik tetapi hatinya jahat ingin memberangus. Perubahan rupa yang sangat merugikan adalah : tidak jujur, menyimpan kedok dan mencari keuntungan untuk diri sendiri (perubahan hanya tampilan luar saja, namun dalamnya tetap). Sifat serakahnya dan keinginan memberangus domba tetap saja dipelihara.
Hindarilah cara hidup serupa itu dan jangan bergaul dengan orang seperti itu. Keinginan untuk berubah dari kebiasaan yang salah kepada hal yang lebih baik harus ada tekad, dengan konsep yang jelas. Sadar bahwa keadaannya yang keos dan tak berguna tidak mungkin dipertahankan. Bagaimana mungkin orang yang membiasakan diri dengan yang jahat dapat melakukan hal yang baik ? Satu satunya yang dapat memimpin kita keluar dari hidup serupa itu hanyalah pertobatan. Menyerahkan seluruh persoalan yang kita alami dan pasrah kepada Sang Penebus, sebab Dialah yang menjanjikan : “Akulah jalan kebenaran dan hidup, tidak ada yang sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku “(Joh 14:6).
Munculnya para pecundang, orang yang berkata-kata dengan hal yang baik tetapi pada kenyataannya tindakannya selalu curang dan menyakiti hati sesamanya. Berkata kata tentang kebaikan Allah dan mengklaim diri sebagai orang yang dikasihi Allah (band. Farisi dan ahli Taurat) tetapi tindakannya tidak manusiawi, tidak ada kasih. BahkanYesus yang selalu berusaha membela hak orang-orang yang termarjinalkan dianggap musuh. Yesus yang kesehariannya selalu rendah hati dan senantiasa mengagungkan kebesaran Allah, ingin mereka binasakan.
2. Rela berkorban adalah pertobatan yang sesungguhnya
Apapun resiko dari perubahan hidup baru didalam Kristus harus siap menjalaninya. Paulus adalah orang yang ditangkap Yesus dalam perburuannya ketika hendak membinasakan orang Kristen. Yesus sendiri yang berperan : menjamah hatinya dan berseru “Saulus, Saulus; mengapa engkau menganiaya Aku (Kis. 9:4). Proses dari hari ke-hari harus dilalui dengan roh taat, sebab ada penderitaan, caci maki dan kecurigaan yang dilancarkan oleh orang-orang yang berada disekitar kita.
Orang yang sudah menerima Yesus Kristus menjadi Tuhan dan juru selamatnya adalah orang yang sudah mengalami perubahan. Dari orang yang ragu-ragu menjadi optimis, orang yang menderita sakit, menjadi sembuh. Dari banyak kelemahan mereka bangkit menjadi orang yang berpengharapan. Yesus mengajarkan tentang kebenaran Allah yang tidak tertandingi, yang ada dalam diriNya. Sebab seluruh ajaranNya menyatu pada diriNya sendiri. Kebenaran Allah dinyatakan sebagaimana mestinya. Pandangan masa depan yang tidak pernah menggoyahkan semangat pelayananNya sekalipun harus melalui kematian diatas kayu salib.
Adanya kelompok yang ingin memanfaatkan pengaruh nama Yesus dalam pengajarannya, mencoba pakai nama Yesus, tetapi hanya numpang popularitasnya saja, tidak dengan hati yang tulus, melainkan karena ada kepentingan. Tentang hal itu, Paulus berkata : tidak mengapa karena bagaimanapun juga Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur.(Flp 1:18). Pada prinsipnya keinginan berubah itu baik. Seseorang tidak mungkin mengubah dirinya menjadi lebih buruk. Sama seperti kupu-kupu, yang mengalami perubahan dari ulat yang rakus, bentuk tubuh yang tidak karuan, gendut dan menjijikkan. Setelah menutup diri dan berpuasa beberapa saat dalam kurungan kepompong, dia berubah menjadi lebih baik, indah dan lincah dengan sayap yang tipis menari-nari dialam bebas.
Kehadiran kita sebagai Kristen dewasa dalam komunitas orang percaya, dan dilingkungan kerja dimana kita ada, akan membawa perubahan yang lebih membahagiakan bagi banyak jiwa.
Syalom, Tuhan Yesus memberkati !!!!!!!!!!
(Penulis adalah Pdt. K.E. Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2011)
Paulus berkata: Ketika aku kanak kanak , aku berkata kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang setelah aku dewasa aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu (1 Kor 13:11). Dalam percakapan orang dewasa dengan seorang anak dituntut pengertian, karena pengucapannya sering tidak pas, misalnya saja : seorang ayah mau berangkat ke-kantor, anaknya teriak , “Pa, minta itut !”, Papanya bilang, “ini buku kantor nak!”. Untung Mamanya dengar, dan langsung peluk anaknya, dan menjelaskan: “Papa mau kekantor nak, tidak boleh ikut!”. Seorang Ibu memang lebih banyak berkomunikasi dengan anak-anaknya, dan yang lebih mengerti bahasa kanak-kanak. Ayah anak itu mengira anaknya, “minta itu (buku kerja yang ada ditangan Papanya), rupanya yang dimaksud adalah : minta ikut ! Perkataan ini hanya merupakan contoh sederhana. Jika kita selalu mempergunakan perilaku, gaya dan cara berpikir kanak-kanak maka orang akan bosan berteman dengan kita dan akhirnya meninggalkan kita.
Sekalipun Tuhan Yesus pernah menempatkan seorang anak pada posisi strategis ketika berbicara tentang : “kerajaan Allah” (Mark 10:15; Sesungguhnya barang siapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk kedalamnya).” Hal itu menggambarkan keyakinan seorang anak terhadap orang tua-nya. Dia merasa aman dalam pelukan Ayahnya, dan menikmati semua asupan yang diberikan “suap demi suap”. Setiap tetesan ASI yang disuguhkan Ibunya, itulah yang memberi dia kehidupan. Demikian juga pertumbuhan seorang Kristen dewasa, harus ada ketaatan sejak awal pertumbuhan supaya mampu membedakan yang baik dan buruk. Meninggalkan sifat kanak-kanak masuk ke jenjang dewasa dan menjadikan Yesus Kristus sebagai sosok yang pantas diteladani. Menghormati Bapa surgawiNya dan mengasihi manusia yang berdosa.
Tidak jauh berbeda dengan penerbit yang rindu untuk meningkatkan kualitas isi dari buku (bacaan) yang mereka terbitkan, tidak dinilai dari tampilan luarnya saja. Sekalipun “kemasan” atau cover memegang peranan penting bagi mereka yang baru kenal. Jika seseorang tertarik dengan tampilan luarnya tetapi kecewa dengan isi; tidak berbobot, tidak membangun bahkan sama sekali tidak menyentuh jiwa pembacanya, jangan harap buku serupa dicari oleh pembaca. Begitu juga dengan seorang Ibu, mencoba memperbaiki penampilannya supaya disayangi suami dan anak anaknya; pergi kesalon, merapikan rambut, mengganti warna bibir dan melapis wajahnya dengan bedak yang mahal, tetapi kebiasaannya mengomel tidak berubah malah nambah. Suami dan anak-anaknya tidak mendapat keuntungan dari perubahan penampilan Ibu tersebut, mereka tetap saja kabur dari rumah dan tidak ada yang betah di rumah.
Menjadi Kristen dewasa, perubahan bentuk seperti apa yang perlu bagi kita?
1. Berhati hatilah dengan serigala berbulu domba
Menyebut diri sebagai nabi, tetapi hatinya penuh tipu muslihat (Munafik= muka nabi fikiran kotor). Sama seperti serigala berbulu domba yang masuk kedalam kandang domba, dengan maksud yang jahat. Seperti gembala yang tidak baik yang hanya mengambil keuntungan, menikmati susu dan bulunya, tanpa memperdulikan kepentingan dombanya. Tampilan luar sangat baik tetapi hatinya jahat ingin memberangus. Perubahan rupa yang sangat merugikan adalah : tidak jujur, menyimpan kedok dan mencari keuntungan untuk diri sendiri (perubahan hanya tampilan luar saja, namun dalamnya tetap). Sifat serakahnya dan keinginan memberangus domba tetap saja dipelihara.
Hindarilah cara hidup serupa itu dan jangan bergaul dengan orang seperti itu. Keinginan untuk berubah dari kebiasaan yang salah kepada hal yang lebih baik harus ada tekad, dengan konsep yang jelas. Sadar bahwa keadaannya yang keos dan tak berguna tidak mungkin dipertahankan. Bagaimana mungkin orang yang membiasakan diri dengan yang jahat dapat melakukan hal yang baik ? Satu satunya yang dapat memimpin kita keluar dari hidup serupa itu hanyalah pertobatan. Menyerahkan seluruh persoalan yang kita alami dan pasrah kepada Sang Penebus, sebab Dialah yang menjanjikan : “Akulah jalan kebenaran dan hidup, tidak ada yang sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku “(Joh 14:6).
Munculnya para pecundang, orang yang berkata-kata dengan hal yang baik tetapi pada kenyataannya tindakannya selalu curang dan menyakiti hati sesamanya. Berkata kata tentang kebaikan Allah dan mengklaim diri sebagai orang yang dikasihi Allah (band. Farisi dan ahli Taurat) tetapi tindakannya tidak manusiawi, tidak ada kasih. BahkanYesus yang selalu berusaha membela hak orang-orang yang termarjinalkan dianggap musuh. Yesus yang kesehariannya selalu rendah hati dan senantiasa mengagungkan kebesaran Allah, ingin mereka binasakan.
2. Rela berkorban adalah pertobatan yang sesungguhnya
Apapun resiko dari perubahan hidup baru didalam Kristus harus siap menjalaninya. Paulus adalah orang yang ditangkap Yesus dalam perburuannya ketika hendak membinasakan orang Kristen. Yesus sendiri yang berperan : menjamah hatinya dan berseru “Saulus, Saulus; mengapa engkau menganiaya Aku (Kis. 9:4). Proses dari hari ke-hari harus dilalui dengan roh taat, sebab ada penderitaan, caci maki dan kecurigaan yang dilancarkan oleh orang-orang yang berada disekitar kita.
Orang yang sudah menerima Yesus Kristus menjadi Tuhan dan juru selamatnya adalah orang yang sudah mengalami perubahan. Dari orang yang ragu-ragu menjadi optimis, orang yang menderita sakit, menjadi sembuh. Dari banyak kelemahan mereka bangkit menjadi orang yang berpengharapan. Yesus mengajarkan tentang kebenaran Allah yang tidak tertandingi, yang ada dalam diriNya. Sebab seluruh ajaranNya menyatu pada diriNya sendiri. Kebenaran Allah dinyatakan sebagaimana mestinya. Pandangan masa depan yang tidak pernah menggoyahkan semangat pelayananNya sekalipun harus melalui kematian diatas kayu salib.
Adanya kelompok yang ingin memanfaatkan pengaruh nama Yesus dalam pengajarannya, mencoba pakai nama Yesus, tetapi hanya numpang popularitasnya saja, tidak dengan hati yang tulus, melainkan karena ada kepentingan. Tentang hal itu, Paulus berkata : tidak mengapa karena bagaimanapun juga Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur.(Flp 1:18). Pada prinsipnya keinginan berubah itu baik. Seseorang tidak mungkin mengubah dirinya menjadi lebih buruk. Sama seperti kupu-kupu, yang mengalami perubahan dari ulat yang rakus, bentuk tubuh yang tidak karuan, gendut dan menjijikkan. Setelah menutup diri dan berpuasa beberapa saat dalam kurungan kepompong, dia berubah menjadi lebih baik, indah dan lincah dengan sayap yang tipis menari-nari dialam bebas.
Kehadiran kita sebagai Kristen dewasa dalam komunitas orang percaya, dan dilingkungan kerja dimana kita ada, akan membawa perubahan yang lebih membahagiakan bagi banyak jiwa.
Syalom, Tuhan Yesus memberkati !!!!!!!!!!
(Penulis adalah Pdt. K.E. Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar