Sabtu, 03 Januari 2009

ARTIKEL: KONTROVERSI DI SEKITAR KELAHIRAN KRISTUS


Kelahiran Kristus bagi sebagian orang mengundang banyak kontroversi. Meski kejadian itu secara historis telah berlangsung lebih dari 2000 tahun lamanya. Namun sampai sekarang masih cukup banyak yang mempertanyakannya. Pertanyaan berkisar kepada apa benar tokoh Yesus itu pernah benar-benar lahir di Palestina? Kalaupun Yesus pernah lahir, kapan dan di mana tepatnya kelahiranNya sebenarnya. Benarkah Ia lahir di tahun 1 kalender Masehi? Di Bethlehem atau Nazaret Galilea? Apa benar Yesus lahir pada tanggal 25 Desember tepat seperti hari raya Natal yang dirayakan umat Kristen pada umumnya. Dan, pertanyaan yang paling sering dilontarkan adalah apakah bayi Yesus yang dilahirkan dari Maria itu benar-benar Tuhan? Bukankah ia seorang manusia, tokoh, guru moral, nabi “biasa”, Yesus yang mensejarah sebagaimana tokoh-tokoh historis lainnya?

Benarkah Yesus Pernah Lahir?
Pandangan kontra (cons) paling banyak timbul di kalangan akademisi modern liberal, para pemikir atheis termasuk kaum postmo. Menurut mereka, Yesus hanya sekedar tokoh rekayasa yang dibuat oleh pemimpi-pemimpi yang tidak masuk akal oleh sebuah sekte kecil Yahudi di Palestina pada jaman Romawi. Sekte yang mendambakan lahirnya pemimpin kelas dunia pasca pemberontakan Massada, yang kenyataannya tidak pernah muncul atau tidak pernah ada! Kalangan cons meragukan otentisitas penulisan Injil oleh Matius dan Lukas dalam Alkitab. Kaum Yahudi sebagian besarpun kontra, menganggap Natal sebagai peristiwa yang tidak masuk akal. Sebagaimana yang diungkapkan Michael, seorang pemuda Yahudi “mana mungkin aku bisa percaya malaikat muncul di depan gadis remaja bernama Maryam, dan kemudian hamil tanpa pernah berhubungan suami istri, lalu naik kuda ke Betlehem di mana ia menginap di kandang dan melahirkan bayi, yang kemudian ternyata bayi itu adalah Juruselamat dunia? Itu nonsense, cerita dongeng! Lain lagi dengan Friederich Nietzsche, pemikir atheis abad 19. Nietzsche mengharap Yesus jangan dilahirkan, jangan sampai dilahirkan. Nietzsche mengangkat frasa “Allah sudah mati”. Ia menyebut absurd untuk mereka yang mengatakan Yesus pernah lahir. Ajaran mengenai Yesus disebutnya sebagai racun yang mencemarkan seluruh dunia. Dalam bahasa yang hampir sama, Charles Lam Markmann, penulis buku “Nobles Cry”, Robert Ingersoll, Freud, Lenin, Madalyn Murray O’Hare dll adalah orang-orang yang meragukan kelahiran Yesus serta kontra terhadap ajaran-ajaran mengenai Yesus.

Kalangan postmo punya pandangan sedikit berbeda meski esensinya sama, tetap cons. Mereka mengatakan Yesus mungkin saja pernah lahir. Tetapi Yesus yang lahir ini sebenarnya “hanya salah satu orang baik dari banyak yang baik-baik”. Lahir sebagai orang biasa saja seperti layaknya orang normal, namun kemudian menjadi dibesar-besarkan sebagai suatu mitos oleh pengikut-pengikutnya.

Pandangan setuju (pro) dinyatakan oleh mereka yang meyakini otoritas Alkitab, baik PL dan PB. Sebagaimana diketahui bahwa nubuat kelahiran Yesus sesungguhnya sudah dinubuatkan ratusan tahun bahkan ribuan tahun sebelumnya seperti dalam PL. Yes. 7:14; Mikha 5:2; Yes 53:3, 8-9; Zakh 9:9; Mz 22:17. Canon Liddon dari Inggris mencatat ada sekitar 332 nubuat berbeda dalam PL yang telah digenapi secara harfiah dalam Kristus. Kemungkinan penggenapan semua nubuat ini dalam satu orang begitu tipis, sehingga tidak mungkin nubuat-nubuat tersebut hanya merupakan rekayasa dongeng atau terkaan yang tajam; sebaliknya nubuat-nubuat itu telah diberikan Allah karena dorongan Roh Kudus, oleh adanya orang-orang yang berbicara atas nama Allah (2 Pet. 1: 21).
Kelahiran Yesus sendiri dipaparkan secara gamblang dalam PB. Bukti-bukti Alkitab bahwa Yesus pernah lahir tertulis terutama dalam Injil Matius dan Lukas (Mat.1: 18-25; Mat.2: 1-23, Luk.1: 26-56, Luk.2: 1-20, Luk.2: 21-39). Konfirmasi arkeologis membuktikan Yesus pernah lahir dan dilahirkan di Bethlehem Efrata sebagaimana dinubuatkan nabi Mikha (Mikha 5:1). Ditemukannya gua tempat kelahiran Yesus, sejumlah rumah tua yang dibangun di atas gua-gua di bukit-bukit batu kapur di Bethlehem. Adanya pembaringan palungan dan tempat-tempat berhenti sebagai penginapan (caravansary) untuk kafilah setiap 20-25 mil di sepanjang rute dari Laut Mati yang bermuara di Bethlehem, membuktikan bahwa kelahiran Yesus bukan sekedar isapan jempol. Yesus benar-benar pernah lahir di dunia!

Konfirmasi yang sama ditunjukkan dengan adanya bukti arkeologis bahwa sensus pada masa kelahiran Yesus (Luk.2: 1-3) benar-benar telah diadakan. Bukti itu sah menurut penemuan-penemuan penggalian. Kesaksian dan bukti-bukti di luar Alkitab pun menunjukkan bahwa keberadaan Yesus yang pernah lahir tidak diragukan lagi. Beberapa penulis Romawi, seperti Tachitus Sr. sejarawan Roma (60-120 M), Plinius Muda (62-113M) wali negeri Bitinia dan Pontus di Asia Kecil (Turki Modern), Lucian dari Samosata sastrawan Yunani (hidup antara 125-190M), Yosefus dalam karyanya “Antiquities” (93M) dan bapa-bapa gereja dalam banyak tulisannya, telah menyatakan dengan sangat rinci bahwa Yesus memang pernah hidup dengan segala karya, misi dan pengabdianNya!

Menanggapi pandangan cons dari kalangan postmo, James Kennedy, seorang pendeta Presbyterian-injili Amerika Coral-Ridge dan penulis cukup tersohor buku “What If Jesus had never been born?” menyatakan bahwa jika Yesus tidak lahir atau dilahirkan hanya sebagai manusia biasa-biasa saja, maka dunia mengalami kehidupan yang lebih tragis, jauh lebih menyedihkan dari yang sekarang dialami oleh umat manusia. Kelahiran Kristus menurut pandangannya telah membuat peradaban mengalami perubahan, lebih civilized dan kemajuan sangat berarti; kehidupan yang lebih semarak, gambaran dunia yang lebih positif di seluruh bidang-bidang hidup (spheres). Dan lebih teristimewa lagi: terjadinya karya keselamatan; penyelamatan atas jiwa-jiwa manusia. Apa pun yang disentuh Yesus atau apa pun yang dilakukan Yesus, kata Kennedy, mengubah kehidupan manusia, mengubah bidang hidup manusia!

Kapan Dan Dimana Yesus Lahir?
Soal tahun lahir dan dimana Yesus lahir juga memunculkan kontroversi. Kapan Yesus lahir? Tahun 1M, 4SM atau sebelum itu? Benarkah tanggal 25 Desember Yesus dilahirkan dari rahim Maria? Bukankah pada tanggal itu secara klimatologis yang terjadi adalah musim dingin yang menusuk tulang di Palestina? Jika betul di musim itu, bagaimana mungkin para gembala dengan domba-dombanya bisa leluasa ke luar kandang, tinggal di padang serta mendengar kelahiran Yesus dari para malaikat?

Pendapat yang setuju (pro) menyatakan bahwa Yesus lahir tepat pada tahun 1M. Dasar mereka adalah pertimbangan keluarnya sistem penanggalan kuno, yaitu kalender Masehi pada saat itu. Ketika kalender kuno itu diberlakukan, mereka percaya bahwa tepat pada waktu itu juga Al Maseh sesungguhnya lahir. Pendapat ini sayangnya tidak didukung oleh bukti-bukti evidensi sejarah yang otentik dan memadai.

Yang kontra (cons) terhadap kelahiran Yesus pada tahun 1M dan cendrung setuju Yesus lahir pada tahun 4SM, memakai patokan bahwa ada selisih sekitar 3-4 tahun untuk proses mengetahui keberadaan kelahiran Yesus baru kemudian sistem kalender kuno Masehi tersebut diberlakukan. Selain itu juga patokan didasarkan pada tahun-tahun Herodes hidup memerintah dan wafat. Mereka meyakini Yesus lahir ketika Herodes masih hidup (Mat 2:1) beberapa bulan sebelum kematianNya pada bulan April tahun 4 SM. Sehingga sangat masuk akal bila Yesus lahir tahun 4 SM.

Pandangan yang menentang (cons) bahwa Kristus dilahirkan pada tahun 1M maun tahun 4 SM cukup signifikan. Menurut mereka, Yesus dilahirkan jelas beberapa tahun sebelum Masehi. Dasarnya pertama adalah kelahiran Yesus terjadi ketika Herodes Agung masih hidup (Mat. 2:1). Dari bukti sejarah, diketahui raja ini wafat di tahun 4 SM sekitar tanggal 12 Maret – 11 April. Kemudian, dasar kedua adalah orang Majus datang berkunjung ke Betlehem sebelum kematian Herodes. Pada waktu mereka tiba, keluarga kudus ini pun tidak lagi berada di kandang, melainkan ada di dalam sebuah “rumah” (Mat. 2:11) dan bayi itu sudah disebut sebagai seorang “anak”. Dasar ketiga, Herodes yang bertekad membabat habis “para pesaing politiknya” memutuskan untuk membunuh semua anak laki-laki di Betlehem “yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang Majus itu” (Mat. 2: 16). Atas dasar-dasar itulah, pandangan cons ini lebih memilih untuk memundurkan tanggal kelahiran Yesus ke tahun 5SM atau 6SM.

Pandangan cons ini didukung oleh Jack Finegan yang memakai cara penentuan tahun kelahiran Yesus melalui rujukan tahun sensus (Luk.2:2). Penelitiannya menyimpulkan kemungkinan sensus dilakukan pada tahun 5SM atau 6SM berdasarkan penegasan konkret Luk.2:2, disertai juga pernyataan Yustinus Martir dan Tertulianus (abad ke-2M) bahwa catatan mengenai sensus itu terdapat dalam arsip di Roma.

Selanjutnya, pandangan cons ini juga didukung oleh mereka yang memakai pendekatan melibatkan pembangunan Bait Suci di Yerusalem (Yoh.2: 20) dalam menentukan tahun kelahiran Yesus. Bait Suci Herodes dibangun selama 46 tahun pada saat Kristus berumur 30 tahun (Luk.3: 23). Dihitung dari pendirian kota Roma, Bait Suci ini telah dimulai pembangunannya tahun 733 AUC (ab urbe condita, pendirian kota Roma). Menurut mereka, jika ditambahkan dengan 46 tahun maka diperoleh angka 749 AUC yang sama perhitungannya dengan 5SM hingga 6SM sebagai tahun kelahiran Yesus.

25 Desember: Apa Benar Sebagai Hari Kelahiran Yesus?
Tanggal ini juga memunculkan pro dan kontra. Pandangan yang setuju (pro) melihat tanggal ini tidak lebih sebagai tradisi. Tradisi yang dibawa oleh gereja-gereja khususnya di Barat (Eropa Barat), yang kemudian diadopsi juga oleh gereja-gereja (orthodox) Timur dan akhirnya menyebar sampai seluruh dunia. Esensinya adalah Yesus telah lahir di dunia ini.

Menurut sejarah, gereja-gereja di Eropa Barat berinisiatif menetapkan 25 Desember sebagai hari festival atau Chrismas Day (Hari raya Natal) sebagai peringatan kelahiran Yesus. Konon ceritanya, festival ini diadopsi dari hari pesta perayaan pertanian yang sudah mentradisi di kalangan mereka sejak abad-abad kegelapan (middle-ages), yang jatuh pada sekitar akhir Desember. Gereja Timur mengadopsi begitu saja dari Gereja Barat beberapa abad kemudian. Beberapa unsur atau simbol hari Natal yang dikutip dari kebiasaan bukan Kristen antara lain: penggunaan lentera (lighted-tapper) mengikuti kebiasaan Yahudi pada waktu mereka melakukan puasa pemurnian, kebiasaan tukar-menukar kado menurut kebiasaan adat Romawi. Ada beberapa tradisi lagi menuruti kebiasaan orang Inggris dan Skotlandia yang sempat diadopsi, namun sejalan dengan berlangsungnya kegerakan Reformasi di Eropa Barat (1530-1555) yang dipelopori oleh Luther dan Calvin, maka kebiasaan-kebiasaan itu kemudian dihilangkan guna menekankan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang lebih Kristiani.

Sebaliknya, pandangan yang menentang (cons) tidak yakin Yesus lahir pada tanggal itu. Menurut mereka, pada tanggal 25 Desember itu daerah-daerah di Palestina termasuk Betlehem umumnya telah memasuki masa musim dingin (winter). Logikanya, mungkinkah pada musim dingin yang menyengat seperti itu ada gembala-gembala yang berani mengeluarkan domba mereka ke luar kandang untuk mencari makan di padang Efrata hingga kemudian terjadi peristiwa mereka mendengar berita kelahiran Kristus dari para malaikat? Mereka skeptis dan tidak yakin. Mereka lebih cendrung percaya bahwa Yesus dilahirkan pada akhir Oktober (sekitar tanggal 28-31 Oktober) yakni pada musim gugur (autumn) di Palestina.

Sebagian pandangan cons lain lagi. Pendapat mereka, Yesus lahir pada bulan Januari, April atau Mei. Contoh, Clement dari Alexandria memutuskan hari Natal sebagai kelahiran Yesus jatuh pada tanggal 20 April. Bapa gereja lainnya terutama dari poros Anthiokia (Turki) lebih memilih hari lahir Yesus pada tanggal 20 Mei. Sedang kalangan gereja Koptik di Mesir, mempercayai Yesus lahir pada tanggal 6 Januari. Gereja-gereja orthodox Timur (Yunani) cendrung pasif dalam kontroversi tanggal kelahiran ini.

Tempat Kelahiran Yesus?
Ini pun menimbulkan kontroversi, meski tidak setajam pro-kontra yang lain. Umumnya yang dipertanyakan adalah Yesus sebenarnya lahir di Betlehem atau Nazaret? Jika di Betlehem, Betlehem Efrata atau Betlehem Yehuda. Karena di Palestina ada 2 sampai 3 nama kota Betlehem yang sama. Betlehem Efrata dan Betlehem Yehuda di Palestina Selatan, serta Betlehem Zebulon di Palestina Utara.

Pendapat yang setuju (pro) Yesus lahir di Betlehem sumbernya terutama dari Alkitab serta penemuan arkeologis sebagaimana telah dipaparkan di atas. Berdasar Injil Matius dan Lukas, jelas bahwa Yesus dilahirkan di Betlehem Efrata ─bukan di Betlehem Yehuda, apalagi Betlehem Zebulon─. Hal ini tepat seperti yang dinubuatkan nabi Mikha dalam PL (Mikha 5:1). Pandangan ini percaya, bahwa pada usia sekitar 2 tahun, Yusuf & Maria membawa bayi Yesus menyingkir ke Mesir untuk menghindari amarah Herodes (Mat 2: 13-16). Setelah Herodes mati, Tuhan menyuruh Yusuf membawa keluarganya kembali Palestina. Namun bukan untuk kembali ke Bethlehem (Efrata), tapi menetap di Nazaret Galilea, karena Arkhelaus yang terjahat dari putra-putra Herodes sekarang memerintah ganti ayahnya di Yehuda (4-6 SM). Dari ulasan penulis Injil dalam Alkitab, bisa diketahui dengan jelas peri kehidupan Yesus setelah menetap di Nazaret-Galilea, hingga saatnya Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (sekitar 27M) dan memulai pelayanan di Yudea, seputar Galilea sampai terakhir di kota Yerusalem. Jadi jelas, Yesus lahir di Betlehem Efrata dan dibesarkan hingga dewasa di Nazaret-Galilea.

Pandangan yang tidak setuju (cons) umumnya menyelidiki keberadaan Yesus tidak berdasar sumber Alkitab. Mereka mengangap Yesus lahir di Nazaret-Galilea. Orang Nazaret. The man of Galilee. Lahir dan besar di Nazaret. Berdasarkan apa? Berdasarkan budaya setempat. Menurut omongan dari mulut ke mulut (oral-tradition) masyarakat Yahudi. Nampak dari logatnya, bicaranya yang berbahasa Aram (Aramic). Seperti tampak juga dari logat bahasa salah satu muridNya, misalnya Simon Petrus. Ingat, peristiwa Petrus menyangkal Yesus. Orang mengenal Petrus murid Yesus di pelataran perapian, dari cara atau logatnya berbicara yaitu logat orang Galilea, orang Nazaret.

Apakah Bayi Yesus Yang Dilahirkan Itu Benar-benar Tuhan?
Ini pertanyaan menyangkut Ketuhanan Kristus. Pertanyaan yang sering dilontarkan dalam wacana teologis. Apakah Yesus benar-benar Allah? Kontroversi di sekitar sifat dan pribadi Yesus.
Di kalangan gereja di abad-abad awal, paling tidak ada 5 pandangan pro-kontra di sekitar pertanyaan apakah bayi Yesus ini benar-benar Tuhan, pertanyaan tentang Ketuhanan Kristus. Empat pandangan pertama kemudian ikut dianut oleh kalangan-kalangan yang berada di luar gereja atau di luar Kekristenan.

Ke-5 pandangan itu adalah sebagai berikut:
1. Pandangan teori sub-ordinasi. Pandangan yang menganggap bahwa Yesus itu bukan Allah, bukan Tuhan. Karena yang namanya Allah itu hanya satu. Allah itu Esa. Tokohnya adalah Arius dari Alexandria. Menurutnya, Yesus –bayi Yesus-adalah Allah tingkat kedua yang diciptakan oleh Yang Pertama. Sifat Yesus sebagai tingkat kedua ini mirip dengan Allah sebagai Tingkat Pertama, namun tidak sama esensinya. Istilah yang dikenal untuk ini adalah “homoi-ousious”. Yang sejalan dengan pendapat Arius antara lain adalah bidat-bidat Gnoticism, Saksi Yehova dan Witunder. Pandangan ini dibantah dan dikoreksi oleh Apolonaris dan Atanasius dalam Konsili Nicea tahun 325M yang menekankan doktrin “homo-ousious” dari Yesus, yaitu Yesus adalah Allah; bukan hanya mirip tapi satu esensi, sama dengan Allah. Tidak berbeda. Yesus juga manusia. Dwi-sifat, satu oknum (Pribadi). Pada masa ini juga, lahir doktrin Tritunggal Allah, credo apostolic, credo Atanasius dan credo Chalcedon yang menekankan aspek kristologi dari Yesus.

Pandangan teori sub-ordinasi dalam versi lain dikemukakan oleh “saudara-saudara dari kalangan Moslem” sebagai penganut Monotheisme mutlak serta sebagian kalangan modernis-liberal dan postmo, yang memandang bahwa Yesus adalah manusia biasa saja; jikapun Yesus seorang nabi, guru moral, Ia memiliki natur sebagaimana layaknya nabi-nabi yang pernah ada dan lahir di dunia. Yesus sebagai tokoh sejarah, Yesus yang mensejarah. Namun Ia bukan Allah. Jika Yesus adalah Allah, hal itu tidak mungkin, tidak masuk akal, absurd! “Allah tidak memperanakkan dan tidak diperanakkan”. Tidak dibenarkan untuk manusia menyekutukan Allah. Pandangan ini berbeda dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab. Kalangan-kalangan ini meragukan otentisitas Alkitab.

2. Pandangan teori modalisme. Percaya bahwa Allah itu satu, Esa. Namun, tidak menolak bahwa Yesus itu Allah. Tokohnya adalah Sabelius (di Indonesia penganutnya a.l. adalah alm. Hamran Ambrie). Bayi Yesus itu Allah yang berinkarnasi menjadi manusia lewat anak dara Maria. Allah menyatakan diriNya melalui 3 modal, cara atau periode sejarah (1 Pribadi 3 peran).
a. Periode PL: menyatakan diri sebagai Allah Bapa.
b. Periode PB: menyatakan diri dalam wujud Kristus.
c. Periode setelah hari raya Pentakosta: menyatakan diri dalam pribadi Roh Kudus.
Pandangan ini pun dibantah oleh Atanasius dan Agustinus, bahwa Allah Bapa sebagai Pribadi berbeda dengan Kristus (Allah Anak) dan dengan Roh Kudus. Oknum berbeda, namun esensinya satu: Allah yang Esa!

3. Pandangan teori double-oknum. Yesus itu Allah, Yesus juga manusia. Yesus memiliki dwi-sifat. Namun Yesus juga memiliki 2 oknum (dwi-oknum) dalam diriNya. Tokohnya adalah Nestorius. Pandangan ini pun dibantah oleh bapa-bapa Gereja dan dinilai sebagai bidat dalam konsili Chalcedon.

4. Pandangan teori monothsicism. Yesus adalah satu oknum, dengan satu sifat. Yesus merupakan gabungan antara sifat Allah dan sifat manusia, yang membentuk sifat lain yang baru. Tokohnya Eutikus, dianggap sebagai bidat pula dalam konsili yang sama: konsili Chalcedon.

5. Pandangan ajaran Alkitab. Pandangan Kekristenan sesungguhnya. Yesus adalah Kristus. Yesus adalah Allah, Yesus juga manusia. Satu oknum, satu pribadi dengan dua sifat (dwi-sifat), sifat Allah dan sifat manusia. Ini menjadi credo final dari gereja dan Kekristenan di segala tempat dan abad; sebagaimana termuat dalam credo apostolic, credo Atanasius dan doktrin ketritunggalan-Allah serta credo Chalcedon.

Yesus adalah Kristus dalam Alkitab didasarkan pada (1) Kesaksian orang biasa, seperti orang Yahudi dalam PL, orang majus, para gembala (2) Kesaksian para nabi dan rasul, termasuk nabiah Hana, Simeon, dsb, dan (3) Kesaksian Yesus sendiri. Sifat Yesus sebagai manusia nampak dari riwayat hidup Yesus termasuk silsilahNya dalam Injil, serta pernyataan tentang sifat manusiaNya dalam Alkitab. Lahir dari Maria, terdiri dari tubuh dan darah, merasa lapar, memiliki kebutuhan normal sebagaimana manusia lainnya, mengalami proses hidup dan pergumulan sampai mengalami kematianNya, namun mengalami kebangkitan dan naik ke Sorga. Sedangkan sifat Yesus sebagai Allah nampak dari kelahiranNya dari anak dara Maria yang dikandung dari Roh Kudus (Luk.1:35), kelahiran abadi (“keluar”) dari Allah Bapa sejak kekekalan (Gal.4:4; Rom.8:3; Fil.2:5), pembaptisanNya, kebangkitanNya dari antara orang mati, penampakanNya, kenaikanNya ke Sorga (Mat.28) & kedatanganNya kembali dengan mulia pada akhir jaman sebagai hakim dan raja di atas segala raja (Luk 1:32; Mrk 14: 61, 2 Tes 1:9, dst)

Dari ke-5 pandangan pro-kontra ini, jelaslah bahwa pandangan yang terakhir sejatinya merupakan pandangan Kekristenan berdasarkan ajaran Alkitab yang berotoritas, bahwasanya bayi Yesus yang lahir dari anak dara Maria adalah benar-benar Tuhan.. dan juga benar-benar manusia sejati yang memiliki silsilah; satu pribadi atau oknum dengan dua sifat (dwi-sifat) yang teramat mulia. Sebagaimana uraian credo Chalcedon menyatakan natur satu pribadi dan dua sifat ini sebagai: tak terpisah, tak menghilang atau melenyap, tak berganti atau bertukar dan juga tak berbaur …!
Segala kemuliaan hanya bagi Dia. Soli Deo, Gloria!!

Daftar Pustaka
Drewes, B.E. 1999. Satu Injil Tiga Pekabar. PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta. p.213-230; 288-299.
Free, Joseph P. and Howard F. Vos.1997. Arkeologi & Sejarah Alkitab. Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang Jatim. p.365-380.
Guthrie, Donald, et.al. 1981. The New Bible Commentary. InterVarsity Press. (re: comm. On Luke ch.2 & Matthew ch.2).
Hexham, Irving.1993. Concise Dictionary of Religion. InterVarsity Press, Downers Grove, Illinois. p. 49, 120-121.
Kennedy, D. James.1999. What If Jesus Had Never Been Born (Bagaimana Jika Yesus Tidak Pernah Lahir). Interaksara, Batam Center. p.7-9; 11-20.
Tong, Stephen.2000. Dokumen catatan kuliah Kristologi. Institut Reformed Jakarta.
Unger, Merril F.1961. Unger’s Bible Dictionary. Moody Press, Chicago. p.195-196.
Yancey, Philip. 1997. The Jesus I Never Knew (Bukan Yesus yang Saya Kenal). Profesional Press, CPA Jakarta. p.29-51

(Penulis adalah Pdt. Ir. Hans Midas Simanjuntak, M.M., M.Cs. -pendeta Presbyterian-Injili, perintis misi El-Trinitas Indonesia sebagai pembicara & seminaris. Aktif dalam pokja Jaringan kepemimpinan organis untuk Visi Gereja dan Bangsa 2028 dan membina pelayanan Dewasa Muda Ministry-, tulisan ini dimuat di Buletin Narhasem Edisi Khusus Natal 2004)

Tidak ada komentar: