Senin, 05 Januari 2009

ARTIKEL: MENANTANG JAMAN

Tanpa mengabaikan hal-hal positif yang ditawarkan zaman ini kepada kita, sebagian besar orang melihat bahwa kebanyakan hal-hal negatif yang ditawarkan oleh zaman ini kepada kita. Setuju atau tidak, tetapi begitulah kenyataannya. Lalu, sebagai pemuda/i Kristen, bagaimana kita harus menyikapinya?
Kita harus berani menantang zaman. Apa artinya, mengapa, dan bagaimana caranya? Menantang zaman bisa berarti memimpin, mengarahkan (memberi petunjuk), membarui (renew), menawan, dan bahkan menaklukkan zaman ini. Mengapa kita harus “menantang zaman” ini? Alkitab menyimpulkan bahwa “semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rom.3:23). “Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal di dalam Kristus Yesus.” (Rom.6:23). Zaman ini telah berdosa, telah jauh dari hidup persekutuan dengan Allah. Dunia ini sedang lenyap dengan segala keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya (1 Yoh.2:17). Bagaimana caranya kita mampu menantang zaman yang sedemikian bobrok dan sesat ini? Ada 3 hal yang harus kita kerjakan:
Pertama, kita harus memiliki kualitas rohani yang baik (dewasa di dalam Kristus). Orang yang dewasa rohani ialah orang yang tidak lagi terombang-ambing oleh rupa-rupa angin pengajaran yang tidak benar dan permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan (Ef.4:14). Lalu, bagaimana? Kita harus memiliki pengajaran (knowledge) yang benar, perilaku moral (keteladanan) yang baik, dan karunia (ketrampilan melayani) yang dapat diandalkan.
Kedua, kita harus mengenali kondisi zaman ini dengan baik dan tepat. Paulus, Timotius agar menyadari kondisi manusia yang sudah rusak, bahkan makin rusak lakunya (“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar”- 2 Tim.3:1). Ada 19 ciri manusia zaman akhir yang dipaparkan Paulus untuk menyatakan betapa sukarnya masa yang sedang dan akan dihadapi oleh Timotius dalam pelayanan pemberitaan Injilnya: mencintai dirinya sendiri (egoisme), menjadi hamba uang (materialisme), membual, menyombongkan diri, menjadi pemfitnah, memberontak terhadap orang tua, tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama (atheisme), tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang lain, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah (hedonisme duniawi), secara lahiriah mereka menjalankan ibadahnya, tetapi pada hakikatnya memungkiri kekuatan ibadah itu (munafik dan sinkretisme). Kita harus sadar betul akan hal ini.
Ketiga, kita harus memiliki strategi yang benar. Belajar dari kesaksian Paulus kepada Timotius dalam kitab 2 Timotius, minimal ada 4 hal yang bisa kita lakukan: (1) menjauhi sikap hidup orang-orang yang munafik (2 Tim.3:5), (2) mengikuti teladan yang baik (2 Tim. 3:10), (3) tetap berpegang pada kebenaran (3:14), (4) melibatkan diri dalam pelayanan pemberitaan Injil sampai tuntas (4:5). Di samping itu, kita juga memiliki senjata ampuh yang dapat kita gunakan untuk memerangi musuh-musuh Injil, yakni DOA. Doa juga menyatakan keprihatinan yang mendalam akan kondisi sekitar yang sudah hancur dan memohon belas kasihan Tuhan untuk memampukan kita menjadi agen pembaharu atau saluran berkat Tuhan dalam memperbaiki kondisi tersebut (belajar dari teladan Nehemia dalam Neh.1: 4). Dan tentunya, kita harus selalu ingat bahwa identitas atau jati diri kita adalah sebagai garam dan terang dunia (Mt.5:13-16). Di mana pun, kapan pun, dan dalam kondisi apa pun yang kita hadapi, Tuhan memanggil kita untuk tetap setia memberitakan Injil dan menyaksikan hidup yang sesuai dengan Injil: menyatakan terang Tuhan yang sanggup menghapus kegelapan dosa dan menaburkan nilai-nilai kristiani sehingga mencegah pembusukan dunia. Harapan dan perjuangan kita ialah bahwa kehadiran kita akan membawa pembaharuan hidup yang nyata bagi orang-orang di sekitar kita. Amin.

(Penulis adalah Joni W. Simatupang, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Maret 2007)

Tidak ada komentar: