Senin, 05 Januari 2009

ARTIKEL: PERGAULAN UMAT KRISTEN

Sejak semula manusia diciptakan Tuhan untuk saling bersekutu (baca: bergaul) dengan seluruh ciptaan Tuhan (segala mahluk). Jika kita membaca Kejadian 1 : 28 tentang : "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi". Perintah Tuhan itu bukanlah semata-mata menunjuk kepada perintah untuk berkeluarga dan berketurunan, serta menguasai segala mahluk. Tapi perlu dilihat bahwa perintah itu merupakan titik tolak dimana Tuhan menginginkan manusia itu untuk membentuk persekutuan baik diantara sesama manusia juga terhadap mahluk lain. Bagaimana persekutuan itu tercipta dan terjalin antara sesama dalam keluarga, pun bagaimana persekutuan dengan mahluk lainnya.
Sejarah perjalanan bangsa Israel dari Mesir menuju Kanaan, pun menggambarkan bagaimana keinginan Tuhan membentuk satu persekutuan antara sesama di tengah-tengah satu bangsa. Selama kurun waktu 40 tahun (perjalanan dari Mesir ke Kanaan) Tuhan memberikan waktu untuk proses pembentukan satu bangsa yaitu bangsa Israel, waktu yang cukup lama. Sejarah itu menorehkan satu pemahaman yang besar, dimana persekutuan / pergaulan yang baik di tengah-tengah sesama dan pergaulan yang benar antara manusia (bangsa) dengan Tuhan, akan mendatangkan berkat. Dan sebaliknya pergaulan yang tidak benar akan mendatangkan malapetaka dan hukuman. Untuk itulah sebagai umat Kristen kita perlu mengingat kembali panggilan dan perintah Tuhan untuk dapat bergaul dengan baik dan benar terhadap : alam (mahluk lain), sesama manusia, dan Tuhan.

Bergaul dengan Alam (Mahluk lain)
Tuhan menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya, termasuk manusia dan mahluk lain dengan sempurna, indah dan penuh kedamaian serta cinta kasih. Namun sejak manusia jatuh ke dalam dosa, mengakibatkan terjadinya perubahan penciptaan, hidup yang indah dan penuh kedamaian berganti dengan kehidupan yang penuh dengan kekacauan dan permusuhan. Akibat tirani dosa, permusuhan antar ular dan manusia pun terjadi, pembunuhan (kisah Kain dan Habel) pun mulai terlahir, kekerasan hidup pun mulai nampak, persaingan-persaingan pun tidak dapat dihindarkan. Dan kenyataan itu pun harus kita rasakan sampai sekarang ini. Bagaimana manusia yang pada mulanya diperintahkan untuk menguasai alam serta isinya dengan pengertian mengusahakan dan mengembangkannya dengan baik menjadi berubah dengan menguasainya dan mempergunakannya dengan semena-mena. Alam dan segala isinya pun menjadi sasaran kesemena-menaan dan keberingasan manusia. Pengrusakan tumbuh-tumbuhan, pemusnahan binatang-binatang, pengeksploitasian alam yang mengakibatkan kerusakan di semua belahan dunia. Dan kalau boleh saya katakan, sebaliknya pun alam dan mahluk lain pun kini benar-benar membuat permusuhan yang besar terhadap manusia. Ini terbukti dari banyaknya bencana alam yang terjadi, gempa, banjir, kekeringan, musim yang tidak menentu, ditambah lagi penyakit yang disebabkan oleh binatang-binatang, antraks, DBD, Flu burung, dsb. Pergaulan manusia dengan ciptaan lain sudah betul-betul rusak dan menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi semuanya. Untuk itu, sudah saatnya sebagai umat Kristen kita mengkaji ulang tentang panggilan dan perintah penciptaan itu, untuk hidup dalam damai sejahtera dalam persekutuan dan pergaulan yang baik terhadap alam dan segala mahluk ciptaan lainnya.

Bergaul dengan Sesama
Sejak pembunuhan yang dilakukan oleh Kain terhadap Habel, timbullah permusuhan antara sesama manusia. Dan memang kisah Adam dan Hawa pun sudah membersitkan suatu permusuhan yang saling mempersalahkan antara sesama manusia. Akibatnya terjadilah persaingan-persaingan yang tidak sehat yang sampai menimbulkan permusuhan dan pembunuhan. Ketidak perdulian (egois) pun menjadi penyebab utamanya. Hidup yang pada mulanya penuh dengan cinta kasih dan kedamaian berubah menjadi hidup yang saling mempersalahkan, egois mau untung sendiri, dan akhirnya saling memusnahkan. Padahal perintah beranak-cuculah dan bertambah banyak serta penuhilah bumi, sedikitpun tidak mengandung pengertian untuk saling memusnahkan, tapi benar-benar perintah untuk saling mendukung dan menolong, bersama-sama dalam damai sejahtera mengerjakan perintah Tuhan Sang Pencipta.
Sungguh amat tragis memang, kenyataan pun tidak dapat dipungkiri, bagaimana perselisihan dan ketidakpedulian antara sesama manusia yang kita saksikan sekarang ini. Penganiayaan sudah merupakan hal yang biasa, permusuhan seolah-olah menjadi tradisi, pembunuhan pun bukan berita langka lagi. Tidak ada kedamaian, kasih sudah gersang, kebersamaan mulai pudar, pergaulan yang benar sangat langka. Dalam hidup berkebangsaan pun, sebagai satu bangsa dan satu tanah air pun bahkan satu suku dan keturunan, tak luput dari pertikaian dan permusuhan, saling menyikut, saling menekan, saling menghantam dan saling menjatuhkan. Ironisnya, manusia seolah-olah tidak menyadarinya, bahkan semakin terlena dan berlomba-lomba hanya untuk dirinya sendiri. Dan lebih tragisnya lagi, mengaku diri sebagai umat Kristen pun tidak luput terkena imbas, di tengah-tengah persekutuan yang menamakan dirinya Kristen dan bersimbol gereja pun terjadi ketidak perdulian antara sesama bahkan sampai kepada permusuhan dan perpecahan. Persekutuan dan pergaulan itu sepertinya hanya topeng dan ritus-ritus belaka. Kasih sejati sirna hanya karena kepentingan pribadi, saling menghargai punah hanya karena kehormatan semata, tolong-menolong terasa berat hanya karena sibuk dengan kesombongan, persekutuan dan pergaulan terlupakan hanya karena kesibukan pribadi. Panggilan Kristiani untuk saling mengasihi semakin pudar. Sudah saatnya sebagai umat Kristiani kita kembali kepada penciptaan yang hidup dengan damai sejahtera, bersama-sama mengimani panggilan Kristiani untuk hidup dan bergaul dalam cinta kasih.

Bergaul dengan Tuhan
Tuhan menciptakan manusia segambar dan se-rupa denganNya (Kejadian 1:26-27) dengan maksud dan tujuan menjadikan manusia sebagai ciptaan yang sempurna dan mulia, yang menjadi rekan sekerja Allah. Allah menginginkan manusia untuk dapat mendengar, memahami dan melaksanakan perintahNya. Namun apa yang terjadi, pembangkangan dan pemberontakanlah yang ada. Ingin sama seperti Allah (bnd. Hawa tergoda dengan ucapan ular; Nimrod yang membangun menara Babel sampai ke langit) menjadi sumber petaka hingga manusia jatuh ke dalam dosa. Pergaulan dengan Allah yang pada mulanya begitu dekat dan indah menjadi rusak. Pembantahan-pembantahan terhadap perintah Allah, pelanggaran-pelanggaran akan aturan Tuhan pun terjadi di mana-mana. Manusia benar-benar tidak takut Tuhan lagi, manusia benar-benar lupa dengan pergaulan kepada Tuhan. Manusia lebih senang bergaul dengan hal-hal kesenangan yang nyata walaupun itu hanya sementara, pergaulan dengan Tuhan dianggap sebagai hal yang sia-sia. Dan hal itu juga tidak terlepas terhadap umat Kristiani ! Pergaulan dengan Tuhan diperlihatkan hanya sebagai ritus dan rutinitas saja, tidak benar-benar dirasakan dan diimani. Waktu untuk bergaul dengan Tuhan pun seolah-olah merupakan sisa-sisa waktu, bukan waktu yang benar-benar diberikan untuk bergauJ, mendengar dan melakukan perintahNya.

Kristen Umat yang Bergaul
Adalah penting sekali sebagai umat Tuhan (Kristen) menyadari panggilan dan perintah Tuhan Sang Pencipta untuk hidup dalam pergaulan yang baik dan benar yang berkenan bagi Tuhan. Banyak defenisi dan pengertian tentang cara hidup, ciri khas, sikap dan tanggung jawab sebagai umat Kristen. Salah satu tanggung jawab umat Kristen itu adalah mewujudkan panggilan dan perintah untuk hidup bergaul dengan alam, sesama, terlebih kepada Tuhan. Bagaimanakah cara bergaul umat Kristen itu ? Saya mencoba memberikan pengertian pergaulan umat Kristen itu dari kata "KRISTEN" itu sendiri, yaitu : Kasih, Rajin, Iman, Syukur, Taat, Elok, Nyaman.

Kasih
Tidak ada ke-Kristenan yang tidak didasari dan dilandaskan dengan kasih. Kasih merupakan satu bukti nyata dan kekristenan. Jangan menyebut diri sebagai umat Kristen kalau tidak memiliki kasih. Dan kasih pun merupakan inti dari pergaulan, pergaulan yang tidak didasari dengan kasih akan sirna. Sungguh banyak memang pengertian kasih, namun satu hal yang harus benar-benar kita pahami adalah pengertian kasih menurut 1 Yohanes 4 : 20 (Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya). Maksudnya adalah, bahwa kasih umat Kristen itu bukanlah kasih yang munafik, bukan kasih yang tidak perduli dengan sekitarnya, bukan kasih yang hanya sekedar lips service. Tetapi kasih yang benar-benar perduli dengan sekitarnya, kasih yang nampak dan nyata dilakukan. Dan itu yang harus dilakukan umat Kristen dalam pergaulannya terhadap sesama, alam dan isinya terlebih terhadap Tuhan.

Rajin
Sudah barang tentu orang menyukai bergaul dengan yang rajin! Dan kerajinan dapat mempertahankan pergaulan yang baik. Jika kita ingin bergaul baik dengan alam serta isinya, sesame dan kepada Tuhan, kerajinan sangat diperlukan. Rajin merawat, menjaga dan melestarikan alam dan ciptaan lain; Rajin bersekutu, rajin membantu dan menolong sesama; Rajin bersekutu dan memuji Tuhan. Memang tidak gampang untuk itu, ada harga mahal yang harus dibayar. Tapi yakinlah bahwa harga mahal dan jerih payah kita tidak akan sia-sia (1 Korintus 15:58).

Iman
Kasih dan kerajinan itu haruslah didasari dengan Iman! Imanlah yang mendorong kita untuk mengasihi dan rajin, bukan semata karena mengharapkan imbalan atau upah. Kita mengasihi bukan karena ingin mendapatkan sesuatu imbalan (memberi uang supaya diberi uang, mengerjakan sesuatu supaya diberi upah, dsb). Kita mengasihi karena kita terlebih dahulu dikasihi (baca : 1 Yoh 4:19). Iman yang dimaksud pun bukanlah iman yang murahan! Sedikit saja mendapat tantangan langsung lemah, sedikit saja mengalami kesulitan langsung mundur. Tetapi biarlah iman yang mahal (ingat kisah iman Ayub, habis hartanya, anak dan istrinya bahkan tubuhnya kena penyakit, tetapi ia tetap setia kepada Tuhan). Kenapa perlu iman yang mahal? Karena memang bergaul bukanlah hal yang mudah, mungkin kita akan menemukan rasa kebosanan, tidak senang dengan tingkah laku orang lain, merasa dirugikan, dsb. Namun semua itu tidak boleh membuat kita malas bergaul, tetapi justru lebih memacu kita untuk bergaul dengan lebih baik. Pergaulan yang baik dan benar juga harus didasari iman, maksudnya, kita tidak bergaul hanya karena kebiasaan yang sama semata (geng), karena sama-sama pemabuk, karena satu profesi, karena satu marga, dsb, tetapi bagaimana kita mengimani bahwa Tuhan menyukai orang-orang yang mau bergaul dengan baik dan benar.

Syukur
Kenapa orang sulit bergaul ? Mungkin disebabkan rasa kekurangan yang dialami, atau merasa dirugikan. Dan memang, walaupun kita sudah bergaul dengan baik, menolong dan membantu, kadang kita tidak menerirna ucapan terima kasih. Tapi tidak perlu bersedih, justru bersyukur dan berbahagialah sebab sebagaimana dikatakan lebih berbahagia orang yang menolong daripada ditolong, lebih berbahagia yang memberi daripada menerima. Itulah sebabnya kita perlu mensyukuri pemberian Tuhan dalam hidup kita, bagaimana keadaan kita dan apa yang kita terima dalam hidup ini, dengan demikian kita dapat menjalin pergaulan yang benar. Tanda dari rasa syukur itulah yang kita berikan dalam pergaulan kita.

Taat
Ketaatan adalah satu hal yang sangat sulit sekali. Pengendalian diri, ketidak-sabaran, dan mau yang gampang-gampang saja membuat orang sulit untuk taat. Dan memang pergaulan banyak hancur karena ketidaktaatan, apalagi pergaulan kita dengan Tuhan! Untuk itulah ketaatan merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam pergaulan.

Elok
Sudah pasti semua orang suka dengan yang elok! Tapi keelokan itu bukan hanya sementara, keelokan itu bukan hanya bentuk luar saja, tetapi keelokan itu betul-betul terlihat dan tercipta dari dalam. Sama dengan manusia, yang penting bukan keelokan rupa saja, tetapi inner beauty juga sangat diperlukan, budi pekerti yang elok, tutur kata dan bahasa yang elok, apalagi perilaku yang elok, itu semua yang diharapkan dalam pergaulan.

Nyaman
Kalau sudah elok, maka kenyamanan pun akan tercipta. Kenyamanan adalah rasa aman dan damai sejahtera. Itu juga yang harus dilakukan oleh umat Kristen, sebagaimana Tuhan berfirman bahwa rancanganNya adalah rancangan damai sejahtera (Yeremia 29:11). Kita tentu sering merasakan dalam perkumpulan maupun dalam semua kegiatan kita baik di kantor, sering kita merasakan bahwa perkumpulan itu terasa indah dan menyenangkan jika si A (seseorang) itu ada, sehingga kehadirannya sangat dibutuhkan. Tapi sebaliknya, kita pernah tidak mengharapkan kehadiran si B karena dia selalu bikin onar. Itu sebabnya kita harus menjadi umat Kristen yang dirindukan dimana pun, yang senantiasa membawa damai sejahtera di dalam cinta kasih. Pergaulan umat Kristen adalah pergaulan yang penuh dengan cinta kasih, kerajinan, rasa syukur, ketaatan, keelokan dan kenyamanan, yang kesemuanya itu didasari oleh iman.

(Penulis adalah Pdt. Mangara Rinaldo Situmorang, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Agustus 2007)


Tidak ada komentar: