Senin, 05 Januari 2009

ARTIKEL: PENTINGNYA KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN

“Tantangan Terbesar dalam berkomunikasi adalah mengerti pikiran,
latar belakang dan proses berpikir pendengar anda.
Bila anda tahu ini, ada cara mencegah banyak “ gangguan komunikasi”
(Wayne Pennington)
“Banyaklah mendengar, namun bicaralah sedikit”
(William Shakespeare/Hamlet)

Kata komunikasi didefinisikan sebagai “materi atau bertukar informasi, isyarat, dan pesan melalui kata, gerakan tangan atau tulisan”. Definisi ini menandakan komunikasi sebagai satu proses sepihak. Namun sebenarnya tidaklah demikian. Komunikasi adalah sekadar menyampaikan pesan, namun juga menyangkut interaksi antara dua insan atau lebih.
Dalam gereja dan tempat kerja dimana kita melakukan suatu pelayanan, terdapat berbagai macam orang yang kita jumpai. Terdapat beberapa orang yang menyenangkan, tetapi ada pula yang kurang menyenangkan. Kita bisa membangun persahabatan dan berlangsung seumur hidup. Tetapi, kita juga akan menjumpai orang – orang yang memiliki karakter yang sedikit berbeda dengan kebanyakan orang. Mereka ini adalah orang–orang yang sulit untuk diajak bergaul atau bekerja sama dan kebanyakan orang yang berjumpa dengan mereka juga merasakan kesulitan tersebut. Teman–teman sekerja dalam pelayanan mungkin merupakan orang yang berkelakuan orang lain secara pilih kasih, menekan beberapa orang dan ingin mendapat pujian atas pekerjaan orang lain, menuntut semua orang disekitar mereka untuk menjadi orang yang kecanduan kerja seperti mereka, menolak untuk bekerja sama dan menjadi anggota suatu tim, melakukan sabotase atas usaha–usaha orang lain dan seterusnya.
Beberapa orang yang “sulit” benar–benar sangat egois, tidak menyenangkan dan bahkan kejam. Dapat dipastikan pada saat kita bekerja dengan orang–orang yang berkarakter seperti yang telah disebutkan di atas, maka akan timbul masalah/konflik. Ketika konflik muncul, apa yang harus kita lakukan? diam saja, mundur dari pekerjaan/pelayanan gereja atau berusaha menyelesaikan konflik tersebut?

PENTINGNYA KOMUNIKASI (MENDENGARKAN)

“Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera”
(II Korintus 13:11)
“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar.
Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu"
(Efesus 4:2)
Firman Tuhan memerintahkan kita untuk bergaul dengan baik dengan orang lain. Ingatlah apa yang dikatakan dalam Roma 12:18. “sedapat–dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang. “Sungguh menarik untuk melihat kata keterangan dalam ayat ini. “Sedapat–dapatnya“. Pernahkah kita memandang Roma 12:18 dengan cara demikian?
Terkadang apapun yang kita lakukan, seseorang tidak menanggapinya dengan benar. Namun, kita harus tetap melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan kedamaian dengannya.
Ada harapan bagi kita untuk bergaul dengan lebih baik dengan orang lain di gereja dan ditempat kerja. Semua itu dimulai dari diri kita sendiri.
Cara yang sangat efektif untuk menyelesaikan konflik–konflik dalam hubungan kerja dan pelayanan kita adalah melalui berkomunikasi. Agar komunikasi menjadi efektif. Kedua pihak harus terus menerus memberi dan menerima informasi baik lisan maupun tulisan. Didalam berkomunikasi dengan orang lain, termasuk rekan pelayanan digereja, terdapat aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu aspek mendengarkan.
Mendengarkan berarti bahwa kita sedang berusaha untuk memahami perasaan orang lain dan mendengarkan demi dia. Jadi mendengarkan memerlukan perhatian dan sikap empati terhadap orang yang sedang berbicara. Akan tetapi, saat ini terlalu banyak orang yang hanya mau mendengar diri mereka sendiri sedang berbicara. Hanya sedikit yang bersedia mendengarkan. Seringkali ketika dua orang sedang berbicara, sebenarnya mereka sedang mengadakan “dialog tuli“. Orang–orang berbicara satu sama lain.
Jika kita benar–benar mendengarkan orang lain, berarti kita sedang mengirim suatu pesan yang akan membuatnya berpikir saya pasti layak didengarkan.
Pernahkah kita mempunyai pengalaman didengarkan oleh orang lain?
Tidak hanya didengarkan, namun kata–kata kita benar–benar diperhatikan?
Firman Tuhan berikut ini menjelaskan bagaimana Allah mendengarkan kita. Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. “Sebab Ia menyendengkan telingaNya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepadaNya”. (Mazmur 116 :1,2). Pentingnya sikap kita yang mendengarkan juga ditekankan dalam Alkitab :

LANGKAH BERKOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita perlu memperhatikan siapa yang kita ajak untuk berkomunikasi.
1. Hubungan antar generasi
Setiap generasi dihadapkan pada persoalan–persoalan yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Anak–anak, remaja, orang tua, kakek nenek dengan kelompok mana kita merasa lebih aman? Dengan kelompok mana kita paling bisa bergaul? Bagaimana kita menjembatani perbedaan–perbedaan generasi? Langkahnya adalah dengan mengenali dan memahaminya. Memahami berarti mengerti makna perbedaan–perbedaan tersebut, namun juga berarti mempunyai suatu sikap yang toleran terhadap mereka. Jangan mudah untuk berprasangka kepada orang lain yang berbeda generasi dengan kita. Jika kita cepat memberi penghakiman terhadap suatu kelompok yang berbeda, maka visi kita mulai berubah. Kita mengembankan suatu fokus yang sempit yang hanya mencari bukti untuk mendukung keyakinan diri sendiri dan membuang segala sesuatu yang bertentangan dengannya. Telinga yang terbuka, pikiran yang terbuka dan hati yang terbuka akan membantu kita memahami hal–hal yang belum pernah kita pahami sebelumnya. Kita mungkin tidak setuju dengan gaya hidup atau nilai–nilai generasi lain, namun memahami mereka akan membantu kita untuk mengemas dan menyampaikan apa yang ingin kita bagikan kepada mereka.

2. Hubungan antar lawan jenis
Banyak pria memandang komunikasi sebagai pertandingan olahraga. Itulah sebabnya ketika suatu percakapan berakhir, bagi seorang pria itu benar– benar berakhir. “Jika kita sudah selesai membicarakannya, mengapa harus kembali dan membahasnya lagi? “Inilah sebabnya mengapa pria menjadi terganggu ketika seorang wanita ingin berbicara tentang sesuatu kembali. Wanita berkomunikasi untuk memahami orang lain dan untuk membuat orang lain memahami mereka. Inilah sebabnya mengapa subyek yang sama dapat dibicarakan dan dibahas, dianalisis & dibedah berkali–kali. Setiap kali menghasilkan pemahaman yang lebih dalam. Dalam percakapan dengan wanita, pria boleh terus berbicara tentang apa yang mereka lakukan (misal: olahraga, hobi, uang atau bisnis). Pria boleh terus menggunakan gaya bicaranya. Namun tambahkanlah topik tentang orang–orang, hubungan, dan perasaan. Gunakan cerita, gambaran–gambaran kata dan belajarlah menggunakan suatu kosa kata perasaan. Berikanlah umpan balik untuk menunjukkan bahwa kita tidak hanya mendengarkan, namun juga memahami. Satu hal lagi: janganlah terlalu mengekang rasa humor! Dalam percakapan dengan pria, wanita boleh terus berbicara tentang orang-orang, hubungan, dan perasaan. Mereka tahu banyak tentang subyek-subyek itu. Namun, jagalah agar kata–kata tetap singkat dan spesifik sehingga pria akan lebih mendengarkan.
Jika wanita sedang berbicara dengan seorang pria, ia harus bertanya pada diri sendiri : “Apakah ia perlu mendengar semua ini atau bahkan ingin mendegarnya?
Juga akan membantu jika wanita menambahkan topik–topik yang disukai oleh pria. Mereka tidak harus menjadi ahli dalam topik tersebut, namun dengan sedikit membaca/mendengarkan, mereka bisa mendapatkan cukup informasi untuk mengetahuinya. Dengan mengajukan pertanyaan–pertanyaan yang berwawasan kepada pria, wanita bisa membuat mereka membangun tingkat pengetahuannya dalam bidang – bidang yang dikuasai pria. Akhirnya, SELAMAT BERKOMUNIKASI !!

DAFTAR PUSTAKA :
“Comunication Work”, H. Norman Wright, Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, 2002.
‘”Strategi Menuju Sukses”, Dr. Arman Siregar.
“Membangkitkan Roh Kepemimpinan”, Joyce Meyer, Trinity, 2002.

(Penulis adalah Lastiur Butarbutar, S.Pd. -Mantan Ketua NHKBP Semper-, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Agustus 2004)

Tidak ada komentar: