Sabtu, 03 Januari 2009

ARTIKEL: MENGGAPAI MASA DEPAN SESUAI DENGAN MAKSUD ALLAH

Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk menjadi yang lebih baik. Lalu untuk menggapainya, dia akan membuat keputusan-keputusan tentang jalan mana yang akan ditempuh untuk mewujudkan keinginannya .
Tiap kita pasti pernah menjalani saat dimana kita mesti mengambil keputusan yang amat menentukan dalam hidup ini. Sebagai pemuda perlu menentukan di bidang 'KKN' (kuliah,kerja,nikah).Di saat menentukan keputusan tersebut, kita bagaikan dipersimpangan jalan, dan mesti memutuskan jalan mana yang harus ditempuh. Ikut kuliah bukan hanya ikut-ikutan atau yang penting kuliah tanpa memikirkan jurusan apa yang akan diambil, ikut kerja hanya untuk memperoleh 'hepeng',mau menikah hanya karena tuntutan umur atau desakan orang tua bahkan yang paling aneh jika punya prinsip 'yang penting ada' ketimbang sendiri. Tetapi ada yang harus kita perhatikan dalam menentukan pilihan itu: Apa sebenanya tujuan dari pilihan itu? Atau apa yang akan kita gapai dari keputusan itu?
Pada waktu saya masih kecil, ada perbuatan yang sering saya lakukan, ketika orang tua menyuruh saya untuk membeli sesuatu ke pasar, di tengah jalan saya tertarik akan banyak hal, seperti ajakan teman untuk pergi bermain bola, membeli mainan dan lain sebagainya, sehingga saya lupa akan tujuan yang sesungguhnya yaitu menunaikan perintah orang tua.
Jadi untuk menggapai masa depan yang lebih baik, kita perlu merumuskan apa yang mau digapai dan untuk apa hal tersebut harus digapai. Mungkin belum pernah terpikir oleh anda untuk merumuskan apa yang harus dicapai dalam hidup ini. Memang, tidak banyak orang berpikir untuk itu. Yang penting kita menjalani hidup ini setiap hari. Kita sudah cukup sibuk dengan segala kegiatan sehingga lupa apa sesungguhnya tujuan kita, atau apa sesungguhnya yang kita mau gapai dari kesibukan itu.
Tanpa disadari hidup ini penuh dengan rutinitas belaka; Hidup ini penuh dengan perjuangan yang melelahkan. Kemudian perjuangan itu membutuhkan istirahat. Istirahat diperlukan untuk segar kembali. Lalu pertanyaan yang muncul, kesegaran itu untuk apa? Lalu dijawab untuk bisa bekerja kembali artinya melanjutkan kesibukan tadi. Begitulah seterusnya seperti sebuah lingkaran yang tiada berujung, antara berjuang - capek -istirahat - segar.
Yang menjadi pertanyaan : Apa yang mau kita gapai dari semua itu? Buat apa kita sibuk dengan "lingkaran" itu ? Atau kita sibuk kuliah hanya untuk cari gelar atau ikut -ikutan karena dianggap malu jika belum injak kampus ; kemudian kita kerja hanya untuk cari uang walaupun di dalamnya bisa terjadi "sikat kanan, "sikat kiri"; lalu tuntutan keluarga untuk menikah sehingga harus ikut menerima tuntutan itu. Setiap orang pasti memiliki keinginan yang berbeda-beda, dan tentunya untuk mencapai keinginan yang berbeda itu, pasti dengan cara yang berbeda-beda pula. (Oleh karena itu tulisan ini tidak akan memuaskan semua pihak mencapai rencananya).
Tetapi, baiklah kita menelusuri rencana itu dengan dua macam alat .Yang satu "mikroskop" dan yang satu lagi "teleskop". Ketika masih duduk di bangku SMP, penulis sudah mengamati benda yang amat kecil secara mendetail dengan alat mikroskop.
Dengan alat tersebut kita dapat memperhatikan bentuk dan ukuran dari suatu benda dapat dilihat dengan jelas walaupun sangat kecil. Artinya dengan 'alat' inilah kita perlu mengamati diri kita, kemampuan kita , keberadaan kita, sehingga kita sendiri yang paling tahu kemana arah dan tujuan hidup kita.
Alat yang kedua adalah "teleskop". Dengan teleskop kita bisa menerawang jauh ke depan untuk melihat pemandangan yang indah dan luar biasa. Artinya dengan "alat" inilah kita "menerawang" masa depan kita. Memang dengan teleskop, kita tidak bisa tahu secara mendetail, karena jauh, namanya saja adalah teropong jarak jauh. Jadi jika kita aplikasikan kedua alat ini, dengan "mikroskop" kita meneliti diri kita ; kemampuan kita untuk memilih kampus dan jurusan apa yang sesuai dengan kita; Dengan "mikroskop" kita meneliti diri kita tentang pekerjaan apa yang sesuai dengan kita; Dengan "mikroskop" kita memilih teman hidup yang tepat buat kita. Kemudian kita menggunakan alat yang kedua yaitu "teleskop". Dengan "alat" ini kita bisa menerawang nun jauh ke depan , seraya bertanya: apa yang akan terjadi, apa yang akan kita raih sesuai dengan pilihan tersebut.
Mungkin ada di antara pembaca yang berkata: oh.... ho..., kalau hanya dengan kedua "alat" ini, berarti tepatlah pilihanku maka rencanaku pasti akan kugapai. Oh.... tunggu dulu, pernakah dengar cerita tentang Dewi Eos yang jatuh cinta kepada Thitonos?. Begini ceritanya, Dewi Eos memperhatikan seluruh umat manusia, lalu dia tertarik kepada seorang pemuda yang bernama Thithonos. Tetapi percintaan mereka terhambat karena dewi adalah abadi sedangkan Tithonos adalah seorang pemuda alias manusia biasa. Tetapi karena Dewi Eos sudah jatuh hati kepada sang pemuda maka Dewi Eos meminta kepada Dewa Zeus untuk merestui hubungan mereka dan meminta juga supaya Thitonos dikaruniai hidup yang abadi seperti Dewi Eos. Saat itu Dewa Zeus bermurah hati dan mengabulkan permintaan Dewi Eos supaya Thitonos ikut abadi.
Dalam mengarungi mahligai rumah tangga, mereka menjalani hidup yang bahagia. Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung abadi karena ternyata ada sesuatu yang berubah. Thitonos yang sangat dicintai Dewi Eos bisa terus hidup abadi, tetapi Thitonos memiliki tubuh yang semakin tua, semakin lemah. Hidup Thitonos tetap abadi tetapi tubuhnya tetap fana. Ternyata Dewi Eos mempunyai kesalahan, dia lupa meminta kepada Dewa Zeus tubuh yang abadi. Thitonos terus hidup, bisa bernafas siang dan malam tetapi menderita karena tubuhnya yang lemah dan tua, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa,
Dari cerita di atas dapat disimpulkan, sebuah rencana yang bisa diraih tetapi ada kalanya sesuatu yang bisa diraih itu, tidak bisa dinikmati malah membawa bencana.

Bagaimana sebuah rencana yang terkabulkan bisa dinikmati? Bagaimana menggapai masa depan sesuai maksud Allah?

• Minta hikmat dari Tuhan.
Ada kisah yang menarik dari Alkitab tentang Raja Salomo yang baru naik tahta. Ada ahli yang mengatakan, ia jadi raja pada umur 15 tahun. Bagaimana dia bisa memimpin dengan umur yang masih semuda itu ? Dalam Alkitab dikatakan, suatu malam Allah datang kepadanya. Tuhan memberi kesempatan kepada Salomo untuk meminta sesuatu. Lalu Salomo bukan minta harta, kekayaan dan kemuliaan tetapi dia meminta hikmat. la tidak meminta sekedar tahu yang benar dan salah. Tetapi juga kemampuan untuk menerapkan yang benar itu secara tepat. Artinya ia memilih yang paling penting dalam hidup ini, oleh karena itu Alah menambahkan hal-hal yang lain kepadanya.

• Menyadari Kekurangan
Hendaknya setiap orang sadar bahwa setiap manusia memiliki kekurangan.. Alkitab mencatat bahwa ketika Allah memanggil Musa untuk membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir. Awalnya panggilan Allah terhadap Musa tidak langsung diterima oleh Musa. Musa berkata "aku bukan orang yang pandai bicara". Di sini Musa menyadari kekurangannya, tetapi Tuhan bisa menyempurnakannya karena asal kita mau rendah hati untuk mengakuinya.

• Takut akan Tuhan atau tidak ikut arus
Alkitab mencatat keberhasilan yang dialami oleh Daniel karena sikapnya yang takut akan Tuhan. Ketika tantangan, pilihan dan rintangan menghadangnya bahkan nyawa yang menjadi taruhannya. Apakah dia mau menyembah ilah lain selain dari Allah. Dalam mengahadapinya Daniel tetap takut dan taat akan perintah Tuhan.

• Kerja keras dan Semangat
Keberhasilan hanya bisa diraih dengan kerja keras dan semangat yang tinggi. Memang, kadang kala ada yang berhasil tanpa kerja keras dan semangat yang tinggi tetapi begitu gampang dapat begitu juga akan cepat hilang atau sering kurang menghargai apa yang sudah di dapat itu. Kunci untuk meraih sebuah keberhasilan jika dimotivasi dengan kerja keras dan semangat yang tinggi

• Efektif dan efisien.
Sering terdengar omongan dari orang tua yang berkata pemuda itu sembrono, kurang efektif dan kurang efisien. Benarkah demikian? Kadang kala ada benarnya tapi bisa juga ada salahnya. Sesungguhnya bukan hanya orang muda yang kurang efisien dan kurang efektif tetapi banyak juga dari orang tua yang melakukannya. Sabtu pagi Dono mau pergi ke sekolah dengan memakai celana panjang. Celana itu baru dibeli oleh ayahnya pada jumat sore ketika pulang kerja. Namun celana tersebut kepanjangan 8 cm. Lalu Dono yang baru saja memakai celana yang kepanjangan itu berkata buat neneknya. "Nek..., to long potong celana ini 8 cm ya" ? Tetapi neneknya berkata : "Aduh mata nenek sudah kurang jelas, apalagi memotongnya malam-malam, minta tolong sama ibumu saja". Karena penjelasan si nenek maka Dono pergi ke ibunya untuk meminta celana itu dipotong 8 cm. Tetapi ibunya menjawab: "malam ini ibu masih sibuk bikin "lappet" karena besok ada pesta tulangmu jadi kamu minta tolong sama kakakmu saja ya ?" Lalu Dono yang sudah ingin memakai celananya besok pergi sama kakaknya. "Kak ... tolong potong celana Dono 8 cm tetapi kakaknya langsung menjawab "tidak bisa besok aku ujian, kamu ngga lihat saya belajar, ini pelajaran susah lagi". Kemudian dengan lunglai Dono masuk ke kamarnya untuk tidur. Ketika Dono sudah tertidur, neneknya sejenak termenung di kamarnya, pikirnya: "Ah... kasihan cucuku, besok dia pakai apa, sedangkan mama dan kakaknya sibuk". Lalu dia masuk ke kamar cucunya dan melihat celananya dilipat di sisi tempat tidurnya. Karena sayang sama cucunya maka dia memotong celana tersebut 8 cm. Lalu dilipat kembali. Seperti biasanya sebelum ibunya tidur, dia selalu memperhatikan anak "siampudannya" ke kamarnya. Dan, setelah melihat anaknya tertidur dengan pulasnya, tiba-tiba matanya tertuju kepada celana yang terlipat di tempat tidurnya, lalu pikirnya, dia pakai apa besok, biar kupotong saja, lalu dia kurangi 8 cm. Hari sudah subuh, sang kakak baru saja selesai mempersiapkan diri untuk ujian, sebelum tidur, dia teringat akan celana adiknya, kemudian dia masuk ke kamarnya dan memotong celana adiknya 8 cm. Paginya ketika mau sekolah, Dono terkejut bukan kepalang, kenapa celana ini pendek amat. Ya tentu saja celananya kependekan karena sudah dipotong tiga kali. Dari cerita ini menunjukkan tidak adanya komunikasi dan koordinasi antara si nenek, ibu dan kakaksehingga berakibat buruk. Perbuatan mereka ternyata tidak efektif dan tidak efisien. Dengan demikian sebuah keberhasilan dapat dicapai jika efektif dan efisien dalam hidup ini.

Akhirnya, biarlah kita menggantungkan cita-cita kita setinggi mungkin tetapi raihlah semua itu dengan perencanaan yang matang dan terlebih bersandar pada Tuhan.

(Penulis adalah Pdt. Natimbul H. Pakpahan, S.Th. tulisan ini dimuat di Buletin Narhasem Edisi Mei 2004))

Tidak ada komentar: