Sabtu, 28 Februari 2009

ARTIKEL: PARAU SORAT SIPIROK BETLEHEMNYA HKBP YANG DILUPAKAN

Pendahuluan
Pada hari Minggu sore tanggal 29 Agustus 2004, anak saya Donny saat pulang marminggu sore di Gereja HKBP Semper melapor bahwa jamita dari pendeta parjamita sore itu menarik juga karena diceritakan sedikit perihal kehidupan ompu i Pendeta DR.I.L.Nommensen. Demikian komentar anak saya. Dari komentar tersebut saya teringat bahwa sebulan lagi tepatnya pada hari Kamis tanggal 7 Oktober 2004, HKBP akan berulang tahun yang ke-143. Suatu umur yang sangat panjang dan sudah lama & dilupakan karena sudah bertahun-tahun para parjamita pada hari Minggu disekitar tanggal 7 Oktober tersebut tidak pernah lagi menyinggungnya. Mungkin sudah bosan atau memang sudah dilupakan. Baru kemudian tahun sesudah kelipatan 25 yaitu pada tanggal 7 Oktober 2011 akan teringat lagi saat beumur 150 tahun atau Jubileum 150 tahun HKBP. Dari pembicaraan diatas tadilah saya berniat untuk menulis tulisan ini, Mudah-mudahan berguna bagi kita semua.

A. Tempat Lahir HKBP
Bagi anda penggemar sejarah gereja, terutama sejarah gereja HKBP, pada saat anda melalui jalan lintas Sumatera bagian tengah dan tiba di kota kecil Sipirok, maka otomatis anda mengatakan bahwa anda telah tiba di kota kelahiran HKBP. Sebuah gereja yang indah marpalas-palas (menara) tinggi dengan satu pasang (dua buah) lonceng besar berdiameter satu meter dimana suaranya terdengar sampai 5 kilometer di Lembah Napa Sibual-buali. Di depan gereja yang bertetangga dengan mesjid Raya Sipirok tersebut berada dalam pargodungan lengkap dikelilingi sekolah, bagas huria untuk pendeta dan guru huria dan dibelakangnya rumah sakit. Sedangkan di depan gereja tersebut terdapat tugu yang besar dan tinggi dan anda bependapat bahwa tugu tersebut adalah tugu tempat lahir HKBP. Pendapat tersebut tidak salah karena pada setiap penerbitan Almanak HKBP selalu dicantumkan sebagai berikut:
31 Maret 1861, Mula-mula sian halak Batak masuk Kristen, ima Simon Siregar dohot Jakobus Tampubolon na mandidihon ni pandita Van Asselt di Sipirok. 7 Oktober 1861. Parmulaan ni Rheinische Mission di Tano Batak (on ma hari hatutubu ni HKBP). Ai marrapat ma tingki i opat (4) halak pandita ima:
1. Pdt. Heine
2. Pdt. Klammer
3. Pdt. Betz
4. Pdt. Van Asselt, marsagi ulaon di Tapanuli.
Dari data diatas istilah anda mengambil kesimpulan tersebut bisa dianggap sudah benar tetapi sebenarnya salah karena:
1. HKBP Sebagaimana dijelaskan di Almanak HKBP tersebut dengan mengatakan di Sipirok sebenarnya bukan di kota kecil Sipirok tersebut tetapi jauh disana kurang lebih 5 Km, sebelumnya di kaki bukit Batu Olang atau To Nangge di desa Parau Sorat, dimana apabila anda melewati lintas Sumatera dari Jakarta ke Medan kurang lebih 4 Km sebelum kota Sipirok sesudah anda melewati Hotel To Sibohi Indah di desa Hutaraja, maka anda mengambil jalan kekanan akan melalui Sialagundi (luara Siregar dan Parau Sorat atau 1 (satu) Km dari Hutaraja atau dari Poken Salasa, Baringin Padang Natinggi (tempat asal Pendeta Petrus Nasution, salah satu dari ketiga pendeta Batak pertama disamping Johanes Siregar dan Markus Siregar) dan Parau Sorat kurang lebih 1 Km dari jalan lintas Sumatera tersebut.
2. Tugu besar yang ada di depan gereja Sipirok tersebut adalah tugu
Jubileum pertama HKBP tanggal 7 Oktober 1936 atau Jubileum 75 tahun yang dirayakan dan dipusatkan di HKBP Sipirok. Jadi tugu tersebut bukan tugu tempat lahir HKBP. Gereja HKBP Sipirok tersebut diresmikan pada bulan Mei 1864 sebagai gereja permanen pertama di Tanah Batak yang diresmikan oleh Rheinische Mission Geselschafh(RMG) suatu misi dari Jerman dan Pendeta Klammer sebagai pendeta pertama di Sipirok.

B. Berita Kesukaan (Injil) Masuk Ke Tanah Batak
Pada tahun 1911-1924, Indonesia dijajah oleh Inggris dan sebagai penguasa di Indonesia di tempatkan seorang yang berasal dari Inggris yaitu Sir Thomas Stamford Raffles seorang dengan pangkat Leutenant Governoer General. Dimana Indonesia adalah bagian dari kekuasaan pemerintah Inggris di Asia dibawah pimpinan Lord Minto yang berkedudukan di Calcutta, India. Pada tahun 1924, pemerintah Inggris memberi izin kepada missionaris Inggris dari gereja Baptis untuk menabur benih diladang Tuhan di daerah Batak yaitu:
1. Natanael Ward, seorang ahli kesehatan.
2. Pendeta Evans seorang ahli dibidang pendidikan, mendirikan beberapa sekolah di Tapanuli.
3. Richard Burton, seorang ahli di bidang Ilmu Bangsa Bangsa dan Bahasa.
Beliaulah orang pertama yang menterjemahkan sebagian Perjanjian Lama kedalam bahasa Batak yaitu buku Kejadian dan Perjanjian Baru yaitu Buku Johanes, beliau bertempat. tinggal di Sibolga. Karena adat istiadat oleh orang Batak disamakan dengan agama dan juga terjadinya perang Paderi 1825-1830, maka misi ke tiga orang tersebut. tidak dapat berlanjut dan mereka akhirnya kembali kecuali Pendeta Natanael Ward yang memilih untuk tetap tinggal di Sibolga.
Pada saat pemerintahan Inggris mengembalikan Indonesia kepada Belanda sesuai dengan Treaty Of London 1824, maka Belanda disamping tujuan Gold juga melaksanakan Gospel dimana missi Nederlands Zendeling Genootschap (NZG), memulai pelayarannya dengan mengutus Pendeta Gustav ke Sumatera tetapi karena masih berkecambuk perang Paderi maka beliau dialihkan ke pulau Jawa.
Pada tahun 1934 Belanda mengutus Pendeta Verhoeven ke daerah Pakantan di Mandailing dan mendirikan gereja serta membaptis penduduk setempat yaitu Kalirancak Lubis dan Jamandatar Lubis, keinginan untuk menyebarkan Injil dipedalaman Angkola maka beliau berangkat ke Sipirok. Pendeta Verhoeven juga menyurati Missi Baptis Amerika untuk membantu pelayanan di Sumatera. Gereja baptis Amerika dari Boston mengutus Pendeta Munson dan Pendeta Henry Lyman dan tiba di Sibolga pada tanggal 17 Juni 1934.
Mereka berencana menyebarkan Injil ke arah Timur Sibolga yaitu ke Tarutung tanpa terlebih dahulu mempelajari bahasa dan adat istiadat Batak. Mereka dibunuh di Lobupining oleh rakyat Raja Panggulamai. Tugu peringatan kepada kedua Pendeta tersebut kini berdiri tegak disana "The blood of the martir is a beans of Religion". Gereja Baptis mengutus Pendeta Jacob Ennis dan bertempat tinggal di Pakantan. Usahanya kurang berkembang karena faktor agama lain yang sudah terlebih dahulu berkembang disana dan masalah kesehatannya sendiri.

C. Perkebunan Kopi
Dataran tinggi Angkola dan Mandailing sangat subur untuk tanaman kopi, karet dan kayu manis dengan mutu yang sangat baik hingga terkenal sampai di Eropa. Berkat hasil bumi tersebut penghidupan masyarakat bertambah baik demikian juga dengan kesehatan masyarakat. dan pendidikan. Hal ini di sebabkan usaha dari para Missionaris dimana di samping mendirikan gereja, mereka juga mendirikan sekolah dan rumah sakit yang disebut sekolah Zending yang di pimpin oleh guru sekolah Zending dan Rumah Sakit. Zending, para pelajar juga orang yang berobat ke Rumah Sakit atau Balai Pengobatan tersebut tidak terbatas pada orang Kristen saja tetapi semua lapisan masyarakat sehingga baik kesehatan maupun pendidikan masyarakat bertambah baik. Pada tahun 1840-1841, Pemerintah Belanda mengutus Dr.Fransz Jimghim seorang ahli dalam bahasa suku bangsa dan tumbuh-tumbuhan. Dari hasil risetnya yang berjudul "Daerah Batak di Sumatera” menggugali pemikiran Badan Missi Jerman untuk mengunjungi suku bangsa Batak.
Beliau juga merekomendasikan bahwa pegunungan di Angkola bagus untuk tanaman keras. Kebun Raya Bogor juga mencatat nama beliau sebagai seorang ahli tumbuh-tumbuhan. Pada tahun 1849-1856, Neubrownner Van der Tuuk seorang ahli bahasa diutus oleh Lembaga Alkitab Belanda (Kongsi Bibel Nederland) dari Amsterdam untuk meneliti bahasa Batak. Atas kegigihan dan kesabarannya beliau berhasil menerbitkan Buku Tala Bahasa Batak, Kamus- Bahasa Batak dan menterjemahkan beberapa bagian Alkitab ke dalam bahasa Batak. Neubronner Van der Tuuk inilah dianggap sebagai perintis jalan perihal pekerjaan Zending ke Tanah Batak.

D. Pendeta Gustaf Van Asselt Di Parau Sorat
Mungkin untuk orang Batak Angkola Dolok Sipirok nama Pendeta Gustaf Van Asselt ini boleh dikatakan sebagai pemancang tonggak Kekristenan di Sipirok khususnya atau di tanah Batak umumnya. Tidak kalah dengan Dr.I.L.Nomensen di Pearaja Tarutung mengapa? Gereja Ermelo di negeri Belanda pada talum 1850, memunculkan gerakan rohani. Pimpinan gereja Armelo Pendeta Witteveen mengobarkan semangat penginjilan walaupun mereka hanya gereja kecil dan berjemaat petani saja.
Mereka mempunyai motto Koinonia berdasarkan Mateus 28 : 19. Jadi. hara ni I, kehe ma hamu tu sude bangso, baen hamu ma halahi gabe halak namangihutkon Au, didi hamu ma halahi di bagasan goar ni Ama, goar ni Anak, dohot goar ni Tondi Porbadia. Gereja inilah yang mengirimkan Gustav Van Asselt ke Sumatera setelah dithabiskan sebagai pendeta pada tahun 1856.
Tiba di Padang dan dipekerjakan di perkebunan kopi di Angkola Dolok-Sipirok sebagai seorang pendeta Gustav Van Asselt juga bekerja sebagai Opziediter pada perkebunon kopi dan juga sebagai "Slender dalan" pada dinas pekerjaan Umum saat itu karena ketiadaan biaya dan gereja Ermelo. Walaupun demikian tugas utamanya sebagai penginjil tidak pernah dilupakan. Untuk tempat beliau mendirikan rumah dan gereja, beliau mendapat hadiah tanah Bonda na Lolot Nasution di Parau Sorat. Pada tanggal 2 April 1861 Gustaf Van Asselt membaptis Jason (Jakobus) Tampubolon dan Pagar (Simon) Siregar di Parau Sorat yang menjadikan beliau-beliau inilah yang dicatat oleh HKBP maupun GKPA sebagai orang pertama bangsa Batak atau Angkola yang menjadi Kristen.
Pada tahun 1858 gereja Ermelo Holland mengutus Pendeta Dammerbur yang bertugas di Huta Imbaru, Pendeta Van Dallen di Simapilapil Pendeta Betz di Bunga Bondar dan Pendeta Koster di Pargaratan. Untuk meramaikan penginjilan di Angkola berkat buku karangan Van der Tuuk yang ditemui oleh Dr.Fabri yaitu lnspektur Reinishe Mission Gesselshaft (R.M.G) di Jerman pada saat kunjungannya ke negeri Belanda beliau tergerak untuk memindahkan ke tanah Batak Missioner yang tugasnya terhenti karena kekacauan antara Belanda dengan Pangeran Hidayat di Kalimantan.
Pada tahun 1860 Badan Zending RMG Jerman memindahkan Pendeta Klammer dari Jawa ke Sipirok dan Pendeta Heine dikirim dari Jerman setelah sampai di Sipirok mereka bergabung dengan Pendeta Van Asselt yang sudah ada di Parau Sorat. Mengingat para Penginjil dari Belanda (N.Z.G) merasa kurang pesat perkembangannya di Angkola dan juga datangnya Penginjil dari Jerman (RMG) maka pada tanggal 7 Oktober 1861 antara penginjil NZG dan RMG diadakan musyawarah untuk memperluas penginjilan di Tanah Batak.
Musyawarah tersebut dilaksanakan di rumah pendeta yang ada di atas tanah disumbangkan ke gereja oleh Bonda na Lolot Nasution di Parau Sorat atas prakarsa Pendeta Van Asselt. Pembukaan kebaktian dipimpin oleh Pendeta NZG dan setelah selesai musyawarah maka penutupan dilaksanakan oleh Pendeta RMG hasilnya daerah penginjilan di tanah Batak, dibagi (marsagi karejo) sebagai berikut:
1. Pendeta RMG
• Pendeta Heine bertugas di Silindung dan Tapanuli utara.
• Pendeta Klaninier bertugas di wilayah Sipirok.

2. Pendeta NZG
• Pendeta Betz bertugas diwilayah Bunga Bandar.
• Pendeta Van Asselt bertugas di daerah Pahae.
Musyawarah pembagian daerah penginjilan ini membuahkan hasil yang lebih baik. Tanggal 7 Oktober 1861 tanggal musyawarah ini oleh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKPB) dijadikan sebagai hari jadinya. Pada tahun 1862 Pendeta Dr.I.L.Nommensen tiba dari Jerman di Sipirok mula-mula ditempatkan di Parau Sorat kemudian pada tahun 1864 pindah ke Tarutung, dan membuka Huta Dame dan seterusnya menyebarkan Injil di Tapanuli Utara.
Untuk seterusnya pada bulan Mei 1864, Pendeta Klammer di Sipirok meresmikan Gereja Sipirok yaitu gereja pertama yang dibangun Pendeta RMG ditanah Batak, dan pada tanggal 25 Desember 1864 Pendeta Klammer membaptis Thomas, Philippus dan Johannes menjadi Kristen yaitu baptisan pertama oleh Pendeta RMG.
Parau Sorat ini penting karena:
1. Tempat pertama dibaptis orang batak menjadi Kristen
2. Tempat lahir HKBP
3. Tempat pertama Seminari Sekolah Guru Huria Tanah Batak tahun 1867, dengan guru DR.A.Schreiber dan Leopold dimana murid-muridnya tersebut dikemudian hari sekolah lagi untuk menjadi pendeta pertama orang Batak
4. Parau Sorat adalah pusat penyebaran agama Kristen di Tanah Batak dimana tempat diadakan rapat-rapat pendeta dengan presiden rapat-rapat pendeta pertama adalah DR.A.Schreiber tahun 1866-1873, yang berkedudukan di Parau Sorat. Sesudah DR.A.Schreiber kembali ke Eropa menjabat Inspektur RMG maka Dr.I.L.Nommensen-lah yang menggantikannya sebagai Presiden rapat-rapat pendeta yang kemudian sesudah aturan HKBP dilengkapi oleh kongsi Mission Barmen maka Presiden rapat-rapat pendeta itu adalah yang diangkat menjadi Ephorus.

E. Falsafah Jelok
Apabila anda berkesempatan mampir ke gereja Parau Sorat, maka anda tidak usah kecewa karena yang ada hanya sebuah gereja kecil biasa tanpa nama atau tanda-tanda apapun bahwa di Parau Sorat itulah pertama kali dan tetap diakui tampat lahir HKBP nabolon i, jala na bonggal i. Tanpa tugu, tanpa prasasti atau tulisan apapun, hanya ada gereja kecil biasa dan gambar 7 orang pendeta yang pernah melayani disana pada awal mulanya.
HKBP sudah tersebar di seluruh nusantara dengan gedung-gedung megah bahkan telah menyebar di luar negeri antara lain Singapore, Seatle, Ontario California, Colorado dan New York, tetapi telah lupa atau memang dilupakan seperti apa yang disampaikan oleh seorang pembicara pada Konfensi nasional HKBP di Jakarta Convention Center pada tanggal 26 Juli 2000, yaitu Marbun Banjarnahor bahwa HKBP lahir di luat Silindung dan mendapat applaus yang gegap gempita dari para peserta konvensi. Atau memang seperti falsafah model jelok yang tumbuh di Parau Sorat dan telah berbunga dan berbuah di seantero dunia yang fana tetapi tidak pernah melihat ketempatnya tumbuh. Ironis memang tetapi itu nyata. Bagaimana kalau kita para penganut Kristen yang lahir dan timbul dari gereja yang pernah disemaikan di Parau Sorat ini membuat tanda bahwa HKBP pernah menyatakan dirinya lahir disini dan membuat Parau Sorat sebagai salah satu tempat tujuan wisata rohani seperti Salib Kasih, Parau Sorat, Lobu Pining, Sigumpar, Huta Dame, Hepata, Huta Salem, Sipoholon, dll.
Parau Sorat, Sipirok tempat lahir HKBP yang terkenal dengan naskah Parau Sorat Sipirok sebaiknya diukir diatas batu besar dengan kata-kata yang diambil dari Mikha 4:2 sebagai berikut: "Marilah masuk ke rumah naik ke bukit Tuhan kita masuk ke rumah Allah Jakub supaya mendapat pelajaran mengenai jalan-jalan Tuhan dan kita berjalan pada lorong-lorongNya." Ayat tersebut diatas adalah ayat yang menjadi turpuk di kala mereka pada tanggal 7 Oktober 1861 saat Pendeta Heine, Klammer, Betz, dan Van Asselt memutuskan bahwa mulai saat itu pelayanan di Tano Batak dilayani secara bersama antara Pdt. Betz dan Van Asselt dari Netherlands Pdt.Heine, Pdt.Klammer dari Rheinische Mission Geselschaft (RMG).

F. Kalau Bukan Kita Siapa Lagi
Gereja HKBP Parau Sorat sesuai dengan naskah Pajaeon Huria Kristen Batak Protestan Angkola (HKBP A) tanggal 1 Agustus 1976 dimana huria Parau Sorat adalah salah satu huria diantara 22 huria dan 9 orang pendeta yang dipajae (diserahkan) oleh HKBP kepada HKBP A sekarang GKPA, berarti sudah menjadi milik GKPA dan untuk Parau Sorat bukan lagi dicatat tanggal 7 Oktober 1861 itu di Parau Sorat tetapi tanggal 31 Maret 1861 yaitu mula-mula tardidi orang Batak pertama menjadi Kristen atau kita biarkan saja toh sudah ada Huta Dame di Tarutung tidak perlu balik ke Parau Sorat dan sudah ada Salib Kasih tempat DR.I.L.Nommensen pertama kali berdoa saat sampai di Luat Silindung. Biarlah sejarah nanti yang mencatat.

Penutup
Marilah kita syukuri HKBP pada tanggal 7 Oktober 2004 sudah genap berumur 143 tahun suatu umur yang panjang dan sering diguncang oleh gelombang yang hampir-hampir menenggelamkannya. Apakah kita tidak perlu merenungkan naskah Parau Sorat Sipirok yang oleh seorang Sekretaris Umum Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI saat itu, sekarang PGI), DSS. Marantika agar dapat diletakkan dialas batu untuk mengenang 100 tahun HKBP (tahun 1961). Orang lain saja tertarik akan hal tersebut mangapa kita tidak?
Apakah memang melestarikan tempat tersebut dengan suatu tanda baik berupa tugu, prasasti dan semacamnya adalah merupakan suatu pemberhalaan atas suatu tempat, entahlah. Penulis berharap dalam waktu yang akan datang di tempat tersebut sudah ada "suatu tanda" bahwa HKBP nabolon i lahir di suatu desa kecil bernama Parau Sorat “Betlehemnya HKBP” yang dilupakan, Semoga Tuhan memberkati. Amin dan Horas.

Daftar Pustaka
1. Disarikan dari Buku Parau Sorat Sipirok Parsamean yang dilupakan - K.Pohan Siahaan, BBA, Jakarta, 2003
2. Sejarah Gereja Kristen Protestan Angkola Hutaraja Sipirok - K.Pohan Siahaan, BBA, Jakarta, 2003
3. Almanak HKBP 2004, Kantor Pusat HKBP, Pearaja Tarutung.
4. Seratus tahun kekristenan dalam sejarah rakyat Batak, Panitia Distrik IX Perayaan Jubileum 100 tahun HKBP, Jakarta, 1961

(Penulis adalah St. Kamaruli Pohan Siahaan, BBA, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Oktober 2004)

Tidak ada komentar: