13.Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan disana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”. 14.sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. 15.Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” 16.Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. 17.Jadi jka seorang tahu begaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.
Yakobus 4:13-17
Yakobus 4:13-17
Sejak awal manusia diciptakan, ada empat tugas yang diembankan oleh Tuhan, yaitu (i) menaklukkan; (ii) menguasai (Kej. 1:28); (iii) mengusahakan dan; (iv) memelihara (Kej. 2:15). Untuk mencapai hasil yang baik dari tugas yang diemban manusia itu, maka Tuhan juga memperlengkapi manusia itu dengan akal budi dan seorang perempuan sebagai partner kerja. Dengan akal budi, manusia akan belajar melakukan tugas tersebut, dan dengan perempuan, manusia akan mempunyai pendamping untuk bertukar fikiran dan beranak cucu, karena sangat tidak mungkin untuk menaklukkan bumi hanya dengan dua orang saja. Dengan akal budi yang ada, manusia akan membuat rencana penaklukan, penguasaan, pengusahaan dan pemeliharaan.
Tetapi setelah dunia berjalan seiring dengan perkembangan akal budi manusia, menjadi sangat sering manusia melupakan Tuhan dalam setiap perencanaan hidup, walaupun kadang-kadang Tuhan masih menunjukkan kuasanya untuk membatalkan rencana manusia. Hal ini ditunjukkan pertama dalam Kej.11, dimana manusia merencanakan pendirian Menara Babel. Demikian pula dengan Sara, istri Abraham, yang merencanakan bahwa ia akan memperoleh anak melalui hambanya Hagar (Kej 16), tetapi Tuhan tidak menyetujui rencana itu. Demikian juga dengan Yunus, yang mencoba melarikan diri dari hadapan Tuhan, tetapi itu bukan rencana Tuhan, sehingga Yunus harus tetap pergi ke Niniwe.
Karena pengertian yang dalam akan hal itu, kitab Mazmur dan Amsal menuliskan banyak peringatan akan perencanaan, supaya senantiasa mengikutkan Tuhan di dalamnya. Misalnya Amsal 16: 9, Hati manusia memikir-mikir jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.
Amsal 19:21, Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana. Mazmur 127:1, Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Mazmur 60:14, Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita.
Peringatan yang diberikan oleh Mazmur dan Amsal itu bukan bermaksud menjadikan manusia hanya sebagai pelaksana daru rencana Tuhan. Manusia tetap boleh berencana dan berusaha, tetapi harus tetap mengikutkan Tuhan dalam setiap rencana yang akan dibuat oleh manusia,
Peringatan-peringatan itulah yang kembali diingatkan melalui renungan ini, supaya kita jangan hanya mengandalkan fikiran kita, tetapi juga mengandalkan Tuhan. Tetapi dalam kitab Yakobus ini, ditekankan, bahwa perencanaan itu bukan hanya perencanaan semata, tetapi perencanaan yang dibuat oleh manusia berhubungan erat dengan imannya kepada Tuhan.
Saat ini, manusia telah semakin maju, dan telah semakin banyak mengetahui akan hukum Tuhan. Kitab Suci sudah dibegitu banyak dipelajari, hukum-hukum Tuhan sudah dapat dihafalkan, kekuasaan Tuhan sudah dikenal, tetapi masih saja banyak orang yang melupakan Tuhan dalam perencanaan hidupnya. Manusia lebih percaya kepada akal pikirannya tanpa menyertakan Tuhan. Manusia sudah merasa sangat mampu melakukan sesuatu tanpa keikut sertaan Tuhan di dalam hidupnya. Hal inilah yang diingatkan oleh Yakobus kepada kita, walaupun kita merasa mampu, tetapi tetap tanya kepada Tuhan, apa kehendak Allah, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Mengutip kitab, 1 Yoh 3:4 (Dosa ialah pelanggaran hukum Allah) janganlah kita menambah dosa-dosa kita, karena kita telah mengetahuinya. Yakobus mengakhirinya dengan “Jika seorang tahu bahaimana ia harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya, ia berdosa”.
(Penulis adalah Pdt. R.E.M. Sitorus, S.Th., -Mantan Pendeta HKBP Persiapan Resort Semper-, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2004)
2 komentar:
terimakasih artikelnya
berguna sekali di gereja saya
Bagus sekali renungannya,
saya suka, terimakasih
Posting Komentar