A. Pengantar
Hidup adalah satu kata yang amat penting bagi manusia. Sebab, hanya manusia yang hiduplah yang dapat memberikan nuansa dalam kehidupan ini. Bahkan, hampir semua orang rela mengeluarkan banyak biaya agar tetap hidup. Minimal dapat memperpanjang hidupnya. Tetapi apakah kehidupan ini hanya untuk berusia panjang? Tentu tidak. Meskipun berusia panjang, boleh jadi keinginan dari banyak orang. Sebagaimana yang dikatakan Khairil Anwar: “Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Keinginginan untuk dapat menikmati atau menjalani kehidupan ini dalam waktu yang relative lebih lama, tentulah meimiliki maksud dan tujuan. Contohnya, seorang ibu yang menderita leukimia dan divonis oleh dokter yang merawatnya tidak akan berumur panjang. Dia terpukul dan merasa belum siap untuk meninggalkan kehidupan ini, sebab anak-anaknya masih kecil. Si ibu punya alasan dan tujuan. Dia mau merawat dan membesarkan anak-anaknya.
Beraneka ragam tujuan seseorang untuk mempertahankan hidupnya, meskipun tidak sedikit yang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya. Tetapi semua itu, pastilah ada alasannya dan tujuannya. Mempertahankan dan mengakhiri hidup sama-sama punya alasan dan (mungkin) tujuan. Jadi, sulit dimengerti bahwa ada orang yang mengatakan tidak memiliki tujuan hidup. Sebab, ketika dia mengatakan tidak memiliki tujuan hidup sebenarnya diapun sudah memilih tujuan hidupnya. Ya, tujuan hidupnya tidak memiliki hidup (bingung khan ……., sama, ha..ha…). itulah sebabnya, mau tidak mau; setuju atau tidak setuju orang pasti memiliki tujuan hidupnya masing-masing.
B. Makna dan Tujuan Hidup Umat Tuhan
Pada bahagian ini, secara khusus akan digali makna dan tujuan umat Tuhan dari Kitab Suci umat Kristen. Untuk itu, kita akan belajar dari para tokoh dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
1. Adam dan Hawa
Setiap agama menyakini bahwa ada kekuatan lain diluar manusia yang membuat atau menjadikan manusia itu ada. Bagi umat Tuhan (orang Kristen), “Kekuatan” yang luar biasa itu disebut TUHAN ALLAH. Dalam bahasa asli Perjanjian Lama Tuhan Allah ini sering disapa dengan nama YHWH atau Elohim. Dialah yang menciptakan manusia. Ada keunikan dalam penciptaan manusia ini. Berbeda dengan ciptaan yang lain, Tuhan Allah memberikan RohNya, yaitu nafas hidup (nefes hayya; Kej.2:7) kepada manusia, barulah manusia hidup. Dari sejak awal penciptaanpun, Allah tidak secara kebetulan dan bukan tanpa maksud ketika menciptakan manusia. Dia menghendaki manusia menguasai (bukan hanya dalam arti mengeksploitasi/menjarah) ciptaan lainnya. Kekuasaan diberikan Tuhan Allah sekaligus tanggung jawab untuk memelihara ciptaan tersebut. Untuk itu, manusia yang diciptakan Allah dengan baik (pada mulanya) harus menunaikan tugas itu sebagai manusia yang utuh. Artinya, unsur manusia yang bukan hanya dari debu tanah harus ada, yaitu ROH ALLAH (neffes hayya = nafas hidup). Idealnya Roh Allah hanya taat kepada Allah. Karena itu, manusia yang dianugerahi Roh Allah harus taat kepada Allah. Tanpa ketaatan tersebut, maka sesungguhnya manusia itu sudah mati, meskipun secara jasmani (mungkin) masih hidup. Manusia itu tidak utuh lagi. Roh Allah sudah meninggalkannya. Inilah yang terjadi pada Adam dan Hawa. Mereka gagal menaati perintah Allah. Maksud dan tujuan hidupnya sudah melenceng. Mereka mati, meskipun masih hidup.
2. Raja Saul
Saul adalah raja pertama bagi umat Tuhan Israel. Tuhan sendiri melalui hambaNya Samuel yang mengangkat Saul menjadi Raja. Awalnya, Saul adalah raja yang baik dan sukses. Bukan hanya dalam pemerintahan tetapi juga dalam ketaatannya kepada Allah. Namun, ketika kekuasaan itu semakin besar, Saulpun besar kepala. Beberapa kali kekudusan dan perintah Allah dilanggarnya (baca I Samuel 13:13-14; I Samuel 15). Saul gagal menjadi seseorang yang memiliki maksud dan tujuan hidup sebagaimana yang dikehendaki Allah.
3. Raja Daud
Daudlah yang dipilih Tuhan Allah menggantikan Saul yang telah gagal menaati perintah Tuhan. Meskipun sudah diurapi Samuel, Daud tidak langsung menjadi raja. Dia tidak mengadakan kudeta. Dia tidak melakukan kejahatan untuk mempercepat proses pergantian raja; meskipun peluang untuk itu beberapa kali terbuka baginya. Bahkan ketika para pengikutnya meminta ijin kepada Daud untuk membunuh Saul, Daud melarangnya. Ndang jadi lalu tangan tu angka na miniahan ni Jahowa (bnd. I Sam.24:7). Daud menjadi salah satu contoh, tokoh yang memiliki tujuan hidup. Dia memang pernah “jatuh” (dalam peristiwa Betsyeba, istri Uria). Tetapi Daud bertobat dan memohon kemurahan Allah. Nabi Natan yang menegurnya, tidak dianiayanya; meskipun Daud memiliki kuasa untuk melakukannya (mungkin berbeda dengan penguasa pada Zaman ini). Tujuan hidup Daud jelas, tunduk dan taat kepada perintah Allah. Segala kuasa, kekayaan dan kemampuannya tunduk dan taat kepada perintah Allah. Bahkan, ketika Tuhan Allah tidak mengijinkannya membangun Bait Suci; Daudpun tetap taat kepada Allah.
4. Tuhan Yesus
Teladan yang Perfect akan tokoh yang memiliki makna dan tujuan hidup adalah Tuhan Yesus. Semua yang dimilikinya tunduk dalam ketaatan kepada Tuhan Allah. Godaan Iblis akan kebutuhan hidup (batu menjadi roti), kekuasaan (melompat dari bubungan Bait Allah), harta dan kemewahan (semua kerajaan dunia dengan kemegahannya; lebih lengkapnya baca Matius 4:1-11), tidak membuat Tuhan Yesus bergeming dari tujuan hidupnya. Bahkan “kesakitan” yang luar biasa, itupun tidak membuat Tuhan Yesus melupakan tujuan hidupnya. Aktualisasi diriNya jelas. Dia hidup hanya untuk menghidupi perintah Allah. Tuhan Yesus yang bukan hanya Allah tetapi juga manusia seutuhnya telah sampai kepada puncak aktualisasi diriNya. HidupNya adalah merealisasikan kehendak Allah, bukan hanya dalam interaksi dengan BapaNya tetapi juga dalam interaksiNya dengan manusia. Kepastian bagi Tuhan Yesus adalah “hartaNya dan kebahagiaanNya” adalah hidup bersama-sama dengn Allah.
Pengajaran Tuhan Yesus: “Dimana hartamu, maka disitulah hatimu”, patut kita hidupi. Caranya bagaimana? Untuk menyederhanakannya, baiklah kita melihat beberapa kenyataan dalam kehidupan. Lihatlah seseorang yang “doyan” chatting diinternet. Seseorang itu akan tahan selama berjam-jam duduk di Warnet atau didepan komputernya. Luar biasa, bukan? Contoh yang lain, seseorang yang “menggilai” sepakbola, maka dia akan tahan berjam-jam bahkan begadang hanya untuk menyaksikan kesebelasan favoritnya bertanding. Fantastik, bukan? Atau contoh yang lain, seorang pemuda atau pemudi yang betah duduk berlama-lama hanya untuk menunggu kekasih hatinya. Romantis, bukan? Semua contoh itu memperlihatkan bahwa semua yang kita anggap berharga (sesuai dengan versi masing-masing), maka kitapun memberikan hati dan bersungguh-sungguh.
C. Penutup
Pertanyaan kita sekarang, apakah imanmu Sesuatu yang berharga? Bila ya, maka perjalanan hidupmu akan memperlihatkannnya. Ingat kepastiannya, bahwa semua hidup memiliki tujuan. Camkanlah, akhir dari segala tujuan hidup tersebut hanya 2. Pertama: Mati dalam hidup ini dan mati sesudah mati. Kedua: Hidup dalam hidup dan hidup setelah hidup. Janji Krsitus bagi orang beriman tidak ada kematian (baca Yohanes 11:25-26). Aktualisasikanlah dirimu tidak hanya untuk yang fana tetapi yang paling penting adalah untuk yang baka. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yan di Sorga (Matius 5:16). Selamat memiliki Tujuan Hidup Yang Benar
(Penulis adalah Pdt. Lelim Yan Fransher Limbong, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi November 2004)
Hidup adalah satu kata yang amat penting bagi manusia. Sebab, hanya manusia yang hiduplah yang dapat memberikan nuansa dalam kehidupan ini. Bahkan, hampir semua orang rela mengeluarkan banyak biaya agar tetap hidup. Minimal dapat memperpanjang hidupnya. Tetapi apakah kehidupan ini hanya untuk berusia panjang? Tentu tidak. Meskipun berusia panjang, boleh jadi keinginan dari banyak orang. Sebagaimana yang dikatakan Khairil Anwar: “Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Keinginginan untuk dapat menikmati atau menjalani kehidupan ini dalam waktu yang relative lebih lama, tentulah meimiliki maksud dan tujuan. Contohnya, seorang ibu yang menderita leukimia dan divonis oleh dokter yang merawatnya tidak akan berumur panjang. Dia terpukul dan merasa belum siap untuk meninggalkan kehidupan ini, sebab anak-anaknya masih kecil. Si ibu punya alasan dan tujuan. Dia mau merawat dan membesarkan anak-anaknya.
Beraneka ragam tujuan seseorang untuk mempertahankan hidupnya, meskipun tidak sedikit yang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya. Tetapi semua itu, pastilah ada alasannya dan tujuannya. Mempertahankan dan mengakhiri hidup sama-sama punya alasan dan (mungkin) tujuan. Jadi, sulit dimengerti bahwa ada orang yang mengatakan tidak memiliki tujuan hidup. Sebab, ketika dia mengatakan tidak memiliki tujuan hidup sebenarnya diapun sudah memilih tujuan hidupnya. Ya, tujuan hidupnya tidak memiliki hidup (bingung khan ……., sama, ha..ha…). itulah sebabnya, mau tidak mau; setuju atau tidak setuju orang pasti memiliki tujuan hidupnya masing-masing.
B. Makna dan Tujuan Hidup Umat Tuhan
Pada bahagian ini, secara khusus akan digali makna dan tujuan umat Tuhan dari Kitab Suci umat Kristen. Untuk itu, kita akan belajar dari para tokoh dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
1. Adam dan Hawa
Setiap agama menyakini bahwa ada kekuatan lain diluar manusia yang membuat atau menjadikan manusia itu ada. Bagi umat Tuhan (orang Kristen), “Kekuatan” yang luar biasa itu disebut TUHAN ALLAH. Dalam bahasa asli Perjanjian Lama Tuhan Allah ini sering disapa dengan nama YHWH atau Elohim. Dialah yang menciptakan manusia. Ada keunikan dalam penciptaan manusia ini. Berbeda dengan ciptaan yang lain, Tuhan Allah memberikan RohNya, yaitu nafas hidup (nefes hayya; Kej.2:7) kepada manusia, barulah manusia hidup. Dari sejak awal penciptaanpun, Allah tidak secara kebetulan dan bukan tanpa maksud ketika menciptakan manusia. Dia menghendaki manusia menguasai (bukan hanya dalam arti mengeksploitasi/menjarah) ciptaan lainnya. Kekuasaan diberikan Tuhan Allah sekaligus tanggung jawab untuk memelihara ciptaan tersebut. Untuk itu, manusia yang diciptakan Allah dengan baik (pada mulanya) harus menunaikan tugas itu sebagai manusia yang utuh. Artinya, unsur manusia yang bukan hanya dari debu tanah harus ada, yaitu ROH ALLAH (neffes hayya = nafas hidup). Idealnya Roh Allah hanya taat kepada Allah. Karena itu, manusia yang dianugerahi Roh Allah harus taat kepada Allah. Tanpa ketaatan tersebut, maka sesungguhnya manusia itu sudah mati, meskipun secara jasmani (mungkin) masih hidup. Manusia itu tidak utuh lagi. Roh Allah sudah meninggalkannya. Inilah yang terjadi pada Adam dan Hawa. Mereka gagal menaati perintah Allah. Maksud dan tujuan hidupnya sudah melenceng. Mereka mati, meskipun masih hidup.
2. Raja Saul
Saul adalah raja pertama bagi umat Tuhan Israel. Tuhan sendiri melalui hambaNya Samuel yang mengangkat Saul menjadi Raja. Awalnya, Saul adalah raja yang baik dan sukses. Bukan hanya dalam pemerintahan tetapi juga dalam ketaatannya kepada Allah. Namun, ketika kekuasaan itu semakin besar, Saulpun besar kepala. Beberapa kali kekudusan dan perintah Allah dilanggarnya (baca I Samuel 13:13-14; I Samuel 15). Saul gagal menjadi seseorang yang memiliki maksud dan tujuan hidup sebagaimana yang dikehendaki Allah.
3. Raja Daud
Daudlah yang dipilih Tuhan Allah menggantikan Saul yang telah gagal menaati perintah Tuhan. Meskipun sudah diurapi Samuel, Daud tidak langsung menjadi raja. Dia tidak mengadakan kudeta. Dia tidak melakukan kejahatan untuk mempercepat proses pergantian raja; meskipun peluang untuk itu beberapa kali terbuka baginya. Bahkan ketika para pengikutnya meminta ijin kepada Daud untuk membunuh Saul, Daud melarangnya. Ndang jadi lalu tangan tu angka na miniahan ni Jahowa (bnd. I Sam.24:7). Daud menjadi salah satu contoh, tokoh yang memiliki tujuan hidup. Dia memang pernah “jatuh” (dalam peristiwa Betsyeba, istri Uria). Tetapi Daud bertobat dan memohon kemurahan Allah. Nabi Natan yang menegurnya, tidak dianiayanya; meskipun Daud memiliki kuasa untuk melakukannya (mungkin berbeda dengan penguasa pada Zaman ini). Tujuan hidup Daud jelas, tunduk dan taat kepada perintah Allah. Segala kuasa, kekayaan dan kemampuannya tunduk dan taat kepada perintah Allah. Bahkan, ketika Tuhan Allah tidak mengijinkannya membangun Bait Suci; Daudpun tetap taat kepada Allah.
4. Tuhan Yesus
Teladan yang Perfect akan tokoh yang memiliki makna dan tujuan hidup adalah Tuhan Yesus. Semua yang dimilikinya tunduk dalam ketaatan kepada Tuhan Allah. Godaan Iblis akan kebutuhan hidup (batu menjadi roti), kekuasaan (melompat dari bubungan Bait Allah), harta dan kemewahan (semua kerajaan dunia dengan kemegahannya; lebih lengkapnya baca Matius 4:1-11), tidak membuat Tuhan Yesus bergeming dari tujuan hidupnya. Bahkan “kesakitan” yang luar biasa, itupun tidak membuat Tuhan Yesus melupakan tujuan hidupnya. Aktualisasi diriNya jelas. Dia hidup hanya untuk menghidupi perintah Allah. Tuhan Yesus yang bukan hanya Allah tetapi juga manusia seutuhnya telah sampai kepada puncak aktualisasi diriNya. HidupNya adalah merealisasikan kehendak Allah, bukan hanya dalam interaksi dengan BapaNya tetapi juga dalam interaksiNya dengan manusia. Kepastian bagi Tuhan Yesus adalah “hartaNya dan kebahagiaanNya” adalah hidup bersama-sama dengn Allah.
Pengajaran Tuhan Yesus: “Dimana hartamu, maka disitulah hatimu”, patut kita hidupi. Caranya bagaimana? Untuk menyederhanakannya, baiklah kita melihat beberapa kenyataan dalam kehidupan. Lihatlah seseorang yang “doyan” chatting diinternet. Seseorang itu akan tahan selama berjam-jam duduk di Warnet atau didepan komputernya. Luar biasa, bukan? Contoh yang lain, seseorang yang “menggilai” sepakbola, maka dia akan tahan berjam-jam bahkan begadang hanya untuk menyaksikan kesebelasan favoritnya bertanding. Fantastik, bukan? Atau contoh yang lain, seorang pemuda atau pemudi yang betah duduk berlama-lama hanya untuk menunggu kekasih hatinya. Romantis, bukan? Semua contoh itu memperlihatkan bahwa semua yang kita anggap berharga (sesuai dengan versi masing-masing), maka kitapun memberikan hati dan bersungguh-sungguh.
C. Penutup
Pertanyaan kita sekarang, apakah imanmu Sesuatu yang berharga? Bila ya, maka perjalanan hidupmu akan memperlihatkannnya. Ingat kepastiannya, bahwa semua hidup memiliki tujuan. Camkanlah, akhir dari segala tujuan hidup tersebut hanya 2. Pertama: Mati dalam hidup ini dan mati sesudah mati. Kedua: Hidup dalam hidup dan hidup setelah hidup. Janji Krsitus bagi orang beriman tidak ada kematian (baca Yohanes 11:25-26). Aktualisasikanlah dirimu tidak hanya untuk yang fana tetapi yang paling penting adalah untuk yang baka. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yan di Sorga (Matius 5:16). Selamat memiliki Tujuan Hidup Yang Benar
(Penulis adalah Pdt. Lelim Yan Fransher Limbong, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi November 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar