Perbincangan dan perdebatan di sekitar topik Yesus sejarah (cerita mengenai ucapan dan perbuatan Yesus selama hidupNya di dunia ini) memang selalu menarik perhatian para pakar. Salah satu topik yang heboh diperbincangkan belakangan ini adalah mengenai Injil Thomas atau Injil dari Didimus Yudas Thomas (The Gospel of Didimus Judas Thomas). Ada apa dengan injil Thomas ini ? Mengapa menjadi bahan perbincangan ? Apa relevansinya dengan ke empat injil yang sudah masuk kanon ? Tentulah untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut sangat sukar dan pelik dipihak lain penulis kesulitan dalam hal mencari literature yang membahas mengenai injil Thomas ini. Namun demikian ulasan singkat ini diharapkan dapat memperluas wawasan tanpa harus menggoncang iman.
2. Injil Kanonik Dan Injil Ekstra-Kanonik
Pada awalnya, istilah injil (Yun : Euanggelion, “Kabar baik”) bukanlah merupakan sebuah istilah Kristen, tetapi juga istilah umum yang sudah dipakai di dunia Yunani – Romawi, sebelum injil – injil kanonik dituliskan. Pada saat iut istilah “Injil” merupakan kabar baik mengenai berbagai tindakan yang dilakukan oleh orang – orang yang memiliki kedudukan tinggi (kaisar, pejabat kekaisaran, orang kaya) karena kedermawanan ataupun karena kemenangan mereka di medan pertempuran. Kemudian, orang – orang Kristen mula – mula juga menggunakan istilah “injil” ini untuk merujuk pada berbagai tindakan dan pengajaran Yesus selama di dunia ini, Sebagai contoh, pada awal kitab Injil Markus dengan segera kita menjumpai kata – kata: “ Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus , Anak Allah “ (Mrk 1:1). Melalui tulisan ini kita melihat bahwa istilah “Injil” mengandung arti :”Riwayat hidup Yesus Kristus di bumi”. Riwayat hidup ini (meliputi tindakan dan ucapanNya) dicirikan sebagai kabar baik. Yang menjadi pertanyaan tersebut adalah : Mengapa hanya empat Injil dari sekian banyak yang di susun pada abad I dalam periode keKristenan ? Para pakar modern pada umumnya berpendapat bahwa bermacam – macamnya Injil mencerminkan keberbagaian dan pluralisme dalam Gereja Perdana dan adaptasi dari Tradisi Injil pada Jemaat – Jemaat Kristen yang baru dan berbeda – beda. Demikianlah pada akhir abad II kumpulan ke empat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) telah di terima di banyak tempat dan telah dimasukkan ke dalam kanon, sedang kan tulisan – tulisan lainnya (sering disebut denagn Dokumen Ekstra-Kanonik, yaitu di luar kanon 27 kitab Perjanjian Baru) antara lain Injil Maria Magdalena (akhir abad 2), Injil Filipus (abad 3A) dan Injil Thomas (abad 1 untuk edisi pertama Injil ini).
3. Injil Thomas: Selayang Pandang
Pada tahun 1945 – 1946 di Nag Hammadi sebuah kota di Mesir di tepi sungai Nil, dalam penggalian arkeologi ditemukan di perpustakaan kuno Gnostik Koptik. Dalam perpustakaan itu dijumpai banyak sekali naskah kuno ditulis di atas papyrus dan dijilid dengan sampul kulit. Yang terkenal dari penemuan itu adalah “Injil Thomas” yang ditemukan versi terjemahan Yunani yang diperkirakan ditulis sekitar tahun 150/200 M, dan terjemahan Koptik yang bernafaskan Gnostik bertanggal pertengahan abad IV M, yang berisi kumpulan 114 “ucapan – ucapan rahasia dan perumpamaan yang dianggap sebagai ucapan Yesus (Logion)”. Setengah dari isi Injil Thomas ada dalam ke empat Injil dan setengah lainnya adalah baru. Tepatnya, 47 Logion ada dalam Markus, 40 ada dalam Quelle (Q), 17 ada pada Injil Matius, 4 ada di Injil Lukas dan 5 ada di Injil Yohannes. Sebagian besar Injil Thomas hanya tersedia dalam bahasa Koptik, yang tampaknya merupakan hasil terjemahan maupun penyelarasan dari sumber yang lebih awal dalam bahasa Yunani yang lebih awal tidak tampak. Kita tidak mempunyai bentuk asli dari Injil Thomas, sehingga klaim –klaim tentang bentuk bahasa Yunani yang lebih awal tidak tampak. Sebagian besar para ahli percaya bahwa bentuk bahasa Yunani dari teks tersebut lebih dekat ke Injil Thomas yang asli. Cikal bakalnya terletak di Siria Timur, dimana ada berbagai tradisi dan legenda tentang Rasul Thomas. Diduga, dokumen asli di tulis pada abad 2 oleh seseorang yang mengagumi Thomas, bukan oleh Rasul Thomas sendiri.
Injil Thomas adalah suatu contoh dokumen Gnostik. Gnotisisme adalah sebuah gerekan agamawi Yunani awal yang secara khusus berpengaruh pada Gereja di abad 2. gnotisisme berasal dari istilah Yunani Gnosis, yang artinya pengetahuan (knowledge). Kaum Gnostik meyakini bahwa orang – orang yang taat telah mendapatkan pencerahan yang istimewa , dimana mereka mendapatkan suatu tingkat pemahaman yang rahasia atau yang lebih tinggi yang tidak dapat di akses oleh mereka yang tidak terpilih.
Didalam injil Thomas terdapat ucapan – ucapan Yesus yang terpelihara di dalam tradisi tertulis yang telah “dignotisasikan” . Namun apabila terhadap sebagian besar ucapan Yesus dalam Injil Thomas ini dilakukan “Degnotisasi”, yakni dihilangkan unsure – unsur gnostiknya, maka ucapan – ucapan Yesus yang muncul di situ akan menggambarkan Yesus sebagai seorang pengajar hikmat sekaligus seorang Nabi yang membawa amanat pembaharuan sosial yang radikal.
Injil Thomas yang berisikan 114 logion dimulai dengan suatu prolog atau Pengantar : “These are the secret saying that the living Jesus spoke and Didymos Judas Thomas recorded” (“Inilah ucapan – ucapan rahasia dari Yesus yang hidup dan yang telah di catat oleh Yudas Thomas Didimus”). Lalu dalam logion 1 dikatakan : katanya “Barang siapa menemukan penafsiran atas ucapan – ucapan ini, ia tidak akan mengecap kematian” dalam Injil Thomas, Yesus dipandang sebagai seorang filsuf yang bijak (logion 13). Sebagian falsafahNya mengatakan bahwa aspek terpenting yang sesungguhnya dari seseorang yang tercerahkan adalah jiwa yang pre – eksisten (bukannya tubuh).
Kemudian dalam Ucapan No. 19 Yesus melontarkan kata bersayap “Berbahagialah dia yang lahir (datang) sebelum dilahirkan”. Jadi, seseorang yang tercerahkan harus menemukan ke adikodratan di dalam dirinya dengan cara mencarinya ke belakang, bukan ke masa depan. Hal ini sangat bertentangan dengan PB yang menekankan orientasi yang pasti menuju masa depan dan penebusan akhir. Sedangkan injil Thomas dan literature gnostik lainnya memiliki karakter yang mengubah dan mengeliminasi orientasi eskatologis dari pengajaran Yesus dan kemudian menggantinya dengan spekulasi tentang dunia – dunia yang lain, lapisan – lapisan waktu yang ribuan tahun lamanya, jiwa yang pre eksisten dan semacamnya. Jadi jelasnya, orientasi eskatologis dari Injil Kanonik lebih jelas dan pasti, sedangkan Injil Thomas tidak memiliki hal tersebut.
Mengenai keselamatan, dalam ucapan No. 62, Yesus berkata : “Aku menyingkapkan berbagai misteri kepada mereka (yang layak) menerima misteri – misteriku”. Kabar baik tentang keselamatan dari Kristus tidak lah ditawarkan kepada semua orang . seseorang harus layak untuk menerima rahasia kearifan Yesus. Jelaslah, keselamatan yang ditawarkan dalam injil Thomas sangat bertentangan dengan keselamatan oleh kasih karunia melalui iman kepada Yesus Kristus, sebagaimana yang ditulis dalam kitab PB.
4. Kesimpulan
Sejauh ini kita telah menelaah sejarah dan beberapa poin penting dari injil Thomas. Beberapa contoh tadi telah cukup untuk menunjukkan bahwa materi injil Thomas sangat berbeda dan bertentangan dengan injil – injil Kanonik dalam Alkitab. Injil Thomas dalam beberapa hal merupakan sejenis ikhtisar atau antologi dari materi kata – kata bijak yang lebih awal dari injil – injil Alkitab, yang diambil secara harfiah darinya. Dengan kata lain, injil Thomas merupakan upaya pada abad kedua untuk menginterpretasikan segala macam gagasan dan bacaan kitab PB secara gnostik. Injil Thomas jelas bukan injil “kelima” yang harus dimasukkan ke dalam kanon. Bahkan injil ini menambah sedikit wawasan pengetahuan kita tentang Yesus yang histories itu, tetapi tidak terhadap makna teologis tentang Yesus yang kita imani, sebagaimana yang terdapat dalam PB. Para pengkhotbah terawal dan injil – injil terawal, yang adalah injil – injil Alkitab, setuju bahwa agar sesuatu bisa sungguh – sungguh menadi Berita Baik (Injil), ia harus memasukkan hal – hal yang telah dicapai oleh Yesus bagi orang – orang lain, khususnya kematian dan kebangkitanNya. Berdasarkan kesepakatan seperti ini, maka dapat dikatakan injil Thomas sama sekali tidak layak di sebut Injil. Memahami pengajaran – pengajaran Yesus tidak cukup untuk memberi dampak pada keselamatan. Kita harus mempercayaiNya dan mempercayai apa yang telah diperbuatNya demi keselamatan kita.
Daftar Pustaka
1. Ioanes Rakhmat, Yesus, Maria Magdalena, Yudas dan Makam Keluarga, Banten : Penerbit Sirao Credentia Center, 2007.
2. Stephen Paterson & Mavin Meyer “The Scholars” Translation of the Gospel of Thomas” dalam the Complete Gospel: Annotated Scholar Version,Polebridge Press, 1994.
3. Ben Witherington III, Menjawab The da Vinci Code, Yogyakarta; Gradien Books, 2006. pembahasan ini tulisan ini terutama diambil dari bab 6, “Thomas yang Peragu”, hlm 118 – 136.
4. Dianne Bergant, CSA (ed.), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta; Kanisius, 2005. Baca khususnya bagian “pengantar” hlm 1-30.
(Penulis adalah Pdt. Herwin Simarmata, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juli 2007)
2. Injil Kanonik Dan Injil Ekstra-Kanonik
Pada awalnya, istilah injil (Yun : Euanggelion, “Kabar baik”) bukanlah merupakan sebuah istilah Kristen, tetapi juga istilah umum yang sudah dipakai di dunia Yunani – Romawi, sebelum injil – injil kanonik dituliskan. Pada saat iut istilah “Injil” merupakan kabar baik mengenai berbagai tindakan yang dilakukan oleh orang – orang yang memiliki kedudukan tinggi (kaisar, pejabat kekaisaran, orang kaya) karena kedermawanan ataupun karena kemenangan mereka di medan pertempuran. Kemudian, orang – orang Kristen mula – mula juga menggunakan istilah “injil” ini untuk merujuk pada berbagai tindakan dan pengajaran Yesus selama di dunia ini, Sebagai contoh, pada awal kitab Injil Markus dengan segera kita menjumpai kata – kata: “ Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus , Anak Allah “ (Mrk 1:1). Melalui tulisan ini kita melihat bahwa istilah “Injil” mengandung arti :”Riwayat hidup Yesus Kristus di bumi”. Riwayat hidup ini (meliputi tindakan dan ucapanNya) dicirikan sebagai kabar baik. Yang menjadi pertanyaan tersebut adalah : Mengapa hanya empat Injil dari sekian banyak yang di susun pada abad I dalam periode keKristenan ? Para pakar modern pada umumnya berpendapat bahwa bermacam – macamnya Injil mencerminkan keberbagaian dan pluralisme dalam Gereja Perdana dan adaptasi dari Tradisi Injil pada Jemaat – Jemaat Kristen yang baru dan berbeda – beda. Demikianlah pada akhir abad II kumpulan ke empat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) telah di terima di banyak tempat dan telah dimasukkan ke dalam kanon, sedang kan tulisan – tulisan lainnya (sering disebut denagn Dokumen Ekstra-Kanonik, yaitu di luar kanon 27 kitab Perjanjian Baru) antara lain Injil Maria Magdalena (akhir abad 2), Injil Filipus (abad 3A) dan Injil Thomas (abad 1 untuk edisi pertama Injil ini).
3. Injil Thomas: Selayang Pandang
Pada tahun 1945 – 1946 di Nag Hammadi sebuah kota di Mesir di tepi sungai Nil, dalam penggalian arkeologi ditemukan di perpustakaan kuno Gnostik Koptik. Dalam perpustakaan itu dijumpai banyak sekali naskah kuno ditulis di atas papyrus dan dijilid dengan sampul kulit. Yang terkenal dari penemuan itu adalah “Injil Thomas” yang ditemukan versi terjemahan Yunani yang diperkirakan ditulis sekitar tahun 150/200 M, dan terjemahan Koptik yang bernafaskan Gnostik bertanggal pertengahan abad IV M, yang berisi kumpulan 114 “ucapan – ucapan rahasia dan perumpamaan yang dianggap sebagai ucapan Yesus (Logion)”. Setengah dari isi Injil Thomas ada dalam ke empat Injil dan setengah lainnya adalah baru. Tepatnya, 47 Logion ada dalam Markus, 40 ada dalam Quelle (Q), 17 ada pada Injil Matius, 4 ada di Injil Lukas dan 5 ada di Injil Yohannes. Sebagian besar Injil Thomas hanya tersedia dalam bahasa Koptik, yang tampaknya merupakan hasil terjemahan maupun penyelarasan dari sumber yang lebih awal dalam bahasa Yunani yang lebih awal tidak tampak. Kita tidak mempunyai bentuk asli dari Injil Thomas, sehingga klaim –klaim tentang bentuk bahasa Yunani yang lebih awal tidak tampak. Sebagian besar para ahli percaya bahwa bentuk bahasa Yunani dari teks tersebut lebih dekat ke Injil Thomas yang asli. Cikal bakalnya terletak di Siria Timur, dimana ada berbagai tradisi dan legenda tentang Rasul Thomas. Diduga, dokumen asli di tulis pada abad 2 oleh seseorang yang mengagumi Thomas, bukan oleh Rasul Thomas sendiri.
Injil Thomas adalah suatu contoh dokumen Gnostik. Gnotisisme adalah sebuah gerekan agamawi Yunani awal yang secara khusus berpengaruh pada Gereja di abad 2. gnotisisme berasal dari istilah Yunani Gnosis, yang artinya pengetahuan (knowledge). Kaum Gnostik meyakini bahwa orang – orang yang taat telah mendapatkan pencerahan yang istimewa , dimana mereka mendapatkan suatu tingkat pemahaman yang rahasia atau yang lebih tinggi yang tidak dapat di akses oleh mereka yang tidak terpilih.
Didalam injil Thomas terdapat ucapan – ucapan Yesus yang terpelihara di dalam tradisi tertulis yang telah “dignotisasikan” . Namun apabila terhadap sebagian besar ucapan Yesus dalam Injil Thomas ini dilakukan “Degnotisasi”, yakni dihilangkan unsure – unsur gnostiknya, maka ucapan – ucapan Yesus yang muncul di situ akan menggambarkan Yesus sebagai seorang pengajar hikmat sekaligus seorang Nabi yang membawa amanat pembaharuan sosial yang radikal.
Injil Thomas yang berisikan 114 logion dimulai dengan suatu prolog atau Pengantar : “These are the secret saying that the living Jesus spoke and Didymos Judas Thomas recorded” (“Inilah ucapan – ucapan rahasia dari Yesus yang hidup dan yang telah di catat oleh Yudas Thomas Didimus”). Lalu dalam logion 1 dikatakan : katanya “Barang siapa menemukan penafsiran atas ucapan – ucapan ini, ia tidak akan mengecap kematian” dalam Injil Thomas, Yesus dipandang sebagai seorang filsuf yang bijak (logion 13). Sebagian falsafahNya mengatakan bahwa aspek terpenting yang sesungguhnya dari seseorang yang tercerahkan adalah jiwa yang pre – eksisten (bukannya tubuh).
Kemudian dalam Ucapan No. 19 Yesus melontarkan kata bersayap “Berbahagialah dia yang lahir (datang) sebelum dilahirkan”. Jadi, seseorang yang tercerahkan harus menemukan ke adikodratan di dalam dirinya dengan cara mencarinya ke belakang, bukan ke masa depan. Hal ini sangat bertentangan dengan PB yang menekankan orientasi yang pasti menuju masa depan dan penebusan akhir. Sedangkan injil Thomas dan literature gnostik lainnya memiliki karakter yang mengubah dan mengeliminasi orientasi eskatologis dari pengajaran Yesus dan kemudian menggantinya dengan spekulasi tentang dunia – dunia yang lain, lapisan – lapisan waktu yang ribuan tahun lamanya, jiwa yang pre eksisten dan semacamnya. Jadi jelasnya, orientasi eskatologis dari Injil Kanonik lebih jelas dan pasti, sedangkan Injil Thomas tidak memiliki hal tersebut.
Mengenai keselamatan, dalam ucapan No. 62, Yesus berkata : “Aku menyingkapkan berbagai misteri kepada mereka (yang layak) menerima misteri – misteriku”. Kabar baik tentang keselamatan dari Kristus tidak lah ditawarkan kepada semua orang . seseorang harus layak untuk menerima rahasia kearifan Yesus. Jelaslah, keselamatan yang ditawarkan dalam injil Thomas sangat bertentangan dengan keselamatan oleh kasih karunia melalui iman kepada Yesus Kristus, sebagaimana yang ditulis dalam kitab PB.
4. Kesimpulan
Sejauh ini kita telah menelaah sejarah dan beberapa poin penting dari injil Thomas. Beberapa contoh tadi telah cukup untuk menunjukkan bahwa materi injil Thomas sangat berbeda dan bertentangan dengan injil – injil Kanonik dalam Alkitab. Injil Thomas dalam beberapa hal merupakan sejenis ikhtisar atau antologi dari materi kata – kata bijak yang lebih awal dari injil – injil Alkitab, yang diambil secara harfiah darinya. Dengan kata lain, injil Thomas merupakan upaya pada abad kedua untuk menginterpretasikan segala macam gagasan dan bacaan kitab PB secara gnostik. Injil Thomas jelas bukan injil “kelima” yang harus dimasukkan ke dalam kanon. Bahkan injil ini menambah sedikit wawasan pengetahuan kita tentang Yesus yang histories itu, tetapi tidak terhadap makna teologis tentang Yesus yang kita imani, sebagaimana yang terdapat dalam PB. Para pengkhotbah terawal dan injil – injil terawal, yang adalah injil – injil Alkitab, setuju bahwa agar sesuatu bisa sungguh – sungguh menadi Berita Baik (Injil), ia harus memasukkan hal – hal yang telah dicapai oleh Yesus bagi orang – orang lain, khususnya kematian dan kebangkitanNya. Berdasarkan kesepakatan seperti ini, maka dapat dikatakan injil Thomas sama sekali tidak layak di sebut Injil. Memahami pengajaran – pengajaran Yesus tidak cukup untuk memberi dampak pada keselamatan. Kita harus mempercayaiNya dan mempercayai apa yang telah diperbuatNya demi keselamatan kita.
Daftar Pustaka
1. Ioanes Rakhmat, Yesus, Maria Magdalena, Yudas dan Makam Keluarga, Banten : Penerbit Sirao Credentia Center, 2007.
2. Stephen Paterson & Mavin Meyer “The Scholars” Translation of the Gospel of Thomas” dalam the Complete Gospel: Annotated Scholar Version,Polebridge Press, 1994.
3. Ben Witherington III, Menjawab The da Vinci Code, Yogyakarta; Gradien Books, 2006. pembahasan ini tulisan ini terutama diambil dari bab 6, “Thomas yang Peragu”, hlm 118 – 136.
4. Dianne Bergant, CSA (ed.), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta; Kanisius, 2005. Baca khususnya bagian “pengantar” hlm 1-30.
(Penulis adalah Pdt. Herwin Simarmata, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juli 2007)
2 komentar:
Gereja tidak mengakui Injil Thomas sebagai sebuah Injil
ulasan menarik
Posting Komentar