Minggu, 31 Mei 2009

ARTIKEL: TUGAS-TUGAS SINTUA PADA AWAL PELAYANAN PADA JEMAAT DI TANAH BATAK

Pertama kali Nommensen menginjakan kakinya di Barus untuk membawa misi1 Allah di tanah Batak, dia langsung mencari orang-orang yang dapat membantunya melaksanakan tugasnya. Pertama, dia memerlukan seorang yang dapat membantunya dalam hal bahasa, aturan dan hukum adat-istiadat dan soal-soal kebiasaan di tempat yang baru itu2. Kemudian setelah sekian lama pelayanan di tanah Batak, sekiranya ia berkehendak mendirikan sebuah jemaat di suatu kampung, ia akan mencari orang-orang yang dapat membantunya dalam pekerjaannya. Mengapa Nommensen melakukan hal tersebut? Karena ladang pelayanan Nommensen pada waktu itu tidak memungkinkan ia mengerjakannya sendiri. Nommensen banyak membuka jemaat baru dalam kampung-kampung yang diinjilinya, namun Nommensen tidak akan dapat mengurusi mereka terus-menerus dan setiap saat, sedangkan di sisi lain jemaat yang baru butuh pemimpin rohani yang mampu membimbing mereka kedalam kedewasan dan penghayatan kehidupan Kristen. Oleh karenanya, Nommensen memilih orang-orang tertentu untuk dapat membantu dan meneruskan pelayanan injil yang telah disampaikan kepada jemaat pada waktu itu3. Inilah salah satu contoh pendelegasian pelayanan.
Orang-orang yang dipilih oleh Nommensen adalah orang yang dapat dipercaya olehnya4. Mereka adalah yang terbaik dari sekian orang yang terlibat dalam pelayanan Nommensen. Mereka yang dipilih inilah yang disebut sintua. Pada awalnya jabatan sintua dipilih dalam periode 2 (dua) tahun. Namun saat ini jabatan sintua berlangsung seumur hidup.
Walaupun memiliki tugas yang sangat berat (akan dijelaskan kemudian). Dalam pelayanannya, sintua memenuhi tugasnya secara sukarela dan tanpa imbalan materi atau penghormatan manusia5. Mereka bukanlah tenaga yang terdidik6, namun mereka bersedia untuk menerima panggilan misi Allah apa adanya sambil terus memohon pertolongan dari Allah. Dalam keterbatasan mereka, mereka harus mampu menjadi pendorong, penolong dan penjaga kehidupan keselamatan jemaat pada waktu itu.
Beberapa tugas pelayanan sintua pada waktu itu akan disebut dan diuraikan, sebagai berikut:
1. Sintua ditugaskan mengamati tingkah laku setiap anggota supaya mereka melaksanakan tata kehidupan Kristen sesuai dengan ketentuan yang diaturkan. Mereka juga harus mampu menjelaskan hukum-hukum Tuhan yang harus ditaati dalam kehidupan mereka dan juga mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan iman yang ditanyakan. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang sulit, tentu sintua harus menanyakan kembali kepada misioner yang berkunjung ke kampung mereka atau sermon yang diadakan untuk para sintua pada waktu itu.
2. Sintua harus mampu membimbing orang-orang yang mau menjadi Kristen. Membimbing orang untuk menjadi Kristen bukanlah pekerjaan mudah, butuh ketekunan, kesabaran dan pengorbanan diri. Apalagi untuk menjadi Kristen pada waktu itu menuntut komitmen untuk meninggalkan tradisi-tradisi yang bertentangan dengan hukum Allah, yang pada waktu sebelum masuknya kekristenan (pra-kristen) dianut secara kuat oleh bangsa batak. Ini tentu sangat sulit, mengingat bangsa batak adalah bangsa yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi tradisi kehidupan, termasuk pada waktu itu tradisi kehidupan yang bertentangan dengan iman kristen.
3. Sintua harus mengawasi supaya kebaktian-kebaktian rumah tangga yang sudah ditetapkan berlangsung dengan baik dan berjalan sesuai rencana.
4. Sintua harus mengusahakan supaya semua orang yang menderita sakit agar tidak mencari pertolongan pada datu/dukun guna mendapat perawatan dan obat-obatan7. Ini adalah konsekuensi iman untuk tidak pergi dan mempercayai datu/dukun. Sebagai orang yang turut mengiyakan perintah tersebut, sintua harus bertanggungjawab mencari solusi8 atas sakit-penyakit yang menimpa jemaat pada waktu itu dan memikul tanggung jawab untuk merawat orang yang sakit. Tidak semua sakit penyakit dapat sembuh dengan sendirinya dengan cukup beristirahat saja, tetapi ada penyakit yang hanya dapat sembuh jikalau seorang yang sakit meminum obat-obatan tertentu. Sintua dengan usaha terbaik, harus mampu mencari solusinya, termasuk mencarikan obat-obatan yang tepat untuk kesembuhan penyakitanya. Dalam ke-awam-an sintua dalam bidang medis, mencari obat-obatan untuk penyakit tertentu adalah tugas berat dan penuh dengan resiko, namun itu harus diambil sebagai konsekuensi larangan pergi ke datu/ dukun bagi yang sakit. Sintua dalam hal ini juga dapat meminta petunjuk misionaris tentang obat-obat yang dapat diberikan kepada orang yang sakit.
5. Sintua harus mengamati supaya para wanita tidak menjunjung keranjang atau beban di kepala, pergi ke ladang atau sawah pada hari-hari minggu/ peribadatan. Melarang orang mencari rejeki atau makanan untuk kehidupan keluarganya pada waktu tertentu bukanlah tugas yang mudah, sintua harus mampu meyakinkan para wanita tersebut untuk ingat kepada Tuhan dalam kehidupannya, karena Tuhanlah sumber berkat tersebut, janganlah khawatir bahwa Tuhan itu akan memelihara kehidupan umatNya.
6. Mengingat keberadaan misionaris/ pendeta yang tidak menetap dalam suatu jemaat kampung pada waktu itu, sintua harus mampu memberikan pelayanan yang dibutuhkan jemaat secara tiba-tiba, misalnya pelayanan untuk penguburan, baptisan dan sebagainya.
7. Sintua harus mengawasi tertibnya acara ibadah dengan baik. Pada waktu kebaktian berlangsung, sintua duduk di depan jemaat supaya mereka dapat melihat siapa-siapa yang hadir dan tidak hadir. Mereka juga dapat melihat dan menjauhkan hal-hal yang mengganggu kebaktian yang sedang berjalan. Misalnya tangisan anak kecil, orang yang ribut/ berisik dalam kebaktian, dan sebagainya.
8. Sintua juga harus mampu menjalankan tugas untuk melakukan kunjungan rumah tangga. Mereka yang diutus harus mampu menghadapi keragaman sifat, karakter dan cara-ra kehidupan orang-orang yang hendak dikunjungi. Dengan kemampuan menghadapi keragaman diharapkan kunjungan itu membawa manfaat yang sebaik-baiknya.
9. Sintua juga bertugas untuk mengumpulkan persembahan dalam bentuk uang atau bahan mentah (hasil sawah atau ladang). Tugas itu tetap dilaksanakan langsung oleh sintua walaupun dalam jemaat tersebut telah ada bendahara.
Dari uraian tugas sintua diatas, jelas sintua adalah sosok yang sangat vital dan penting dalam tugas pelayanan pada waktu itu, sehingga Nommensen menyebut mereka ‘tentara keselamatan’. Tugas tentara tentu bukan tugas yang mudah, mereka harus berperang untuk mengalahkan musuh dengan resiko nyawa yang melayang. Bagaimana agar musuh dapat dikalahkan? Selain strategi perang yang tepat, setiap tentara yang berperang harus membekali dirinya semaksimal mungkin untuk memiliki kemampuan dan keahliannya terjun dalam medan perang. Selamat Berperang Amang/Inang Sintua Kami, Kami Membutuhkan Anda Di Baris Terdepan.

Catatan Kaki:
1.Misi dan pemberitaan injil bukanlah sesuatu yang sama namun saling berkaitan. Pemberitaan injil adalah salah satu bagian dari misi. Misi adalah gereja yang diutus ke dunia untuk mengasihi, melayani, memberitakan, mengajar, menyembuhkan, membebaskan. Dengan demikian misi mencakup seluruh aspek yang menolong membebaskan manusia dari perbudakan yang ada, perbudakan karena keadaan ekonomi sampai perbudakan karena ketiadaan Allah dalam hidup manusia.
2.Apa yang dilakukan Nommensen sangatlah tepat, misionaris sebelum terjun langsung/ masuk ke target pelayanan haruslah terlebih dahulu menguasai segi-segi kehidupan masyarakat tempat target pelayanannya. Pengetahuan akan segi-segi masyarakat setempat akan sangat membantu strategi terbaik dan efektif yang dapat dilambil dalam menjalankan misi pelayanannya.
3.Cara-cara Nommensen diilhami dari cara rasul dalam Alkitab membangun jemaat. Contoh rasul yang telah menerapkan cara ini adalah Rasul Paulus.
4.Saya pikir dalam memilih orang-orang yang dapat dipercaya tersebut, Nommensen ekstra hati-hati dan penuh pertimbangan, karena salah memilih orang tentunya akan berdampak pada kelanjutan atau tidaknya misi kekristenan yang telah dimulainya di tanah batak. Doa dan mohon petunjuk dari Tuhan pasti menjadi bagian penting dalam penunjukan sintua pada waktu itu.
5.Pelayan, termasuk sintua, harus fokus dalam melayani yaitu hanya untuk kebesaran kerajaan Tuhan saja. Pelayan yang kosentrasi sudah tidak tertuju atau sudah pecah selain untuk kebesaran kerajaan Tuhan, adalah pelayan yang telah mencemari janji pelayanannya kepada Tuhan.
6.Tidak terdidik dalam arti mengemban pendidikan dan keterampilan formal, karena pendidikan dan keterampilan formal pada waktu itu belum ada.
7.Dalam hal apapun, orang Kristen dilarang untuk meminta pertolongan kepada datu/ dukun, karena setiap pertolongan dari datu/dukun akan menggunakan jampi-jampi dan memanggil roh. Orang yang masih meminta pertolongan kepada datu/dukun akan ditegur dan dikenakan sanksi oleh gereja.
8.Tentu, tugas sintua ini akan sangat mudah jikalau kita melihat pada keadaan zaman modern ini, dimana petugas kesehatan banyak kita jumpai tersebar di pelosok negeri, apalagi di kota besar seperti Jakarta. Tinggal kita suruh ke rumah sakit, puskesmas, klinik kesehatan dan sebagainya, beres sudah, paling-paling sintua tinggal melakukan kunjungan rohani kepada mereka yang sedang sakit.

Daftar Pustaka:
1. Pdt. Andar M. Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, diterjemahkan oleh K.M. Lumbantobing, Ny. K.M. Lumbantobing-Lezar dan Jan S. Aritonang, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cet.2, 1996).
2. Lothar Schreiner, Adat Dan Injil: Perjumpaan Adat Dan Iman Kristen di Tanah Batak, diterjemahkan oleh P.S. Naipospos, Th van den End dan Jan S. Aritonang, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cet.7, 2003).
3. David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, diterjemahkan oleh Stephen Suleeman, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cet.5, 2002).

(Penulis adalah Benny Manurung, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juli 2007)

Tidak ada komentar: