hingga kami beroleh hati yang bijaksana
(Mazmur 90:12)
(Mazmur 90:12)
Ada penafsir berpendapat bahwa Mazmur ini bukan hasil penulisan Musa (Maz 10 – 106), namun karena tidak disertai alasan keraguan mereka, maka kita setujui sajalah bahwa Mazmur ini dibuat oleh Musa.
Dalam menempuh perjalanan panjang dari tanah Mesir ke tanah Kanaan, dari rumah perbudakan Firaun menuju ke tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madu itu, bukanlah semudah membalik tangan bagi bangsa Israel "umat pilihan Allah" itu, Musa mengalami ma¬sa sulit (kepahitan yang luar biasa untuk mengumumkan pembebasan umat Allah itu kepada Firaun yang berkuasa di Mesir itu. Jerih payah Musa bukannya dihargai oleh bangsanya sendiri, dia diejek dikhianati dan dianggap remeh, Namun Musa tidak pernah mau berhenti, sebab dalam keadaan putus asa, dia dikuatkan oleh Allah sendiri.
Kesadaran Musa akan penyertaan Yang Maha Kuasa, itulah yang menjadikan Musa tidak mau menyerah. Dia tetap berjuang dan selalu mencari peluang untuk mendapatkan teman kerja sama dan tetap memohon petunjuk Allah, supaya dia tidak salah pilih. Bahkan keraguan Musa akan potensi yang tersimpan dalam dirinya pun termasuk masalah yang dituntaskan Allah supaya kelanjutan perjuangan umat Allah itu bisa terlaksana dengan cara Allah sendiri, dengan memakai orang-orang yang telah dipersiapkan, antara lain; Harun, Yosua dan Kaleb.
Proses penyelamatan itu bukan hitungan sehari atau 2-3 hari, melainkan bertahun-tahun. Hal itulah yang perlu dingatkan oleh Musa kepada semua orang percaya (umat pilihan Allah) agar menghargai hari-hari atau waktu yang diberikan Tuhan kepada kita. Mungkin inilah yang berkembang dalam kamus populer yang semua orang pasti sudah tahu tentang : Waktu adalah uang atau Time is money.
Jika kita memakai waktu yang diberikan Allah kepada kita secara bijaksana, mengisi hari-hari tersebut dengan pekerjaan mulia, berkarya sebagai petani, tetap berusaha bagaimana caranya supaya hasil panen semakin baik, sebagai peternak berusaha supaya hasil peternakan semakin melimpah sebagai sumber: daging, susu dan bulu domba, sebagai imam dan cendikiawan tetap berusaha memberikan bimbingan yang menguatkan iman percaya warganya dan yang mencerdaskan setiap orang.
Manusia itu harus berhati-hati dalam bertindak, Sebab hidup manusia itu ditempatkan antara dua titik; murka Allah, yang membuat hidup itu fana, dan perdamaian dengan Allah yang memberikan hidup itu keseimbangan dan kelestarian, dan "doa" merupakan sarana untuk mencapai tujuan itu, yaitu; pendamaian dengan Allah. Bangsa Israel sangat merasakan bahwa sepanjang perjalanan yang mereka lalui, mereka mengalami masa-masa indah dan limpahan berkat jika mereka mau berdoa dan meminta tolong kepada Allah. Tetapi kalau umat itu menjauh dari Tuhan dan menyembah "patung tuangan atau baal" mereka ditimpa berbagai penderitaan, sakit penyakit dan hasil panen yang tidak menguntungkan. Begitu juga dalam peperangan mereka mengalami kekalahan. Jika mereka merenungkan kisah perjalanan yang telah mereka alami, tentu mereka akan memilih untuk selalu “berdoa" memin¬ta petunjuk Allah. Doalah yang merupakan kunci keberhasilan umat Allah itu dalam menempuh parjalanan panjang yang harus mereka lalui dan memenangkan setiap permasalahan yang mereka hadapi secara bijaksana.
Belajar dari pengalaman masa lalu selama tahun-tahun perbudakan di Mesir, sepatutnyalah bangsa Israel datang kepada Allah, memohon petunjuk Allah dalam menempuh hari-hari selanjutnya setelah mereka memasuki tanah perjanjian.
Hidup berdampingan dengan sesama umat yang telah diselamatkan Allah dan sepakat menentukan pilihan untuk mengikuti petunjuk Allah, setelah dimenangkan dari tangan penjajah dan diseberangkan melalui tanah kering ditengah laut Teberau (Kel 14:21), seharusnya bangsa itu harus mau memohon perubahan sikap.
Mengapa ?
Jika bangsa itu sadar bahwa sikap dengki dan iri hati kepada saudaranya "Yusuf" itu¬lah yang menjadi awal perbudakan mereka. Pada masa sulit mereka mencari makan dan bertemu dengan saudaranya yang sudah memegang jabatan penting ditanah Mesir. Selama Yusuf masih hidup bangsa Israel masih dihargai, setelah Yusuf meninggal me¬reka ditindas. Mereka dipaksa bakerja untuk membuat batu bata dengan jumlah yang sudah ditentukan dalam "WAKTU” yang sangat terbatas termasuk membuat tanah liat dan mencari jerami sebagai bahan bakar. Pembunuhan terhadap bayi laki-laki yang baru lahir dalam keluarga Ibrani (sebutan bagi bangsa Israel dimasa perbudakan di Mesir) diperintahkan sebagai upaya penekanan jumlah penduduk dalam keluarga umat pilihan Allah itu (Keluaran 1:14-16).
Bangsa Israel "KEHILANGAN WAKTU UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS PENDIDIKAN BANGSANYA DAN KEHILANGAN WAKTU UNTUK MEMPERBAIKI EKONOMINYA. Yang terutama: UMAT PILIHAN ALLAH ITU KEHILANGAN WAKTU UNTUK BERIBADAH KEPADA ALLAH. Bangsa Israel kehilangan WAKTU UNTUK BERKOMUNIKASI DENGAN ALLAH. Padahal mereka sangat menyadari bahwa beribadah kepada Allah, itulah kehidupan, sebab DOA adalah komunikasi dengan Allah dan merupakan nafas kehidupan bagi setiap orang beriman.
Munculnya Musa sebagai Tokoh penyelamat, sudah seharusnya disambut dan diberi dukungan. Tetapi apa yang terjadi Musa ditolak, diragukan dan diteriaki, Sekalipun Tangan Allah yang penuh kuasa telah menyertai Musa mengadakan tanda mujizat dan banyak keajaiban namun saat mereka lapar dan haus mereka berteriak kepada Musa dan berkata, mengapa kamu membawa kami dari Mesir dimana kami bisa makan roti dan daging, “ah” kalau kami mati tadinya oleh Tangan Tuhan di Mesir saja, bukan di padang gurun ini untuk membunuh kami dalam kelaparan.
Saat derita datang seharusnya mereka berdoa kepada Tuhan sebab Tuhan ada disekitar mereka Tuhan sangat dekat bagi orang percaya yang datang kepada-Nya. Bangsa Israel tidak lakukan itu. Maka dengan sikap ke-Bapa-an dan pemaaf Allah mencurahkan hujan berkat, dan berkata kepada Musa, entah mereka menurut hukum-Ku atau tidak "mereka semua akan kebagian. Saat itulah Allah memberikan umat itu makan manna sebanyak mereka suka selama dalam perjalanan. Damikian juga Allah mengirimkan : manna dipagi hari dan pada waktu petang datanglah burung puyuh berduyun-duyun, Allah melakukannya supaya Israel tahu bahwa, “Allah” Dia-lah satu-satu Tuhan Allah yang patut disembah. (Keluaran 16:4-13). Kehadiran Allah, sebagai bukti penyertaan Allah, juga ditandai dengan tiang api pada waktu malam, dan tiang awan pada siang hari (Kel 13:22). Masih ada banyak tanda-tanda penyertaan Allah atas umat-Nya "Israel" yang bisa kita pelajari. Mereka harus mau belajar dari "HARI -HARI" lampau, sejauh mana mereka mau taat, sebab Allah telah memberi mereka kebebasan. Entah mereka mau taat atau tidak curahan berkat Allah akan tetap mengalir. Namun ada konsekwensinya Allah telah menyediakan pembinasaan bagi mereka yang selalu memberontak, Ada yang dilanda penyakit, ada yang mati dalam perang dan ada yang mati ditelan bumi (dipangangang tano i ma baba-na, mamondut nasida mangolu) tanah menelan mereka hidup-hidup. Ini terjadi karena "Korah, Datan dan Abiram" telah sepakat memberontak agar umat itu menyadari bahwa Allah juga telah menentukan satu “waktu” menghukum mereka yang menista Tuhan. (Bilangan 16:30).
Dengan demikian seruan untuk mau berubah sikap, itu tidak mudah. Harus dimuiai dengan kerendahan hati dan memohon kepada Allah, supaya hati kita dijamah, dan diperbaharui. Keinginan untuk mau merubah sikap, itu satu keharusan yang tidak bisa di tawar-tawar. Kerinduan untuk mau memulai hidup baru, kembali menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan Allah, melalui "DOA”, itulah yang mau dikuatkan oleh pe-Mazmur melalui renungan ini.
Bangsa Israel mempunyai catatan panjang tentang bukti penyertaan Allah, dalam Alkitab, mereka bisa mengulanginya kapan saja dan dimana saja. Asal mereka mau memberi "WAKTU” bersekutu dengan Tuhan. Dengan demikian mereka selalu ada “WAKTU” untuk bersama dengan Tuhan Allah.
Jika kita mencoba untuk merenungkannya secara pribadi, sudah sejauh mana kebersamaan kita dengan Tuhan sepanjang hari-hari yang sudah kita lalui sepanjang tahun, khususnya tahun 2004, apakah kita telah mengisi "hari lepas hari" dengan hal-hal yang menyenangkan hati "Tuhan" (?). Jika belum mari kita mulai. Renungan ini menjadi ajakan bagi kita semua untuk mau bangkit dan belajar dari hari yang sudah kita lalui, dengan demikian pemazmur menjajikan kita akan menjadi orang yang bijaksana. Pandai membagi “waktu” mana untuk Tuhan, dan waktu kapan untutk urusan pribadi. Sama halnya dengan bangsa Israel dalam memasuki tanah perjanjian, bukan berarti mereka diam saja sambil bermalas-malasan, menantikan curahan berkat. Tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madunya, harus dikelola dengan kerja keras. Untuk mendapatkan ternak yang gemuk dan sehat mereka harus melepas ternak ke padang rumput di pagi hari dan memimpinnya ke kandang pada petang hari. Tehnik mendapatkan madu juga harus dipelajari. Tanah pertanian yang subur-pun harus ditangani dengan cara cerdas, maka semua itu bisa dinikmati.
Hal yang sama berlaku untuk kita semua dalam memasuki “tahun baru yang kita akui sebagai tahun berkat bagi setiap orang percaya, kita harus mau bekerja keras, giat bekerja dan selalu memohon petujuk Tuhan. Dengan cara seperti itulah maka kita tidak perlu takut dalam memasuki tahun baru tahun 2005. Prediksi dan ramalan bisa berubah tetapi kasih setia Allah akan selalu berkesinambungan sepanjang masa.
Sebelum abad ke 19, di negara-negara Eropa yang beragama Kristen menjadikan disiplin waktu, yang ada di “Biara Kasino” sebagai pedoman demikian :
Tidur : 6 – 8 jam
Makan / minum : 2 jam
Istirahat (melatih kebugaran) : 2 jam
Bengkel/ kebun (melatih keterampilan) : 6 jam
Ibadah (melatih diri bersama dengan Tuhan:
doa, baca Firman Tuhan & kebaktian : 6 jam
Hal ini berlaku tiap hari. Variasi pengisian kagiatannya kita sendiri yang memilih yang paling cocok dengan hobi kita. tetapi yang paling banyak diabaikan di abad modern sekarang adalah: Waktu untuk Ibadah. Beribadah sekali seminggu hanya 2 jam sudah sangat membosankan. Hampir semua pengkhotbah berusaha menggugah hati para peserta ibadah supaya jangan mengantuk dan bosan. Padahal “ibadah” adalah kebutuhan hidupnya (luar biasa yah). Yang menjadi pertanyaan kemana waktu itu dipakai? Dan nama “kasino” sudah dimana kini keberadaanya?
Itu hanya sekedar catatan dari masa lampau untuk kita renungkan bersama, khususnya remaja/ naposobulung HKBP Semper, sudahkah “Hari-hari” yang diberikan Tuhan kamu pakai untuk menyenangkan hati Tuhan, jika “Ya” maka langkahmu ke depan akan semakin cerah, jika belum mintalah pertolongan Tuhan dan mulailah merubah sikap.
Terakhir Tim Narhasem, maju terus pantang mundur. Bantulah kami petugas gereja menjadi rekan sekerja Allah. Dalam memasuki tahun berkat tahun 2005, mari kita lihat mana yang baik untuk kita tindak lanjuti dan mana yang masih kurang yang masih harus kita perbaiki. Biarlah tangan Tuhan yang memimpin kita ke depan untuk menjadikan hati kita lebih bijaksana lagi dalam meneruskan perjuangan kita, syalom. Tuhan memberkati !
(Penulis adalah Pdt. Kalvin Effendy Limbong –Mantan Pendeta HKBP Resort Semper-, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Januari 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar