"Lalu pulanglah Elkana ke Rama, tetapi anak itu menjadi
pelayan Tuhan dibawah pengawasan Imam Eli" (I Samuel 2 : 11)
pelayan Tuhan dibawah pengawasan Imam Eli" (I Samuel 2 : 11)
Samuel adalah jawaban doa dari seorang wanita mandul yang bernama Hana. Elkana suaminya sangat mengasihinya. Kedua orang ini takut akan Allah. Pada waktu-waktu tertentu mereka mengunjungi Silo untuk beribadat. Namun perasaan Hana jauh dari perasaan bahagia karena Penina madunya, istri kedua Elkana menyakiti hatinya. Poligami diperkenankan menurut hukum Musa (Ulangan 21,15-17) tetapi hal itu bukanlah kehendak Allah (band. Matius 19, 3-18). Hal itu dapat menyebabkan kedukaan yang besar, sebab kemandulan bagi wanita Israel merupakan kehinaan.
Pengalaman pahit dan tekanan yang dialami oleh Hana sebagai wanita mandul, itulah yang mendorong dia menyerukan permohonan doa khusus kepada Tuhan Allah agar ia dianugrahi seorang putra. Hana bernazar bahwa apabila dia dianugrahi seorang anak, akan dipersembahkan kepada Allah sejak masa kanak-kanak. Keputusan itu menyatakan dengan jelas bahwa Samuel adalah alat istimewa Allah, bukan saja bagi Hana tetapi juga untuk segenap bangsa Israel.
1. Samuel bertumbuh dalam pengawasan Imam Eli
Kelahiran Samuel bukanlah kelahiran biasa, namun menunjukkan ketulusan orangtuanya untuk menepati janjinya kepada Tuhan. Sungguh luar biasa, anak yang sejak lama dirindukan, dipergumulkan dan dinanti-nantikan, justru diberikan kepada Tuhan dalam usia yang masih sangat muda (habis disapih/cerai susu kira-kira 2 tahun). Sesungguhnya Hana masih ada kesempatan memperpanjang waktu bersama dengan Samuel anaknya dengan banyak alasan, misalnya menunggu pandai bicara, mengerti baik dan buruk atau alasan kemanusiaan yang lain. Namun Hana konsekwen dengan janjinya kepada Allah dan Elkana suaminya tidak menghalangi ketulusannya. Demikianlah Samuel diserahkan ke rumah Tuhan dan diasuh dalam pengawasan Imam Eli. Secara materi Hana tidak ambil keuntungan sebab apa yang patut dia berikan sebagai persembahan kepada Allah dibawanya dengan tulus tanpa banyak komentar. Seekor sapi, satu efa tepung (36 liter) dan sebuyung anggur (fsl 1:24). Dalam kunjungan selanjutnya, Hana dan suaminya datang setiap tahun dan membawa jubah kecil dan korban sembelihan tahunan. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa dalam usia kanak-kanak Samuel telah dianugrahi Wahyu Ilahi tentang kejatuhan keluarga Eli (3:21).
2. Mengapa Allah tidak memanggil anak-anak Imam Eli?
Bagian yang sangat menarik dari Samuel dalam usianya yang masih muda disimpulkan dalam I Samuel 2: 26. "Tetapi Samuel yang masih muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik dihadapan Tuhan maupun dihadapan manusia. Selanjutnya "Samuel terpanggi F'(fsl 3) dimana Allah sendiri mau berbicara kepadanya,dengan memanggil namanya : Samuel ! Samuel!. Dia sendiri tidak tahu bahwa tu adalah suara Allah. Dia datang kepada Imam Eli dan berkata : "Ya Bapa, bukankah bapa memanggil aku?. Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil" tidurlah kembali. Suara itu memanggil Samuel hingga ketiga kalinya dan berfikir bahwa suara itu adalah suara Imam Eli. Barulah Eli mengerti bahwa itu adalah suara Allah. Akhirnya Imam Eli menyarankan kepada Samuel : Bila suara itu masih memanggil engkau, katakanlah : Berbicaralah Tuhan, sebab hambaMu ini mendengar. Itulah proses panggilan Allah terhadap Samuel. Disini yang sangat menyakitkan adalah justru Samuel harus memberitahukan hukuman Allah terhadap Keluarga Eli atas dosa dan kejahatan anak-anaknya dimana Hofhi dan Pinehas tidak lagi mengindahkan Tuhan, atau pun batas hak para Imam terhadap bangsa itu.
Allah mengatakan, bahwa anak Eli itu telah menghujat Allah tetapi dia tidak memarahi mereka. Sebab itu Aku telah bersumpah kepada keluarga Eli, bahwa dosa keluarga Eli takkan dihapuskan dengan korban sajian untuk selama-lamanya. Hal ini menjadikan Samuel terdiam, dia tidak memberitahukanmya kepada kepada Imam Eli, hingga Imam Eli berkata . '”jangan engkau sembunyikan kepadaku. Kiranya beginilah Allah menghukum engkau, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika engkau menyembunyikan sepatah katapun kepadaku, dari apa yang disampaikanNya kepadamu itu. Barulah Samuel memberitahukan semua itu kepada Imam Eli.
Hal ini bisa jadi pelajaran kita semua: bahwa tidak selamanya anak-anak seorang Imam otomatis menjadi orang-orang yang disukai Tuhan jika orangtuanya tidak berusaha mengajarkan hal-hal yang baik dan mengimbangi dengan kontrol waktu atau pengawasan dari orangtua itu sendiri. Sebaliknya tidak semua anak orang awam bisa mengenal perintah Tuhan jika orangtua tidak berusaha untuk mengajarkannya kepada anaknya tersebut. Usaha orangtua "Samuel 'yang takut kepada Tuhan, itulah yang menjadikan Samuel berharga dimata Tuhan. Dengan demikian semua orangtua mempunyai peran yang sama terhadap masa depan anak-anaknya, baik parhalado (Pdt, Gr, Bv, Diakones, Evanggelis dan Sintua) demikian juga kaum awam (Ruas ni Huria). Parhalado dan Ruas ni Huria harus bertanggungjawab terhadap keselamatan jiwa anak-anaknya dan memperkenalkannya kepada keselamatan yang dari pada Allah sendiri. Sebab jika kelakuan seorang anak yang sudah sampai menyakiti hati Tuhan, maka Allah akan mendatangkan bencana. Hukuman atas dosa kejahatan manusia berlaku bagi semua orang, baik parhalado (Imam) maupun warga jemaat (awam). Inilah alasan yang kuat mengapa anak-anak Eli tidak dikenan Allah. Tuhan menolak Hofili dan Pinehas karena menghujat Allah dengan perilaku yang tidak dikehendaki Tuhan (dursila).
3. Remaja dan Naposobulung HKBP Terpanggil Menjadi Pelayan Tuhan
Ada kesalahan yang tidak disadari oleh Imam Eli sebagai orangtua. Saat Hofhi dan Pinehas tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu kemah pertemuan, ia hanya berkata :Kenapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dan segenap bangsa ini tentang perbuatanmu yang jahat itu. Janganlah begitu anak-anakku (fsl 2:23-24). Anak-anak itu tidak lagi mendengar nasehat Eli karena Allah hendak mematikannya. Sebab dosa pelanggaran mereka sudah sedemikian besar,tetapi nasehat Imam Eli ringan saja (tidak memarahi mereka, band. 3:13).
Sangat berbeda dengan Samuel yang tercatat sebagai:
a. Hakim terakhir dan terbesar (Kis 13:20)
b. Yang pertama dari antara para Nabi (Kis 13:24)
c. Pada zaman Perj.Lama dianggap tokoh terbesar sesudah Musa (Yer 15,1)
d. Dalam ke Imaman sebagai pengganti Imam Eli, hanya dia yang diberi wewenang mempersembahkan korban (I Sam.l3:13)
Kepada "Remaja dan Naposobulung HKBP Semper", sekarang kamu bisa mengambil hikmatnya sebagai pelajaran bagi dirimu, mau seperti anak-anak Eli (Hofni dan Pinehas) atau Samuel?. Orang-orang muda tersebut berada di rumah Tuhan: Anak-anak Eli (Hofiii dan Pinehas) menikmati enaknya saja, tidak menjaga kekudusan dirinya dan tidak mengindahkan tegoran manusia dan orangtuanya. Akhirnya dibinasakan Allah. Sementara Samuel melayani Tuhan dengan tulus dan selalu mendengar perintah orangtua (kesediaannya datang kepada Eli yang dianggapnya sebagai bapa, saat suara itu datang, itulah yang merupakan awal dari pengenalannya akan suara Tuhan) dan akhirnya dia dipakai oleh Tuhan secara luar biasa.
Untuk itu kita diajak melayani Tuhan dengan tulus hati melalui potensi (Talenta) yang ada dalam diri kita masing-masing sebagai persembahan yang harum bagi Tuhan. Mari kita saling memberi dukungan dan saling menghargai, sebab dihadapan Tuhan kita adalah sama. Perbuatan baik dan dosa pelanggaran kita tidak terkecuali, akan dicatat dan tidak bisa diganggu gugat, baik parhalado (Imam) maupun awam (warga jemaat) dihadapan Tuhan tidak ada yang tesembunyi, sebab Dia adalah yang Maha Tahu. Oleh sebab itu mari kita manfaatkan masa muda kita untuk memuliakan Tuhan. Selamat melayani. Tuhan Yesus memberkati! Syalom.
(Penulis adalah Pdt. Kalvin Effendy Limbong –Mantan Pendeta HKBP Resort Semper-, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Maret 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar