Apakah Teologi Sukses Itu?
Dalam bukunya mengenai teologi sukses, Ir. Herlianto, M.Th. mendefinisikan apa itu teologi sukses: “teologi yang menekankan bahwa Allah kita adalah Allah yang maha besar, kaya dan penuh berkat dan manusia yang beriman pasti akan mengalami hidup yang penuh berkat pula, kaya, sukses dan berkelimpahan materi”, jadi sebenarnya orientasi hidup mereka (atau jika dia pendeta orientasi kotbahnya) terletak pada kesuksesan yang ingin dicapai oleh manusia. Teologi sukses ini sangat disukai terutama oleh negara dunia ketiga atau orang-orang yang memiliki status sosial menengah kebawah.
Jadi bagi mereka yang menganut ajaran ini seorang manusia dapat di katakan sukses jika memiliki uang yang banyak, popularitas, jabatan tinggi dan prestasi yang tinggi. Mereka melihat arti sukses tidak berbeda jauh dengan orang dunia. Bagi mereka, kesuksesan bisa di raih orang Kristen jika hidup kudus/saleh serta memiliki iman yang besar. Mereka banyak mengutip ayat Alkitab yang menekankan tentang hal iman namun mereka lebih suka mencomot satu bagian ayat tanpa melihat konteks keseluruhan ayat tersebut. Iman yang mereka ajarakan adalah iman yang bersifat antroposentris.
Dalam buku gerakan kharismatik dan gereja kita, Hans Maris penulisnya mengungkapkan “istilah antroposentris itu mencirikan kehidupan rohani yang bergerak ke arah yang salah, yang menempatkan manusia sebagai pusat perhatiannya”. Iman seperti ini tidak boleh terjadi dalam kehidupan Kristen sebab yang menjadi pusat iman kita hanyalah Allah atau Kristus saja. Gerakan teologi sukses ini mau menjadikan manusia sebagai pusat, bukan lagi Tuhan sebagai pusat. Maka kita menjadi allah-allah cilik yang memiliki kemampuan yang besar seperti Allah. Sama seperti anjing memiliki anak anjing atau kucing memiliki anak kucing, demikian juga Allah memiliki little gods.
Gerakan kharismatik mengumandangkan teologi sukses untuk mendapat kemakmuran dan kesehatan. Tokoh-tokohnya seperti Kenneth Hagin, Frederick Price, John Avanzini, dan sebagainya adalah para pengkotbah terkenal yang memiliki massa yang banyak. Tidak jarang mereka terlibat dengan berbagai skandal keuangan. Namun sekalipun ajaran mereka salah dan cara hidup mereka ngawur, herannya sangat banyak orang Kristen terlebih remaja atau pemuda Kristen yang menyukai mereka. Mereka menawarkan berkat, fasilitas, suasana musik yang ramai, kotbah yang ringan serta dangkal dalam ibadah mereka.
Memang jika kita melihat ibadah di gereja-gereja seperti itu yang sangat banyak membuat kita berpikir mereka pastilah di berkati Tuhan. Kita harus memisahkan anatara Tuhan memberkati pelayanan kita dengan Tuhan berkenan atas pelayanan kita. Mereka yang di berkati Tuhan belum tentu sekaligus berkenan di hati Tuhan jika apa yang di ajarkan dan kehidupan mereka tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Hal yang paling menyeleweng dari ajaran mereka adalah konsep doa yang berkaitan dengan iman pada waktu berdoa. Kita akan melihat apa yang di ajarkan teologi sukses dalam hal berdoa.
Doa Yang Salah
Gerakan kharismatik memperkenalkan ajaran positive confession atau word of faith dalam sikap berdoa orang Kristen. Ajaran ini dewasa ini telah masuk ke dalam gereja-gereja dengan mempopulerkan kata-kata “berkuasa” yakni “name it & claime it” (sebutkan dan klaim janji Tuhan) sehingga orang percaya dengan segala ucapannya dapat menjadikan apa saja menjadi nyata. Positive Confession percaya bahwa pikiran manusia melalui pengakuan yang positif (positive thinking) mempunyai kuasa menciptakan realitanya sendiri baik itu kesehatan, kekayaan serta kesuksesan. Pengakuan yang dimaksud gerakan positive confession berbeda dengan ajaran Alkitab tentang pengukan yang lebih menekankan ketidak-berdayaan diri.
Pendiri gerakan positive confession, E.W. Kenyon dalam bukunya Jesus the healer berkata”Confession always goes ahead of healing. Don’t watch symptoms, watch the word and be sure that your confession is bold and vigorous. Don’t listen to people, act on the word. Be a dore of the word, it is God speaking. You are healed.” Bagi dia di dalam Yesus ada kesembuhan dan kekayaan. Maka jika orang Kristen miskin, itu merupakan abnormal. Yesus tidak mungkin memberikan kemiskinan. Bagi mereka orang yang miskin adalah tanda orang yang kurang beriman atau tanda orang yang banyak dosa yang tidak memiliki kehidupan yang saleh. Ini ajaran yang salah, sebab di Alkitab di ajarkan Yesus sendiri dari keluarga miskin dan Paulus sendiri harus bekerja sebagai tukang tenda untuk membiayai hidupnya, apakah ini berarti mereka kurang saleh, tentunya tidak.
Doa seperti ini, bukanlah doa yang menunjukan ketidak-berdayaan kita sebagai manusia. Doa seperti ini justru adalah doa yang congkak, yang memanipulasi Alkitab untuk kepentingan diri. Kesalahan utama mereka yang mengikuti gerakan faith movement atau positive confession ini adalah mereka meletakkan diri pada posisi yang tidak tepat. Orang yang mengerti posisinya dihadapan Tuhan pastilah rendah hati.
Teologi Doa Yang Benar
Thomas Fuller seorang penulis dari Inggris berkata, “Man’s owning his weakness is the only stock for God to graft the grace of His assistance”. Ketika kita mengaku diri sangat lemah dihadapan Allah, Dia memandang kita sangat sangat berharga dimataNya, Allah akan memberi pertolongan pada kita. D.L Moody seorang pengkotbah dan teolog terkenal berkata: salah satu hal bentuk ketidak-berdayaan kita sebagai manusia adalah mengaku kita orang berdosa dan kita orang yang lemah. Dia berkata salah satu elemen doa yang sejati adalah adanya pengakuan (Confession).
Doa yang bersifat confession kepada Allah merupakan ekspresi kemanusian kita yang lemah. Perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus tentang seorang pemungut cukai yang datang kepada Allah dengan hati yang hancur mengaku diri orang berdosa merupakan simbol manusia yang rendah hati, sebaliknya doa yang dilontarkan oleh orang Farisi merupakan simbol manusia yang tinggi hati. Tinggi hati merupakan ‘ekspresi kemanusiaan yang lemah’. Yang pertama lemah tanpa tanda kutip namun yang kedua lemah dengan tanda kutip.
Sekali lagi D.L Moody pernah menuliskan pendapat seseorang dalam bukunya The Joy of Answer Prayer, “ Prayer doesn’t mean that iam to bring God down to my Thoughth and my purpose, and bend his government according to my foollish, silly and sometimes sinful notion…..”. Doa yang benar seharusnya adalah kita sebagai pendoa merelakan diri dibawa dan dipimpin oleh Tuhan dalam keheningan doa untuk masuk pada rencana dan tujuan Allah, namun yang sering kita lakukan adalah kita mencoba membawa Allah turun kewilayah kita, kemauan kita, serta pikiran kita.
Dengan mengutip Agustinus, Calvin berkata: “Jika setiap orang menyadari bahwa dalam dirinya sendiri tidak ada apa-apanya dan dari dirinya sendiri ia tidak memiliki pertolongan, senjata dalam dirinya sudah dipatahkan, perang sudah berakhir.” Didalam doa kita berseru meminta pertolongan Tuhan. Berdoa merupakan ekspresi kerendah-hatian dihadapan Allah. Beriman merupakan ekspresi kesabaran dan ketaatan kita dalam menantikan jawaban Allah atas doa-doa kita.
D.L Moody mengatakan, “Lets our prayer then, be for Christ sake”. Doa yang benar adalah doa yang dipanjatkan demi untuk kepentingan Kristus sendiri, bagi kerajaan Allah. Tuhan tidak akan mengabulkan seluruh permintaan kita jika didasarkan permohonan-permohonan yang egois, namun Allah akan mengabulkan seluruh permintaan kita jika itu dipanjatkan demi untuk Tuhan itu sendiri. Jawaban doa bukan semata-mata karena kemampuan dan kerajinan kita dalam berdoa melainkan karena kedaulatanNya dan belas kasihan yang diberikanNya kepada kita. Iman bukanlah penentu bagi terkabulnya doa kita melainkan sarana dimana kita bertumbuh mengenal Allah dan memahami kehendak Allah.
Teologi doa yang benar akan membawa kita pada praktek doa yang benar. Teologi doa menjadi landasan atas sikap dan praktek doa Kristiani. Teologi doa yang baik seharusnya menghasilkan praktek doa yang baik, praktek doa yang baik serta sungguh-sungguh harus dilakukan atas pemahaman teologi yang benar. Teologi yang baik seharusnya menghasilkan spiritualitas doa yang baik pula.
Daftar Pustaka:
Herlianto. Teologi sukses: antara Allah dan mammon. Jakarta:BPK.
Kenyon, E.W. Jesus the Healer.
Maris, Hans. Gerakan Kharismatik dan Gereja Kita. Jakarta: Momentum.
Moody, D.L. The Joy of Answer Prayer.
Susanto, Effendi. Makalah Kuliah Sekolah Teologi Reformed Injili Jakarta.
(Penulis adalah Ev. Robin A. Simanjuntak SE, M.Div., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi November 2006)
Dalam bukunya mengenai teologi sukses, Ir. Herlianto, M.Th. mendefinisikan apa itu teologi sukses: “teologi yang menekankan bahwa Allah kita adalah Allah yang maha besar, kaya dan penuh berkat dan manusia yang beriman pasti akan mengalami hidup yang penuh berkat pula, kaya, sukses dan berkelimpahan materi”, jadi sebenarnya orientasi hidup mereka (atau jika dia pendeta orientasi kotbahnya) terletak pada kesuksesan yang ingin dicapai oleh manusia. Teologi sukses ini sangat disukai terutama oleh negara dunia ketiga atau orang-orang yang memiliki status sosial menengah kebawah.
Jadi bagi mereka yang menganut ajaran ini seorang manusia dapat di katakan sukses jika memiliki uang yang banyak, popularitas, jabatan tinggi dan prestasi yang tinggi. Mereka melihat arti sukses tidak berbeda jauh dengan orang dunia. Bagi mereka, kesuksesan bisa di raih orang Kristen jika hidup kudus/saleh serta memiliki iman yang besar. Mereka banyak mengutip ayat Alkitab yang menekankan tentang hal iman namun mereka lebih suka mencomot satu bagian ayat tanpa melihat konteks keseluruhan ayat tersebut. Iman yang mereka ajarakan adalah iman yang bersifat antroposentris.
Dalam buku gerakan kharismatik dan gereja kita, Hans Maris penulisnya mengungkapkan “istilah antroposentris itu mencirikan kehidupan rohani yang bergerak ke arah yang salah, yang menempatkan manusia sebagai pusat perhatiannya”. Iman seperti ini tidak boleh terjadi dalam kehidupan Kristen sebab yang menjadi pusat iman kita hanyalah Allah atau Kristus saja. Gerakan teologi sukses ini mau menjadikan manusia sebagai pusat, bukan lagi Tuhan sebagai pusat. Maka kita menjadi allah-allah cilik yang memiliki kemampuan yang besar seperti Allah. Sama seperti anjing memiliki anak anjing atau kucing memiliki anak kucing, demikian juga Allah memiliki little gods.
Gerakan kharismatik mengumandangkan teologi sukses untuk mendapat kemakmuran dan kesehatan. Tokoh-tokohnya seperti Kenneth Hagin, Frederick Price, John Avanzini, dan sebagainya adalah para pengkotbah terkenal yang memiliki massa yang banyak. Tidak jarang mereka terlibat dengan berbagai skandal keuangan. Namun sekalipun ajaran mereka salah dan cara hidup mereka ngawur, herannya sangat banyak orang Kristen terlebih remaja atau pemuda Kristen yang menyukai mereka. Mereka menawarkan berkat, fasilitas, suasana musik yang ramai, kotbah yang ringan serta dangkal dalam ibadah mereka.
Memang jika kita melihat ibadah di gereja-gereja seperti itu yang sangat banyak membuat kita berpikir mereka pastilah di berkati Tuhan. Kita harus memisahkan anatara Tuhan memberkati pelayanan kita dengan Tuhan berkenan atas pelayanan kita. Mereka yang di berkati Tuhan belum tentu sekaligus berkenan di hati Tuhan jika apa yang di ajarkan dan kehidupan mereka tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Hal yang paling menyeleweng dari ajaran mereka adalah konsep doa yang berkaitan dengan iman pada waktu berdoa. Kita akan melihat apa yang di ajarkan teologi sukses dalam hal berdoa.
Doa Yang Salah
Gerakan kharismatik memperkenalkan ajaran positive confession atau word of faith dalam sikap berdoa orang Kristen. Ajaran ini dewasa ini telah masuk ke dalam gereja-gereja dengan mempopulerkan kata-kata “berkuasa” yakni “name it & claime it” (sebutkan dan klaim janji Tuhan) sehingga orang percaya dengan segala ucapannya dapat menjadikan apa saja menjadi nyata. Positive Confession percaya bahwa pikiran manusia melalui pengakuan yang positif (positive thinking) mempunyai kuasa menciptakan realitanya sendiri baik itu kesehatan, kekayaan serta kesuksesan. Pengakuan yang dimaksud gerakan positive confession berbeda dengan ajaran Alkitab tentang pengukan yang lebih menekankan ketidak-berdayaan diri.
Pendiri gerakan positive confession, E.W. Kenyon dalam bukunya Jesus the healer berkata”Confession always goes ahead of healing. Don’t watch symptoms, watch the word and be sure that your confession is bold and vigorous. Don’t listen to people, act on the word. Be a dore of the word, it is God speaking. You are healed.” Bagi dia di dalam Yesus ada kesembuhan dan kekayaan. Maka jika orang Kristen miskin, itu merupakan abnormal. Yesus tidak mungkin memberikan kemiskinan. Bagi mereka orang yang miskin adalah tanda orang yang kurang beriman atau tanda orang yang banyak dosa yang tidak memiliki kehidupan yang saleh. Ini ajaran yang salah, sebab di Alkitab di ajarkan Yesus sendiri dari keluarga miskin dan Paulus sendiri harus bekerja sebagai tukang tenda untuk membiayai hidupnya, apakah ini berarti mereka kurang saleh, tentunya tidak.
Doa seperti ini, bukanlah doa yang menunjukan ketidak-berdayaan kita sebagai manusia. Doa seperti ini justru adalah doa yang congkak, yang memanipulasi Alkitab untuk kepentingan diri. Kesalahan utama mereka yang mengikuti gerakan faith movement atau positive confession ini adalah mereka meletakkan diri pada posisi yang tidak tepat. Orang yang mengerti posisinya dihadapan Tuhan pastilah rendah hati.
Teologi Doa Yang Benar
Thomas Fuller seorang penulis dari Inggris berkata, “Man’s owning his weakness is the only stock for God to graft the grace of His assistance”. Ketika kita mengaku diri sangat lemah dihadapan Allah, Dia memandang kita sangat sangat berharga dimataNya, Allah akan memberi pertolongan pada kita. D.L Moody seorang pengkotbah dan teolog terkenal berkata: salah satu hal bentuk ketidak-berdayaan kita sebagai manusia adalah mengaku kita orang berdosa dan kita orang yang lemah. Dia berkata salah satu elemen doa yang sejati adalah adanya pengakuan (Confession).
Doa yang bersifat confession kepada Allah merupakan ekspresi kemanusian kita yang lemah. Perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus tentang seorang pemungut cukai yang datang kepada Allah dengan hati yang hancur mengaku diri orang berdosa merupakan simbol manusia yang rendah hati, sebaliknya doa yang dilontarkan oleh orang Farisi merupakan simbol manusia yang tinggi hati. Tinggi hati merupakan ‘ekspresi kemanusiaan yang lemah’. Yang pertama lemah tanpa tanda kutip namun yang kedua lemah dengan tanda kutip.
Sekali lagi D.L Moody pernah menuliskan pendapat seseorang dalam bukunya The Joy of Answer Prayer, “ Prayer doesn’t mean that iam to bring God down to my Thoughth and my purpose, and bend his government according to my foollish, silly and sometimes sinful notion…..”. Doa yang benar seharusnya adalah kita sebagai pendoa merelakan diri dibawa dan dipimpin oleh Tuhan dalam keheningan doa untuk masuk pada rencana dan tujuan Allah, namun yang sering kita lakukan adalah kita mencoba membawa Allah turun kewilayah kita, kemauan kita, serta pikiran kita.
Dengan mengutip Agustinus, Calvin berkata: “Jika setiap orang menyadari bahwa dalam dirinya sendiri tidak ada apa-apanya dan dari dirinya sendiri ia tidak memiliki pertolongan, senjata dalam dirinya sudah dipatahkan, perang sudah berakhir.” Didalam doa kita berseru meminta pertolongan Tuhan. Berdoa merupakan ekspresi kerendah-hatian dihadapan Allah. Beriman merupakan ekspresi kesabaran dan ketaatan kita dalam menantikan jawaban Allah atas doa-doa kita.
D.L Moody mengatakan, “Lets our prayer then, be for Christ sake”. Doa yang benar adalah doa yang dipanjatkan demi untuk kepentingan Kristus sendiri, bagi kerajaan Allah. Tuhan tidak akan mengabulkan seluruh permintaan kita jika didasarkan permohonan-permohonan yang egois, namun Allah akan mengabulkan seluruh permintaan kita jika itu dipanjatkan demi untuk Tuhan itu sendiri. Jawaban doa bukan semata-mata karena kemampuan dan kerajinan kita dalam berdoa melainkan karena kedaulatanNya dan belas kasihan yang diberikanNya kepada kita. Iman bukanlah penentu bagi terkabulnya doa kita melainkan sarana dimana kita bertumbuh mengenal Allah dan memahami kehendak Allah.
Teologi doa yang benar akan membawa kita pada praktek doa yang benar. Teologi doa menjadi landasan atas sikap dan praktek doa Kristiani. Teologi doa yang baik seharusnya menghasilkan praktek doa yang baik, praktek doa yang baik serta sungguh-sungguh harus dilakukan atas pemahaman teologi yang benar. Teologi yang baik seharusnya menghasilkan spiritualitas doa yang baik pula.
Daftar Pustaka:
Herlianto. Teologi sukses: antara Allah dan mammon. Jakarta:BPK.
Kenyon, E.W. Jesus the Healer.
Maris, Hans. Gerakan Kharismatik dan Gereja Kita. Jakarta: Momentum.
Moody, D.L. The Joy of Answer Prayer.
Susanto, Effendi. Makalah Kuliah Sekolah Teologi Reformed Injili Jakarta.
(Penulis adalah Ev. Robin A. Simanjuntak SE, M.Div., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi November 2006)
3 komentar:
Doa adalah cara berkomunikasi antara manusia dengan allah. Sedangkan doa yang berisi permintaan-permintaan kepada Allah merupakan salah satu dari banyak aspek komunikasi dengan Allah. Aspek yang lain bisa berisi ucapan terima kasih, keluh kesah/ ungkapan-ungkapan rasa sedih, dan pertanyaan akan Firman/ masalah-masalah rohani.
Tapi manusia lebih suka berdoa yang berisi permintaan-permintaan akan materi yang sifatnya duniawi, hal ini dapat dimengerti bahwa yang bersangkutan pada dasarnya masih manusia duniawi, bukan manusia rohani. Manusia duniawi yang dipikirkannya hanya berkisar pada hal-hal duniawi, maka yang di doanya tentunya hal duniawi. Manusia rohani yang di doakannya tentunya juga hal-hal rohani.
Doa adalah komunikasi antara manusia dengan Allahnya. Doa mempunyai aspek dengan bentuk permintaan, ucapan syukur/ terimakasih, dan pertanyaan tentang Firman Tuhan/ hal rohani. Pertumbuhan rohani seseorang juga terlihat dari doanya. Seorang beriman bertumbuh dari seorang yang duniawi bertumbuh menjadi manusia rohani. Seorang duniawi akan berdoa tentang hal-hal duniawi, sedangkan seorang rohani akan berdoa tentang hal-hal rohani.
Doa tidak ada yang salah karena seorang yang berdoa kepada Allahnya adalah orang yang beriman, hanya saja Allah tentunya lebih suka dengan orang yang rohani. Karena orang yang rohani akan hidup dalam Roh, dan menjadi penurut Firman dan Roh Kudus. Orang-orang rohani inilah yang akan mendapat tempat didekat Tuhan Yesus dalam Kerajaan Sorga.
Sedangkan orang duniawi akan jauh dari Tuhan. Dan orang rohani yang mencapai iman yang sempurna akan bersama-sama dengan Tuhan Yesus ketika datang ke dunia untuk ke dua kalinya kelak.
Posting Komentar