Sabtu, 03 Oktober 2009

ARTIKEL: MUNCUL BIDAT SESAT MAKA GEREJA BERSIASAT

1. Pengantar
Terminologi “sekte” senada dengan istilah “aliran”, yang bisa dikatakan masih bagian atau ada hubungan atau terjadi karena perbenturan persepsi pemikiran yang dipercayai. Berbeda dengan “bidat” yang berkonotasi negatif, sebagai aliran yang sangat berbeda, lain, dan terlalu jauh menyimpang dari kaidah yang normal. Tulisan ini memakai terminologi “bidat” untuk tujuan memperjelas pembahasan aliran yang dianggap gereja menyesatkan atau dianggap sebagai “patologi keagamaan”, sehingga batasan yang menjadi tulisan ini tidak meluas agar tidak membuat bingung.
Menurut saya kemunculan bidat disebabkan karena 2 hal, yakni arus pemikiran dari luar berjumpa dengan Injil sehingga terjadi konfrontasi, ekses dari perdebatan pemikiran teologis tentang sejumlah tematis Alkitab atau Injil di mana sampai kepada suatu keputusan akhir untuk mengecam, menyatakan sesat, bahkan pula mengutuknya. Nah, perlu wisata petualangan untuk masuk menjelajahi pemikiran dari awal kemunculan Kristen sampai keadaan sekarang. Namun jujur saja perkembangan keadaan bidat bagi gereja merupakan suatu tantangan iman tersendiri di mana gereja harus melakukan 2 hal sekaligus, yaitu melakukan tindakan preventif untuk membentengi jemaat dari pengaruh ajaran bidat, dan melakukan tindakan purifikasi atau pembersihan ajaran dengan siasat gereja setelah ada klarifikasi agar tidak bercampur dengan ajaran resmi gereja.

2. Pemikiran Sesat Dan Siasat Gereja
Secara historis kemunculan bidat sama tuanya dengan kemunculan gereja. Tentu di awal-awal kekristenan sudah terdapat pihak-pihak yang tidak puas dan tidak dipenuhi kebutuhan rohaninya sehingga menimbulkan suatu pemikiran teologis tersendiri. Jika pemikiran tersebut berasal dari luar, tentu tidak akan berat pergumulan Kristen mula-mula, namun kemunculan pikiran teologis yang terjadi ada pula muncul dari tengah-tengah jemaat. Misal Surat 1 Korintus 3 mengetengahkan adanya perbedaan persepsi cukup tajam antara Rasul Paulus, Apolos, dan Kefas. Perbedaan tersebut muncul dari tanggapan, dan pemahaman yang ditangkap setiap warga jemaat berbeda-beda.Yang satu lebih dapat menerima siraman rohani dari Paulus, satunya lagi dari Apolos, dan satunya lagi lebih dapat menerima percikan rohani dari Kefas.
Analogi yang relevan terhadap perbedaan persepsi tersebut adalah khotbah-khotbah dari para pendeta. Terhadap pendeta A karena bisa buat ketawa terkekeh-kekeh maka dikatakan, ”Tabo nai jamitana”, ”jago do hape pandita i”, tapi terhadap pendeta lain yang serius dan tidak ada lucunya maka mungkin ada warga jemaat mengatakan,”Ai dia do pandita on, ndang tabo jamitana”, ”ah, gabe mondokhondok au nuaeng”, sampai kepada pikiran rada miring, ”Pandok ma disi panditanami!”. Ada juga tidak komentar dalam hatinya tapi ketika ditanya, apa isi pokok khotbah tadi maka dijawabnya,”ndang huboto bah !”. Mungkin karena ganteng pendetanya, warga jadi terpesona, atau kurang ganteng jadi timbul kurang pesona. Jadi macam-macam respon jemaat terhadap khotbah pendeta, berakibat pada munculnya sentimen emosional, bukan kecerdasan emosional, yang disebut di perikop tersebut sebagai “iri hati”,”roha pangiburu”.
Hal berbeda terdapat di dalam Kisah Para Rasul 14, Surat Galatia, dan Surat Kolose. Di dalam Kisah Para Rasul pasal 14 Rasul Paulus langsung konfrontasi untuk menghadapi ajaran pemikiran filsafat Stoa sehingga muncul persepsi di antara mereka bahwa Barnabas disebut Zeus, dan Paulus disebut Hermes. Di mitologi Yunani, juru bicara dewa tertinggi yang disebut Zeus adalah Hermes. Dari kata Hermes inilah diambil istilah untuk “Hermeneutika” sebagai ilmu tafsir di dalam disiplin ilmu teologi. Lain lagi di Surat Galatia di mana Rasul Paulus menghadapi 2 ajaran sekaligus yang berbeda sama sekali yang berkembang di dalam iman jemaat, yakni aliran Gnostisisme dan Libertinisme. Gnostisisme adalah ajaran yang menekankan pada penggunaan kekuatan akal sehat, rasio atau gnostos, yang mendapat angin setelah munculnya pemikiran filsafat yang menyatakan bahwa manusia adalah mahluk berpikir, cogito ergo sum dari Rene Descartes (terkenal dengan diagram Cartesius di dalam ilmu matematika) dan Immanuel Kant. Karena itu jika sesuatu tidak rasional maka patut ditolak menurut Gnostisisme sebagai kriteria. Paham Gnostik mengilhami kemunculan bidat Christian Science, Sciencetology, dan New Age Movement dalam hal yang prinsipil. Namun paham Gnostisisme juga menjadi alasan kemunculan bagi rasionalisme, nihilisme, eksistensialisme, dan humanisme.1
Berbeda dengan Gnostisisme, kalau Libertinisme amat menekankan pada kebebasan (libertus). Kristus telah memerdekakan setiap orang Kristen dari belenggu dosa, karena itu setiap orang memiliki kebebasan dalam segala hal dan dalam arti seluasnya, sehingga membuat beberapa warga jemaat merasa tidak perlu bertanggung- jawab. Kebebasan tiada tara menurut ajaran resmi gereja adalah salah, tidak dapat dibenarkan. Karena manusia menjadi tidak bertanggung jawab atas perbuatannya, menjadi orang yang apatis, dan membuat manusia sesukanya. Libertinisme berbeda dengan paham yang berkembang saat ini bidang ekonomi, Liberalisme yang keturunannya Neoliberalisme berkongsi dengan Globalisasi. Tapi Libertinisme ini dapat dikatakan menjadi cikal bakal pemikiran tajam dari Eksistensialisme yang dikembangkan John Stuart Mill di Inggris, Jean Paul Sartre di Perancis, Martin Heidegger di Jerman, Fuad Hassan di Indonesia. Demikian juga pemikiran Humanisme,yang dipikirkan Erasmus Huiz.2 Eksistensialisme dan Humanisme dalam arti pengertian mereka memandang manusia menjadi pusat dari segala sesuatu, dan manusia adalah mahluk yang paling berharga serta terpandang, sedang yang lain jika bertentangan harus dimusnahkan. Dalam koridor tersebut timbul istilah “homo homini lupus”, tiap kelahiran manusia menjadi ancaman terhadap kebebasan manusia lain, demikian juga keberadaan Tuhan. Di bidang politik istilah “homo himini lupus” mendapat makna sebagai rivalitas.
Lain lagi tantangan bidat yang muncul di Surat Kolose, yakni Asketisme. Asketisme sebenarnya telah dipelopori oleh para pengikut Yohanes Pembaptis, yang kemudian dikenal sebagai “Sekte Qum’ran” berdasarkan penemuan gulungan tulisan (magilot) yang diyakini para peneliti sebagai persekutuan asketisme. Menurut pandangan teolog modern Yohanes Pembaptis setelah membaptis Yesus Kristus secara simbolis tetap memberikan pengajaran di sekitar sungai Yordan sebagai basis pelayanannya, dan tidak ingin memasuki “dunia keramaian” dan “dunia kebisingan”, karena membuat mereka menjadi tidak sakral dan dianggap sebagai “dunia penuh dosa”. Di masa Yohanes Pembaptis dan pengikutnya hanya pengasingan (mirip pertapaan) sebagai bentuk pengudusan dan pengimanan yang benar. Tapi perkembangan lebih lanjut sebagaimana dihadapi Rasul Paulus, mereka sudah melangkah sangat maju pemikirannya. Pertama menurut asketisme proses penyelamatan terjadi hanya melalui anugerah. Kedua asketisme sangat menekankan pada ajaran perbuatan baik, di mana sangat menentukan dalam kehidupan manusia (mirip pahala dalam Islam). Dan terakhir asketisme memerintahkan para pengikutnya untuk menjalankan puasa walau dalam kondisi sakit sekalipun. Karena dalam penderitaan terdapat kenikmatan dan kebahagiaan. Di Porsea dulu sekitar tahun 1960-an sempat muncul bidat Parsiak Bagi, mirip dengan asketisme.
Di masa Bapa-bapa Gereja terdapat perbedaan pemikiran yang cukup tajam tentang suatu tematis di dalam Alkitab. Misal keberadaan Yesus Kristus sebagai Anak Allah atau dogma tentang “trinitas”. Nah, mari kita menerawang satu per satu bagaimana sebenarnya muncul pemikiran ajaran sesat pada awal kekristenan? Pandangan sesat pertama justru datang dari seorang warga jemaat bernama Marcion, saudagar kaya raya hingga mampu mendirikan sebuah gereja. Menurut Marcion, Allah Perjanjian Lama (PL) dan Allah Perjanjian Baru (PB) sangat berbeda. Allah PL bersifat terbatas, kurang sempurna, kurang mulia, dan kurang memiliki kemampuan dasyat. Karena itu Allah PL bersifat pemarah, pendendam, dan kejam. Allah PL tidak mengutus Yesus Kristus datang melawat dunia melainkan Allah lain yang menurutnya benar dan berlaku adil, namun Allah PL yang menjebak Yesus untuk disalibkan karena sifat benciNya. Akibat pandangan Marcion sedemikian rupa, membenci semua unsur Taurat di PL maka Marcion menolak dan membuang semua kitab PB yang terkait dengan PL. Kitab-kitab PB yang diterimanya adalah Kitab Lukas dengan meniadakan kisah kelahiran Yesus, semua surat para rasul kecuali Surat Timotius dan Surat Titus.3 Hasil pekerjaan Marcion itu disebut sebagai “Kitab Marcion”. Ajaran Marcion berkembang mulai abad ke 2 hingga abad ke 5, kemudian dinyatakan sebagai ajaran sesat.
Perkembangan selanjutnya sangat ramai bahkan perdebatan sengit pun tidak terhindarkan. Perdebatan tersebut lahir di kalangan para pemimpin gereja, di antaranya sangat penting disebut Arius, Apolinaris, dan Nestorius. Dari kata “nestorius” menjadi “nestorian” bagi pengikutnya datang istilah “nasrani”. Menurut Arius, presbiter dari Aleksandria,Yesus Kristus tidak sama dan tidak serupa dengan Allah Bapa, namun ciptaan Allah Bapa yang tertinggi serta ciptaan yang tertua. Allah Bapa menciptakan segala sesuatu kemudian melalui Yesus Kristus, namun Yesus Kristus tidaklah kekal adanya. Karena Yesus Kristus memiliki ketaatan yang tinggi maka Allah Bapa memberi tempat terhormat kepadaNya. Dasar pandangan ini yang dikemudian diambil oleh seorang warga Amerika Serikat (AS) berdarah Yahudi, Charles Taze Russel untuk mendirikan Saksi Yehova (Jehova Witnessing). Persoalan kesehakekatan (homo-ousios) atau ketidaksehakekatan (hetero-ousios) Yesus Kristus dengan Allah Bapa akhirnya dibawa ke dalam Konsili Nicaea I tahun 325 M. Hasil konsili memutuskan bahwa ajaran Arius sesat, dikutuk dan untuk melawan ajaran Arius dikumandangkan Pengakuan Iman Nicea yang sangat terkenal tersebut.4 Apolinaris, uskup dari Laodekia justru berpendapat bahwa Yesus Kristus hanya memiliki tubuh dan jiwa, namun tidak memiliki roh sebab rohNya telah diganti oleh Logos (Yohanes 1). Karena itu Yesus Kristus bukanlah manusia melainkan Ilahi, sama dengan Allah Bapa. Pandangan ini sering disebut “monofisitisme”. Pada tahun 377 M ajaran Apolinaris dinyatakan sesat oleh Damasus I dan dikukuhkan dalam putusan Konsili Konstantinopel II tahun 553 M bahkan dikutuk.
Demikian juga pandangan Nestorius yang memisahkan ketuhanan Yesus dan kemanusiaan Yesus, dengan alasan jika benar Yesus adalah sungguh Tuhan dan sungguh manusia maka tidak ada keesaan Tuhan melainkan keduaan Tuhan. Sedang pandangan Eutikianus menyatakan bahwa unsur kemanusiaan dan keilahian Yesus Kristus bercampur padu, namun tentu keilahianNya melebihi kemanusiaanNya. Kedua pandangan ini, Nestorius dan Eutikianus dibicarakan dalam Konsili Kalsedon tahun 451 M. Hasilnya kedua pandangan tersebut dinyatakan sesat, kemudian dikeluarkan Pengakuan Iman Kalkedon. Dengan keluarnya kredo Kalsedon maka Gereja menyatakan 4 hal penting. Pertama Yesus Kristus memiliki sifat keilahian yang sempurna, untuk menangkal ajaran Arius. Kedua Yesus Kristus memiliki sifat manusia yang sempurna, untuk menangkal ajaran Apolinaris. Ketiga kedua sifat tersebut tidak terpisahkan dan berada dalam satu pribadi, untuk menangkal ajaran Nestorius. Keempat kedua sifat itu juga tidak bercampur atau saling melebihi, untuk menangkal ajaran Eutikianus.5 Keempat pernyataan Gereja tersebut sampai kini menjadi pijakan dogma Kristen, yang dipegang oleh Gereja Katolik, Gereja Kristen Orthodoks Timur, Gereja Protestan Lutheran, Gereja Protestan Calvin, dst. HKBP termasuk gereja dari aliran Lutheran.

3. Berbagai Bidat Sesat
Dari uraian di atas rasanya jelas sudah bahwa kemunculan aliran bidat yang menyesatkan disebaabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal biasanya karena ketidakpuasan dengan pelayanan yang diterima warga jemaat bercampur dengan kondisi sosial politik yang kurang menguntungkan sehingga menimbulkan aras perlawanan yang anti-kemapanan atau anti-status quo. Tulisan ini hanya memuat perkembangan bidat yang pernah masuk, dan masih bertahan di negara kita, Indonessia. Tidak khusus membahas tentang banyaknya bidat yang bertebaran di seluruh dunia. Bidat-bidat yang dimaksud adalah Mormon, Christian Science, dan Jehovah’s Witnesses. Walau perrnah ada bidat bernama Children of God masuk ke Indonesia di era 1980-an namun cepat mati suri sehingga tidak perlu dibahas di sini.
Bidat Mormon timbul karena perekonomian tidak sehat di negara AS sehingga mendorong Joseph Smith mendirikan The Church of Jesus Christ of the Latter-Day Saints (Gereja Yesus Kristus dari Orang Kudus Akhir Jaman) pada tanggal 6 April 1830, yang dikenal dari nama kitabnya saja, yakni “Mormon” (The Book of Mormon). Selain kitab Mormon terdapat juga kitab-kitab lainnya, yakni Doctrine and Covenant, Nauvoo Charter, dan Pearl of Great Price.6 Awalnya perkembangan bidat Mormon mengalami penghambatan dan kekerasan di negara asalnya karena pengikutnya sendiri memang sangat agresif dan agitatif dalam melakukan penyerangan terhadap aliran-aliran gereja yang mapan. Bidat ini sempat masuk ke negara Indonesia, namun kurang berkembang pesat. Mereka telah membangun semacam sekretariatnya di Jakarta Selatan, di Jalan Saharjo 317B walau sudah keluar surat larangaan dari pemerintah kita dengan SK No.70 dan No.76. Joseph Smith yang memaklumatkan diri sebagai nabi bidat ini berasal dari keluarga miskin dan hidup dalam penderitaan, bahkan ayahnya sendiri terlibat dalam hutang piutang hingga masuk penjara, namun dibesarkan dari aliran gereja Presbiterian. Smith bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhannya bahkan sampai mencari-cari harta karun seperti Menteri Agama kita di masa Presiden Megawati dulu. Bidat ini tidak mengakui trinitas, kitab-kitab Perjanjian Baru diganti dengan kitab Mormon sebab kitab Mormon dianggap kelanjutan dari kitab-kitab Perjanjian Lama, jemaat Mormon dapat jadi “allah” sama seperti yang mereka yakini, dan Yesus Kristus walau diyakini sebagai penebus namun disamakan dengan Yehova (kebalikan dari ajaran Saksi Jehova).
Selain bidat Mormon masih terdapat bidat lain yang juga telah masuk ke Indonesia, yakni Christian Science. Sebenarnya nama asli bidat ini adalah Church of Christ, Scientist (Gereja Kristus Pakar Ilmu Pengetahuan) didirikan oleh Mary Baker Eddy berdasarkan inspirasi dari Dr.P.P.Quimby, sahabat dari suami pertamanya, Drg.Daniel Paterson pada tahun 1879 bersama 26 orang, termasuk murid-muridnya. Namun Paterson meninggalkan Mary tanpa sebab sehingga terpaksa diceraikannya tahun 1873 lalu Mary menikah kembali dengan muridnya bernama Asa Gilbert Eddy selama 5 tahun karena Eddy meninggal akibat serangan jantung. Mary dan Paterson sering ribut sehingga membuatnya mengidap penyakit histeria. Setelah Quimby meninggal tahun 1866, Mary mengalami penyembuhan metafisik ilahi, yang dsebutnya sebagai Christian Science. Menurut Mary penyebab penyakit dari Eddy dan dirinya adalah hanya soal mind (budi pekerti) yang berakibat pada gangguan mental fisik. Lalu Mary membuat buku berjudul, ”Science and Health with Key to the Scriptures”, yang menjadi kitab suci kedua bagi bidat ini selain buku Emmanuel Swedenborg. Jika Quimby dan Swedenborg memusatkan bahwa mind itu mengatasi materi (mind-over-matter) dan merupakan kehendak pribadi maka Mary menyatakan bahwa mind itu berasal dari Tuhan Allah dengan kebenaran Tuhan sendiri. Sama dengan bidat Mormon dan Jehovah’s Witnesses mengklaim bahwa Alkitab yang ada sudah keliru dari penafsiran yang benar. Karena itu mereka menyodorkan penafsiran baru yang justru membuatnya menjadi bidat. Bidat ini tidak mengenal dosa dan Yesus Kristus berbeda dengan Allah Bapa. Karena itu tidak mungkin Kristus dapat menebus dosa manusia, dan dianggap sebagai berita pembohongan. Bidat ini memiliki surat kabar terkemuka di dunia, yang kadang sering diacu oleh surat-surat kabar Indonesia, yakni The Christian Science Monitor. Di Pematang Siantar bidat ini sangat dekat letaknya dengan HKBP Martoba.
Russel mendirikan Jehovah’s Witnesses tahun 1879 berdasarkan inspirasi bahwa kedatangan Kriistus terrjadi pada awal milenium tahun 1914 setelah didahului dengan masa panen selama 40 tahun sesuai Wahyu 7:4-9. Sebelumnya Russel menganut ajaran Advent, namun karena berbeda pandangan dengan pemimpin Advent Nelson Barbour menyangkut soal kedatangan Kristus maka dia berjalan sendiri. Awalnya Russel membentuk Bible Study tahun 1879 kemudian dipilih oleh kelompok Bible Study sebagai pendetanya seperti Mary Baker dipilih oleh murid-muridnya. Sukses dengan Bible Study, mulailah mereka mendirikan majalah berjudul “Zion’s Watchtower and Herald of Christ’s Present”. Rupanya tirasnya naik tajam sehingga mereka membangun institusi yang dinamai “Zion’s Watch Tower Bible and Tract Society”. Mulai tahun 1893 nama Zion’s dihapus, cukup dengan nama Watch Tower (Menara Pengawal). Kehadiran perang dunia pertama tahun 1914 seolah-olah sangat membenarkan keyakinan tafsiran Russel di mana perang itu dianggapnya sebagai perang Harmageddon (Perang antara Kebaikan dan Kejahatan). Menurut Russel wajah baru akan muncul pada tahun 1918. Namun ternyata perang dunia pertama berakhir tahun 1918 tidak muncul kedatangan Kristus. Sayang Russel keburu meninggal pada tahun 1916 sehingga tidak menyaksikan tafsirannya yang meleset total. Menurut Russel Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah dua pribadi yang berbeda sama sekali. Allah Bapa sebagai Creator memiliki posisi dan status lebih tinggi dari Yesus Kristus, sedangkan Roh Kudus adalah alat kuasa dari Allah Bapa (Jehova). Dengan demikian terjemahan Alkitab salah total sehingga kelompok bidat ini menerbitkan terjemahan Alkitab dengan nama “New World Translation of the Scriptures” tahun 1961 sekaligus melarang pengikutnya untuk melakukan tafsiran sendiri atau studi banding terhadap terjemahan mereka. Saksi Yehowa mengakui tebusan Kristus namun mereka memahami seorang penebus dosa pada hakekatnya juga berdosa. Akhirnya pada tahun 1976 bidat Saksi Yehowa dinyatakan sesat dengan SK pemerintah melalui Kejaksaan Agung Republik Indonesia, yang melarang melakukan misinya.

Catatan Kaki:
1. Tentang nihilisme, eksistensialisme, humanisme, dan rasionalisme dapat dibaca di karya Louis Leahy,”Aliran-aliran Besar Ateisme”, Jakarta-Yogyakarta : BPK-GM, Kanisius, 1990, yang berbuntut pada kemunculan ide Postmodernism dengan pelbagai corak. Baca juga Kees Bertens,”Panorama Filsafat Modern”, Jakarta : Gramedia, 1987.
2. Ibid., Sartre menyatakan di dalam kebebasan manusia terdapat hakekat kemanusiaannya. Karena itu manusia harus bebas sebebas-bebasnya dan semua halangan termasuk kelahiran anak harus dianggap sebagai rival. Untuk mencapai itu Sartre turun langsung dalam aksi demonstrasi di Perancis.
3. Perhatikan Paulus Daun,”Bidat Kristen daari masa ke masa”, Manado: Yay.Daun Fam., cet.ke 13, 20
4. Lih. Norman P.Tanner,”Konsili-konsili Gereja”, Yogyakarta: Kanisius, 2003, hal. 36
5. Tony Lane,”Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani”, Jakarta: BPK-GM, 1990, hal. 52
6. Lebih lanjut baca Jan Siihar Aritonang, “Berbagai Aliiran di Dalam dan di Sekitar Gereja”, Jakarta : BPK-GM, 1999, hal.343-370; bdg. Paulus Daun, op.cit, hal. 127-133.

(Penulis adalah Pdt. Melvin Simanjuntak, M.Si., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi November 2007)

Tidak ada komentar: