Dalam Injil Lukas, orang-orang pertama yang mengenali makna kelahiran Yesus ialah para gembala. Para gembala termasuk golongan masyarakat yang terpinggirkan. Mereka termasuk masyarakat yang berpenghasilan rendah. Domba yang mereka jaga bukan milik mereka sendiri. Dalam pekerjaan sehari-hari para gembala membawa semacam tas terbuat dari kulit kambing yang berisi bekal makanan, tongkat, semacam kain selendang (yang digunakan sebagai selimut kalau tidur malam hari diudara terbuka) dan suling terbuat dari buluh alang-alang. Terhadap orang-orang golongan sosial yang paling rendah ini, malaikat menyampaikan kabar Natal untuk pertama kalinya.
Dalam Injil Matius peran yang sama dijalankan orang-orang majus. Baik para gembala maupun orang-orang majus mendapat bimbingan langsung dari langit tetapi dengan "bahasa" yang sesuai dengan cara berpikir mereka. Kepada para gembala Tuhan berbicara lewat malaikat dan balatentara surgawi. Kepada para ulama yang ahli ilmu pengetahuan itu, Ia berbicara lewat isyarat bintang dan mimpi. Ia bahkan dapat berbicara lewat orang yang memiliki niat yang kurang lurus seperti Herodes yang memberi petunjuk agar mereka ke Betlehem. Namun, baik para gembala maupun orang-orang majus itu sama-sama mencari Dia yang baru lahir. Mereka membuat orang-orang yang mereka jumpai tidak dapat tinggal diam. Dalam Luk 2:18 dikatakan, ketika mendengar para gembala itu, orang-orang "keheranan". Dalam Mat 2:3 dikisahkan Herodes dan seluruh isi Yerusalem "terkejut" ketika mendengar kata-kata para majus.
Ironinya, mereka yang heran dan yang terkejut itu orang-orang yang sebetulnya sudah berada dekat dengan Dia yang baru lahir. Dalam Injil Lukas mereka itu sudah ada di tempat Maria baru saja melahirkan. Ahli-ahli Taurat di Yerusalem dan Herodes yang disebut Matius dekat dengan kelahiran Yesus lewat buku-buku suci. Namun mereka tidak menginsyafi apa yang terjadi di dekat mereka. Bukannya mereka tidak mampu untuk itu. Mereka dapat melacaknya lewat pengetahuan mereka seperti jelas dari Mat 2:5. Tetapi mereka tidak sungguh menerimanya. Juga di antara orang-orang yang mendengar kata-kata para gembala, hanyalah Maria yang diberitakan dalam Luk 2:18 "menyimpan semua perkataan itu dalam hatinya dan merenungkannya", artinya bersikap mau memahami misteri yang ada dalam kehidupannya. Orang-orang lain akan tetap terheran-heran saja.
Tiga Orang Majus, adalah tiga orang ahli nujum yang dikabarkan menengok Yesus beberapa hari setelah hari kelahirannya. Para ahli umumnya berpendapat bahwa mereka itu para ulama suatu agama timur di wilayah Babilonia dan Persia dulu (sekarang Iraq & Iran utara) yang juga ahli ilmu perbintangan. Dalam kisah Matius, mereka mewakili orang-orang yang bukan Yahudi yang datang dari jauh untuk menghormati kelahiran raja Yahudi yang mereka simpulkan dari bintang dan yang diketahui orang Yahudi dari nubuat Nabi Mikha (Mat 2:6, kutipan dari Mi 5:1). Ini contoh bagaimana Tuhan berbicara kepada manusia tidak hanya lewat wahyu alkitab.
Mereka dipercayai berasal dari Persia dan merupakan penganut agama Zoroaster.Alkitab sendiri tidak menyebutkan berapa jumlah orang yang berkunjung. Tapi karena mereka memberikan tiga jenis hadiah, emas, mur dan kemenyan, maka banyak yang mengambil kesimpulan mereka berjumlah tiga orang. Selain itu juga tidak disebutkan jenis kelamin maupun nama-nama mereka.
Tradisi Suriah menyebut nama-nama mereka Larvandad, Hormisdas, dan Gusnasaf, sementara tradisi Armenia hanya menyebutkan dua nama, yaitu Kagba dan Badadilma. Dalam tradisi Eropa, mereka sering disebut para "Tiga Raja", yang bernama Baltasar, Melkior dan Kaspar. Lalu mereka digambarkan sebagai orang Asia, Afrika dan Eropa. Origenes, seorang bapak gereja yang meninggal pada sekitar tahun 254 M. adalah orang pertama yang menggunakan nama-nama ini. Pada abad ke-6 kisah tentang Tiga Orang Majus ini muncul sebagai cerita yang populer.
Malah dengan kisah para majus ini Matius hendak mengatakan bahwa Tuhan berbicara kepada umatNya lewat orang-orang bukanYahudi. Orang-orang Yerusalem baru sadar tentang kelahiran Yesus setelah mendengarnya dari para majus itu. Beberapa bagian dalam Perjanjian Lama sebenarnya sudah mengatakan hal ini walaupun caranya agak berbeda. Misalnya, bacaan pertama (Yes 60:1-6) menegaskan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi akan berduyun-duyun ke Sion, yakni tempat Tuhan bertahta, tempat Ia menyinarkan terangNya (terutama ayat 3). Maksudnya, kini Tuhan bukan hanya bagi orang Yahudi belaka.
Mengenai persembahan yang mereka bawa, apa ada makna khusus? Matius boleh jadi ingat akan Yes 60:6 (bacaan pertama hari ini: "...mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur Tuhan."). Dalam tradisi selanjutnya emas dihubungkan dengan kedudukan mulia Yesus sebagai raja, dupa dengan martabat ilahinya, dan mur dengan wafatnya sebagai manusia nanti (mur dipakai dalam merawat jenazah). Namun bagi Matius, pesembahan itu menandai terjalinnya hubungan antara orang bukan Yahudi dengan dengan pemimpin umat Tuhan yang baru lahir itu.
Kita sudah terbiasa mengira bahwa orang Majus datang pada malam kelahiran Yesus. Alkitab tidak mengatakan demikian. Menurut Matius 2:1 , kedatangan orang Majus adalah ”sesudah Yesus dilahirkan”. Beberapa hari atau beberapa bulan sesudahnya tidaklah kita ketahui dengan pasti. Tentang para gembala dikatakan bahwa mereka menjumpai “bayi” itu (Lukas 2:16), sedangkan tentang orang-orang majus dikatakan bahwa mereka menjumpai “Anak” sampai digunakan tiga kali (Matius 2:3-11). Tentang tempatnya juga berbeda. Para gembala menjumpai Yesus “terbaring di dalam palungan” (Lukas 2:16), sedangkan orang-orang majus menjumpai Yesus di sebuah rumah (Mateus 2:11).
Dari pemaparan di atas bahwa peranan posisi gembala dan orang majus adalah sangat penting. Para gembala adalah orang-orang pertama yang mengenali makna kelahiran Yesus. Golongan masyarakat yang direndahkan justru yang pertama kali melihat bayi Yesus. Hal ini hendak mengatakan bahwa Tuhan berpihak kepada orang-orang kecil, orang-orang miskin, yang dipinggirkan dan terpinggirkan. namun bukan berarti Tuhan tidak mengasihi orang-orang besar. Sekali-kali tidak. Kemudian berita kelahiran Yesus sampai kepada orang majus. Merekalah yang kemudian melihat bayi Yesus setelah para gembala. Hal ini hendak mengatakan bahwa Tuhan berbicara kepada umatNya lewat orang-orang bukan Yahudi. Tuhan bisa memakai siapa saja. Tuhan tidak hanya milik orang tertentu, golongan tertentu, atau agama tertentu, tapi milik semua manusia yang percaya.
(Penulis adalah Pdt. Palti Hatoguan Panjaitan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2006)
Dalam Injil Matius peran yang sama dijalankan orang-orang majus. Baik para gembala maupun orang-orang majus mendapat bimbingan langsung dari langit tetapi dengan "bahasa" yang sesuai dengan cara berpikir mereka. Kepada para gembala Tuhan berbicara lewat malaikat dan balatentara surgawi. Kepada para ulama yang ahli ilmu pengetahuan itu, Ia berbicara lewat isyarat bintang dan mimpi. Ia bahkan dapat berbicara lewat orang yang memiliki niat yang kurang lurus seperti Herodes yang memberi petunjuk agar mereka ke Betlehem. Namun, baik para gembala maupun orang-orang majus itu sama-sama mencari Dia yang baru lahir. Mereka membuat orang-orang yang mereka jumpai tidak dapat tinggal diam. Dalam Luk 2:18 dikatakan, ketika mendengar para gembala itu, orang-orang "keheranan". Dalam Mat 2:3 dikisahkan Herodes dan seluruh isi Yerusalem "terkejut" ketika mendengar kata-kata para majus.
Ironinya, mereka yang heran dan yang terkejut itu orang-orang yang sebetulnya sudah berada dekat dengan Dia yang baru lahir. Dalam Injil Lukas mereka itu sudah ada di tempat Maria baru saja melahirkan. Ahli-ahli Taurat di Yerusalem dan Herodes yang disebut Matius dekat dengan kelahiran Yesus lewat buku-buku suci. Namun mereka tidak menginsyafi apa yang terjadi di dekat mereka. Bukannya mereka tidak mampu untuk itu. Mereka dapat melacaknya lewat pengetahuan mereka seperti jelas dari Mat 2:5. Tetapi mereka tidak sungguh menerimanya. Juga di antara orang-orang yang mendengar kata-kata para gembala, hanyalah Maria yang diberitakan dalam Luk 2:18 "menyimpan semua perkataan itu dalam hatinya dan merenungkannya", artinya bersikap mau memahami misteri yang ada dalam kehidupannya. Orang-orang lain akan tetap terheran-heran saja.
Tiga Orang Majus, adalah tiga orang ahli nujum yang dikabarkan menengok Yesus beberapa hari setelah hari kelahirannya. Para ahli umumnya berpendapat bahwa mereka itu para ulama suatu agama timur di wilayah Babilonia dan Persia dulu (sekarang Iraq & Iran utara) yang juga ahli ilmu perbintangan. Dalam kisah Matius, mereka mewakili orang-orang yang bukan Yahudi yang datang dari jauh untuk menghormati kelahiran raja Yahudi yang mereka simpulkan dari bintang dan yang diketahui orang Yahudi dari nubuat Nabi Mikha (Mat 2:6, kutipan dari Mi 5:1). Ini contoh bagaimana Tuhan berbicara kepada manusia tidak hanya lewat wahyu alkitab.
Mereka dipercayai berasal dari Persia dan merupakan penganut agama Zoroaster.Alkitab sendiri tidak menyebutkan berapa jumlah orang yang berkunjung. Tapi karena mereka memberikan tiga jenis hadiah, emas, mur dan kemenyan, maka banyak yang mengambil kesimpulan mereka berjumlah tiga orang. Selain itu juga tidak disebutkan jenis kelamin maupun nama-nama mereka.
Tradisi Suriah menyebut nama-nama mereka Larvandad, Hormisdas, dan Gusnasaf, sementara tradisi Armenia hanya menyebutkan dua nama, yaitu Kagba dan Badadilma. Dalam tradisi Eropa, mereka sering disebut para "Tiga Raja", yang bernama Baltasar, Melkior dan Kaspar. Lalu mereka digambarkan sebagai orang Asia, Afrika dan Eropa. Origenes, seorang bapak gereja yang meninggal pada sekitar tahun 254 M. adalah orang pertama yang menggunakan nama-nama ini. Pada abad ke-6 kisah tentang Tiga Orang Majus ini muncul sebagai cerita yang populer.
Malah dengan kisah para majus ini Matius hendak mengatakan bahwa Tuhan berbicara kepada umatNya lewat orang-orang bukanYahudi. Orang-orang Yerusalem baru sadar tentang kelahiran Yesus setelah mendengarnya dari para majus itu. Beberapa bagian dalam Perjanjian Lama sebenarnya sudah mengatakan hal ini walaupun caranya agak berbeda. Misalnya, bacaan pertama (Yes 60:1-6) menegaskan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi akan berduyun-duyun ke Sion, yakni tempat Tuhan bertahta, tempat Ia menyinarkan terangNya (terutama ayat 3). Maksudnya, kini Tuhan bukan hanya bagi orang Yahudi belaka.
Mengenai persembahan yang mereka bawa, apa ada makna khusus? Matius boleh jadi ingat akan Yes 60:6 (bacaan pertama hari ini: "...mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur Tuhan."). Dalam tradisi selanjutnya emas dihubungkan dengan kedudukan mulia Yesus sebagai raja, dupa dengan martabat ilahinya, dan mur dengan wafatnya sebagai manusia nanti (mur dipakai dalam merawat jenazah). Namun bagi Matius, pesembahan itu menandai terjalinnya hubungan antara orang bukan Yahudi dengan dengan pemimpin umat Tuhan yang baru lahir itu.
Kita sudah terbiasa mengira bahwa orang Majus datang pada malam kelahiran Yesus. Alkitab tidak mengatakan demikian. Menurut Matius 2:1 , kedatangan orang Majus adalah ”sesudah Yesus dilahirkan”. Beberapa hari atau beberapa bulan sesudahnya tidaklah kita ketahui dengan pasti. Tentang para gembala dikatakan bahwa mereka menjumpai “bayi” itu (Lukas 2:16), sedangkan tentang orang-orang majus dikatakan bahwa mereka menjumpai “Anak” sampai digunakan tiga kali (Matius 2:3-11). Tentang tempatnya juga berbeda. Para gembala menjumpai Yesus “terbaring di dalam palungan” (Lukas 2:16), sedangkan orang-orang majus menjumpai Yesus di sebuah rumah (Mateus 2:11).
Dari pemaparan di atas bahwa peranan posisi gembala dan orang majus adalah sangat penting. Para gembala adalah orang-orang pertama yang mengenali makna kelahiran Yesus. Golongan masyarakat yang direndahkan justru yang pertama kali melihat bayi Yesus. Hal ini hendak mengatakan bahwa Tuhan berpihak kepada orang-orang kecil, orang-orang miskin, yang dipinggirkan dan terpinggirkan. namun bukan berarti Tuhan tidak mengasihi orang-orang besar. Sekali-kali tidak. Kemudian berita kelahiran Yesus sampai kepada orang majus. Merekalah yang kemudian melihat bayi Yesus setelah para gembala. Hal ini hendak mengatakan bahwa Tuhan berbicara kepada umatNya lewat orang-orang bukan Yahudi. Tuhan bisa memakai siapa saja. Tuhan tidak hanya milik orang tertentu, golongan tertentu, atau agama tertentu, tapi milik semua manusia yang percaya.
(Penulis adalah Pdt. Palti Hatoguan Panjaitan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2006)
3 komentar:
Renungannya menarik :) GBY
Menarik.penuh hikmat Tuhan ;)Trima kasih sdh memberkati saya ;)
Pembahasannya sangat memberkati saya
.Benar benar Bapak pendeta Palti diberi hikmat Tuhan dan berharap dipakai Tuhan lebih lagi untuk kemuliaanNYA.amin dan trimakasih ;)
Posting Komentar