Jumat, 01 Januari 2010

ARTIKEL: REFLEKSI SINGKAT PERGANTIAN TAHUN BARU BAGI ORANG KRISTEN BATAK

Setiap tanggal 1 Januari selalu dirayakan sebagai tahun baru1. Kalender atau penanggalan umum internasional yang kita pakai sekarang adalah penanggalan yang dibuat oleh Yulius Caesar tahun 46 SM. Yulius Caesar menentukan penanggalan ini berdasarkan peredaran matahari, dimana satu tahun terdiri dari 365 hari dan sekali dalam 4 tahun dikenal tahun kabisat. Penanggalan ini dikenal sebagai penanggalan tahun masehi (kalender masehi).
Pergantian tahun merupakan suatu momentum untuk menyadari secara mendalam, bahwa kita memiliki waktu/masa hidup dalam dunia ini. Kita diingatkan bahwa kita hidup dalam ruang dan waktu tertentu. Keterikatan perjalanan hidup dalam ruang dan waktu menyadarkan kita sebagai makhluk yang kecil dan lemah di hadapan Tuhan - kekuasaan yang mengatur alam semesta ini-. Sepatutnya, manusia mengucapkan syukur, berterima kasih karena masih diberi kesempatan menjalani kehidupan dalam ruang dan waktu ini. Karunia Tuhan berlimpah dicurahkan kepada umat manusia. Oleh karena itu sudah sewajarnya manusia sadar untuk berusaha menengadah mengucapkan puji syukur. Pada saat itu kita berusaha memperbaiki diri dan mengakhiri semua permusuhan, kebencian dan kejahatan.
Menyambut tahun baru adalah salah satu kebiasaan tertua dan termeriah yang dirayakan di seluruh dunia. Hampir seluruh bangsa merayakan tradisi pergantian tahun dengan cara dan kebiasaannya masing-masing. Bagi kita orang Kristen Batak, tahun baru adalah hari spesial, saking spesialnya, orang Kristen Batak kadang lebih meriah merayakan tahun baru dibanding Natal yang tanggalnya 1 (satu) minggu sebelum pergantian tahun baru. Tradisi pergantian tahun baru bagi orang Kristen Batak sangatlah indah2. Tengah malam dan menjelang dini hari pergantian tahun, anggota keluarga lengkap mengadakan kebaktian, memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan atas karunia penyertaan Tuhan dalam satu tahun ke belakang dan mendoakan agar di tahun yang baru rahmat dan penyertaan Tuhan terus beserta kita. Setelah itu masing-masing anggota keluarga saling bermaafan satu dengan yang lain atas khilaf dan kesalahan yang telah dilakukan diiringi nasehat-nasehat bijak dari orang tua yang kembali menyegarkan kehidupan kita di tahun yang baru. Cukupkah disitu tradisi orang batak? Oh ternyata tidak, siang harinya setelah mengadakan ibadah gereja, kita melakukan kunjungan ke rumah-rumah famili, khususnya ke rumah orang tua, tulang dan hula-hula. Hal ini menandakan tahun baru adalah tempat yang mengeratkan tali silaturahmi dan kasih sayang diantara sesama keluarga besar.
Sebagai keturunan Kristen batak, adalah baik jikalau kita melestarikan makna dan tradisi pergantian tahun baru ini, karena tradisi ini memuliakan Tuhan dan sejalan dengan ajaran-ajaran Tuhan yang tersebar dalam Alkitab. Dengan demikian adalah mulia jikalau kita mengajarkan kepada keturunan kita dikemudian hari untuk melakukan tradisi ini agar keturunan kita juga boleh merasakan sukacita tahun baru yang memuliakan Tuhan.
Di samping tradisi-tradisi yang baik tersebut di atas, harus kita akui, banyak juga orang Kristen Batak memanfaatkan pergantian tahun dengan tradisi yang tidak memuliakan Tuhan. Mereka berpesta fora, main kartu pakai duit/ berjudi dan mabuk-mabukan hingga pagi. Kontradiksinya lagi, tradisi buruk ini sering dilakukan setelah kebaktian pergantian tahun. Apakah kita dapat mengabdi kepada Tuhan dan mamon pada saat yang sama? Tentu tidak, namun kenapa hal ini terus terjadi? Kebiasaan dosa yang telah mendarah daging dan tiada komitmen untuk meninggalkan dosa menjadi penyebabnya tradisi ini sulit untuk dihilangkan. Namun, jikalau ada komitemen sungguh, tiada yang mustahil bagi Tuhan untuk merubahnya. Selamat Tahun Baru, Tuhan Memberkati.

Catatan kaki:
1.Berbagai agama dan kelompok masyarakat serta suku memiliki pendapatnya masing-masing mengenai tanggal tahun baru. Umat Islam memiliki penanggalan yang dimulai setiap tanggal 1 Muharam yang biasa disebut sebagai Tahun Baru Hijriyah. Masyarakat Tionghoa juga memiliki tahun baru tersendiri yaitu Tahun Baru Imlek, dan sebagainya.
2.Tradisi ini begitu melekat dalam jiwa orang Kristen Batak, sehingga kalau tradisi itu tidak dilakukan seperti ada hal yang terlewatkan dalam masa pergantian tahun.

Sumber: dari berbagai sumber

(Penulis adalah Benny Manurung, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Januari 2006)

Tidak ada komentar: