Rabu, 03 Maret 2010

ARTIKEL: HKBP SEBAGAI KOMUNITAS TERTUA DI TANAH BATAK YANG TETAP SETIA MELAYANI TUHAN

I. Apakah Yang Memotivasi Masyarakat Batak Percaya Kepada Yesus ?
Belajar dari kegiatan misionaris yang pertama yaitu : “Pdt. Samuel Munson dan Henry Lyman” (yang diutus badan Zending Boston Amerika) yang mati terbunuh di Lobu Pining Tapanuli Utara, nyata bagi kita bahwa penginjilan di Tanah Batak tidaklah semudah membalik telapak tangan. Untuk memperjuangkan pekabaran Injil harus ada pengorbanan. (Dalam Bhs Batak Toba : mudar ni na mate martir do boni ni Huria), sebab: pada hari kematian Munson dan Lyman, ketika itulah lahir Pdt. DR. I. L. Nomensen, yang menjadi Ephorus pertama di HKBP. Kalu kita pelajari mulai dari masuknya Pdt. Burton dan Ward ke-tanah Batak Th. 1824, s/d 31 Maret 1861, barulah ada 2 (dua) orang Batak yang dibabtis oleh Pdt. Van Asselt di Sipirok, yaitu: Simon Siregar dan Jakobus Tampubolon. 4 (empat) tahun kemudian, tepatnya: 27 Agustus 1865; untuk pertama kali dibaptis di Silindung, tiga belas (13) orang . (Kemungkinan untuk jubileum satu setengah abad 2011, yang diperkirakan sudah dari 6 juta jiwa yang dibabtis kedalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus yang dilayani 1.500 pendeta HKBP; -Suara HKBP edisi 50, hal 39 oleh Pdt. Drs. S. Tungkir). Nah inilah perkembangan yang bisa kita lihat sampai sekarang. Untuk semua itu, sekecil apapun dampak keKristenan yang bisa kita rasakan dengan kehadiran Injil di tanah Batak, patut kita syukuri. Pada masa itu, perjuangan pembawa Injil tidak tanggung-tanggung. Mereka harus menerjemahkannya terlebih dahulu Alkitab kedalam bahasa Batak, dengan percetakan apa adanya. Belum ada foto copy. Apa yang kita dengar itulah yang harus diingat. Mis: nasehat Pdt. Petrus Nasution : “Haposi hau Tuhan Jesus, Tuhan Jesus do hangoluan” (bd Kis. Rasul 16:31) “Percayalah kepada Allah maka kamu dan seisi rumahmu akan selama). Sekarang kita mempunyai kesempatan yang sangat luas, dan sudah dilengkapi dengan banyak fasilitas untuk mendapatkan banyak pengetahuan tentang Firman Allah, adakah semangat untuk melayani Tuhan, lebih giat dari dalam kita sekarang ini disbanding dengan orang para pendahulu kita ?

II. 1. Berawal Dari Kerja Keras
Semangat melayani yang tidak dikenal yang tidak kenal dan pantang menyerah dari para misionaris asal Jerman secara khusus, patut diacungi jempol. Mereka harus menerjemahkan isi Alkitab kedalam bahasa Daerah (Batak), melatih orang Batak membaca dan menulis, belajar menaikan lagu pujian dan cara hidup sehat. Pdt. Dr. IL Nomensen, menyelesaikan terjemahan Perjanjian. Baru kedalam bahasa Batak dengan memakai tulisan Batak dan Latin. Th. 1878, berbahasa Batak Angkola th. 1879, oleh Pdt. A. Schreiber, selanjutnya pendirian gereja, altar dan pengadaan fasilitas sebab orang Batak belum mengenal kursi dan lemari. Semua acara termasuk acara adat duduk dengan menggelar tikar (amak tiar). Kalau kita perhatikan bentuk podium (mimbar) tempat pengkotbah menyampaikan Firman Allah, itu didominasi dua (2) bentuk, yaitu: merpati dan piala, demikian juga pengaturan penempatan menghargai ibadahnya (persekutuan dengan Allah). Sekalipun kita lihat sangat lambat dari segi semakin dicintai dan semakin di mengerti. Dengan demikian kerinduan untuk beribadah setiap minggunya tetap berkesinambungan.
Untuk melanjutkan pelayanan dari satu perkampungan ke perkampungan lainnya dibutuhkan tenaga pengajar yang berasal dari daerah tersebut. Kita tahu perkampungan orang Batak dipagari dengan bambu. Mereka punya motto: sinuan bulu sibaen nalas, sinuan tutur sibaen na horas!. Dalam hal ini tidak sembarang orang bebas masuk-keluar kampung, bisa bahaya. Harus tahu adat, marga dan partuturan (hubungan marganya dengan warga kampung yang dikunjunginya). Selain itu sebahagian perkampungan (306 huta), th 1878 di Silindung jatuh ke-tangan Gubernur Belanda. Sudah pasti keluar-masuknya orang asing sangat dibatasi. pada hal tuntutan penambahan tenaga pemberita Injil semakin dibutuhkan. Maka pada th. 1883, dibuka sekolah pendeta bagi orang Batak Th 1889, dibuka juga kesempatan bagi kaum Ibu, anak gadis dan anak perempuan, dengan tenaga penajar Nn. Hester Needam (Silindung). Dibantu Nn. Tora, Nn. Nieman di Toba. Th 1894, dalam perjanjian lama disalin kedalam bahasa Batak oleh Pdt. PH. Johansen. Inilah sebagaian upaya kerja keras yang dengansabar ditekuni dan dipergumulkan oleh para pendahulu kita. Alhasil , orang Batak keluar dari kegelapan. Misionaris telah membawa terang Firman Tuhan lewat pendidikan Theologia, Ilmu Pengetahuan (termasuk keterampilan, bertukang, berkebun beternak. Para guru Zending .dilathin mengajar kelas (pendidikan umum),demikian juga di gereja Hampir semua sekolah Zending, mengajar dikelas (pendidikan Umum), demikian juga di-Gereja. Hampir semua sekolah Zendin, dilatih untuk bosa berdoa dan menyanyikan lagu pujia. Kompleks Gereja / sekolah ditanami buah-buahan, sayur-sayuran dan jenis palawija. Isteri pendeta altar dan Gr. Zending di latih memakai peralatan bidan untuk menolong persalinan. Ketika itu tali pusar anak yang baru lahir masih dipotong dengan bambu. Begitu juga dengan “roti perjamuan kudus” ada yang dibuat sendiri. Ketika itu hubungan Jerman dengan orang Batak cukup baik. Taplak meja, penutup altar dan semua yang dibutuhkan dalam peribadatan, sangat diperhatikan. Pada masa orang tua saya masih aktif sebagai “Guru Zending”, kami sekeluarga merasakan hal itu dan terlibat didalam tugas itu. Sebagai ucapan terimakasih, sesekali orang tua kami mengirimkan cabai keriting ke Jerman. Disbanding dengan yang kita dapat dari jasa para misionaris, pengorbanan kita belum ada apa-apanya. Semua itu dikerjakan sebagai panggilan dari tugas pelayanan untuk menjadikan semua bangsa di dunia menjadi murid Tuhan. Bagi kita yang sudah menikmati kemajuan didunia modern versi panggilan untuk melayani, tentunya sudah mengalami perobahan tetapi, pengting bagi kita mengenal sejarahnya supaya kita belajar menghargai apa yang diwariskan kepada kita, supaya tetap bersemangat dalam pelayanan.

2. Belajar Menghormati Mereka Yang Bekerja Keras, Dan Memimpin Kamu Dalam Tuhan Dan Menegor Kamu (1 Tes 5:12)
Ketika masih melayani di Sipoholon, pernah terjadi gempa berkekuatan 6,7 skala richter. Banyak bangunan yang rusak porak-poranda. Penduduk dari perkampungan dan yang ada di perbukitan keluar ke jalan raya berjalan kaki menuju (kearah) Balige. Ada seorang nenek tua, dipapah cucunya, remaja puteri berusia 16 tahun. Keduanya berjalan sangat lambat. Mereka tertinggal dari rombongan karena “si nenek”, tidak kuat lagi berjalan. Cucunya sangat berang, lalu berkata : tinggal salah ompung (!), nanti kita tersesat tidaaak tahu mau kemana. Samil marah-marah karena kesal, dia pergi dan meninggalkan neneknya dijalanan. Anak gadis itu lupa kalau neneknya sudah berjuang membesarkan Orangtua-nya, dan termasuk mengasuh cucu-cucunya bahkan memerikan makan dan menceboknya ketika dia elum pandai mengurus diri sendiri. Kalau saya lihat waktu itu sikap anak itu sudah bisa disamakan dengan “kacang yang lupa kulitnya ketika hari panas. Nah persoalan “ber-HKBP, juga seperti itu, begitu. HKBP sudah dipakai Tuhan, memberikan banyak kontribusi untuk memajukan masyarakat Batak. Dari usia pelayanannya katakanlah sudah cukup tua. Tapi generasinya selalu ada yang baru “kalian-kalian lah itu”. “Anda-anda” lah gerejanya (aku gereja kamu juga). Jangan lecehkan gereja HKBP. Cintailah, rawatlah, dan majulah bergandengan tangan dengan komunitas Kristen yang lain. Kalau kita bertannya: “mampukah HKBP menjadi teladan dalam pelayanan” (?). Ooooo pasri !. contohnya, kalian!. Orang Batak bilang, “JELOK” buahnya ada diujung, jangan cari dipokoknya. Seperti itu jugalah sebuah keberhasilan, jangan lihat ketika gontok-gontokan, ketika ada persoalan atau ketika ada kesalahan. Tetapi lihatlah bagaimana Allah memimpin gerejanya, warganya dan pembangunannya. Pertumbuhan Iman dan kecintaaan oran Batak kepada Yesus Kristus itu luar biasa. Kalau masih ada Kristen Batak yang mendua hati perlu diselidiki ketulusan hatinya. Jangan salahkan HKBP. Semua gereja yang sudah diklaim menjadi milik Kristus jangan ragukan tetapi perbaikilah hatimu, cara pandangmu dan doamu. Tegorlah yang menganggap remeh perjuangan HKBP.
Sedapat-dapatnya ikutan berjuang. Pikul salib dan berikan koontribusimu yang dapat menyemangati dan memajukan pelayanan sesamu anak Tuhan dan para pelayan (parhobas) di gereja kita. Sekecil apapun itu sangat berharga di mata Tuhan.

III. Penutup
Tuaian sudah didepan mata. Upaya untuk menyampaikan pelajaran kepada orang Batak dahulu sangat susah. Anak-anak sudah dilatih kerja disawah membantu orang tua. Pokoknya bisa makan. Padahal untuk mengerti Firman Tuhan harus ada waktu belajar, bisa baca dan menulis. Para misionaris tidak mundur tetapi bersemangat terus. Mereka buat nyanyian yang dapat memberikan kesadaran, mis : marsikola au amang, dohot ho ale inang. Unang jolo suru au mangula hauma i. Ai na met-met do pe au … Inilah antara lain dari sekian banyak upaya yang sudah dimenangkan oleh para pendahulu kita. Tugas selanjutnya terserah anda mau kita bawa kemana gereja HKBP. Semuanya ada didepan mata. Perjuangan untuk “mempersekutukan orang Batak dengan Yesus Sang Juruslamat (Iman yang bertumbuh di dalam Kristus), sudah nyata lewat pendidikan Theologia dan pendirian gereja. Pendidikan yang mencerdaskan lewat pendirian Sekolah dan penyediaan tenaga pengajar dan kepedulian terhadap kesehatan, semua itu telah dibenahi. Namun demikian kita tidak bisa berhenti. Mari kita saling bergandengan tangan, berjuang terus, pantag mundur dan tetap bersemangat. Syalom Tuhan Yesus memberkati !!!!!!!!!

(Penulis adalah Pdt KE Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi November 2009)

Tidak ada komentar: