Jumat, 07 Mei 2010

ARTIKEL: KESATUAN MELALUI PENGERTIAN AKAN MAKSUD ALLAH DALAM PERNIKAHAN (SUATU TINJAUAN DARI KEJADIAN 2, 24 DAN ORANG BATAK)

A. PERNIKAHAN MENURUT ALKITAB
1. Sepanjang pengetahuan saya hanya satu kali pernyataan Allah tentang pernikahan yaitu: Kejadian 2: 24; Matius 19: 5; Markus 10: 7-8; Efesus 5: 31
Kej. 2: 24
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
Bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Matius 19:5
Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Markus 10: 7-8
sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Efesus 5: 31
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

2. Allah membuat pernyataan yang sama mengenai perkawinan empat kali:
a. la membuatnya satu kali dalam Perjanjian lama dan tiga kali dalam Perjanjian Baru
b. la membuatnya sekali sebelum manusia jatuh ke dalam dosa dan 3 kali setelah jatuh ke dalam dosa

3. Pernyataan ini menerangkan maksud Allah dengan perkawinan manusia yang sempurna dan manusia yang berdosa. Pernyataan ini menerangkan rencana Allah untuk perkawinan yang baik sepanjang masa.

4. Rencana yang baik sama pentingnya untuk perkawinan yang baik seperti untuk proyek pembangunan.
a. Kini banyak perkawinan-perkawinan yang tidak berbahagia bukan saja di antara orang-orang yang bukan Kristen tetapi juga di antara orang-orang Kristen
b. ketidakbahagiaan ini untuk sebagian besar disebabkan oleh kegagalan manusia untuk memperhatikan rencana Allah dengan perkawinan.
c. kalau demikian apakah rencana Allah dengan perkawinan ?
bagaimanakah perkawinan yang dikehendaki Allah ?

I. Rencana Allah dengan perkawinan ialah agar para suami dan isteri meninggalkan bapa-bapa serta ibu-ibu mereka:
a. Apakah artinya meninggalkan orang tuamu ?
1. Ya, tentu saja hal ini tidak berarti anda meninggalkan atau mengabaikan mereka sama sekali, sebab perintah Tuhan mengatakan harus menghormati orang tua kita. Bnd. Kel. 21,12; Mark. 7,9-13
2. Juga tidak berarti bahwa Anda harus melakukan perpindahan
besar-besaran secara geografis. Hidup terlalu dekat dengan orang tua pada permulaan perkawinan mungkin akan membuat kesulitan yang lebih besar untuk meninggalkan mereka. Tetapi Anda dapat meninggalkan ibu - bapa Anda dan masih bertetangga. Sebaliknya ada kemungkinan berdiam seribu mil jauhnya dari orang tua, namun Anda tidak akan meninggalkan mereka. Bahkan mungkin anda tidak meniggalkan orang tua Anda walaupun mereka telah meninggal.

b. Meninggalkan orang tua anda berarti hubungan dengan orang tua Anda harus dirubah sama sekali.
1. Artinya Anda mengadakan sebagai orang dewasa dengan mereka
2. Artinya anda harus lebih memperhatikan pendapat, pandangan serta kebiasaan teman hidup Anda daripada pendapat , pandangan serta kebiasaan orang tua Anda
3. Artinya Anda jangan terlalu menggantungkan diri kepada orang tua Anda untuk kasih sayang, persetujuan, bantuan dan nasihat
4. Artinya Anda harus membuang segala sikap-sikap buruk terhadap orang tua Anda agar nanti Anda tidak terikat perasaan dengan mereka bagaimanapun jauhnya Anda pindah dari mereka
5. Artinya Anda harus berhenti mencoba merubah teman hidup Anda hanya karena orang tua Anda tidak menyukai dia sebagaimana dia adanya.
6. Anda membuat hubungan suami isteri menjadi hubungan antara manusia yang terutama bagi Anda.

II. Rencana Allah untuk perkawinan menghendaki agar para suami dan isteri menjadi satu
a. Pada jaman ini banyak pasangan muda menikah seolah-olah dengan pemikiran bahwa jika perkawinan mereka tidak berhasil mereka akan selalu dapat bercerai:
1. waktu mereka menikah mereka bersumpah akan setia sampai mati. Tetapi dengan bergumam mereka menambahkan kecuali "jika persoalan-persoalan kita terlalu besar".
2. bagi mereka perkawinan adalah untuk mempermudah persoalan. Perkawinan terjadi secara kebetulan dan mungkin sangat sementara. Semuanya tergantung kepada perkembangan.

b.Tetapi Allah berkata: "Tidak ! Aku tidak merencanakannya demikian" Aku merencanakan perkawinan untuk menjadi hubungan yang kekal. Aku menginginkan suami dan isteri saling mempersatukan diri, Mark. 10: 7-9
1. Jadi perkawinan bukan terjadi secara kebetulan saja tetapi pilihan yang disengaja.
2. Perkawinan bukan untuk mempermudah persoalan tetapi soal ketaatan.
3. perkawinan bukanlah suatu hal yang tergantung kepada perkembangan selanjutnya tetapi apakah Anda mau serta berketetapan hati untuk membuatnya sukses ?

III. Dalam rencana Allah untuk perkawinan keduanya menjadi satu daging.
a. Pada tingkat yang paling bawah hal ini menunjukkan hubungan seks atau persatuan jasmani.
1. perhatikan I Korintus 6, 16
2. dalam ikatan perkawinan hubungan seks kudus, baik dan indah tetapi jika di luar dari "meninggalkan dan bersatu" menjadi buruk, merendahkan martabat dan berdosa. Pelajari Ibrani 13,4

b. Tetapi menjadi satu daging lebih daripada hanya tindakan kawin :
1. sesungguhnya tindakan kawin itu menjadi lambang atau puncak dari suatu kesatuan yang lebih lengkap. Menyerahkan sepenuhnya dari diri seseorang kepada orang lain. Karenanya jika kesatuan yang lebih lengkap itu tidak tercapai hubungan seks itu tidak berarti.
2. satu defenisi perkawinan yang sungguh saya sukai adalah:
Perkawinan adalah penyerahkan sepenuhnya dari diri seorang
kepada orang lain sampai mati.
a. Maksud Allah ialah bahwa apabila dua orang menikah mereka harus membagi segala sesuatu tubuh mereka, milik mereka, pengetahuan mereka, pendapat mereka, kemampuan mereka, persoalan mereka , keberhasilan mereka, penderitaan mereka, kegagalan mereka dan sebagainya.
b. Suami isteri adalah satu team dan apa saja yang dikerjakan oleh salah satu dari mereka haruslah demi kebaikan yang satu lagi. Apa yang dikerjakan suami harus demi kebaikan isterinya/keluarganya dan sebaliknya.

B. PERNIKAHAN MENURUT ORANG BATAK
a. Maksud dan tujuan pernikahan bagi orang Batak.
Tading do hirangniba mangeahi hirang ni deba
Tading do inaniba mangeahi boru ni deba
Setelah membaca isi Umpama Batak ini, kita melihat ada kesamaanya dengan kejadian 2, 24 : 2:24
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Amsal Batak di atas menggambarkan betapa seorang suami sangat mengasihi isterinya bahkan sampai meninggalkan ayah dan ibunya untuk mendapatkan isterinya dan bersatu dengannya.
Penjelasan amsal Batak ini dalam praktek pernikahan orang Batak tidak berbeda dari kej. 2, 24 seperti dijelaskan di atas. Semua yang dimaksud dengan penjelasan kej. 2, 24 tadi dipahami secara baik oleh orang Batak.

b. Kasih adalah pengikat yang mempersatukan.
Ai ho do nilonggi ni lili tinoktok ni porda
sinolom ni panaili tinodo ni roha
Ai parindahanan do na jadi muba
alai anggo uhum dohot holong ni roha tu dongan saripe
dang tarpaubauba
Naung sampulu lima jumadi sampulu ualu
tung hansit na so marina humansitan do na mabalu

c. Suami dan isteri adalah sebuah team.
Ndang tarbahen harom parau samponggol
Pengertian amsal ini: Solu dalam bahasa Indonesia disebut sampan. Apabila sampan hanyut di sungai/di danau tidak pernah hanyut setengah tetapi harus seluruhnya. Amsal ini menggambarkan betapa suami - isteri tidak terpisahkan satu sama lain. Apa yang dilaksanakan oleh suami haruslah dengan sepengetahuan isteri dan sabaliknya. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi/rahasia di antara mereka. Bila terjadi suatu hal tanpa sepengetahuan isteri ataupun suaminya maka patut dipertanyakan mengapa hal itu bisa terjadi.
Hauma tangga hambing dibinongi di batangi
parsaripeon na tingkos ndang adong marsitebali
sauduran marlas ni roha unang adong sipangarsahi

d. Orang Batak tidak menghendaki perceraian dalam keluarga.
Manduda ma panduda gogo ma ditullangkon
padan na so boi taruba naung sirang diulakhon
Marrongkap songon bagot barsibar songon sior
Ai dangka ni sitorop, tu si dangka ni arirang
molo dung dapot rongkap, na so tupa jadi sirang
Sada tangan siamun, sada tangan hambirang
manumpak ma ompunta Debata, parsaripeonmu unang olo sirang
Pir do batu, dauk do anggo simbora
sai hot ma saur matua, saur dohot mamora
dengke ni durung tabo tomburtomburan
sahat ma hamu gabe maulibulung jala sipaihutihuton
Kalau kita melihat amsal Batak ini, betapa kehidupan suami -isteri itu adalah kehidupan yang istimewa dan kudus. Pernikahan adalah dua insan yang bersatu dan dipersatukan oleh Tuhan. Mereka tidak dapat dipisahkan oleh apapun. Mereka saling mengikatkan diri dan terikat satu dengan yang lain. Mereka hanya dapat dipisahkan oleh kematian. Sehingga benar seperti kata Yesus : Apa yang telah dipersatukan Allah tidak dapat diceraikan manusia, ( Matius 19,6 ; bnd. Titus 1,6 ; I Timoteus 3,2).

e. Marimbang ( kawin dengan selir)
Na niduda rimbang bahen dongan ni asaasa Ndanda tihas na marimbang molo masiula di ibana
Pada mulanya Allah hanya memberikan seorang isteri kepada Adam , manusia yang pertama itu. Namun setelah manusia berdosa dan dosa telah merasuki hati manusia dan diperdaya oleh iblis manusiapun cenderung untuk menuruti keinginan dagingnya. Kita melihat sejak dari keturunan Kain telah terjadi pernikahan poligami. Dan sejak itu kecenderungan berpoligami diikuti sebagian orang hingga dewasa ini. Namun kalau kita perhatikan bahwa pernikahan poligami selalu mendatangkan malapetaka bagi orang yang melakukannya. Malapetaka bagi dirinya sendiri dan juga bagi keluarganya. Tidak jarang terjadi perselisihan di antara sesama isteri (na marimbang) bahkan di antara anak-anak mereka. Bahkan pada jaman dahulu selir (imbang) selalu mencari jalan untuk menyakiti selirnya bahkan untuk membunuhnya dengan cara meracuni atau memakai tenaga gaib.
Ada banyak alasan orang untuk mengambil selir (imbang). Ada orang mengambil selir agar keturunannya banyak. Sebagian karena isteri pertamanya terlalu kejam dan cerewet, (majungkathu). Dia mengambil selir agar ketika isteri pertamanya marah sang suami boleh pergi ke isterinya yang kedua. Ada juga karena suruhan dari datu/dukun sebab katanya sang suami akan mendapat berkat apabila dia menikah lagi. Hal ini biasanya terjadi apabila isteri pertama sudah lama tidak melahirkan anak. Setelah suami menikah kepada isteri keduanya isteri pertamanya menjadi mempunyai anak.

Hansit pe siulaon ni parsiduadua, humansit do ditaon ala ni bada ni ripena, ai sipata do marbada dohot hulahulana be asa masiampi boruna. Godang do antong parbingkasan ni bada na marimbang: Tole ala ni na' niomo ni sinondukna, ala ni siulaon na marbahir, tole ala ni gansi parmanganon dohot parpodomon, tung hira na so diboto na marimbang do na maila pagulutgulut ha fa si songon i. na maranak ni imbang pe tung na rotongrotong do parbadaonna. Asa molo sanga marianakhon boruboru na marimbang asa mate, sai na ulahan ni baoa i na ma muse mangoli, asa adong manoroni tubu ni na mate i, ala so barani rohana pasahathon pauliulion ni ripena na sada.

Seiring dengan datangnya Kekristenan ke tanah Batak dan sebagian besar orang Batak menganut agama Kristen maka perkawinan dengan selir (marimbang) telah dilarang dioleh agama, walaupun masih ada beberapa orang yang melakukannya (mereka yang kawin selir: di keluarkan dari persekutuan gereja/diban). Pernikahan dengan selir bagi orang kristen adalah melanggar firman Tuhan. Yang diperkenankan adalah: seorang laki-laki menikah dengan seorang perempuan. Atau sebaliknya seorang perempuan menikah hanya kepada seorang laki-laki. Tetapi boleh dua kali yang disebabkan oleh kematian salah satu dari mereka, bnd.Roma 7: 2-3: Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain.
Atau karena melakukan perjinahan. Khusus mengenai kemungkinan perceraian karena perjinahan, itupun disarankan agar tidak perlu menceraikan suami/isterinya sebab kasih menutupi banyak dosa.

f. Pernikahan yang tidak menghasilkan keturunan.
Bagi kita orang Kristen pernikahan bukanlah semata-mata untuk memperoleh anak, walaupun hal itu didambakan oleh setiap pasangan pernikahan. Perkawinan harus lebih didasarkan kepada ikatan/komitmen bahwa apapun yang terjadi pernikahan itu haruslah kekal dan tidak dapat bercerai. Biarlah setiap pasangan menerima apa saja pemberian Tuhan bagi keluarganya. Semuanya adalah atas sepengetahuan Tuhan. Mendapatkan keturunan tidak boleh menjadi alasan untuk menikah lagi atau bercerai dengan istri maupun suami. Kita harus lebih taat kepada janji/komitmen di hadapan Tuhan dari pada tuntutan untuk memperoleh anak semata.
Lukas 23:29 Ai na ro ma angka ari sogot, dohononna ma disi: Martua ma angka na hoi, angka ina na so dung tubuanjala na so dung panarusan! On do apulapul tu angka ina na hoi. Asa Debata do na mangalehon tua tu nasida.

(Penulis adalah Pdt. Eldarton Simbolon, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2005)

Tidak ada komentar: